Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Menurut data WHO diare akut
sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan, tidak hanya di
negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Penyakit diare sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan angka kematian yang
masih tinggi. Angka kejadian Diare di
negara berkembang menyebabkan
kematian sekitar tiga juta penduduk
tiap tahunnya. Di Indonesia dari 2.812
pasien diare yang datang ke rumah
sakit di beberapa propinsi di Indonesia
yang dianalisis tahun 2001 penyebab
terbanyak adalah infeksi oleh bakteri
(1). Bakteri tersebut Diantaranya
adalah Eschericia coli dan Vibrio
cholera.
Banyak
antimikroba
yang
digunakan
untuk
menghambat
pertumbuhan E. coli dan V. cholerae.
Yang
menjadi
masalah
adalah
resistensi E. coli terhadap berbagai
antibiotika telah banyak di laporkan
(2). Seperti halnya Enterobacteriaceceae,
E. coli telah banyak yang
resisten terhadap golongan -laktam,
fosfomisin,dan golongan kuinolon (2).
Salah satu produk alami yang
dapat menghambat aktivitas mikroba
adalah susu kambing. Susu kambing
telah terbukti kaya manfaat, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa susu kambing
mengandung senyawa
antimikroba
dan
antioksidan
yang
sangat
dibutuhkan oleh tubuh (3). Tapi, tidak
mungkin
menggunakan
dan
memproduksi susu kambing secara
langsung
sebagai
senyawa
antimikroba dikarenakan sumbernya
sangat terbatas.
Senyawa-senyawa
yang
dihasilkan oleh BAL berupa asamasam organik, H2O2, diasetil dan
bakteriosin (4)
Pemurnian
Koloni yang membentuk zona
bening digores pada media MRSA
yang telah bercampur dengan CaCO3,
lalu diinkubasi selama 2x24 jam pada
suhu 37C di inkubator. Kemudian
diamati zona bening yang terbentuk
dari hasil goresan penuh di medium.
Uji Antagonis
Disiapkan empat bakteri patogen
yaitu Escherichia coli, Vibrio cholerae,
Staphyococcus
aureus
dan
Pseudomonas
aeruginosa.
Lalu
dimasukkan kedalam cawan petri
berisi media NA dan dihomogenkan.
Setelah itu dicungkil BAL yang
membentuk zona bening pada tahap
pemurnian dan ditempelkan pada
posisi terbalik di atas medium NA.
Kemudian diinkubasi selama 1x24 jam
pada
suhu
37C
diinkubator.
Selanjutnya diamati zona hambat yang
terbentuk.
Fermentasi
Dibuat medium starter yakni MYB
10 ml sebanyak dua buah, masingmasing untuk medium produksi dan
medium MRSB. Suspensi BAL 1 ml
dimasukkan
ke
medium
MYB
menggunakan spoit dan diinkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 37C.
Lalu dicukupkan hingga 100 ml oleh
medium produksi dan MRSB. Setelah
itu diinkubasi lagi selama 7x24 jam
pada suhu 37C sambil digojog selama
1 jam per hari.
Ekstraksi
Dicukupkan 200 ml medium
fermentasi (MRSB dan Medium
Produksi) menggunakan ethyl acetat
dan digojog selama 15 menit lalu
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
1.
Isolat BAL dari medium MRSB
dan medium produksi keduanya
memiliki daya hambat yang lebih
besar pada bakteri Escherichia
coli dibanding Vibrio cholerae.
2.
Aktivitas antimikroba isolat dari
Medium MRSB lebih besar
dibanding medium Produksi yahni
Medium MRSB terhadap bakteri
Escherichia coli dan Vibrio
cholerae berturut-turut 5.66 mm
dan 5.12 mm. Sedangkan dari
medium Produksi berturut-turut
5.57 mm dan 4.25 mm.
Saran
Sebaiknya dilakukan uji lebih
mendalam sehingga dapat ditemukan
senyawa
spesifik
yang
dapat
menghambat Escherichia coli dan
Vibrio cholerae
1.
World
Health
Organization
(WHO), Guidelines for DrinkingWater Quality: First Addendum to
Third Edition, Geneva, vol. 1,
2006
2.
Lindgren P K, Karlsson A,
Hughes D 2003. Mutationrate and
evolution
of
fluoroquinolone
resistancein
Escherichia coli
isolates from patients with urinary
tract
infections. Antimicrob
Agent s Chemother. 47: 3222-32.
3.
4.
5.
6.
7.