You are on page 1of 23

Anatomi dan Fisiologi Payudara (1,2,3)

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke-enam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang
terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga dari garis tersebut segera
menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal payudara.
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi, dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau
bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini
disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi
pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di
dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan
payudara. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini merupakan kelenjar kulit atau apendiks

kulit yang terletak di fascia pektoralis. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar
dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap
payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran
ke papilla mamma, yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fascia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari


a.mammaria interna, a.torakalis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa a.interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.interkostalis. Jaringan
kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Penyaluran limfe dari payudara kurang
lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral
dan medial dan ada pula penyaluran yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat ratarata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang
arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, ke pleura,
dan ke payudara kontralateral.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timmbul benjolan yang
tidak nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu

besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil
dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobularis dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi
asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Benjolan jinak pada payudara (2)
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita
yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil
hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun.

Jenis-Jenis Tumor Payudara Jinak (1,3,4)


1. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan
payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan

dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%).
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan
jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik
biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode
menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada
payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah
menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Kelainan
fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi
dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan
fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama
untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara
tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari
puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk
pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan
berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

2. Fibrosis
Sesuai dengan asal katanya fibrosis, yaitu terdiri atas fibrosis dan kista. Fibrosis
menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama dengan pembentuk ligamen
dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak elastis, konsistensi padat dan keras pada
perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan resiko untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan
tindakan yang khusus.
3. Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk dari
cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, dan
ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus

berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila
disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum diketahui, namun para
ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul
seminggu atau 2 minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang
sesudahnya. Kista banyak terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita
tersebut menjalani terapi sulih hormon. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein
dapat menyebabkan kista payudara walaupun hal ini masih menjadi kontroversial di kalangan
medis. Kebanyakan wanita hanya mengalami kista payudara sebanyak satu atau dua, namun
pada beberapa kasus, kista multipel dapat terjadi. Kista biasanya dipastikan dengan
mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan untuk
mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan kista ataukah massa
padat.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu memiliki tepi
yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah melewati. Walaupun begitu, beberapa
kista didapatkan dengan tingkat ekoik internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi
untuk mendiagnosis sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan. Tipe kista yang seperti ini
disebut kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid,
namun kista tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan
nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan
kista dan mengurangi ketidaknyamanan. Beberapa ahli radiologis memasukkan udara ke
daerah tersebut setelah drainase untuk meminimalkan kemungkinan kista muncul lagi.
Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat mencurigakan, cairan tersebut
harus diperiksakan ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop. Cairan kista
yang normal dapat berwarna kuning, coklat, hijau , hitam, atau berwarna seperti susu.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada suatu
waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita
berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara
usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya
pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormonMenurut beberapa studi autopsi,
ditemukan bahwa hampir 20% mempunyai kista subklinik dan kebanyakan berukuran antara
2 atau 3 cm.

Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang
menggunakan terapi pengganti hormon. Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang
ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat
dipenuhi dengan kista.
Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana perasaan
tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum menstruasi. Kista ini biasanya dapat dilihat.
Karekteristiknya adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil
namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista
terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi
kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang
diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari
kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan
bengkak.
Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan
ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang bisa
terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk agak besar.
Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi.
Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang
kecil maupun besar. Pemeriksaan galaktografi memberikan gambaran filling defect atau
complete obstruction bagi aliran retrograd dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat
lesi berbatas tegas dengan duktus berisi cairan. Pemeriksaan FNA tidak begitu bermakna
pada penyakit ini. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa
dengan teknik histopatologi konvensional.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan
menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi.
Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan
aspirasi.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.

(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.


Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi
direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama
adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari
jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi
kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan
terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar,
eksisi direkomendasikan.
Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi sering terjadi pada
daerah yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir 15% pasien mengalami rekurensi kista
dalam waktu 5 sampai 10 tahun dengan mayoritasnya mengalami satu atau dua kali rekurensi.
Terdapat sebagian kecil wanita dengan kista berulang yang regular mengunjungi dokter
setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase kista. Dahulu, sebagian pasien dengan
kondisi seperti ini diterapi dengan mastektomi subkutan. Walaupun tidak membantu dalam
penegakan diagnosis, mammografi harus dikerjakan sebagai prosuder skrining rutin pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun yang mempunyai kista dengan penampakan dari kanker
yang rendah. Menurut kepustakaan, terdapat bukti yang menyatakan bahwa terjadinya
peningkatan risiko terhadap kanker pada pasien dengan kista. Oleh karena itu, pemeriksaan
mammografi secara berkala ini bisa membantu dalam deteksi awal dari kanker. Pasien
dengan kista soliter biasanya tidak memerlukan pemeriksaan mammografi regular.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama
dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml. Kista di fiksasi
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang
oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari cairan
kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista
biasanya berwarna coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian,
pemeriksaan sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml
dari cairan diambil untuk pemeriksaan sitologi.

Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi dengan
ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol. Probe ultrasound
dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan
lain dan kista diaspirasi.

4. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker. Biasanya galaktokel
tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan.
Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan
apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman,
maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus.

5. Hiperplasi Epitelial
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah pertumbuhan
abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus. Apabila hiperplasi
melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan bila melibatkan lobulus,
maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia
dapat dikelompokkan menjadi tipe biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan
peningkatan yang tipis dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker
payudara. Resikonya adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas
payudara. Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.

Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia atipikal,
berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya pemeriksaan fisik payudara
yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal ini dikarenakan mengalami hiperplasia
akan meningkatkan kemungkinan untuk berkembang menjadi kanker payudara di masa yang
akan datang.
6. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan fibrokistik.
Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih
banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka
kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi,
atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun
kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila
adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit
membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini
jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan sabat dianjurkan untuk
memastikan

tidak

terjadinya

kanker.

7. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil untuk
dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa inchi.
Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun stroma, dan
biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun. Setelah menopause, tumor tersebut
tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang
fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia
menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah
risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya

riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko


terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi.
Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur
lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi
pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae. Gambaran
histologi dari lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen
seluler fibroadenoma dengan Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal
dan sel epitel adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa
fibroadenoma merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal
mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi sewaktu
hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan langsung antara
penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko terjadinya fibroadenoma.
Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr memainkan peranan dalam pertumbuhan
tumor ini.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang
mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat
tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan
FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri,
panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan histologi komplek dan
tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak memiliki peningkatan risiko kanker
payudara.
Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan
bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan
estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai
licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat
mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadangkadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa adolescen fibroadenoma bisa terdapat

dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang
dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan
untuk

dilakukan

aspirasi

sitologi.

Konfirmasi

secara

patologi

diperlukan

untuk

menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit
ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun
gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan neoplasia.

Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia
muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia,
fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama atau
hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan pertambahan usia, gambaran
stippled calcification terlihat lebih jelas.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.
Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria
fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid
berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang lemah, distribusinya
secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation. Diameter massa hipoechoic
yang homogenous ini adalah antara 1 20 cm.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau
biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan fibroadenoma
terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan bentuk payudara.
Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti
tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama
dokter yakin massa tersebut adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara,

pembedahan untuk mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini


berguna untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat
sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan jaringan parut
yang akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan
hasil pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit untuk diinterpretasikan. Sangat
penting bagi wanita yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk
memeriksakan payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak
berlanjut pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah
salah satu fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk
dan bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.

8. Tumor Filoides (Sistosarkoma filoides)


Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial
yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor
filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin
karena pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui
bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal
dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran
yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari
jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat
diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker
masih diragukan).
Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah
menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan
pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang

normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila
memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka
re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan
kanker payudara yang berespon terhadap kemoterapi atau radiasi.

9. Papilloma Intraduktal
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai
yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan
gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma
Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul
pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang
serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang
teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple discharge
dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25% dari Papilloma
Intraduktus multiple adalah bilateral.
Papilloma Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan
bahwa pada laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine. Papilloma dapat
juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari puting. Keadaan ini seringkali
tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial. Secara histologi,
tumor ini terdiri dari papilla multiple yang setiap satunya terdiri dari jaringan ikat dan dilapisi
sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan dengan lapisan terluar
epitel menutupi lapisan mioepitel.
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan
dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik
yang hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broad-based atau
pedunculated polypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi dan melebarkan duktus
terkait. Kista juga bisa terbentuk hasil dari duktus yang mengalami obstruksi.

Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari puting,
hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran perubahan fibrokistik
ataupun ektasia duktus. Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan terhadap
discharge, namun banyak dokter menganggap pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat.
Apabila papilloma cukup besar, biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa
melalui pemeriksaan pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau
galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus dimana
papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi pada tepi sekeliling
areola.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun, telah
terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma papillary atau
merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Menurut komuniti
dari College of American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 2 kali
untuk terjadinya karsinoma mammae.

10. Tumor Sel Granular


Tumor sel granular biasanya terdapat pada mulut atau kulit, namun dalam jumlah
yang jarang dapat ditemukan juga di payudara. Kebanyakan tumor sel granular pada saat
perabaan dapat digerakkan, konsistensi keras, berdiameter antara sampai 1 inchi.
Konsistensinya yang keras terkadang mengacaukan diagnosisnya dengan kanker, namun
aspirasi jarum halus atau biopsi jarum dapat dilakukan untuk membedakannya.
Tumor ini diatasi dengan cara mengangkat tumor beserta sedikit jaringan normal
disekelilingnya. Tumor sel granular tidak akan meningkatkan resiko pada wanita untuk
terjadinya kanker payudara di kemudian hari.

11. Ektasia Duktus


Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan
sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah
disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia duktus adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan
jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola.

12. Nekrosis Lemak


Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga terjadi
akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak,
daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.
Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit
untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram
sekalipun. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis
jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan
mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi
cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi
jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.

13. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau
pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan

pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk
memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi.
Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara
menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi
keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang
harus dikeluarkan melalui pembedahan.

Pemeriksaan fisik payudara (4)


SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka
kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita muda, namun
sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala
tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya melakukan
SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan
puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada
kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.

Pemeriksaan Penunjang (1)


Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara adalah
mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah menggunakan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi.

Mammografi
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba; jadi
sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83 95%, tergantung dari
teknisi dan ahli radiologinya.

Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba
namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker
payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining
rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.

Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.

Scintimammografi

Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop Tc 99


sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai aktivitas sel kanker
pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel dan keterlibatan KGB regional.
Diagnosa pasti (3)
Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu
-

biopsi aspirasi (fine needle biopsy)

Needle core bipsi dengan jarum Silverman

Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi
Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan di
senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada false
positif dan hanya 0,6 % false negatif.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://bedahumum.wordpress.com/2008/12/06/eksisi-tumor-jinak-payudara/
2. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1083032823,49085,
3. http://www.langsing-cepat.com/artikel-tumorpayudara.htmlhttp://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/22/27/102816/kiathindar

Tumor Payudara Jinak


Kelainan Fibrokistik
Kelainan fibrokistik mencakup perubahan baik pada jaringan glandular maupun stroma.
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan
fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini termasuk adanya kista, fibrosis, benjolan
konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat
nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap
bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan
dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Perubahan fibrokistik adalah
penyebab tumor yang terbanyak pada wanita berusia 30 sampai 50 tahun. Pembengkakan
payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan dari perubahan
fibrokistik biasanya berhenti setelah menopause namun bisa menjadi lebih lama jika wanita
tersebut melakukan terapi sulih hormon.
Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi
dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan
fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Fibrosis
Sesuai dengan asal katanya fibrosis, yaitu terdiri atas fibrosis dan kista. Fibrosis
menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama dengan pembentuk ligamen
dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak elastis, konsistensi padat dan keras pada
perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan resiko untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan
tindakan yang khusus.
Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk dari cairan
yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, dan
ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa
nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada
kista.
Walaupun penyebab kista masih belum diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa
terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2 minggu
sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya. Kista banyak terjadi
pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih hormon.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein dapat menyebabkan kista payudara
walaupun hal ini masih menjadi kontroversial di kalangan medis.
Kebanyakan wanita hanya mengalami kista payudara sebanyak satu atau dua, namun pada
beberapa kasus, kista multipel dapat terjadi. Kista biasanya dipastikan dengan mammografi
dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan untuk mengidentifikasi
apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan kista ataukah massa padat.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu memiliki tepi yang
khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah melewati. Walaupun begitu, beberapa kista
didapatkan dengan tingkat ekoik internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk
mendiagnosis sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan. Tipe kista yang seperti ini disebut
kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid, namun
kista tersebut bukanlah kanker.
Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista

dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan kista dan mengurangi ketidaknyamanan.
Beberapa ahli radiologis memasukkan udara ke daerah tersebut setelah drainase untuk
meminimalkan kemungkinan kista muncul lagi. Apabila cairan dari kista tampak seperti
darah atau terlihat mencurigakan, cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi
untuk dilihat di bawah mikroskop. Cairan kista yang normal dapat berwarna kuning, coklat,
hijau , hitam, atau berwarna seperti susu.
Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker. Biasanya galaktokel
tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan.
Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan
apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman,
maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus.
Hiperplasi Epitelial
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah pertumbuhan abnormal
dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus. Apabila hiperplasi melibatkan duktus
maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan bila melibatkan lobulus, maka disebut
hiperplasia lobular. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia dapat
dikelompokkan menjadi tipe biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan
peningkatan yang tipis dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker
payudara. Resikonya adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas
payudara. Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia atipikal,
berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya pemeriksaan fisik payudara
yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal ini dikarenakan mengalami hiperplasia
akan meningkatkan kemungkinan untuk berkembang menjadi kanker payudara di masa yang
akan datang.
Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan fibrokistik.
Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih
banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka
kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi, atau
tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun
kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila
adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit
membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini
jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan sabat dianjurkan untuk
memastikan tidak terjadinya kanker.
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil untuk dapat

teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa inchi. Fibroadenoma
dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun stroma, dan biasanya terjadi pada
wanita muda. Setelah menopause, tumor tidak lagi ditemukan.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai licin dan
konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah
digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa adolescen fibroadenoma bisa terdapat dalam
ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Fibroadenoma dapat dengan
mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih
besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan fibroadenoma
terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan bentuk payudara.
Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti
tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama
dokter yakin massa tersebut adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara,
pembedahan untuk mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini
berguna untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat sejumlah
besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan jaringan parut yang
akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan hasil
pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit untuk diinterpretasikan. Sangat penting
bagi wanita yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk memeriksakan
payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak berlanjut
pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu
fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk dan
bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.
Tumor Filoides (Sistosarkoma filoides)
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan
mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang
besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari
jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat
diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker
masih diragukan).
Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah menjadi
ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pangangkatan
tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan
tumor filoides yang ganas diterapi dengan melakukan pengangkatan tumor disertai jaringan
sekitar yang lebih luas lagi, atau mastektomi bila perlu. Tumor filoides tidak berespon
terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan kanker payudara yang berespon terhadap
kemoterapi atau radiasi.

Papilloma Intraduktal
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai yang
tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular.
Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari
duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari puting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil
di daerah yang jauh dari puting. Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan
juga mungkin disertai hiperplasi epitelial.
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari puting, hampir
setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran perubahan fibrokistik ataupun
ektasia duktus. Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan terhadap discharge,
namun banyak dokter menganggap pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila
papilloma cukup besar, biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui
pemeriksaan pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus dimana
papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi pada tepi sekeliling
areola.
Tumor Sel Granular
Tumor sel granular biasanya terdapat pada mulut atau kulit, namun dalam jumlah yang jarang
dapat ditemukan juga di payudara. Kebanyakan tumor sel granular pada saat perabaan dapat
digerakkan, konsistensi keras, berdiameter antara sampai 1 inchi. Konsistensinya yang
keras terkadang mengacaukan diagnosisnya dengan kanker, namun aspirasi jarum halus atau
biopsi jarum dapat dilakukan untuk membedakannya.
Tumor ini diatasi dengan cara mengangkat tumor beserta sedikit jaringan normal
disekelilingnya. Tumor sel granular tidak akan meningkatkan resiko pada wanita untuk
terjadinya kanker payudara di kemudian hari.
Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan sekresi
puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah
disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia duktus adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan
jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola.
Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi spontan atau
akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi
radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar. Kadang
terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit
untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram

sekalipun. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis
jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon berbeda-beda
terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan
mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan
berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum
halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada
wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada
kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki
duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel
inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara
menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi keras,
bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan
bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik.
Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus
dikeluarkan melalui pembedahan.
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/tumor-jinakpayudara.html#ixzz3Kr26Kfud
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

You might also like