You are on page 1of 7

Impairment Aset

Dwi Martani

Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebih


nilai yagn dapat dipulihkan. Aset yang mengalami
penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak
penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam
laporan laba rugi. Semua aset memiliki potensi
mengalami penurunan nilai, namun ada yg diatur sendiri
dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK
48 tentang Penurunan Nilai.

Pendahuluan
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer
dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Sebenarnya istilah impairment
sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis
IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tidak hanya untuk aset tetap
tetapi juga untuk aset takberwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
PSAK 16 tentang Aset tetap menjelaskan bahwa Aset tetap dinilai sebesar
harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan penurunan nilai. Penurunan nilai disebutkan dalam paragrap
pengukuran. PSAK 19 tentang aset takberwujud menyebutkan hal yang
sama. Bahkan disebutkan goodwill tidak boleh lagi diamortisasi tetapi
diimpairment. PSAK 55 tidak menyebutkan penyisihan piutang untuk piutang
yang tidak dapat ditagih tetapi mengistilahkannya dalam bahasa umum
sebagai penurunan aset keuangan. Impairment diatur khusus dalam PSAK 48
Penurunan Nilai. PSAK 48 diterapkan untuk semua aset kecuali untuk
persediaan, aset keuangan, kontrak konstruksi, kontrak asuransi, property
investasi yang diukur dengan nilai wajar, aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual (PSAK 58) dan aset pajak tangguhan (PSAK 46).
Paparan ini hanya membahas penurunan nilai yang berlaku umum dalam
PSAK 48, tidak menyoroti penurunan nilai yang berlaku dalam PSAK khusus.
Konsep penurunan nilai dalam PSAK ini menjadi kerangka dasar akuntansi

penurunan nilai, namun untuk beberapa aset yang telah disebutkan di atas,
penurunan nilai menggunakan kaidah yang berbeda.
Pengertian Umum
Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai
terpulihkan. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar
dikurangi dengan biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai
merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan.
Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.
Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan.
Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian.
Aset tidak boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai
definisi aset adalah manfaat ekonomi yang di masa depan yang diharapkan
akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus disajikan sebesar nilai yang
mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa depan. Saat
nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat,
maka aset tersebut harus diturunkan.
Pengukuran penurunan nilai dapat dilakukan untuk satu unit aset tunggal
maupun satu kelaompok aset. Ada aset yang dapat menghasilkan arus kas
independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika satu aset dapat
menghasilkan arus kas independen maka pengukuran penurunan nilai
dilakukan berdasarkan unit aset tersebut. Namun ada beberapa aset yang
dapat menghasilkan arus kas jika berada dalam kelompok aset, sehingga
penurunan nilai dilakukan untuk satu unit penghasil kas. Contoh unit
penghasil kas adalah investasi asosiasi, investasi di anak perusahaan, suatu
unit pabrik .
Aset dapat diperoleh kembali melalui penjualan (value through sales) dan
penggunaan (value through sales). Jika aset tersebut dijual maka entitas
akan mendapatkan nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan. Nilai wajar
adalah nilai yang dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil
kas dalam transaksi yang mengerti dan berkehendak beban tanpa tekanan.
Nilai pakai adalah nilai aset jika digunakan terus sampai akhir masa manfaat.
Nilai pakai dihitung dari nilai sekarang dari taksiran arus kas yang dapat
diharapkan akan diterima aset atau unit penghasil kas di masa mendatang.
Biaya pelepasan adalah tambahan tambahan yang secara langsung terkait
dengan pelepasan aset atau unit penghasil kas.
Dalam penurunan nilai, yang dipilih adalah nilai tertinggi antara nilai yang
dapat diperoleh kembali dengan nilai yang digunakan. Sebagai ilustrasi suatu

kendaraan nilai tercatatnya 400juta, nilai jual dikurangi biaya penjualan 350
juta dan nilai pakainya 300 juta. Manajer akan memilih menjual aset tersebut
dengan harga 350 juta daripada terus memakainya, karena nilai pakai aset
tersebut hanya 300 juta. Namun jika nilai pakainya 370 juta dan nilai jual
dikurangi biaya penjualan 310 juta, maka manajer akan memilih terus
menggunakan aset tersebut sampai akhir masa manfaatnya.
Prosedur Penurunan Nilai
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat
indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas
harus mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih
rendah dari nilai tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset
tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan
pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut.
Pada saat menilai indikasi penurunan nilai, entitas mempertimbangkan
faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas
yang mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti,
penurunan nilai pasar aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai
akibat pemakaian atau berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti
teknologi, ekonomi, teknologi, suku bunga pasar dan lingkup operasi entitas.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam entitas dan faktor teknis terkait
aset tersebut seperti, keusangan dan kerusakan fisik, kinera aset yang buruk
dan perubahan signifikan dalam perusahaan yang menyebabkan aset tidak
dimanfaatkan.
Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal dalam
menentukan penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka aset tidak
mengalami penurunan nilai sehingga tidak perlu melakukan pengukuran
penurunan nilai. Namun jika aset tersebut memiliki indikasi penurunan nilai,
maka dalam pengukuran penurunan nilai dapat dipastikan bahwa nilai
tercatat lebih tinggi dari pada nilai terpulihkan.
Khusus untuk aset takberwujud yang memiliki masa manfaat tidak terbatas
dan yang belum digunakan, entitas langsung melakukan pengujian atas
penurunan nilai. Entitas tidak perlu melakukan pengujian ada tidaknya
indikasi namun langsung membandingkan antara nilai tercatat dan nilai
terpulihkan setiap tahun. Pengujian penurunan nilai dilakukan kapan saja
dalam periode tahunan, asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap
tahunnya.
Langkah kedua setelah ditemukan indikasi penurunan nilai adalah
menentukan nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan
biaya penjualan aset dan nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus

tersedia semuanya. Jika salah satu nilai tersebut lebih besar dari nilai
tercatat, maka tidak perlu dilakukan proses penurunan nilai berikutnya.
Artinya nilai terpulihkan akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari nilai
tercatat sehingga tidak terjadi penurunan nilai. Dalam kondisi lain, nilai pasar
aset sulit dilakukan karena tidak ada dasar untuk menentukan nilai pasar.
Entitas dapat menggunakan pakai sebagai nilai terpulihkan. Namun
sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar
dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai nilai terpulihkan.
Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara individual, kecuali
aset tersebut tidak menghasilkan arus masuk indipenden dari aset lain.
Untuk aset yang arus kasnya baru dapat ditentukan dalam satu kelompok
aset, penentuan jumlah terpulihkan dilakukan untuk satu kelompok aset
yang menghasilkan arus kas, disebut sebagai unit penghasil kas.
Kaidah menentukan nilai wajar mengikuti hirarki umum penentuan nilai
wajar mulai dari menggunakan harga dalam perjanjian penjualan mengikat,
pasar aktif, nilai pasar aset pada transaksi terkini dan nilai pasar aset
serupa. Standar tidak menjelaskan perlunya penilai untuk menentukan nilai
wajar dalam penurunan nilai, namun entitas dapat menggunakan informasi
penilai untuk menentukan nilai wajar jika harga pasar aktif tidak tersedia.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut.
Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya
pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap
dijual. Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan biaya terkait
regorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya
penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan
diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai
pakai langkah yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk
dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta
menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut.
Estimasi arus kas masa depan harus memperhatikan faktor ketidakpastian,
kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam
proyeksi harus mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai
kemungkinan yang akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi
arus dan tingkat diskonto harus menggambarkan asumsi yang konsisten
mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum.

Tarif diskonto yang digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu
uang dan risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat
pengembalian yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi
yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama
dengan aset tersebut.
Dalam praktik tidak mudah menghitung nilai pakai suatu aset. Arus kas
entitas dihasilkan dari kegiatan operasi yang merupakan gabungan dari
sumber daya entitas yang tidak mudah untuk dipisahkan kontribusinya.
Untuk aset investasi di perusahaan asosiasi atau anak perusahaan, arus
lebih mudah untuk diidentifikasi, namun aset secara individu atau kelompok
aset sulit untuk mengidintifikasi dan menghitung arus kas. Sebagai contoh
arus kas angkutan pariwisata tidak dapat dilepaskan dari fungsi pemasaran
dan kesediaan sumber daya pendukung. Terkadang sulit untuk menentukan
secara spesifik arus kas dari sumber daya pendukung, aktivitas tidak
langsung dan aktivitas yang dimanfaatkan bersama beberapa aset.
Entitas akan menentukan nilai terpulihkan dengan memilih nilai yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Dalam
kondisi khusus, jika tidak tersedia keduanya atau tersedia namun nilainya
tidak dapat diandalkan maka nilai yang tersedia dan dapat diandalkan
tersebut merupakan nilai terpulihkan.
Langkah ketiga adalah menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai
atau tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan.
Jika nilai tercatat lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tidak mengalami
penurunan nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai
tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan/diturunkan nilainya
sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba
rugi periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami
penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan.
Penurunan nilai untuk unit penghasil kas dalam bentuk investasi pada anak
perusahaan atau investasi asosasi dialokasikan ke aset dari unit penghasil
kas tersebut. Penurunan nilai pertama kali dialokasikan untuk menurunkan
nilai goodwill, jika masih tersisa akan dialokasikan prorate atas aset tetap
atau aset takberwujus selain goodwill yang dimiliki entitas.
Kerugian penurunan nilai pada periode berikutnya dapat dipulihkan.
Pemulihan aset dilakukan sebesar nilai tercatat aset pada periode tersebut
(nilai tercatat pada periode tersebut jika tidak tidak terjadi penurunan nilai).
Kecuali untuk goodwill, penurunan nilai yang telah dilakukan tidak dapat

dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi


sebagai kentungan yang disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Penurunan nilai aset tertentu
Aset keuangan menurut PSAK 55 juga dapat mengalami penurunan nilai.
Untuk aset keuangan yang diukur dengan nilai wajar, penurunan nilai akan
otomatis tercermin dalam nilai aset dan disajikan sebagai kerugian. Untuk
aset keuangan yang diukur dengan biaya perolehan dan nilai dimaortisasi
dapat mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan
nilai jika nilai tercatat lebih besar daripada nilai diperoleh kembali. Evaluasi
dilakukan setiap tanggal neraca untuk menilai apakah terdapat bukti
obyektif penurunan nilai. Jika terdapat bukti obyektif, maka entitas harus
melakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali. Perbedaan dengan
PSAK 48, terletak pada bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh
kembali.
Persediaan bukan aset yang menjadi subyek penurunan nilai. Namun dalam
PSAK 14 Persediaan disebutkan persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih
rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Penilaian
persediaan sebenarnya didasarkan pada prinsip konservatisme seperti
halnya penurunan nilai. Nilai terpulihkan kembali untuk persediaan adalah
nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih dapat menggunakan nilai
penggantian atau nilai jual dikurangi dengan biaya penjualan.
Aset tidak lancar tersedia untuk dijual (PSAK 58) juga mengalami penurunan
nilai, namun untuk menentukan nilai terpulihkan hanya menggunakan nilai
wajar dikurangi biaya penjualan. Aset untuk dijual sehingga tidak relevan
menggunakan nilai pakai untuk menentukan nilai terpulihkan.
Properti investasi (PSAK 13), yang dinilai dengan menggunakan model nilai
wajar (fair value model) penurunan nilai akan terjadi secara otomatis pada
saat penyesuaian nilai wajar. Untuk aset tetap (PSAK 16) yang dinilai dengan
menggunakan model revaluasi, secara otomatis akan mengalami penurunan
saat penilaian aset menunjukkan nilai yang lebih rendah dari tercatat.
Pengakuan dalam laba rugi akan diakui sebesar nilai wajar dikurangi dengan
nilai buku. Untuk aset pajak tangguhan (PSAK 46), penentuan nilai dipulihkan
kembali dilakukan secara khusus karena terkait apakah manfaat pajak
tersebut dapat direalisasikan di masa depan.
Penutup

Entitas setiap akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah aset
yang dimilikinya mengalami penurunan nilai. Sebelum penurunan nilai
dilakukan, entitas menguji ada tidaknya indikasi penurunan nilai, kecuali
untuk goodwill. Jika tidak ada indikasi maka penurunan nilai tidak dilakukan.
Jika terdapat indikasi, entitas akan menghitung nilai terpulihkan dengan
membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya
penjualan dan nilai pakai. Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat
dengan nilai terpulihkan.
Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari melakukan penurunan
nilai. Dampak penurunan nilai mengurangi laba dan memperkecil nilai aset
entitas. Entitas sulit untuk menentukan nilai terpulihkan. Dalam menentukan
nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi dan asumsi yang dipengaruhi
oleh subyektivitas manajemen.
Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi
di masa depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi
yang akan diterima entitas di masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan
pada konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi informasi.

You might also like