You are on page 1of 9

HADITS HADITS SEPUTAR RAJAB

Hampir setiap bulan Rajab penulis ditanyakan soal sejauh mana kesahihan hadis-hadis
tentang keutamaan bulan Rajab, termasuk pahala orang yang berpuasa di bulan Rajab atau
hari-hari tertentu di bulan Rajab.
Tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang banyak penulis
ambil dari beberapa kitab terutama dari kajian disertasi penulis dan kitab Tabyin al-ajab fi
fadail syahr Rajab karya Ibn Hajar.
Keutamaan Bulan Rajab
Hadis :
.

Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Syaban itu bulanku, dan Ramadhan itu bulan
ummatku.
Takhrij Hadis: Hadis ini adalah potongan daripada Hadis panjang yang diriwayatkan oleh
Ibn al-Jawzi dalam kitab al-Mauduat dari Muh.ammad ibn Nasir al-Hafiz dari Abu alQasim ibn Mandah dari Abu al-Hasan Ali ibn Abdullah ibn Jahdam dari Ali ibn Muhammad
ibn Saida al-Basri dari bapaknya dari Khalaf ibn Abdullah dari Humaid al-Tawil dari
Anas.[1]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Dalam sanad Hadis ini terdapat Ali ibn Abdullah ibn Jahdam al-Sudai yang lebih dikenal
dengan nama Ibn Jahdam, dia dituduh pendusta. Ulama-ulama yang menuduhnya pendusta
antara lain:
Sedangkan beberapa perawi lainnya dalam sanad ini tidak dikenali, bahkan beberapa ulama
Hadis mengatakan bahwa barangkali mereka belum lagi dilahirkan ( ). Hadis ini
telah dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain.[2]
Keutamaan Bershalawat kepada Nabi di bulan Rajab
Hadis:

.

.


:


Saya melihat pada malam miraj sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih
dingin dari salju, lebih harum daripada misk. Aku pun bertanya kepada Jibril: Untuk sipakah
ini? Jibril menjawab: Buat mereka yang bershalawat kepadamu pada bulan Rajab.
Takhtij Hadis: Hadis ini belum ditemukan perawinya. Al-Kubawi yang menyebutkannya
dalam kitab Durratu al-Nasihin menukilnya dari kitab Zubdat alwaizin.[3]

Hukum Hadis: Maudu/Palsu.


Meskipun belum ditemukan perawi Hadis ini, namun al-Sakhawi berkata
. Maksudnya: Tidak ada satu Hadis pun mengenai selawat kepada Nabi
(s.a.w) di bulan Rajab yang sahih.[4] Berdasarkan kaidah inilah Hadis ini dihukumkan palsu.
Keutamaan Shalat di malam bulan Rajab
Hadis:








.
Barangsiapa yang menghidupkan (dengan ibadah) malam pertama di bulan Rajab, maka
hatinya tidak akan mati ketika hati-hati mati. Allah akan taburkan kebaikan dari atas
kepalanya, dan dia akan keluar dari dosa-dosanya bagaikan baru dilahirkan dari rahim
ibunya, dan dia akan diberikan hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh ribu orangorang yang berdosa yang sudah harus masuk neraka.
Takhrij Hadis: Hadis ini tidak temukan perawinya, termasuk dalam dua kitab khas mengenai
Hadis-hadis tentang bulan Rajab yang dikarang oleh Ibn Hajar dan Ali al-Qari.
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Meskipun belum menemukan perawi Hadis ini, namun ia dapat dihukumkan sebagai Hadis
palsu berdasarkan kaidah yang diberikan oleh Ibn Hajar ketika beliau berkata:

.
:
[5] .
Maksudnya:
Tidak terdapat Hadis mengenai keutamaan bulan Rajab, berpuasa di dalamnya, berpuasa
pada hari-hari tertentu di dalamnya, dan beribadah di malam-malam hari tertentu pada
bulan itu, Hadis yang sahih yang dapat dijadikan hujah/dalil. Al-imam al-Hafiz Abu Ismail
al-Harawi telah mendahului saya memastikan hal ini. Kemudian beliau berkata pula:
Mengenai Hadis-hadis yang ada tentang keutamaan Rajab, puasanya atau puasa pada harihari tertentu di dalamnya yang jelas-jelasan menyebutkan hal tersebut, ia terbagi menjadi dua
jenis: daif dan palsu.
Sebelum Ibn Hajar, Ibn Qayyim juga telah mengisyaratkan kaidah seperti yang
disebutkan Ibn Hajar. Beliau berkata dalam kitab al-Manar al-munif
: . Maksudnya: Semua Hadis mengenai puasa Rajab
dan shalat pada malam-malam tertentu di bulan itu adalah dusta yang nyata. [6]
Hadis ini dihukumkan palsu sebab dia tidak terdaftar dalam beberapa Hadis yang
daif yang disebutkan oleh Ibn Hajar, berarti ia termasuk Hadis yang palsu meskipun Ibn
Hajar tidak menyebutkannya secara langsung namun isyarat beliau selain beberapa Hadis

daif yang disebutkan adalah palsu. Kemudian beliau memberikan sebahagian kecil contohcontoh Hadis palsu yang dimaksud. Wallahu alam.

.


Barangsiapa yang shalat setelah maghrib di malam bulan Rajab, dua puluh rakaat, membaca
setiap rakaatnya surat al-Fatihah dan al-Ikhlas, dengan sepuluh kali salam, maka Allah akan
menjaganya dan menjaga orang rumah dan keluarganya dari bala dunia dan azab akhirat.
Takhrij Hadis: Ibn al-Jawzi menyebutkan Hadis seperti ini diriwayatkan oleh al-Jawzaqani
daripada Anas ibn Malik dengan lafaz akhirnya:
.[7]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, Ibn Qayyim, Ibn
Hajar, al-Suyuti, Ali al-Qari, al-Shawkani dan Ibn Arraq. Sebabnya seperti yang dikatakan
oleh Ibn al-Jawzi, kebanyakan daripada perawi dalam sanad Hadis tersebut adalah perawi
yang tidak dikenali ().[8] Hadis ini termasuk dalam kaidah yang disebutkan Ibn Hajar
di atas.
Hadis-hadis shalat Raghaib






: :

.
Barangsiapa yang berpuasa pada hari pertama bulan Rajab, kemudian sembahyang
pada waktu antara Isya dan Subuh sebanyak dua belas rakaat, dengan satu kali salam setiap
dua rakaat, membaca surat al-Fatihah satu kali pada setiap rakaat dan surat al-Qadr tiga kali
dan surat al-Ikhlas. Dua belas kali. Setelah selesai sembahyang ia bershalawat kepadaku
(Nabi s.a.w) tujuh puluh kali dengan membaca: . Kemudian
dia bersujud dan membaca: sebanyak tujuh puluh
kali, Kemudian dia bersujud lagi dengan membaca bacaan yang sama seperti sujud yang
pertama, lalu dia memohon permintaannya dalam sujud itu, maka permintaannya akan
dikabulkan.
Hadis yang lainnya mengenai shalat al-raghaib ini adalah:

.
Tidaklah seseorang itu melaksanakan sembahyang ini kecuali Allah akan mengampuni semua
dosa-dosanya, walaupun sebanyak pasir dan buih air laut, seberat gunung dan sebanyak daundaun di pokok. Pada hari kiamat, dia akan memberi syafaat kepada tujuh ratus ahli
keluarganya yang menghuni neraka.

Hadis-hadis ini disebutkan oleh Al-Ghazali juga dalam Ihya ulum al-din. al-Iraqi
mengatakan bahwa ia disebutkan oleh Ruzayn dalam kitabnya.[9]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Ulama hadis seperti Ibn al-Jawzi, Ibn S.alah., Ibn Qayyim, al-Iraqi, al-Suyuti, Ibn Arraq dan
lain-lain mengatakan bahwa Hadis-hadis ini adalah palsu. Bahkan Abu Shamah telah
membahasnya secara panjang lebar dalam kitabnya al-Baith Ala inkar al-bid wa alhawadith. Semuanya menghukumkan Hadis ini sebagai palsu.[10]
Keutamaan Puasa di bulan Rajab.




.

Sesungguhnya Rajab itu adalah bulan Allah yang .. . Maka barangsiapa berpuasa pada bulan
itu satu hari dengan penuh keimanan dan pengharapan maka dia pasti akan mendapatkan
Ridha Allah yang besar. Dan barangsiapa berpuasa pada bulan itu dua hari maka dia akan
mendapatkan sesuatu yang tidak dapat disifatkan oleh penghuni langit dan bumi tentang
kemuliaannya di sisi Allah. Dan barangsiapa yang puasa tiga hari maka akan dijauhi dari bala
dunia dan azab akhirat, dan penyakit gila, , putihan dan dari ujian Dajjal. Dan barangsiapa
puasa tujuh hari maka akan ditutup ke atasnya tujuh pintu neraka. Dan barangsiapa yang
puasa delapan hari maka dibukakan untuknya delapan pintu-pintu surga, dan barangsiapa
yang puasa sepuluh hari maka tidaklah dia meminta sesuatu kepada Allah kecuali akan
dikabulkan. Dan barangsiapa berpuasa lima belas hari maka akan diampuni dosa-dosanya
yang terdahulu dan segala kesalahannya akan diganti dengan kebaikan. Dan barangsiapa yang
berpuasa lebih daripada itu, akan maka Allah pun akan menambahkan lagi pahalanya.
Takhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shuab dan Fadail alawqat dan al-Asfahani dalam al-Targhib. Kesemuanya melalui Utsman ibn Matar dari Abd.
Ghafur dari Abd Aziz ibn Said dari bapaknya.[11]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Dalam sanad al-Bayhaqi terdapat beberapa perawi yang daif, amat daif dan seorang yang
dituduh meriwayatkan Hadis palsu daripada perawi tsiqat. Antaranya adalah Utsman ibn
Matar, dia daif menurut Abu Hatim, al-Nasai, al-Dhahabi dan Ibn Hajar. Abu Salih Abd.
al-Gahafur al-Wasiti, menurut al-Bukhari mereka meninggalkannya dan Hadisnya munkar
( ). Ibn Adiy berkata: Dia daif dan Hadisnya munkar ( ).
Al-Nasai berpendapat dia . Ibn Hibban pula menyatakan bahwa dia
meriwayatkan Hadis-hadis palsu daripada perawi tsiqat ( ) .
Al-Bayhaqi yang meriwayatkan Hadis ini hanya mengatakan bahwa sanadnya daif, akan
tetapi Ibn Hajar yang kemudian diikuti oleh Ibn Arraq menghukumkannya dengan palsu.[12]

.

Puasa hari pertama dari bulan Rajab menghapuskan dosa tiga tahun, puasa pada hari
keduanya menghapuskan dosa dua tahun, dan puasa pada hari ketiga menghapuskan dosa
satu tahun, kemudian setiap hari-hari selanjutnya akan menghapuskan dosa sebulan.
Takhrij Hadis: Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti, diriwayatkan oleh Abu
Muhammmad al-Khallal dalam Fadail Rajab daripada Ibn Abbas.[13]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Al-Suyuti menghukumkan Hadis ini dengan daif, akan tetapi al-Munawi mengatakan amat
daif, kemudian beliau menukil pendapat Ibn Salah dan Ibn Rajab al-Hambali yang
mengisyaratkan palsunya Hadis-hadis mengenai puasa Rajab. Al-Albani hanya mendaifkan
Hadis ini.[14]
Hadis ini dapat dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn
Hajar seperti yang telah dijelaskan pada Hadis ke 154.
.
r

Sesungguhnya Rasulullah saw belum pernah berpuasa selain bulan Ramadhan kecuali Rajab
dan Syaban.
Takhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shuab daripada Abu
Hurairah.[15]
Hukum Hadis: Daif.
Al-Bayhaqi mengatakan bahwa sanad Hadis ini daif.[16]
Hadis:





.


Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih dari
pada susu, lebih manis dari pada madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab,
Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.
Takhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin dan al-Bayhaqi
dalam Fadail al-awqat dan al-Shayrazi dalam al-Alqab seperti diisyaratkan oleh al-Suyuti.
Kesemuanya dari riwayat Anas.[17]
Al-Khubawi mengisyaratkan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.[18]
Tetapi isyarat ini adalah salah sebab al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini
dan tidak ada seorang ulama Hadis pun yang mengisyaratkan ke arah itu, apa lagi Hadis ini
adalah amat daif, bahkan beberapa ulama menghukumkannya palsu. Jadi tidak mungkin
keduanya meriwayatkan Hadis ini.

Hukum Hadis: Daif.


Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Dhahabi dan
Ibn Hajar dalam Lisan al-mizan. Sebabnya adalah di dalam sanad Hadis ini terdapat perawi
pendusta, iaitu Mans.u-r b. Yazid. Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam sanadnya banyak
yang tidak diketahui ( ).[19]
Akan tetapi al-Suyuti dan Ibn Hajar dalam kitab Tabyin al-Ajab hanya me daif kan Hadis
ini., berbeda dengan hukuman beliau ke atas Hadis ini dalam Lisan al-mizan seperti
dijelaskan di atas. Beliau berkata Isnadnya secara am adalah daif, akan tetapi ia belum
sampai menjadikan Hadis ini palsu .[20]


.




Semua orang akan kelaparan pada hari kiamat kecuali para nabi-nabi dan keluarga-keluarga
mereka, serta mereka yang berpuasa Rajab, Syaban dan Ramadhan.
Takhrij Hadis: Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan. Al-Khubawi
menukilnya daripada kitab Zubdat al-waiz.in.[21]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Hadis ini boleh dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn Hajar dan
Ibn Qayyim seperti disebutkan di atas.
: .
: : .

.
Wahai Thawban, mereka itu diazab di dalam kubur mereka, aku mendoakan untuk maka
Allah pun meringankan siksa mereka. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Wahai Thawban,
kalaulah seorang di antara mereka berpuasa di bulan Rajab, dan mereka tidak tidur di
malamnya semalaman, niscaya mereka tidak akan disiksa di kubur mereka.
Aku (Thawban) berkata: Wahai Rasulullah saw, apakah puasa satu hari dan qiyamullah satu
malam dapat menghindari orang dari siksa kubur. Rasulullah saw menjawab: Wahai
Thawban, demi Zat yang nyawaku ada di tangan-NYa, tidaklah seorang muslim atau
muslimah berpuasa dalam satu hari di bulan Rajab, dan qiyamul lail pada satu malamnya,
mengharapkan ridha Allah, kecuali akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang beribadah satu
tahun yang paginya puasa dan malamnya qiyam al-lail.
Takhrij Hadis: Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan. Al-Khubawi
menukilnya dari kitab Rawnaq al-majalis.[22]
Hukum Hadis: Maudu/Palsu.
Hadis 8:

Hadis ini dapat dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn Hajar dan
Ibn Qayyim seperti yang dijelaskan pada Hadis ke 154.
Fiqh Ibadah di Bulan Rajab
Ada sedikit kegelisahan di hati ketika sebuah hadis yang berkaitan dengan sebuah ritual
dihukumkan palsu oleh ulama hadis. Ada kesan lanjutan sebagai dampak dari kegelisahan
tadi, yaitu apakah ibadah yang selama ini rutin dikerjakan dan ternyata hadisnya adalah palsu,
lalu ibadahnya jadi bidah dan sia-sia ?
Harus diketahui bahwa hadis palsu tidak mempengaruhi hukum fiqh yang dibangun dengan
hadis sahih atau ayat al-Quran. Sebagai contoh, puasa adalah amalan yang disyariatkan
Islam, tentu dengan aturan yang sudah sama-sama dimaklumi. Ia boleh dilakukan kapan saja
kecuali beberapa hari tertentu saja, yaitu 5 atau 6 hari dalam satu tahun. Selain disyariatkan,
puasa adalah amal kebaikan yang tentu saja berpahala. Hanya saja, berapa besarkah pahala
yang didapat seorang ketika berpuasa, hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu, artinya, hanya
melalui al-Quran dan hadis sahihlah kita dapat mengetahui besarnya pahala tersebut, ulama,
siapapun orangnya, tidak dapat mengetahui besarnya pahala. Mereka dengan pemahaman
dapat mengatakan bahwa ini berpahala karena merupakan amal shaleh, berapa besar
pahalanya, wallahu alam bissawab.
Dengan demikian, maka bagi mereka yang melakukan shalat malam, puasa dan bershalawat
di bulan Rajab, tetap akan mendapatkan pahala, hanya saja pahala yang dijanjikan atau
diberikan bukan seperti yang dirincikan dalam hadis-hadis palsu.
Bidah atau tidak puasa di bulan Rajab atau shalat malam harinya, tentu saja tidak asal dasar
pengamalannya bukan dimotivasi oleh hadis yang palsu.
Mengapa masih ada hadis palsu yang seperti itu ?
Munculnya hadis palsu seperti di atas tidak lepas dari nawaitu yang keliru dari para
pembuatnya. Hadis di atas yang dihukumkan palsu karena jelas bukan perkataan atau sabda
nabi saw, semua adalah perkataan orang yang dinisbahkan kepada nabi untuk mendapatkan
legitimasi hukum. Tentu saja nabi saw bari (terlepas) dari tanggung jawab
hukum/kesimpulan yang dihasilkan. Mereka yang memalsukan hadis-hadis seperti di atas
banyak disebabkan oleh keinginan mereka mengajak orang berbuat baik. Namun cara
merekalah yang salah, yaitu dengan mengatasnamakan nabi dan mereka-reka pahala dari
sebuah amalan. Ada dua kebohongan yang dilakukan, pertama menentukan/mereka-reka
pahala dan kedua mengatakan kebohongannya ini sebagai perkataan Nabi saw.

[1]Ibn al-Jawzi, al-Mauduat, jil. 2, hlm. 125.


[2]Ibid; Ibn Qayyim, al-Manar al-munif, hlm. 95-96; Ibn H.ajar, Tabyin al-ajab,
hlm. 19-21; al-Suyuti, al-Laali, jil. 2, hlm. 55-56.
[3]al-Khubawi, Durrat al-waizin, hlm. 45.
[4]al-Sakhawi, al-Qawl al-badi, hlm 298.

[5]Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqallani, Tabyin al-ajab bima wurida fi fadl
Rejab, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Bayrut, 1988, hlm. 11 dan 14.
[6] Ibn Qayyim, al-Manar al-munif, hlm. 96.
[7]Ibn al-Jawzi, al-Mauduat, jil. 2, hlm. 123; Ibn Qayyim, al-Manar al-munif,
hlm. 96, al-Suyuti, al-Laali al-masnuah, jil. 2, hlm. 55-56;Ali al-Qari al-Asrar almarfuah, hlm. 461; Ibn Arraq, Tanzih al-shariah, jil. 2, hlm. 90; al-Shawkani, al-Fawaid
al-majmuah, hlm. 47.
[8]Ibid; Ibn H.ajar, Tabyin al-ajab, hlm. 20-21.
[9]al-Ghazali, al-Ihya, jil. 1, hlm. 267; al-Iraqi, al-Mughni, jil. 1, hlm. 267.
[10]Ibn al-Jawzi, al-Mauduat, jil. 2, hlm. 125; Ibn Qayyim, al-Manar al-munif,
hlm. 95-96; al-Iraqi, al-Mughni, jil. 1, hlm. 267; al-Suyuti, al-Laali, jil. 2, hlm. 56; Ibn
Arraq, Tanzih al- shariah, jil. 2, hlm. 89; Muhammad ibn Abd. Rahman Ismail ibn
Ibarahim @ Abu Shamah, al-Baith ala inkar al-bid wa al-hawadith, Dar al-Rayah, alRiyad., 1990, hlm. 138-244.
[11]al-Bayhaqi, Shucab al-iman, jil. 3, hlm. 368, h.n. 3801; al-Bayhaqi, Fadail alawqat, hlm. 92-93; al-Asfahani, al-Targhib, jil. 2, hlm. 392, h.n. 1849.
[12] al-Bayhaqi, Fadail al-awqat, hlm. 90; al-Haythami, Majma al-zawaid, jil. 3,
hlm. 188; Ibn Hajar, Tabyin al-ajab, hlm. 20-24; Ibn Arraq, Tanzih al-shariah, jil. 2, hlm
158; dan lihat biografi Utsman ibn Matar dalam al-Dhahabi, Mizan al-Itidal, jil. 3, hlm. 5356; Ibn Hajar, Taqrib al-tahdhib, hlm. 386; Dan biografi Abd. al-Ghafur dalam Ibn Hibban,
al-Majruhin, jil. 2, hlm. 148 ; al-Dhahabi, Mizan al-Itidal, jil. 2, hlm. 55; al-Halabi, al-Kashf
al-hathith, hlm 171.
[13]al-Suyuti, al-Jami al-saghir, jil. 1, hlm. 70.
[14]al-Suyuti, al-Jami al-saghir, jil. 1, hlm. 70; al-Munawi, Fayd al-Qadir, jil. 4,
hlm. 210-211; Muhammad Nasir al-Din al-Albani, Daif al-Jami al-saghir wa ziyadatih, alMaktab al-Islami, Bayrut, 1979, jil. 3, hlm. 272, h.n. 2499.
[15]al-Bayhaqi, Shuab al-iman, jil. 3, hlm. 369, h.n. 3803.
[16]Ibid.
[17]Ibn Hibban, al-Majruhin, jil. 2, hlm. 238; al-Bayhaqi, Fadail al-awqat, hlm.
90-91, h.n. 8; al-Suyuti, al-Jami al-saghir, jil. 1, hlm. 312; al-Munawi, Fayd al-Qadir, jil. 2.
hlm. 470.
[18]al-Khubawi, Durrat al-nasihin, hlm. 46.
[19]Ibn al-Jawzi, Ilal al-mutanahiyah, jil. 2, hlm. 65; al-Dzahabi, Mizan al-Itidal,
jil . 4 hlm. 189; Ibn Hajar, Lisan al-mizan, jil. 3. hlm. 348.

[20]Ibn Hajar, Tabyin al-ajab, hlm. 29; al-Suyuti, al-Jami al-saghir, jil. 1, hlm.
312.
[21]al-Khubawi, Durrat al-nasihin, hlm. 47.
[22]Ibid.
1
0
0 0
- See more at: http://pusatkajianhadis.com/hadis-hadis-seputar-rajab/#sthash.KBjz7JgZ.dpuf

You might also like