Professional Documents
Culture Documents
Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon
Sebagai Baterai Alami.
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang di
masa mendatang. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dunia pendidikan tidak pernah bebas dari
masalah. Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu lemahnya proses
pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan.
Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
belajar siswa. Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar siswa dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada
siswa (student centered), sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Salah
satu model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran yang berpusat pada
siswa yaitu pembelajaran inkuiri. Menurut Gulo (dalam Rahmawati, 2013), model
pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri.
Ilmu kimia tidak hanya membahas tentang zat-zat secara teoretis, tetapi juga
mencoba membahas secara empiris. Hal ini disebabkan ilmu kimia merupakan ilmu
yang diperoleh melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua
hal yang harus dipelajari, yaitu aspek produk (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum)
dan aspek empiris. Oleh karena itu selain kita mempelajari produk-produk ilmu kimia,
juga sangat perlu untuk mempelajari bagaimana proses penemuan produk ilmu kimia
tersebut (proses penemuan konsep, prinsip, teori, atau hukum). Oleh karena itu, dalam
pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum
maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah
salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya
praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat,
juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas.
Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui
praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.
Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran
dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori . Selain itu, melalui
kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama dalam
mempelajari kimia karena siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran
sehingga siswa akan mudah memahami konsep suatu materi yang diajarkan. Melalui
kegiatan praktikum banyak aspek yang dapat dikembangkan dalam diri siswa baik
aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Dibandingkan dengan kegiatan di
kelas, kegiatan praktikum berpeluang lebih banyak untuk membangun interaksi sosial
antar siswa dan antar siswa dengan guru sehinnga menciptakan lingkungan
pembelajaran yang positif.(Tobin,1990 dalam Fina,2013).
Meskipun metode praktikum banyak kelebihan, tetapi pada kenyataanya
pembelajaran dengan metode ini masih jarang dilakukan di SMA. Alasan yang biasa
dikemukakan diantaranya adalah laboratorium yang tidak memadai, terbatasnya alat
dan bahan praktikum, memerlukan waktu yang lama dan biaya besar, serta
memerlukan persiapan sebelum melaksanakan praktikum. (Urip, 2007 dalam Juhroh
2011). Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya dapat diatasi salah satunya
adalah dengan melaksanakan kegiatan praktikum menggunakan alat dan bahan yang
mudah ditemukan oleh siswa dari lingkungan sekitarnya, biaya yang cukup murah,
dan tidak memerlukan laboratorium khusus sehingga dapat memudahkan siswa dalam
melaksanakan praktikum.
Permasalahan lain yang terjadi di lapangan adalah LKS praktikum yang digunakan
untuk
membantu
siswa
dalam
kegiatan
praktikum
yang
ada
dilapangan
mengindikasikan bahwa siswa tidak dilatih berpikir dan berinisiatif sehingga tidak
menantang kemampuan siswa karena prosedur percobaan, alat, dan bahan sudah
tersedia serta kesimpulannya hanya berisikan titik-titik yang harus dilengkapi siswa
dan siswapun tidak dilatih untuk merumuskan hipotesis. (Susiwi,2006 dalam Intan,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Rahmawati terhadap enam
belas bahan ajar yang digunakan oleh siswa SMA, ditemukan bahawa LKS praktikum
yang terdapat di dalam buku-buku tersebut masih berbentuk cookbook. Oleh karena
itu, diperlukan LKS yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yaitu LKS yang berbasis inkuiri terbimbing.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diteliti
dijabarkan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami ?
2. Bagaimana penilaian guru terhadap kualitas LKS berbasis inkuiri terbimbing pada
topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai
alami?
3. Bagaimana tingkat keterlaksanaan praktikum sel volta menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing?
4. Bagaimana respon siswa terhadap praktikum sel volta menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi oleh hal-hala
berikut :
1. Penelitian ini mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri yaitu inkuiri
terbimbing.
2. Uji
pengembangan
LKS
praktikum
berbasis
inkuiri
terbimbing
yang
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini:
1. Mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta
melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru kimia dapat menjadi masukan untuk menggunakan LKS berbasis
inkuiri terbimbing sebagai panduan dalam praktikum, agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran kimia.
2. Bagi siswa dapat membangkitkan sikap ilmiah, semangat dan motivasi dalam
belajar kimia.
3. Bagi peneliti lain dapat menambah pengetahuan mengenai pengembangan LKS
berbasis inkuiri terbimbing sehingga menambah bekal peneliti sebagai calon
pendidik untuk dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih baik.
F. Tinjauan Pustaka
1. Metode Praktikum
Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara
perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Menurut Djamarah (2006), dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan
atau proses sesuatu.
Menurut Hofstein (2004) aktivitas laboratorium dapat efektif meningkatkan
kemampuan kognitif, metakogntif, keteramilan psikomotor dan sikap serta
ketertarikan terhadap kimia, mempelajari kimia, dan pekerjaan yang berhubungan
dengan pembelajaran kimia. Menurut
Tim Didaktik
(Sunyono, 2006)
praktikum
Keunggulan
Kekurangan
percobaan.
leluasa
diterima.
3. Dapat mengembangkan sikap
ilmiah
2. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri
dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk
penyelidikan. Siswa merencanakan proseurnya sendiri untuk memecahkan
masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan
atau
membuat
pertanyaan-pertanyaan
yang
membimbing
mereka
untuk
Fase 1
Fase 2
Pertanyaan
menghadapkan
pada masalah
Penyelidikan
(pengujian)
Fase 3
Fase 4
Fase 5
Kumpulkan data
(praktikum)
Menarik
kesimpulan
Komunikasi hasil
(presentasi)
LKS lebih
2. Syarat-syarat Konstruksi
Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada
hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna,
yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas
c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak
d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka
e. Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan
siswa
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada siswa
untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek
h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata
i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat
j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi
k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas,
mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal
dan sebagainya.
3. Syarat-syarat teknik
a. Tulisan
1. Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau
romawi.
2. Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah.
3. Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam
satu baris.
4. Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa.
5. Memperhatikan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar.
b. Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan
pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.
c. Penampilan
Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa pertama-tama akan tertarik
pada penampilan bukan pada isinya. Penampilan suatu LKS yang baik
tercermin dari desainnya yang meliputi konsistensi, format, organisasi, serta
kejelasan tulisan dan gambar.
Siswa
dituntun
dengan
menggunakan instruksi langkah
demi langkah yang melibatkan
kemampuan minimal siswa sehingga
siswa hanya bertindak seperti robot
yang hanya menuruti perintah.
Fokus
kegiatan
siswa
pada Fokus kegiatan siswa pada verifikasi
pengumpulan dan interpretasi data informasi yang telah didapatkan.
untuk menemukan konsep, prinsip,
atau hubungan empiris.
Memungkinkan siswa belajar dari Jarang sekali memungkinkan siswa
kesalahan
dan
memberikan melakukan kesalahan, mengalami
kesempatan kepada siswa untuk ketidakyakinan, dan miskonsepsi.
memperbaiki kesalahan tersebut.
Menggunakan prosedur yang sejalan Menggunakan prosedur yang tidak
dengan langkah-langkah ilmiah.
sejalan dengan langkah-langkah
ilmiah.
10
4. Sel Volta
Sel volta atau sel galvanik adalah sistem kimia yang digunakan untuk memperoleh
arus listrik dari reaksi redoks yang berlangsung spontan. Reaksi redoks spontan
tersebut digunakan untuk menghasilkan tegangan dan elektron mengalir dalam
rangkaian listrik.
Jika sepotong logam seng (Zn) dicelupkan dalam larutan tembaga(II) sulfat, maka
pada permukaan logam Zn akan segera ditutupi dengan lapisan tembaga (Cu). Pada
kasus ini telah terjadi reaksi redoks, yaitu reaksi reduksi ion tembaga(II) dan reaksi
oksidasi seng. Reaksi tersebut dituliskan seperti berikut :
Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 e
Reduksi
Logam Zn
Logam Cu
CuSO4
ZnSO
4
11
Rangkaian inilah yang dinamakan sel Volta. Logam seng dicelupkan dalam larutan
yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan seng sulfat (ZnSO4) dan logam tembaga
dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Cu2+
yaitu tembaga(II)
sulfat.
Gambar 3. Proses pembentukkan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta.
Logam seng yang dicelupkan dalam larutan seng sulfat akan mengalami oksidasi
dengan melepaskan dua elektron membentuk ion Zn2+. Elektron yang dilepaskan
mengalir melalui kawat penghantar menuju logam Cu dan ditangkap oleh ion Cu2+
sehingga ion Cu2+ mengalami reduksi membentuk Cu.
Terjadinya aliran elektron dari logam Zn ke logam Cu ditunjukkan dengan
penyimpangan jarum voltmeter. Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua gelas
kimia dihubungkan dengan jembatan garam. Ion-ion negatif dari larutan dalam
jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan ZnSO4 untuk
menetralkan kelebihan ion Zn2+, sedangkan ion-ion positif dari larutan dalam
jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan CuSO4 untuk
menetralkan kelebihan ion SO42-. Logam Zink dan tembaga yang menjadi kutubkutub listrik pada rangkaian sel volta di atas disebut elektrode. Elektroda tempat
reaksi oksidasi terjadi disebut anoda. Adapun elektroda tempat reaksi reduksi terjadi
12
disebut katoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta di atas dapat dituliskan seperti
berikut.
Anoda
Katoda
Reaksi Sel
: Zn(s)
Zn2+ (aq) + 2 e-
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
pengembangan. Dengan tahap-tahap penelitian:
1. Studi pendahuluan
2. Pengembangan model
3. Uji model
13
2. Alur Penelitian
Kajian prosedur
praktikum sel volta
Analisis kondisi praktikum dan LKS praktikum subpokok sel volta di sekolah
Studi
Kepustakaankan
Survei
Lapangan
Perbaikan
Perbaikan
Studi Pendahuluan
Penilaian Guru
Pengolahan data
Kesimpulan
Pengumpulan
respon siswa
Pengembangan Model
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar
penilaian guru, lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada
LKS dan angket respon siswa.
a. Lembar Penilaian Jawaban Siswa
Lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS
ini dibuat untuk menilai jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang tersedia di
LKS. Adapun tugas-tugas yang dimaksud yaitu tugas siswa dalam membuat
dan merancang tahap-tahap inkuiri seperti merumuskan rumusan masalah,
merumuskan
hipotesis,
mengumpulkan
data,
menguji
hipotesis
dan
merumuskan kesimpulan.
b. Lembar Penilaian Guru
Lembar penilaian dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpulan
data untuk mengetahui penilaian guru kimia SMA/MA terhadap LKS berbasis
inkuiri terbimbing. Lembar penilaian ini terdiri dari penilaian guru terhadap
keefektifan kalimat dalam LKS, tata letak dan perwajahan LKS, kesesuaian
LKS dengan tahap-tahap inkuiri, serta kesesuaian LKS dengan standar isi.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan tahap-tahap
inkuiri pada praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri. Lembar observasi
ini berisi identitas pencatat observasi, identitas individu-individu yang diamati
serta butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi.
d. Angket Siswa
Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data untuk
mengetahui respons siswa terhadap praktikum menggunakan LKS berbasis
inkuiri yang dikembangkan. Angket ini berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Responden dalam hal ini
adalah siswa.
4. Pengolahan Data
a. Lembar Penilaian Guru
1. Memberikan skor pada jawaban setiap nomor item.
Pemberian skor pada lembar penilaian ini disesuaikan dengan pernyataan
untuk setiap indikator penilaian. Pemberian skor penialian guru tertera
pada tabel.3.
15
Skor
Sesuai/Logis/Tepat/Terkait/Jelas
2. Mengolah skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.
b. Menentukan skor maksimum.
Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggi
c. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan
e. Menafsirkan skor
Untuk menafsirkan persentase penilaian guru terhadap LKS praktikum
berbasis
inkuiri
terbimbing
yang
diperoleh,
maka
digunakan
Kategori
0%-20%
Sangat Lemah
21%-40%
Lemah
41%-60%
Cukup
61%-80%
Kuat
81%-100%
Sangat Kuat
(Riduwan, 2007)
16
e. Menafsirkan skor
c. Lembar Observasi
1. Memberikan skor
Pemberian skor lembar observasi untuk setiap kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rubrik Pemberian Skor Lembar Observasi
RubrikPemberianSkor
Skor
Kelompoksiswamelaksanakantahapaninkuiri
Kelompoksiswatidakmelaksanakantahapaninkuiri
17
2. Mengolah Skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor setiap kelompok pada setiap aspek penilaian.
b. Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian
tahap-tahap inkuiri.
c. Menentukan skor maksimal yang didaptkan kelompok siswa jika
kelompok siswa melaksanakan tahapan inkuiri.
Skor maksimal = bobot nilai maksimal banyak kelompok yang
diobservasi
e. Menentukan
rata-rata
persentase
keterlaksanaan
praktikum
f. Menafsirkan skor
Digunakan untuk mengetahui kriteria keterlaksanakan praktikum
menggunakan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka
digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 2.
d. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa diolah dengan urutan sebagai berikut:
1. Memberikan skor
Pemberian skor untuk angket siswa menggunakan skala Likert yang
dibuat dengan menggunakan
untuk angket ini adalah skor 4 untuk pernyataan sangat setuju (SS, skor 3
untuk pernyataan setuju (S), skor 2 untuk pernyataan tidak setuju ( TS), dan
skor 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).
18
2. Mengolah skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.
b. Menentukan skor maksimum
Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggi
c. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan
e. Menafsirkan skor
Untuk menafsirkan persentase respon siswa terhadap praktikum
menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing, maka digunakan kriteria
interpretasi skor yang tertera pada tabel 4.
19
H. Daftar Pustaka
Djamarah, S.B., dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi sarjana
pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak
diterbitkan.
Qudsiyah, Fina Haziratul .(2013). Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi
Chemoentrepreneurship (CEP) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI. Skripsi sarjana pada Jurusan Kimia
FPMIPA Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.
Sunarya, Y. dan Agus, S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XII
SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
20
21