You are on page 1of 18

TUGAS KULIAH ONLINE:

Buatlah klasifikasi mikroorganisme/enzim yang digunakan dalam proses-proses biokimia berdasarkan artikel BIOTEKNOLOGI
DALAM DUNIA INDUSTRI di bawah ini.
Aturan Penugasan:

[Perkuliahan] Tugas ini harus di-download di klasiber (sebagai bukti absensi kuliah)
[Isi tugas] Klasifikasi cukup disajikan dalam bentuk Tabel 1.
[Format tugas] Tugas ini dikumpulkan dalam bentuk softcopy dengan nama file: Tugas1_NIM_Nama.doc. Format file

boleh dalam bentuk .doc, .docx, atau .pdf.


[Pengumpulan] Tugas dikumpulkan secara online di klasiber dan via email ke anandekur@gmail.com dengan Subject:

Tugas RBK UII - NIM.


[Deadline] Pengumpulan tugas kuliah online dilakukan secara online dan ditunggu paling lambat hari ini Kamis 9 Mei

2013 pukul 14.00 wib.


[Penilaian] Nilai maksimum tugas ini adalah 90 dan nilai minimum 0.
[Penalti] Tugas yang terbukti plagiat (copy&paste) akan dikenai nilai minimum dan dianggap tidak mengikuti perkuliahan
(presensi dibatalkan)

Tabel 1. Daftar Produk Rekayasa Biokimia dalam Dunia Industri


N

Jenis

Produk Rekayasa

o.

Indutri

Biokimia/
Bioteknologi

Mikroorganisme/
Enzim yang terlibat

Jenis
Mikroorganism
e/
Enzim yang

Substrat/
Bahan baku

Kondisi operasi/
substrat pada
awal proses

Makanan

Yogurt

Lactobacillus bulgaricus dan

terlibat
Bakteri

Streptococcus thermophillus

Makanan

Kecap Kedelai

Aspregillus oryzae

Susu yang telah dipasteurisasi

Jamur

Kedelai

Fermentasi pada
T = 45oC
P = 1 atm
pH netral
Fermentasi pada
T = 28-30 oC (suhu
kamar)
P = 1 atm
pH netral

ds
t

Artikel:
BIOTEKNOLOGI DALAM DUNIA INDUSTRI
Setelah berkembangnya Biologi, khususnya pada cabang bioteknologi,
manusia telah berhasil menemukan berbagai bagian tubuh tumbuhan atau
hewan yang dapat diolah menjadi bahan baku industri. Bioteknologi merupakan
sesuatu ilmu yang mengaplikasikan seluruh tubuh organisme atau bagian tubuh
dari suatu organisme dalam teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Dengan kata lain, bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme
dan agen-agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa demi kepentingan
manusia. Hal itu berhubungan dengan pemanfaatan organisme atau komponen
selulernya secara terarah dan terkontrol yang melibatkan berbagai multidisiplin
ilmu serta merupakan aplikasi terpadu antara mikrobiologi, biokimia, biologi sel,
fisiologi, genetika molekuler, rekayasa genetika, dan teknik kimia.
Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur
dan sifat-sifat dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan
maupun yang bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah
industri makanan/minuman, industri farmasi, industri pertambangan dan industri
plastik.
1. Industri Makanan
1.1.Pengolahan produk susu
Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan
mentega.
1.1.1. Yoghurt
Untuk

membuat

yoghurt,

susu

dipasteurisasi

terlebih

dahulu,

selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang


berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus. kedua bakteri tersebut ditambahkan
pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan
kurang lebih 5 jam pada temperatur 45oC. selama penyimpanan
tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan
bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi
cita rasa.
1.1.2. Keju
Dalam

pembuatan

Lactobacillus

dan

keju

digunakan

Streptococcus.

bakteri
Bakteri

asam

laktat,

tersebut

yaitu

berfungsi

mempermentesikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses


pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90 oC
atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30 oC. Selanjutnya
bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari aktifitas bakteri
tersebuh pH menurun dan susu terpisah menjadi whey dan dadih
padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda
untuk mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah digantikan
dengan

enzim

buatan,

yaitu

klimosin.

Dadih

yang

terbentuk

selanjutnya dipanaskan pada temperatur 32-420 C dan ditambah


garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar
matang. adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk
makanan sapi.
1.1.3. Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus
lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk
proses pengasaman. selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan
lemak mentega dipisahkan. kemudian lemak mentega diaduk untuk
menghasilkan mentega yang siap dimakan.
1.2.Produk makanan non-susu
1.2.1. Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur Aspregillus oryzae dibiakan pada kulit
gandum terlebih dahulu. Jamur Aspregillus oryzae bersama-sama
dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah
dimasak

menghancurkan

campuran

gandum.

Setelah

proses

fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan


dihasilkan produk kecap.
1.2.2. Tempe
Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga
diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpuan spora mikroorganisme,
dalam hal ini kapang(jamur). Dalam proses pembuatan tempe paling
sedikit diperlukan 4 jenis kapang dari genus Rhyzopus,yaitu Rhyzopus
oligosporus, Rhyzopus sotolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus
oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping
baji kedelai mempermentasikan menjadi produk tempe. Proses
permentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada
protein, lemak, dan karbohidrat. perubahan tersebut meningkatkan
kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.

1.2.3. Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan selsel ragi. ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung
menjadi produk yang berupa gula dan alkohol. masyarakat kita
membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.

2. Industri Farmasi
2.1.Pembuatan Hormon
Pada tahun 1949, penderita arthritis berhasil disembuhkan dengan
hormone steroid kortison. Sejak saat itu, jenis steroid ini digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit seperti rheumatic, leukemia, anemia,
hemafotik, dan beberapa penyakit lain. Pada tahun 1952, ditemukan
kapang Rhizopus arrhizus yang dapat mengubah steroid yang berasal dari
sel hewan ataupun tumbuhan menjadi kortison. Jenis-jenis Aspergillus
ternyata juga dapat mengubah progesterone (steroid yang berasal dari
hewan) menjadi senyawa kortison.
Hormon lain yang sangat dibutuhkan bagi penderita kencing manis
(diabetes) adalah hormone insulin. Melalui bioteknologi insulin dapat
diproduksi

melalui

E.

coli.

Gen

manusia

yang

mengendalikan

pembentukan hormone insulin disisipkan ke dalam E. coli. Dengan


demikian bakteri ini akan menghasilkan insulin sebanyak yang anda
kehendaki.
2.2.Pembuatan Antibiotik
Pada
Penicillium

tahun

1928,

notatum

Alexander

menghasilkan

Flemming
zat

yang

menemukan
dapat

bahwa

menghambat

pertumbuhan bakteri. Zat tersebut dinamakan penisilin, yang merupakan


antibiotic yaitu suatu zat yang dapat mencegah pembentukan dinding
bakteri. Penemuan Flemming ini mendorong penelitian lebih lanjut hingga
didapatkan jenis P. chrysogenum yang mampu memproduksi penisilin
dengan konsentrasi lebih tinggi daripada P. notatum.
Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti
(lawan),Bios (hidup). Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan
oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam
dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusia. Sampai saat ini

sudah didapatkan kurang lebih sekitar seratus juta antibiotic. Contoh


antibiotik yaitu sebagai berikut :

Penisilin
: Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum.
Sefalosporin
: Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium.
Aminoglikosida :
Dihasilkan
oleh
fungi
Streptomyces
dan

micromonospora.
Tetrasiklin

Streptomyces rimosus
Sulfonamida
: Merupakan

: Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens dan


antibiotika

spektrum

luas

terhadap

bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme


kerja antibiotic adalah mencegah sintesis asam folat dalam bakteri
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.
Contoh penggunaan antibiotik:

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol


Infeksi mata : sulfasetamid
Radang usus : sulfasalazin
Malaria tropikana : fansidar
Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine
Tifus : kotrimoksazol
Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

2.3.Pembuatan Vitamin dan Asam Amin


Dua jenis senyawa ini dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan
metabolisme secara normal. Biasanya manusia mendapatkannya dari
bahan makanan yang masuk kedalam tubuh. Beberapa jenis mikroba
dapat menghasilkan vitamin dan asam amino tertentu. Dengan mengultur
dan memelihara jenis mikroba tertentu kemudian mengekstraknya, maka
dapat diperoleh asam amino yang dimaksud. Berikut jenis mikroba yang
dapat menghasilkan Vitamin atau Asam Amino :

Glucanobacteria suboxydans
: Sorbose
Streptomyces oliveus
: Kobalamin
Propionobacterium freudenreichii : Kobalamin
Ashbya gossipi
: Riboflavin
Pseudomonas sp
: Vitamin B-12
Propionobacterium spp
: Vitamin B-12
Brevibacterium spp
: Glutamate
Micrococcus glutamicus
: Lisin
Corybacterium glutamicum : Lisin

3. Industri Pertambangan
Pada tahun 1957, diketahui bahwa bakteri Thiobacillus feroxidans yang
sangat banyak terdapat di pertambangan batubara di Virginia Selatan,

Amerika Serikat. Bakteri ini digunakan untuk mengekstrak tembaga dari


bijihnya. Penemuan ini telah meningkatkan mutu logam yang selama ini
bermutu rendah akibat diekstrak dengan cara leaching (pelepasan secara
manual).
Proses pemisahan tembaga dari bijihnya dengan menggunakan bakteri
Thioobacillus

Feroxidans

adalah

sebagai

berikut.

Bakteri

ini

akan

mengoksidasi senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan melepaskan


energi asam sulfat (H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan
menghancurkan

bebatuan

disekitarnya

dan

melepaskan

tembaga

dari

bijihnya. Dengan kata lain, bakteri ini akan mengubah sulfide yang tidak larut
dalam air. Dengan demikian, apabila air dialirkan di bebatuan tersebut, maka
tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di dalam kolam yang sudah
disediakan. Larutan dalam kolam bewarna biru cemerlang. Larutan biru
cemerlang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan mengikat sulfat
dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni dengan
konsentrasi sekitar 99%.
Penggunaan bakteri Thiobacillus feroxidans tidak hanya digunakan
untuk pencucian tembaga, tetapi juga untuk uranium, nikel, emas, dan timah.
Penggunaan bakteri dalam proses pencucian logam ini, selain dapat
meningkatkan kemurnian logam juga dapat memperkecil resiko pencemaran
terhadap lingkungan.
4. Industri Plastik
Plastik adalah materi yang sangat sulit untuk diuraikan secara alamiah.
Sedangkan jika dibakar akan berbahaya bagi paru-paru. Saat ini ada produk
plastic dari politen dan polyester poliurethan yang bermassa molekul rendah
yang dikembangkan. Plastic dari bahan tersebut dapat didegradasi oleh
mikroba jamur Cladosporium resinae.
Pada umumnya, plastic yang lebih lentur dapat didegradasi, misalnya
plastic untuk kemasan. Ada penelitisn yang berhasil menemukan bentuk baru
plastic yang biodegradable untuk industri pengemasan. Produksi plastic ini
didasarkan pada bahan kimia polihidroksibutirat yang dihasilkan beberapa
mikroba. Plastic ini bukan hanya bisa didegradasi tetapi juga bisa dibuat
mikroba, contohnya oleh Alxaligenes eutrophus. Plastic biodegradable lain
adalah pollulan yang diproduksi secara komersial dari polisakarida yang
dihasilkan oleh Aureobasidium pollulans.

5. Industri Pertanian
Dalam

bidang

pertanian,

mikroba

penambat

nitrogen

telah

dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba pelarut fosfat telah dimanfaatkan


untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba
juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi limbah dan
kotoran. Mikroba telah mengambil andil besar dalam menggalakkan pertanian
organic. Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang merupakan
kemajuan besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan tanaman merupakan
teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak
tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik
tumbuhnya. Keuntungannya antara lain:

Dapat menghasilkan banyak tanaman baru dalam waktu singkat


Dapat menghasilkan tanaman baru yang sifatnya sama dengan induknya
Dapat menghasilkan tanaman baru yang bebas virus
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujung-

ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium,


kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan
menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik
tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias
diperbanyak.
Selain itu terdapat pula teknik DNA rekombinan. Dengan salah satu
contohnya yaitu kapas yang memiliki gen Bt. Sebuah bakteri yang bernama
Bacillus thuringiensis, merupakan bakteri yang tahan terhadap serangan
hama. Dan tanaman kapas temasuk tanaman yang paling peka terhadap
serangan hama. DNA dari bakteri ini disisipkan ke dalam DNA tanaman kapas
kemudian ditumbuhkan dan menghasilkan tanaman kapas yang tahan
terhadap hama. Selain itu, ada contoh yang lain seperti:
5.1.Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan
pertanian organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah
yang

rendah.

Petani

organik

mengatasi

masalah

tersebut

dengan

memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu
adalah limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga
menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sisa-sisa tanaman
dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman.

Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh


mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.
Proses pengkomposan alami memakan waktu yang sangat lama, berkisar
antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benarbenar tersedia bagi tanaman.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan
mikroba

penghancur

(dekomposer)

yang

berkemampuan

tinggi.

Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari


beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini
banyak

tersedia

produk-produk

biodekomposer

untuk

mempercepat

proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari,


Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan
mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan
berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Mikroba
biodekomposer

unggul

yang

digunakan

adalah

Trichoderma

pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut


mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu.
Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos
tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan
organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
5.2.Biofertilizer
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan
kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan
hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih :
1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos
setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya
untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP
36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton
kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak
tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan
maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting
tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya

melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang


lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat
langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan
diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N
ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat
N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar
tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N nonsimbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat
N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,
sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk
semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara
adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita
umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini
sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat
tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan
ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak
sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp,
Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang
berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi
dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan
unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya
ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu:
ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P
dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang
bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh
mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman
yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan
oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh
lebih

cepat

atau

lebih

besar.

Kelompok

mikroba

yang

mampu

menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan


Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan
pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya


dapat

mensuplai

lebih

dari

setengah

kebutuhan

hara

tanaman.

Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant,


Kamizae, OST dan Simbionriza.
5.3.Agen Biokontrol
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam
budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi
oleh pestisida kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama
dan

penyakit

ketika

dibudidayakan

dengan

sistim

organik.

Alam

sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam


terdapat mikroba yang dapat mengendalikan organisme patogen tersebut.
Organisme

patogen

akan

merugikan

tanaman

ketika

terjadi

ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba


pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada
jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan
populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman
dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain:
Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus,
dan

Metharizium

anisopliae.

Mikroba

ini

mampu

menyerang

dan

membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan


penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan
penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar
putih), dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran
antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.

6. Industri Peternakan
Bioteknologi

pada

bidang

peternakan,

khususnya

bioteknologi

reproduksi adalah inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), pemisahan


jenis kelamin, pemisahan spermatozoa X dan Y, In Vitro Fertilization (IVF) atau
lebih dikenal dengan bayi tabung, kloning dan sebagainya.
Di

Bidang

peternakan

khususnya

sapi,

bioteknologi

reproduksi

mulai

berkembang pesat pada tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan


penting dalam rangka peningkatan mutu geneti dari segi pejantan. Sperma

beku dapat diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan
memelihara pejantan berkualitas baik dipusat IB.
Teknologi transfer embrio yang diterapkan secara bersama dengan
teknologi IB dapat mengoptimalkan sekaligus potensi dari sapi jantan dan
betina berkualitas unggul. Kemajuan di Bidang manipulasi mikro, khususnya
pembelian embrio sebelum ditransfer pada resipien sangat bermanfaat bila
ditinjau dari segi eknomi. Sapi jantan lebih menguntungkan untuk usaha
produksi daging., sedangkan sapi betina lebih menguntungkan untuk usaha
produksi susu. Untuk tujuan penentuan jenis kelamin embrio, biopsi dapat
dilakukan pada tahap embrional dan selanjutnya embrio dapat langsung di
transfer pada resipien tau disimpan dengan teknik pembekuan.
Dalam rangka meneruskan keturunan suatu individu, secara alamiah
diperlukan suatu proses perkawinan dimana jantan dan betina mutlai
diperlukan. Jantan akan menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan betina
akan menghasilkan sel kelamin betina (sel telur). Pada hewan menyusui
proses pembuahan dan perkembangan selanjutnya terjadi di dalam tubuh
induk sampai proses kelahiran.
Program peningkatan produksi dan kualitas pada hewan ternak (dalam
hal ini sapi) berjalan lambat bila proses reproduksi dilakukan secara alamiah.
Dengan

rekayasa

bioteknologi

reproduksi,

proses

reproduksi

dapat

dimaksimalkan antara lain dengan teknologi Inseminasi Butana (IB). Transfer


Embrio (TE), pembekuan embrio dan manipulasi embrio. Tujuan utama dari
teknik IB adalah memaksimalkan potensi pejantan berkualitas unggul.
Sperma dari sutau pejantan berkualitas unggul dapat digunakan untuk
beberapa ratus bahkan ribuan betina, meksipun seprma tersebut dikirim
kesuatu tempat yang jauh. Perkembangngan selanjutnya adalah teknologi TE
dimana bukan hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan
potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfatkan secara optimal.
Pada betina untuk bunting hanya sekali dalam setahun (9 bulan bunting dan
persiapan bunting selanjutnya) dan hanya mampu menghasilkan satu atau
dua anak bila terjadi kembar. Dengan teknik TE betina unggul tidak perlu
bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya
bias ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien) dengan kualitas yang
tidak perlu bagus tetapi mempunyai kemampuan untuk mengandung.
Kematian bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk meneruskan
keturunan. Dengan teknik bayi tabung (IVF), sel telur yang berada dalam

ovarium betina berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses diluar
tubuh sampai tahap embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada
resipien sampai dihasilkan anak. Produksi embrio dalam jumlah banyak (baik
dengan teknik TE maupun bayi tabung) ternyata juga dapat menghasilkan
masalah karena keterbatasan resipien yang siap menerima embrio. Untuk
mengatasi masalah tersebut dikembangkan metode pembekuan embrio.
7. Industri Perikanan
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus
pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan
sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen
hasil

perikanan.

Pemanfaatan

mikroba

telah

terbukti

mampu

mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan


sebagai media budidaya ikan.
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang
dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan
yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan
sebagainya.
Pada

tahap

pascapanen

hasil

perikanan,

bioteknologi

mampu

mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk


yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Secara garis besarnya Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP)
adalah salah satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan
jasa mahluk hidup, yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi
dasar

penggunaan

BPHP

adalah

kemampuannya

merombak

senyawa

kompleks menjadi senyawa lebih sederhana, sehingga dihasilkan pangan


berbentuk padat, semi padat dan cair. Mikroba memiliki kemampuan
merombak senyawa kompleks (protein, lemak dan karbohidrat) menjadi
senyawa

lebih

sederhana

(asam

amino,

asam

lemak

dan

glukosa).

Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan menjadi pangan yang


aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan, mikroba akan
merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen sulfida,
keton dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak
layak lagi dikonsumsi.
Kita semua memanfaatkan sebagai sumber kehidupan. Namun tidak
disadari bahwa dari air yang mengalir tersebut jutaan mikroorganisme

potensial, salah satunya yaitu Chlorella sp., tumbuh dengan baik menghuni
ekosistem Sungai Brantas. Tapi apalah daya, biota yang bernilai tinggi
tersebut akhirnya tidak disadari kehadirannya. Sementara itu, Jepang dengan
ipteknya hadir memanfaatkan biota ini, dibudidayakan, diolah, dikemas,
dipromosikan dan dijual dalam bentuk tablet sun chlorella yang sangat
terkenal itu. Mikroorganisme ini telah lama diteliti oleh peneliti Jepang yang
memberi kesimpulan bahwa Chlorella sp., asal Indonesia memiliki kualitas
yang sangat baik sebagai sumber food supplement dan sumber bahan baku
industri farmasi lainnya.Untuk memanfaatkan hasil riset dan sekaligus
menjawab

permintaan

pasar

yang

terus

meningkat,

Jepang

telah

memanfaatkan lokasi di Kabupaten Pasuruan sebagai lokasi kultur Chlorella.


Kondisi ini menunjukkan betapa kita sangat jauh tertinggal dalam bidang
bioteknologi,

padahal

seandainya

kita

memiliki

kemampuan

dalam

mengelolanya bukan tidak mungkin produk tersebut sebagian besar akan


memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah tersebut. Ribuan
bahkan mungkin jutaan jenis mikroalgae yang hidup di air tawar dan laut,
sampai sekarang menjadi perhatian beberapa negara untuk dimanfaatkan.
Pemanfaatan sumberdaya hayati perairan ini melalui riset bioteknologi
molekuler bukan hanya memberikan konstribusi pada pemenuhan kebutuhan
bahan pangan karena kandungan nutrisinya yang lengkap seperti kandungan
asam amino, vitamin, mikronutrien lainnya, asam-asam lemak, DHA dan EPA
yang sangat berguna, tetapi lebih jauh dapat mencakup area kegunaan yang
sangat luas. Kemampuan sumberdaya ini untuk diperbaharui merupakan
modal dasar yang sangat berarti asal terjaga kontinuitas keberadaannya. Di
samping itu mikrolagae ternyata dapat berperan seperti layaknya mesinmesin mikroskopis yang mampu menyerap karbondioksida (CO2), di mana
hampir 90% dari jumlah karbon organik di laut yang diperkirakan sekitar 4,2 x
1011 ton ada dalam bentuk terlarut yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme
untuk proses pertumbuhan dalam suatu microbial loop (Jannasch, H.W and
Wirsen, C.O., 1995)
Kemampuan mikroalgae dalam menyerap karbon organik ini menjadi
landasan bagi ahli Jepang untuk mempelajari kemanfaatan mikroalgae bagi
kegiatan

lainnya.

Melalui

Japan

Times,

kantor

berita

Kyodo,

Jepang,

menginformasikan hasil temuan riset di sekitar Juni tahun 1997, yang


menyatakan bahwa kelompok peneliti Jepang dan dari pusat penelitian
perusahaan

Idemitsu

Kosan

yang

bekerjasama

dengan

perusahaan

penyulingan minyak Okinawa telah berhasil sukses dalam mengekstrak


minyak dari jenis mikroalgae air tawar yang dikenal sebagai Botryococcus
bravnii.

Rekayasa

genetik

telah

mampu

meningkatkan

kemampuan

produktivitas mikroalgae ini dari awal penanaman sejumlah 2 gram dihasilkan


10 gram dalam tempo waktu 10 hari di mana 50% dari berat tersebut (5
gram) merupakan berat minyak yang dapat dihasilkan. Riset juga melaporkan
bahwa kualitas minyak yang dihasilkan memiliki kapasitas panas yang
ekuivalen dengan grade C dari heavy fuel oil yang biasa digunakan oleh kapal
motor (boat). Hasil temuan ini memberikan optimisme bahwa jika mikroalgae
ini dibudi-dayakan pada area seluas 60% Pulau Hokaido, maka akan mampu
menyerap seluruh karbondioksida (CO2) yang ada sebagai bahan polutan di
seluruh Jepang yang diserap oleh mikroalgae ini sebagai sumber karbon
dalam proses fotosintesisnya dan sekaligus memberikan harapan bagi
kemungkinan produksi minyak, yang berarti akan mereduksi ketergantungan
Jepang terhadap minyak sebagai sumber energi strategis bagi sebagian besar
kegiatan industri dan kehidupan di Jepang.
Sebagai negara yang kaya akan sumberdaya hayati, maka temuan ini
sekaligus memberikan harapan, bahwa di Indonesia juga memiliki peluang
untuk dikembangkan, namun kemampuan sumberdaya manusia dalam
menguasai ilmu dan teknologi menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi
sehingga

kita

tidak

terus

harus

terjebak

pada

ketidak-berdayaan

sebagaimana gambaran kami terhadap pemanfaatan Chlorella sebagai


sumber bahan pangan, pakan dan obat-obatan yang potensial yang ternyata
belum mampu kita manfaatkan.
Di samping potensi mikroalgae, makroalgae juga berperan penting
dalam

banyak

industri.

Keberhasilan

dalam

rekayasa

genetika

dapat

menghasilkan rumput laut dengan kecepatan tumbuh yang tinggi. Kekayaan


biodiversitas rumput laut ini belum banyak mendapat sentuhan teknologi.
Budidaya rumput laut dengan potensi wilayah pesisir yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Jika pun telah dilakukan budidaya, penyediaan
benih yang bermutu belum menjadi perhatian, dan terkadang pengolahan
pascapanen menjadi permasalahan sehingga menyebabkan rumput laut tidak
terserap dalam proses pengolahan. Kemampuan di tingkat petani sampai saat
ini baru pada tingkat pengeringan dan pembuatan chips rumput laut.
Keterbatasan jumlah industri pengolah rumput laut, menjadi kendala ketika
panen raya terjadi.

Karagenan dan agar merupakan salah satu hasil dari ekstraksi


polisakarida yang ada dalam rumput laut. Karagenan menjadi bahan penting
yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pangan, pakan dan
obat-obatan serta kegiatan-kegiatan ekperimental laboratorium. Kegunaan
praktis karagenan dapat dimanfaatkan dalam produk selai, sirup, saus,
makanan bayi, produk susu, produk-produk olahan daging dan ikan, bumbubumbu dan sebagainya. Senyawa ini juga banyak digunakan sebagai bahan
pengental dalam industri farmasi seperti odol, produk-produk kosmetika,
sampo dan produk-produk kecantikan lainnya serta diaplikasikan sebagai
pengental pada industri cat dan tekstil.
Di

samping

itu,

rumput

laut

dan

sisa

olahan

udang

dan

rajungan/kepiting merupakan sumber penghasil alginate, laminaran, chitin


dan chitosan. Penggunaan bahan biopolimer ini dipergunakan secara luas
dalam

proses

industri.

Bahan

bahan

buangan

ikan

seperti

bagian

dalam/pencernaan dan usus-usus ikan melalui pendekatan bioteknologi telah


mampu dikonversi menjadi produk pakan yang berguna, digunakan sebagai
attractant, penghasil pepton, pembangkit aroma dan enzim (pepsin,
alkaline phosphatase dan lysozyme) (Strom and Raa, 1993).
Sifat spesifik dari wilayah perairan dengan tekanannya serta sifat kimia
dari kehadiran komponen garam pada air laut dan kestabilan temperatur,
khususnya pada wilayah laut dalam, turut memberikan kontribusi terhadap
organisme yang hidup di dalamnya dalam menghasilkan enzim-enzim spesifik
yang sangat berperan dalam industri. Kondisi demikian menumbuhkan
organisme yang secara metabolis dan fisiologis berbeda dengan organisme
yang hidup di darat.
Enzim yang dihasilkan dari bakteri laut merupakan bahan penting
dalam bioteknologi karena

sifatnya

yang sangat

spesifik

dan jarang

ditemukan pada daerah darat. Beberapa merupakan organisme yang resisten


terhadap garam yang merupakan hal yang sangat spesifik diperlukan dalam
proses

industri.

Sebagai

contoh

enzim

protease

ekstraseluler

yang

merupakan bahan penting dan dapat digunakan dalam industri deterjen dan
industri bahan pembersih seperti pada pencucian membran reverse-osmosis.
Jenis bakteri Vibrio spp., yang dikenal sebagai salah satu penyebab penyakit
pada ikan dan udang ternyata menghasilkan berbagai macam enzim protease
ekstraseluler. Vibrio alginolyticus, menghasilkan 6 jenis protease, termasuk di
dalamnya enzim yang tidak umum yaitu enzim yang tahan terhadap deterjen

dan enzim alkaline serine exoprotease. Bakteri ini juga menghasilkan


collagenase, yaitu suatu jenis enzim yang dapat diaplikasikan dalam berbagai
industri dan penerapan komersial, termasuk di dalamnya kemampuan dalam
mendispersi sel-sel dalam kultur jaringan. Alteromonasspp, yang diisolasi dari
laut juga dilaporkan beberapa jenis di antaranya mampu menghasilkan enzim
protease

yang

pertumbuhan

memiliki

beberapa

kemampuan
jenis

bakteri

dalam

proses

penghambatan

lainnya.

Bahan

inhibitor

yang

diidentifikasi ternyata mengandung dua bahan penting yaitu marinostatin


yang dibangun dari 12 sampai 14 asam-asam amino, sedangkan bahan
lainnya dikenal sebagai monostatin yang dibangun dari glycoprotein (Imada,
2000). Enzim alkaline serine protease yang termasuk dalam famili subtilisin
juga ditemukan di beberapa jenis bakteri laut, antara lain pada bakteri laut
psychrophilic yang hidup di laut dengan suhu rendah/dingin (Alfredsson, et
al., 1995).
Di

samping

bakteri,

beberapa

jenis

mikroalgae

juga

mampu

menghasilkan enzim penting, seperti enzim haloperoksidase yang mampu


berperan dalam penggabungan halogen kedalam bahan-bahan metabolit.
Enzim ini dapat berperan penting dalam industri kesehatan, kecantikan dan
pangan.
Kondisi sifat fisik laut yang sangat beragam dan ekstrim telah
menghasilkan beberapa enzim yang sangat berperan dalam bidang biomolekuler dan bioteknologi molekuler. Enzim yang tahan panas tinggi lebih
dari 100C dapat diisolasi dari kelompok bakteri Archae (Thermus aquaticus)
yang diisolasi dari sumber air panas dari Yellowstone National Park,
memberikan

konstribusi

yang

sangat

berarti

dalam

pengembangan

Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik yang sangat


penting untuk mempelajari material genetik dan rekayasa genetika.
(Pustaka dari berbagai sumber)

You might also like