Professional Documents
Culture Documents
Materi :
ALKOHOL
Oleh:
Kelompok 2 Selasa Siang
Agung Satrio Wibowo
(21030112140155)
Alfan Nuroini
(21030112130113)
Ayu Fitriana
(21030112130095)
Dewi Puspitosari
(21030112130100)
ALKOHOL
HALAMAN PENGESAHAN
: 2 Selasa Siang
NIM. 21030112140155
2. Alfan Nuroini
NIM. 21030112130113
3. Ayu Fitriana
NIM. 21030112130095
4. Dewi Puspitosari
NIM. 21030112130100
Asisten Pengampu
: Fahri Rizki
Laboran
: Jufriyah
Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap
b. NIP
: 197206091998031001
Menyetujui
Asisten Pengampu
Jufriyah
Fahri Rizki
NIM. 21030111130138
Mengetahui
Dosen Pembimbing
ii
ALKOHOL
RINGKASAN
Alkohol adalah senyawa yang diperlukan bagi kehidupan kita yang memiliki
gugus hidroksil yang berikatan dengan gugus alkil. Tujuan dari percobaan ini
adalah membuat alkohol dari sari buah nanas dengan membandingkan konversi
hasil proses fermentasi sesuai variabel bebas pada percobaan yaitu jumlah ragi saat
starter alkohol dan persentase volume starter saat fermentasi.Bahan yang digunakan
untuk membuat alkohol adalah bahan yang mengandung glukosa, seperti nanas
dengan kandungan total 12,1%. Variabel yang digunakan pada starter ialah
banyaknya ragi dan pH, sedangkan pada fermentasi yaitu %V starter. Langkah
pertama dalam praktikum adalah pembuatan starter dimana dihitung koloni mikroba
dengan hemositometer. Selanjutnya dilakukan fermentasi media yang meliputi
analisa glukosa standar, persiapan sari buah yang akan difermentasi, pengukuran
kadar glukosa sari buah, penentuan kadar glukosa substrat, dan fermentasi media
sari buah, dan menganalisa hasilnya.Dari percobaan, jumlah koloni starter semakin
meningkat seiring bertambahnya waktu karena dalam fase eksponensial dan semakin
banyak jumlah ragi, maka jumlah koloni juga semakin banyak karena banyak yang
membelah. Densitasnya semakin menurun karena adanya perubahan sebagian
glukosa menjadi etanol yang memiliki densitas rendah (<1). Pada tahap fermentasi,
kadar glukosa semakin menurun karena glukosa dikonversi menjadi alkohol dan
CO2. Sedangkan densitas hasil fermentasi semakin meningkat karena masih terjadi
fase eksponensial.
Kata kunci: alkohol, koloni, kadar glukosa, densitas
iii
ALKOHOL
SUMMARY
Alcohol is a substance that is necessary for our lives which has hydroxyl group
which bond to alkyl group. The purpose of this experiment is to make alcohol from
pineapple juice by compare the conversion according to fermentation process free
variables which are the amount of yeast when starter process of alcohol and the
percentages of volumes of starters when fermentation process of alcohol. The
materials used to make alcohol is a glucose-containing materials, such as pineapple
which have a total content of glucose is 12,1%. The variables used to alcohol starter
are amount of yeast and pH, but in fermentation, the variables used is volume of
starter. First step is manufacturing the starter where counting the coloni of microbe
by hemositometer. Next is medium fermentation which includes standard glucose
analysis, preparing pineapple juice, measuring glucose-containing of pineapple juice
and substrat, and medium fermentation, and analyze the result.According to the
experiment, the coloni of starter increased exponentially with time because of the
exponential phase and the coloni increased with amout of yeast because all of them
separated. Density is decrease because of glucose conversion into ethanol which
have low density (<1). In the fermentation, glucose-containing is decrease because
of glucose conversion into alcohol and carbondioxide. Whereas, density of product is
increase because it still in the exponential phase.
Keywords: alcohol, coloni, glucose containing, density
iv
ALKOHOL
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan resmi ini dapat disusun. Laporan resmi dengan judul
Alkohol disusun untuk memenuhi tuhas Praktikum Mikrobiologi Industri.
Laporan resmi ini dalam penyusunannya tidak terlepas dari bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Widayat, ST, MT selaku dosen pembimbing
2. Jufriyah selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi Industri
3. Fahri Rizki selaku asisten pembimbing
4. Keluarga yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta temanteman yang memberikan dorongan dan semangat.
Tiada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan dari laporan resmi ini sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki laporan-laporan
yang selanjutnya. Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
memberikan kontribusi pada Laboratorium Mikrobiologi Industri.
Penulis
ALKOHOL
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
ii
RINGKASAN .........................................................................................................
iii
SUMMARY ............................................................................................................
iv
PRAKATA..............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
vi
ix
II.2. Alkohol.....................................................................................................
vi
ALKOHOL
B. Laporan Sementara...................................................................................... B-1
C. Kuantitas Reagen ........................................................................................ C-1
D. Fotocopy Referensi yang Dipakai
E. Lembar Asistensi
vii
ALKOHOL
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Nanas Menurut Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan (Muljoharjo, 1984)................................................................
viii
ALKOHOL
DAFTAR GAMBAR
ix
ALKOHOL
BAB I
PENDAHULUAN
ALKOHOL
ALKOHOL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Angiospermae,
kelas
Monokotiledon,
ordo
Farinosae,
familia
Komposisi
Kalori
52 kal
Protein
0,4 %
Lemak
0,2 %
Karbohidrat
13,7 %
Kalsium
16 mgr/100 gr
Air
85,3 %
Fosfor
11 mgr/100 gr
Besi
0,3 mgr/100 gr
II.2. Alkohol
Alkohol sering disebut sebagai etanol. Etanol merupakan hasil dari fermentasi
glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat
menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan
bakar perlu pemurnian lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade
Laboratorium Mikrobiologi Industri
ALKOHOL
ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan
dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan
baku alkohol yang dapat digunakan antara lain ubi kayu, tebu, sagu dan lain-lain
(Musanif, 2008).
Secara umum, proses pengolahan bahan berpati untuk menghasilkan etanol
dilakukan dengan proses hidrolisis dan fermentasi etanol. Proses hidrolisis yaitu
proses konversi pati menjadi glukosa. Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya
adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Tahap
kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi etanol
dan CO2. Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan
etanol. Distilasi merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya. Titik
didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC pada kondisi standar
(Musanif, 2008).
II.3. Starter
Dalam pembentukan alkohol melalui proses fermentasi, peran mikroorganisme
sangat besar dan biasanya mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi
mempunyai beberapa syarat yaitu mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan
karbohidrat yang cocok secara cepat, mempunyai genetik yang stabil, toleran
terhadap tekanan osmosa yang tinggi, dan toleran terhadap kadar alkohol yang tinggi
(Rahim, 2008).
Starter yang digunakan pada fermentasi alkohol ialah Saccharomyces
cerevisiae yang merupakan cendawan berupa khamir (yeast) sejati tergolong eukariot
mempunyai kemampuan yang tinggi sebagai imonostimulan dan bagian yang
bermanfaat adalah dinding selnya (Rahim, 2008). Khamir jenis ini dapat berproduksi
tinggi, toleran terhadap alkohol yang cukup tinggi, tahan terhadap kadar gula yang
tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32oC (Musanif, 2008).
Mikroba ini dapat tumbuh dengan baik dalam kodisi aerob maupun anaerob. Tapi
dalam kondisi anaerob, bakteri akan memfermentasi substrat menjadi gula sangat
cepat dan akan segera dikonversi menjadi etanol (Wardhani, 2008). Mikroba ini
menghasilkan enzim zimase yang berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa (Azizah, 2012).
ALKOHOL
Produk utama dalam metabolisme Saccharomyces cerevisiae adalah air dan
CO2, sedangkan produk lain yang dihasilkan dalam jumlah sedikit. Saccharomyces
cerevisiae memerlukan suhu optimum 25-30oC dan pH 3-6 agar dapat tumbuh
dengan baik (Rahim, 2008).
ALKOHOL
ALKOHOL
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
6. Indikator MB @ 2 tetes
7. Aquadest
9. NaOH
III.1.2. Alat
1. Erlenmeyer
6. Labu takar
7. Hemositometer
3. Pipet tetes
8. Gelas ukur
4. Kompor listrik
9. Beaker glass
5. Pengaduk
10. Corong
1.
1.
2.
3.
5.
6.
ALKOHOL
7.
8.
9.
10.
Gambar 3.1. Gambar Alat yang Digunakan
ALKOHOL
b. Larutan tersebut disterilkan dengan cara dididihkan.
c. larutan didinginkan pada suhu kamar.
d. pH diatur hingga 4,5.
e. Ragi roti (fermipan) 1 gr/l ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
f. Banyaknya yeast dihitung menggunakan hemositometer.
g. Larutan lalu didiamkan selama 2 hari (setiap hari dihitung yeastnya).
Cara perhitungan jumlah mikroorganisme dengan hemositometer:
1. Sampel 1 ml diencerkan sampai 10 ml, kemudian diambil 1 ml dan
diencerkan sampai 10 ml.
2. Jumlah mikroba dihitung dengan hemositometer.
10
Fermentasi Media
1. Analisa Glukosa Standar
a. Glukosa standar disiapkan.
Laboratorium Mikrobiologi Industri
ALKOHOL
b. Glukosa anhidrit 1,25 gram dilarutkan sampai 500 ml.
c. Standarisasi kadar glukosa
1. Glukosa standar 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml, dan
pHnya dinetralkan.
2. Fehling A 5 ml dan fehling B 5 ml ditambahkan ke glukosa standar.
3. Dipanaskan hingga 60oC-70oC.
4. Glukosa standar dititrasi sambil dipanaskan 60oC-70oC sampai warna
biru hampir hilang lalu MB 2 tetes ditambahkan.
5. Dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60oC-70oC
sampai warna biru menjadi merah bata.
6. Kebutuhan titran dicatat.
F = V titran
2. Persiapan Sari Buah
a. Sari buah yang telah bebas dari ampas sesuai variabel disiapkan.
b. Sari buah disterilkan dengan cara didihkan.
c. Didinginkan sampai suhu kamar, lalu pH diatur hingga 4,5.
3. Mengukur Kadar Glukosa Sari Buah
a. Sari buah diukur densitasnya.
b. M dicari dengan melakukan langkah kerja terakhir.
c. Kadar glukosa sari buah dihitung dengan rumus berikut:
%
100% 0,0025
)+(
180 + (%
342 + (
100%
100%
10
ALKOHOL
Y gram dilarutkan ke dalam substrat tersebut
5. Fermentasi Media Sari Buah
a. Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil.
b. Starter ditambahkan ke dalam substrat tersebut (sesuai dengan variabel).
c. Densitas dan volume konstan sebelum fermentasi diukur terlebih dahulu.
d. Media sari buah difermentasi secara anaerob selama 5 hari.
Analisa Hasil
1. Densitas setelah fermentasi diukur.
2. F dan M dicari.
3. Kadar glukosa hasil fermentasi dianalisa dengan rumus:
% =
100% 0,0025
11
ALKOHOL
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Stater
IV.1.1. Pengaruh waktu terhadap jumlah koloni
4,5E+10
4E+10
3,5E+10
3E+10
2,5E+10
2E+10
1,5E+10
1E+10
5E+09
0
jumlah koloni
stater 1
stater 2
waktu (hari)
bertambahnya
waktu.
Dibuktikan
dengan
grafik
juga
saat
6E+09
5E+09
starter 1
starter 2
4E+09
3E+09
2E+09
1E+09
0
0
0,5
1,5
2,5
12
ALKOHOL
Pada variabel 1, kami menggunakan ragi sebanyak 1 gr/liter. Sedangkan
pada variabel 2, kami menggunakan ragi sebanyak 2 gr/liter. Semakin banyak
yeast yang ditambahkan, maka semakin banyak pula mikroba yang membelah,
sehingga banyak koloni yang dapat dihitung jumlahnya (Dutta, 2008). Hal ini
disebabkan karena mikroba mengalami fase log (eksponensial) yaitu fase
dimana mikroba memperbanyak sel sehingga terjadi pertumbuhan yang
meningkat. Akibatnya, jumlah koloni yang terlihat semakin banyak (Oktarina,
2008).
Densitas (gr/mL)
1,07
1,065
stater 1
1,06
stater 2
1,055
1,05
1,045
1,04
1,035
1,03
0
1
Waktu (hari)
13
ALKOHOL
Kemudian terjadi pertambahan densitas untuk starter 2 dan konstan untuk
starter 1. Hal ini diakibatkan oleh akibat adanya nutrisi makro dan mikro,
sumber karbon yang diberikan pada starter serta pengaturan kondisi lingkungan
(media) menyebabkan yeast dapat tumbuh dan berkembang yang menyebabkan
jumlah koloni yeast bertambah pada saat pengukuran jumlah koloni. Fenomena
yang terjadi pada pengukuran densitas berjalan secara simultan antara
pembentukan etanol dan tumbuh-kembangnya jumlah koloni yeast yang ada.
Oleh karena itu, untuk starter 1 pada hari 1 hingga 2 tidak mengalami
pertambahan berat massa densitas karena kecepatan pembentukan alkohol
terhadap densitas dan kecepatan pertumbuhan-perkembangan yeast terhadap
densitas sama sehingga densitas tetap, untuk starter 2 pada hari 1 hingga 2
mengalami pertambahan berat massa densitas karena karena kecepatan
pertumbuhan-perkembangan yeast terhadap densitas lebih besar dari kecepatan
pembentukan alkohol terhadap densitas sehingga densitas bertambah (Azizah,
2012).
IV.2. Fermentasi
IV.2.1. Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar glukosa
25
Variabel 1
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
variabel 5
Variabel 6
Variabel 7
Variabel 8
20
15
10
5
0
0
1
Waktu fermentasi (hari)
14
ALKOHOL
mengalami penurunan yaitu pada variabel 4,6, dan 7. Hal ini disebabkan karena
glukosa lebih banyak yang sudah dikonversi menjadi alkohol.
Pada fermentasi hari ke-2, kadar glukosa sisa setiap variabel juga ada
yang meningkat dari fermentasi hari sebelumnya yaitu pada variabel 2, 3, 4, 6,
7, dan 8. Hal ini disebabkan karena masih adanya pemecahan disakarida
menjadi glukosa, sedangkan glukosa yang terbentuk belum seluruhnya
terkonversi menjadi alkohol. Ada juga yang mengalami penurunan dari
fermentasi hari sebelumnya yaitu pada variabel 1 dan 5. Hal ini disebabkan
karena lebih banyak glukosa yang sudah terkonversi menjadi alkohol (Azizah,
2012).
Densitas (gr/mL)
Variabel 1
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
variabel 5
Variabel 6
Variabel 7
0
Variabel 8
Waktu (hari)
15
ALKOHOL
pH 6,5 dan suhu 25oC. Persiapan yang perlu dilakukan adalah melarutkan 50 gr
medium dalam 1 liter distilled water, kemudian dididihkan. Disterilisasi
dengan autoclave pada 118oC selama 15 menit. Medium tersebut selanjutnya
disimpan pada suhu 2-8oC. Yeast utmbuh dengan baik pada media yang
memiliki glukosa dan garam dalam jumlah kecil. Media yang akan digunakan
dalam metode ini mengandung glukosa (dengan penambahan dekstrosa setelah
di autoclave), garam, dan protein (Guthri, 1991).
16
ALKOHOL
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Jumlah koloni meningkat seiring pertambahan waktu. Peningkatan paling
maksimum terjadi saat hari ke-2 karena mikroorganisme mengalami fase
eksponensial.
2. Semakin banyak yeast yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang membelah. Pembelahan yang terjadi pada fase
eksponensial ini mengakibatkan koloni bertambah banyak.
3. Densitas starter 1 dan starter 2 mengalami penurunan dan kenaikan.
Penurunan densitas untuk kedua starter disebabkan karena perubahan
sebagian glukosa menjadi etanol sedangkan densitas naik karena adanya
nutrisi makro dan mikro.
4. Kadar glukosa sisa setiap variabel ada yang mengalami peningkatan dan
penurunan. Kadar glukosa yang mengalami peningkatan disebabkan karena
masih terjadi pemecahan disakarida menjadi monosakarida. Sedangkan,
kadar glukosa yang turun disebabkan karena glukosa dikonversi menjadi
alkohol.
5. Semakin meningkatnya densitas saat fermentasi disebabkan karena
mikroorganisme masih dalam fase eksponensial.
6. Salah satu metode untuk mengembangbiakkan Saccharomyces cereviceae
adalah dengan YPD Broth dengan menambahkan dekstrosa dan pepton pada
pH 6,5 dan suhu 25oC.
V.2. Saran
1. Sterilkan bahan sebelum praktikum.
2. Pastikan mengatur pH dengan teliti sesuai prosedur.
3. Cermat dalam pengamatan jumlah koloni menggunakan mikroskop.
4. Tutup rapat erlenmeyer dengan alumunium foil.
5. Perhatikan perubahan warna titrasi saat TAT.
17
ALKOHOL
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N., et al. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kadar Alkohol, pH,
dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi Bioetanol dari Whey dengan
Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 2.
Chanprasartsuk, On-ong, et al. 2012. Pineapple Wine Fermentation with Yeasts
Isolated from Fruit as Single and Mixed Starter Cultures. Asian Journal of
Food and Agro-Industry 5(02), 104-111.
Chojnacka, K. 2011. Fermentation Products. Encyclopedy of Life Support System
Chemical Engineering and Chemical Process Technology Vol. V.
Dutta, Rajiv. 2008. Fundamentals of Biochemical Engineering. Springer. New York.
Fardiaz, Winarno. 1984. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa. Bandung.
Guthri, Christine and Gerald Fink. 1991. Guide to Yeast Genetics and Molecular
Biology. Methods in Enzymology Vol.4.
Hikmiyati, Nopita dan Noviea Sandrie Yanie. 2010. Pembuatan Bioetanol dari
Limbah Kulit Pisang melalui Proses Hidrolisa Asam dan Enzimatis.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Kusnadi. 2010. Mikrobiologi. FMIPA UPI. Bandung.
Kwartiningsih, Endang dan Ln. Nuning Sri Mulyati. 2005. Fermentasi Sari Buah
Nanas Menjadi Vinegar. Ekuilibrium Vol. 4. No. 1, 8-12.
MSDS Commercial Alcohols. 2009.
Muljoharjo, M. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Bandung.
Musanif, Jamil. 2008. Bio-ethanol. Departemen Pertanian. Jakarta.
Oktarina, Eva. 2008. Penapisan dan Uji Akttivitas Bakteri Alkalo Termofilik
Penghasil Xilanase. Universitas Indonesia. Jakarta.
Rahim, Dicha. 2008. Produksi Etanol oleh Saccaromyces cereviceae var enipsodeus
dari Sirup Dekstrin Pati Sagu (Mettroxylon sp.) Menggunakan Metode Aerasi
Penuh dan Aerasi Dihentikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santi, Sintha Soraya. 2008. Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah
Jambu Mete oleh Khamir Saccaromyces cereviceae. Teknik Kimia UPN
Veteran. Surabaya.
18
ALKOHOL
Wardhani, Agnes Dwi dan Dyani Prasasti. 2008. Pengaruh Bakes Yeast terhadap
Pembuatan Ethanol dari Buah Nangka Sortiran. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro. Semarang.
19
ALKOHOL
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Hasil Percobaan
Stater
Volume picno = 26 mL
Tabel.4.1. Data Hasil Percobaan Stater
Hari ke-0
Variabel
Hari ke-1
Hari ke-2
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(gr/ml)
koloni
(gr/ml)
koloni
(gr/ml)
koloni
1,062
3,75 x 109
1,046
1,5 x 1010
1,046
2 x 1010
1,069
6,25 x 109
1,046
3 x 1010
1,05
4 x 1010
Fermentasi
% SB = 14,34%
Pengenceran dengan menambah aquadest sebanyak 745 ml.
Tabel 4.2. Data Hasil Percoban Fermentasi
Variabel
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-2
%h
(gr/ml)
%h
(gr/ml)
%h
(gr/ml)
14,85
1,01
17,47
1,03
14,13
1,04
15
15,37
1,015
15,96
1,04
15,54
1,01
16,27
1,02
20,33
1,038
11,94
1,03
10,14
1,035
19,02
1,046
12,91
1,03
13,33
1,035
9,25
1,038
12,37
1,035
10,31
1,038
17,88
1,04
12,62
1,03
4,83
1,035
16,47
1,038
9,71
1,03
11,59
1,035
19,17
1,038
2. Perhitungan
a. Stater
Massa picno kosong = 24,8 gr
Massa aquadest + picno = 50,8 gr
Massa aquadest = (50,8-24,8) gr = 26 gr
Laboratorium Mikrobiologi Industri
A-1
ALKOHOL
V picno =
- Densitas Stater hari ke-0
= 26
27,6
26
= 1,062
27,8
26
= 1,069
27,2
26
= 1,046
27,2
26
= 1,046
27,2
26
= 1,046
= 1,05
Jumlah Koloni
1
80 25. 10
10
1
80 25. 10
10
27,6
26
Starter 1:
Starter 2:
1
80 25. 10
10
Starter 1:
1
80 25. 10
10
ALKOHOL
Starter 2:
1
80 25. 10
10
1
80 25. 10
10
Starter 1:
Starter 2:
1
80 25. 10
10
b. Fermentasi
Kadar glukosa nanas
F = 23 mL
M = 8 mL
= 1,046 gr/mL
%
(23
8
1,046 /
100% 0,0025
= 14,34%
Kadar yang diminta adalah 10%, karena kadar kurang dari yang diminta
maka perlu ditambahkan sukrosa, penambahannya :
Bila %SB >10%, perlu ditambah sukrosa:
10% =
10% =
)+(
14,34 5
1,046 /
1 / ) + (26
1,046
V aq = 745 ml
100%
/
100%
100% 0,0025
A-3
ALKOHOL
% =
100% 0,0025
hari ke-0
Volume = 26 mL
F =23 mL
- Variabel 1
Massa : 26,2gr
M= 8 mL
- Variabel 2
% =
26,2
26
= 1,01
(23 8)
1,01 /
= 14,85 %
Massa : 26gr
=
M= 8,5 mL
- Variabel 3
% =
26
26
=1
(23 8,5)
1 /
= 15%
Massa : 26,2gr
M= 7,3 mL
- Variabel 4
=
(
% =
26,2
26
= 1,01
(23 7,3)
1,01 /
26,8
26
= 15,54 %
Massa : 26,8gr
M= 10,7 mL
- Variabel 5
=
% =
= 1,03
(23 10,7)
1,03 /
/
= 11,94 %
A-4
ALKOHOL
Massa : 26,8gr
=
M= 9,7 mL
- Variabel 6
% =
26,8
26
=
)
= 1,03
(23 9,7)
1,03 /
= 12,91 %
Massa : 26.9gr
=
M= 10,2 mL
- Variabel 7
% =
=
(
26,9
26
= 1,035
(23 10,2)
1,035 /
26,8
26
= 12,37 %
Massa : 26,8gr
M= 10 mL
- Variabel 8
% =
= 1,03
(23 10)
1,03 /
26,8
26
= 12,62 %
Massa : 26,8gr
=
M= 13 mL
% =
= 1,03
(23 13)
1,03 /
= 9,71 %
hari ke-1
Volume = 26 mL
F = 24,3 mL
- Variabel 1
Massa : 26,7gr
=
Laboratorium Mikrobiologi Industri
26,7
26
= 1,03
/
A-5
ALKOHOL
M= 6,3 mL
- Variabel 2
% =
(24,3 6,3)
1,03 /
26,4
26
= 17,47 %
Massa : 26,4gr
=
M= 8,7 mL
- Variabel 3
% =
= 1,015
(24,3 8,7)
1,015 /
= 15,37 %
Massa : 26,5gr
=
M= 7,7 mL
- Variabel 4
% =
=
)
26,5
26
= 1,02
(24,3 7,7)
1,02 /
26,9
26
/
= 16,27 %
Massa : 26,9gr
=
M= 13,8 mL
- Variabel 5
% =
= 1,035
(24,3 13,8)
1,035 /
26,9
26
/
= 10,14%
Massa : 26,9gr
M= 10,5 mL
=
% =
= 1,035
(24,3 10,5)
1,035 /
/
= 13,33%
- Variabel 6
Massa : 27
=
27
26
= 1,038
A-6
ALKOHOL
M= 13,6 mL
- Variabel 7
% =
(24,3 13,6)
1,038 /
26,9
26
= 10,31%
Massa : 26,9 gr
=
M= 19,3 mL
- Variabel 8
% =
= 1,035
(24,3 19,3)
1,035 /
26,9
26
/
= 4,83%
Massa : 26,9 gr
=
M= 12,3 mL
% =
= 1,035
(24,3 12,3)
1,035 /
/
= 11,59%
hari ke-2
Volume = 26 mL
F = 32,1 mL
- Variabel 1
Massa : 27,1 gr
=
M= 17,4 mL
- Variabel 2
% =
=
)
27,1
26
= 1,04
(32,1 17,4)
1,04 /
/
= 14,13%
Massa : 27,1 gr
=
M= 15,5 mL
% =
=
)
27,1
26
= 1,04
(32,1 15,5)
1,04 /
/
= 15,96%
A-7
ALKOHOL
- Variabel 3
Massa : 27 gr
=
M= 11 mL
% =
- Variabel 4
=
)
27
26
= 1,038
(32,1 11)
1,038 /
27,2
26
= 20,33 %
Massa : 27,2gr
M= 12,2 mL
- Variabel 5
=
(
% =
= 1,046
(32,1 12,2)
1,046 /
/
= 19,02%
Massa : 27 gr
M= 22,5 mL
- Variabel 6
=
(
% =
=
)
27
26
= 1,038
(32,1 22,5)
1,038 /
27,1
26
/
= 9,25%
Massa : 27,1
=
M= 12,5mL
- Variabel 7
% =
= 1,04
(32,1 13,5)
1,04 /
/
= 17,88%
Massa : 27gr
M= 15 mL
- Variabel 8
=
% =
=
)
27
26
= 1,038
(32,1 15)
1,038 /
/
= 16,47%
A-8
ALKOHOL
Massa : 27gr
M= 12,2 mL
=
% =
=
)
27
26
= 1,038
(32,1 12,2)
1,038 /
/
= 19,17%
A-9