Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan primer dengan prinsip utama
pelayanan kesehatan holistikserta memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan secara
berkesinambungan. Masalah yang dialami pada keluarga ini adalah kurangnya pengetahuan
keluarga dan pasien mengenai penyakit yang dialami pasien, sehingga juga berdampak pada
lingkungan rumahnya yang kurang bersih dan sirkulasi yang kurang baik, dan juga asupan
makanannya, selain itu juga kurangnya perhatian yang didapatkan pasien karena pasien hanya
tinggal berdua di rumahnya dengan suaminya yang bekerja dari pagi sampai malam.
Sedangkan masalah yang dialami pasien adalah keluhan nyeri dan benjolan pada perut bagian
bawah sejak 1 tahun yang lalu, yang didiagnosa oleh dokter TB usus. Pasien diberikan
edukasi melalui media video mengenai penyakit pasien (TB dan hipertensi) dan pola hidup
sehat, angket mengenai makanan yang baik untuk pasien
dan
dianjurkan untuk pasien. Indeks keberhasilan ditentukan dari data klinis dan indeks koping
keluarga. Perkembangan penyakit yang dialami pasien disebabkan karena rendahnya
pengetahuan serta kurang pedulinya pasien terhadap kebersihan dan sirkulasi rumah,
sehingga agen infeksius berkembang dengan baik sehingga penyakit pasien semakin
berkembang. Penerapan pelayanan kedokteran keluarga bersifat holistik, komprehensif,
berkesinambunan, terpadu dan paripurna yang memandang pasien sebagai bagian dari
keluarga dan lingkungannya telah dilakukan dan berhasil menambah pengetahuan pasien dan
keluarga, sehingga keluarga memperbaiki keadaan rumah yang menjadi lebih rapi dan bersih,
bahkan suaminya pun mengungkapkan bahwa ingin mencari rumah baru dengan sirkulasi
udara yang lebih baik. Pasien juga sudah
Pendahuluan
Berdasarkan WHO (2003), dalam mencapai upaya kesehatan nasional dan mencapai
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat sistem pelayanan
kesehatan primer. Oleh sebab itu perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical
Education (COME) dan Family Oriented Medical Education (FOME), yang salah satu
bentuk perwujudannya dengan pelaksananaan pelayanan Kedokteran Keluarga yang
melaksanakan pelayanan kesehatan holistic meliputi upaya kesehatan promotif, preventif,
kuratifdan rehabilitatif dengan pendekatan keluarga.
Kedokteran Kelurga bukan hal baru di beberapa Negara dan telah terbukti sebagai
upaya pelayanan kesehatan primer yang berkembang pesat. Terbukti pada Januari 1985,
WHO dan WONCA telah merumuskanaction plan dalam Making Medical Practice and
Educational Move Relevant to Peoples Need: The Role of Family Doctor. Sedangkan di
Indonesia, melalui Permenkes No. 916 Tahun 1997, tentang Pelayanan Dokter Umum yang
Diarahka Menjadi Pelayanan Dokter Keluarga, diharapkan pelayanan kesehatan primer
melalui dokter keluarga mampu meningkatan upaya kesehatan nasional.
Dengan adanya prinsip utama pelayanan kesehatan holistik dalam pelaksanaan
kedokteran keluarga, maka diperlukan informasi mengenai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungan, serta memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan secara
berkesinambungan. Maka, untuk dapat melakukan pelayanan kesehatan seperti itu,
salahsatucara
yang
dapatdilakukanadalahmelakukankunjunganrumah
(home
visit)
genetalia interna. Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan
proses tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun sering ditemukan
bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru sudah tidak kelihatan
lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosa di paru mungkin sudah menyembuh
terlebih dahulu sedangkan penyebaran masih berlangsung di tempat lain.
Di Negara yang sedang berkembang tuberculosis peritoneal masih sering dijumpai
termasuk di Indonesia, sedangkan di negara Amerika dan Negara Barat lainnya walaupun
sudah jarang ada kecenderungan meningkat dengan meningkatnya jumlah penderita AIDS
dan Imigran. Karena perjalanan penyakitnya yang berlangsung secara perlahan-lahan dan
sering tanpa keluhan atau gejala yang jelas maka diagnosa sering tidak terdiagnosa atau
terlambat ditegakkan.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,
misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Ilustrasi Kasus
Seorang wanita Ny. Z, berusia 48 tahun adalah seorang ibu rumah tangga dari
keluarga inti dan hanya tinggal berdua bersama suaminya yang berusia lebih muda yaitu Tn.
H berusia 38 tahun yang bekerja sebagai supir pribadi. Keluarga ini tidak mempunyai anak
karena Ny. Z sudah dua kali keguguran.
Saat kunjngan pertama Ny. Z, yaitu pasien, terlihat tampak pucat dan sangat kurus.
Pasien mengeluhkan merasakan nyeri di bagian perut bawah dan ada benjolan sejak 1 tahun
yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan kaki, tangan, dan wajahnya bengkak serta
akhir-akhir ini sering merasa sesak saat beraktivitas dan saat tidur. Pada pertengahan tahun
2013 pasien pernah berobat RSUD Depok, dari hasil pemeriksaan rontgen didapatkan
kardiomegali dan dari pemeriksaan lab didapatkan Hb , Ht , Leukosit , Trombosit , AST
(SGOT) , Albumin . Ibu Z diberikan obat sefadroxil, potasium chloride, antasid, furosemid,
captopril, obat warna kuning bulat kecil yang diminum setiap hari dan mendapat anjuran
untuk mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, serta mengurangi konsumsi
garam. Setelah mengkonsumsi obat dari dokter bengkak di tubuh Ny. Z membaik namun
nyeri perutnya tidak berkurang.
Sekitar dua tahun yang lalu, pasien pernah mengalami batuk kering yang cukup lama
namun tidak pernah berobat dan pasien juga mengatakan mengalami hipertensi.
Pada riwayat penyakit keluarga, pasien menyangkal adanya riwayat penyakit jantung
pada orang tua pasien. Suami pasien merokok didalam rumah tapi tidak pernah ada gejala
penyakit TB. Pasien mengatakan bahwa tetangga disamping rumah mengalami penyakit
batuk berdahak yang sudah cukup lama.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan saat kunjungan didapatkan Ny. Z, kompos mentis
tampak pucat dan kurus. Tekanan darah normal, bunyi jantung dalam batas normal, paru
dalam batas normal. Perut cembung, keras, bising usus meningkat dan nyeri tekan di
epigastrium. Pada ekstremias bawah terdapat pitting edema pretibia.
Hubungan Ny. Z dengan mertua tampak tidak begitu dekat, Ny. Z mengatakan lebih
sering bertemu dengan tantenya dari pada dengan mertua. Lingkungan sosial di sekitar
tempat tinggal Ny. Z tampak tidak begitu harmonis. Pasien juga mengatakan tidak mengikuti
kegaiatan-kegiatan sosial seperti pengajian atau yang lainnya.
Gambar 1. Genogram
3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien tampak kekurangan perhatian dan kesepian
dikarenakan tidak memiliki anak dan hanya tinggal berdua dengan suaminya. Mertua
pasien tinggal di daerah yang lumayan dekat dengan rumah pasien, namun
berdasarkan pengakuan pasien, mertuanya jarang mengunjungi pasien, padahal
penyakit pasien lumayan serius.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: dalam pemenuhan
kebutuhan keluarga, suami pasien masih dapat mencukupi kebutuhan keluarga
Dengan gajimingguan: 100.000, gajitetap 800.000, jikakeluarkota 300.000.
5. Masalah dalam perilaku kesehatan: dalam perilaku minum obat, pasien bisa dikatakan
teratur, namun dalam hal meningkatkan kebersihan rumah terlihat kurang baik, selain
itu juga tata ruang rumah yang pasien tinggali, sirkulasi udara hanya didapatkan pada
bagian depan rumah saja, sehingga, pertukaran udara di dalam rumah pasien tidak
berlangsung dengan baik, bagian dalam rumah pasien dan belakang tampak pengap
dikarenakan kurangnya sirkulasi udara. Untuk gizi pasien, dalam makan sehari-hari
pasien biasa membeli makanan yang sudah jadi, tidak membuat makanan sendiri di
rumah dikarenakan keterbatasan pasien untuk melakukan aktivitas.
6. Masalah dalam lingkungan: pasien dan suami terlihat tidak akrab dengan tetangga
sekitar, terlihat acuh satu sama lain. Pasien juga tidak pernah mengikuti acara sosial
yang ada di lingkungannya.
Diagnostik Holistik
Aspek Personal
: Pasien
Aspek Klinis
Aspek Individual
Aspek Psikososial
Aspek Fungsional
Diagnosis Keluarga
Keluarga inti dengan kepala keluarga dan pasien.
Indikator Keberhasilan
Pasien dapat lebih paham tentang faktor resiko Hipertensi, Tuberkulosis dan
mengetahui gejala gejalanya sehingga dapat mencegah bertambah parahnya penyakit ibu
jubaedah, serta penularan di lingkungannya. Terlebih lagi pasien harus memahami mengenai
pengobatan dengan benar sehingga dapat benar-benar bersih dari penyakit tuberculosis. Hal
ini penting karena seseorang yang menderita tuberculosis sangat dianjurkan meminum obat
tuberculosis secara teratur dalam waktu yang telah ditentukan, jika salah atau tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan dapat menimbulkan resisten, sehinggan membuat pengobatan
lebih sulit dan lama.
mungkin
memiliki
masalah
psikologis
yang
dapat
mempengaruhi
kesehatannya karena menurut sudut pandang kami pasien kurang memiliki hubungan yang
harmonis dengan keluarga dari suami pasien dan mungkin juga pasien merasa kesepian
karena tidak memiliki anak, suami pasien sering pulang malam untuk bekerja sebagai supir
pribadi.
Nilai Koping
Masalah
1.
Rencana Intervensi
Medis : Suggest
Farmakologis :
peritoneal TB
(kemungkinan CTM)
disertai
Non Farmakologis :
hipertensi
Hasil
Pasien mengikuti
Awal
Akhir
anjuran
Edukasi dengan
video tentang
penyakit TB dan
pengobatan
hipertensi
Memberikan
checklist tentang
anjuran pola makan
sehari-hari untuk
menurunkan
hipertensi
2.
Pengetahuan
Memberikan edukasi
Pasien menjadi
kondisi
mengenai penyakit
lebih memahami
kesehatan pasien
mengenai
serta penyakit
Penyakit Jantung
yang dialaminya
Koroner, Diabetes
kurang
Melitus,
Hipertensi dan
Inkontinensia urin.
Pasien lebih
termotivasi untuk
lebih
memperhatikan
dan menjaga
kesehatan dirinya
3.
Pola makan
Memberikan catatan
Pasien lebih
pasien cukup
memilih-milih
baik tetapi
pasien tentang
makanan yang
tidak
akan dikonsumsi
dan mulai
kandungan
dikonsumsi atau
membatasi
makanan
dibatasi untuk
makanan yang
penderita hipertensi
manis dan
mengandung
banyak
karbohidrat,
serta membatasi
makanan yang
tinggi garam
2 =
3 =
4 =
5 =
Hasil Pembinaan
1. Telah melakukan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialami pasien yaitu
Peritoneal TB dan hipertensi. Penjelasan yang diberikan meliputi penyebab penyakit,
faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi serta pengobatannya
2. Setelah dilakukan pembinaan, pasien lebih mengerti akan kondisi kesehatannya serta
penyakit yang dialaminya, sehingga pasien lebih memperhatikan masalah penyakitnya
dengan mengatur kandungan makanan yang di konsumsinya.
3. Pasien mulai memilih makanan apa yang akan dimakan, dengan mempertimbangkan
kadar garam dalam makanan
Pembahasan
Dalam penanganan kasus ini dilakukan pendekatan kedokteran keluargauntuk
memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan, terpadu
dan paripurna, dengan memandang pasien sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Studi kasus dilakukan pada pasien Ny. Z berusia 48 tahun, sekitar tahun 2012 pasien
mengalami keluhan nyeri perut bawah dan ada benjolan sejak 1 thn yang lalu. Pasien
merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami. Pasien didiagnosis sugest
Peritoneal TB dengan hipertensi . Berdasarkan anamnesis diketahui pasien :
-
Nafsu makan menurun dan lidah terasa kebal tapi perut lapar terus
Pemeriksaan fisik menunjukan tekanan darah pasien normal kemungkinan karena pasien
rutin meminum obat anti hipertensi yang diberikan dokter, jantung kardiomegali, perut
terlihat cembung, teraba keras, NT epigastirum, bising usus meningkat dan Pitting edema
pretibia. Pemeriksaan Penunjang pasien didapatkan rontgen : kardiomegali, darah :Hb ,Ht,
Leukosit , Trombosit , AST (SGOT) dan Albumin .
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini juga
sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat system
organ genetalia interna. Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan
kelanjutan proses tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun sering
ditemukan bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru sudah tidak
kelihatan lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosa di paru mungkin sudah
menyembuh terlebih dahulu sedangkan penyebaran masih berlangsung di tempat lain
Pada pasien Ny. Z belum didapatkan diagnosis pasti karena pada pemeriksaan spesifik
untuk Peritoneal TB yaitu pemeriksaan dahak BTA dikarenakan pasien tersebut sulit
mengeluarkan dahaknya. Tetapi pada pemeriksaan fisik dan anamnesa pasien lebih mengarah
ke arah Peritoneal TB.
Saran
1. Saran untuk Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Mengenai jadwal yang terkadang mendadak mengenai deadline, ada baiknya
dijadwakan dengan tidak mendadak, agar hasil bisa menjadi maksimal.
2. Saran untuk Puskesmas Sukmajaya
Dalam memberikan daftar pasien yang akan dikunjungi, ada baiknya jika dipastikan
terlebih dahulu pasien tersebut mau dikunjungi, karena sebelumnya kami
mendapatkan pasien yang nampaknya terus menghindar untuk dikunjungi.
3. Saran untuk Keluarga Pasien