You are on page 1of 21

Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri

Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon
Sebagai Baterai Alami.

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang di
masa mendatang. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dunia pendidikan tidak pernah bebas dari
masalah. Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu lemahnya proses
pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan.
Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
belajar siswa. Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar siswa dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada
siswa (student centered), sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Salah
satu model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran yang berpusat pada
siswa yaitu pembelajaran inkuiri. Menurut Gulo (dalam Rahmawati, 2013), model
pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri.
Ilmu kimia tidak hanya membahas tentang zat-zat secara teoretis, tetapi juga
mencoba membahas secara empiris. Hal ini disebabkan ilmu kimia merupakan ilmu
yang diperoleh melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua
hal yang harus dipelajari, yaitu aspek produk (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum)
dan aspek empiris. Oleh karena itu selain kita mempelajari produk-produk ilmu kimia,
juga sangat perlu untuk mempelajari bagaimana proses penemuan produk ilmu kimia
tersebut (proses penemuan konsep, prinsip, teori, atau hukum). Oleh karena itu, dalam
pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum
maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah
salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya
praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat,
juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas.

Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui
praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.
Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran
dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori . Selain itu, melalui
kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama dalam
mempelajari kimia karena siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran
sehingga siswa akan mudah memahami konsep suatu materi yang diajarkan. Melalui
kegiatan praktikum banyak aspek yang dapat dikembangkan dalam diri siswa baik
aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Dibandingkan dengan kegiatan di
kelas, kegiatan praktikum berpeluang lebih banyak untuk membangun interaksi sosial
antar siswa dan antar siswa dengan guru sehinnga menciptakan lingkungan
pembelajaran yang positif.(Tobin,1990 dalam Fina,2013).
Meskipun metode praktikum banyak kelebihan, tetapi pada kenyataanya
pembelajaran dengan metode ini masih jarang dilakukan di SMA. Alasan yang biasa
dikemukakan diantaranya adalah laboratorium yang tidak memadai, terbatasnya alat
dan bahan praktikum, memerlukan waktu yang lama dan biaya besar, serta
memerlukan persiapan sebelum melaksanakan praktikum. (Urip, 2007 dalam Juhroh
2011). Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya dapat diatasi salah satunya
adalah dengan melaksanakan kegiatan praktikum menggunakan alat dan bahan yang
mudah ditemukan oleh siswa dari lingkungan sekitarnya, biaya yang cukup murah,
dan tidak memerlukan laboratorium khusus sehingga dapat memudahkan siswa dalam
melaksanakan praktikum.
Permasalahan lain yang terjadi di lapangan adalah LKS praktikum yang digunakan
untuk

membantu

siswa

dalam

kegiatan

praktikum

yang

ada

dilapangan

mengindikasikan bahwa siswa tidak dilatih berpikir dan berinisiatif sehingga tidak
menantang kemampuan siswa karena prosedur percobaan, alat, dan bahan sudah
tersedia serta kesimpulannya hanya berisikan titik-titik yang harus dilengkapi siswa
dan siswapun tidak dilatih untuk merumuskan hipotesis. (Susiwi,2006 dalam Intan,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Rahmawati terhadap enam
belas bahan ajar yang digunakan oleh siswa SMA, ditemukan bahawa LKS praktikum
yang terdapat di dalam buku-buku tersebut masih berbentuk cookbook. Oleh karena
itu, diperlukan LKS yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yaitu LKS yang berbasis inkuiri terbimbing.
2

Menurut Bilgin (dalam Nuraini,2014), pendekatan inkuiri terbimbing memiliki


pengaruh positif terhadap siswa sehingga siswa menjadi lebih memahami suatu
konsep. LKS inkuiri terbimbing lebih menekankan pada proses berpikir secara kritis
dalam mencari jawaban dari suatu masalah. Lembar kerja siswa (LKS) yang
dikembangkan berbasis inkuiri terbimbing terdiri dari komponen-komponen: judul,
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, merumuskan masalah, hipotesis, alat dan
bahan, langkah percobaan, tabel hasil pengamatan, analisis data dan kesimpulan.
(Nuraini,2014).
Untuk menghasilkan LKS yang baik, prosedur praktikum yang digunakan untuk
membuat LKS tersebut haruslah sudah teroptimasi dengan baik pula. Sebelumnya
telah dilakukan penelitian terhadap prosedur praktikum sel volta yang layak
diterapkan di SMA oleh Juhroh (2011). Hasilnya kelayakan prosedur berdasarkan
efisiensi waktu, respon siswa terhadap kemudahan dalam memahami prosedur
praktikum dan pelaksanaan praktikum tergolong sangat baik. LKS praktikum yang
dikembangkan oleh Juhroh sudah dinyatakan valid dan optimal, namum LKS
praktikum mengenai topik sel volta tersebut tidak berbasis inkuiri terbimbing.
Berdasarkan kurikulum 2013, salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa SMA kelas XII IPA pada aspek pengetahuan yaitu mengevaluasi gejala atau
proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia (sel volta dan sel elektrolisis) yang
digunakan dalam kehidupan dan aspek keterampilan yang harus dicapainya yaitu
menciptakan ide/gagasan produk sel elektrokimia.
Berdasakan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
untuk mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan judul
Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri
Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah
Lemon Sebagai Baterai Alami.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diteliti
dijabarkan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami ?
2. Bagaimana penilaian guru terhadap kualitas LKS berbasis inkuiri terbimbing pada
topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai
alami?
3. Bagaimana tingkat keterlaksanaan praktikum sel volta menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing?
4. Bagaimana respon siswa terhadap praktikum sel volta menggunakan buah lemon
sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing?

C. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi oleh hal-hala
berikut :
1. Penelitian ini mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri yaitu inkuiri
terbimbing.
2. Uji

pengembangan

LKS

praktikum

berbasis

inkuiri

terbimbing

yang

dikembangkan diperoleh dari penilaian guru, uji keterlaksanaan praktikum, dan


respon siswa.
3. Tingkat keterlaksanaan praktikum didapatkan dari keterlaksanaan siswa
melakukan tahap-tahap inkuiri selama kegiatan praktikum dan jawaban siswa
terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS.
4. Uji coba penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan
dilakukan secara terbatas.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini:
1. Mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta
melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami.

2. Mengetahui kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilihat dari


tingkat keterlaksanaan tahapan inkuiri, respon siswa dan penilaian guru terhadap
LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta melalui percobaan
menggunakan buah lemon sebagai baterai alami.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru kimia dapat menjadi masukan untuk menggunakan LKS berbasis
inkuiri terbimbing sebagai panduan dalam praktikum, agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran kimia.
2. Bagi siswa dapat membangkitkan sikap ilmiah, semangat dan motivasi dalam
belajar kimia.
3. Bagi peneliti lain dapat menambah pengetahuan mengenai pengembangan LKS
berbasis inkuiri terbimbing sehingga menambah bekal peneliti sebagai calon
pendidik untuk dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih baik.

F. Tinjauan Pustaka
1. Metode Praktikum
Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara
perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Menurut Djamarah (2006), dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan
atau proses sesuatu.
Menurut Hofstein (2004) aktivitas laboratorium dapat efektif meningkatkan
kemampuan kognitif, metakogntif, keteramilan psikomotor dan sikap serta
ketertarikan terhadap kimia, mempelajari kimia, dan pekerjaan yang berhubungan
dengan pembelajaran kimia. Menurut

Tim Didaktik

(Sunyono, 2006)

menyatakan bahwa dalam metode praktikum siswa dapat aktif mengambil


bagian dalam berbuat untuk diri sendiri. Dengan demikian siswa dapat
memperoleh kepandaian yang diperlukan dan langkah-langkah berpikir ilmiah.
Menurut Wahyu (2007), metode

praktikum

kekurangan yang dapat dilihat dalam Tabel 1.


5

memiliki keunggulan dan

Tabel 1. Keunggulan dan kekurangan metode praktikum

Keunggulan

Kekurangan

1. Siswa terampil melakukan sendiri

1. Alat dan bahan tidak tersedia

percobaan.

2. Waktu yang tersedia tidak

2. Siswa dapat membuktikan

leluasa

konsep-konsep yang telah

3. Diperlukan alat evaluasi khusus

diterima.
3. Dapat mengembangkan sikap
ilmiah

2. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri
dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk
penyelidikan. Siswa merencanakan proseurnya sendiri untuk memecahkan
masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan
atau

membuat

pertanyaan-pertanyaan

yang

membimbing

mereka

untuk

penyelidikan lebih lanjut (Malihah,2011). Dengan pendekatan ini siswa belajar


lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan
pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok
maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu
kesimpulan secara mandiri.

Menurut Richard A.Hasler (dalam Malihah, 2011), tahap inkuiri terbimbing


(Guided Inquiry) terdiri dari 5 tahapan, yaitu :

Fase 1

Fase 2

Pertanyaan
menghadapkan
pada masalah

Siswa mengembangkan dan


menelaah pertanyaan yang
dibantu oleh guru

Penyelidikan

Siswa mengidentifikasi variabel,


membangun sebuah prosedur dan
dipandu oleh guru.

(pengujian)

Fase 3

Fase 4

Fase 5

Kumpulkan data
(praktikum)

Siswa mengobservasi melakukan


esperimen dan mencatat data
berdasarkan panduan dari guru.

Menarik
kesimpulan

Siswa mengkomunikasikan dan


membuat kesimpulan setelah
tahap mendiskusikan data yang
telah didapatkan pada
kelompoknya.
Setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
percobaaan, kelompok lain untuk
bertanya dan menanggapinya.
Guru berkomentar jalannya
diskusi dan meluruskan hal-hal
yang kurang tepat untuk
mendapatkan konsep yang lebih
baik

Komunikasi hasil
(presentasi)

Gambar 1. Model Inkuiri Terbimbing

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan
harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Depsiknas.2004).
Menurut Prianto dan Harnoko (Sunyono, 2008), manfaat dan tujuan LKS
adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar
mengajar.
d. Membantu guru dalam menyusun pembelajaran.
e. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan pembelajaran.
g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Peranan LKS sangat penting dalam pembelajaran sehingga menurut Hendro
Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (dalam Widjajanti, 2008) penyusunan LKS harus
memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat
teknik.
1. Syarat-syarat didaktik
Penggunaan LKS harus bersifat universal, artinya LKS dapat digunakan
dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai.

LKS lebih

menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting


dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
Adapaun syarat-syarat didaktik tersebut adalah :
a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran
b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep
c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa
d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral,
dan estetika pada diri siswa.
e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.
8

2. Syarat-syarat Konstruksi
Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada
hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna,
yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas
c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak
d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka
e. Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan
siswa
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada siswa
untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek
h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata
i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat
j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi
k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas,
mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal
dan sebagainya.
3. Syarat-syarat teknik
a. Tulisan
1. Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau
romawi.
2. Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah.
3. Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam
satu baris.
4. Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa.
5. Memperhatikan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar.

b. Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan
pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.
c. Penampilan
Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa pertama-tama akan tertarik
pada penampilan bukan pada isinya. Penampilan suatu LKS yang baik
tercermin dari desainnya yang meliputi konsistensi, format, organisasi, serta
kejelasan tulisan dan gambar.

Menurut Wenning et al. (2004) kegiatan inkuiri di laboratorium berbeda dengan


kegiatan praktikum menggunakan LKS praktikum yang berbentuk cook book.
Perbedaan antara LKS praktikum dengan cook book dengan LKS inkuiri dapat
dilihat pada Tabel.2.2.
Tabel 2. Perbedaan antara LKS inkuiri dan LKS cook book
LKS Inkuiri

LKS Cook book

Siswa dituntun dengan menggunakan


pertanyaan
yang
melibatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa dalam berpikir dan bertindak.

Siswa
dituntun
dengan
menggunakan instruksi langkah
demi langkah yang melibatkan
kemampuan minimal siswa sehingga
siswa hanya bertindak seperti robot
yang hanya menuruti perintah.
Fokus
kegiatan
siswa
pada Fokus kegiatan siswa pada verifikasi
pengumpulan dan interpretasi data informasi yang telah didapatkan.
untuk menemukan konsep, prinsip,
atau hubungan empiris.
Memungkinkan siswa belajar dari Jarang sekali memungkinkan siswa
kesalahan
dan
memberikan melakukan kesalahan, mengalami
kesempatan kepada siswa untuk ketidakyakinan, dan miskonsepsi.
memperbaiki kesalahan tersebut.
Menggunakan prosedur yang sejalan Menggunakan prosedur yang tidak
dengan langkah-langkah ilmiah.
sejalan dengan langkah-langkah
ilmiah.

10

4. Sel Volta
Sel volta atau sel galvanik adalah sistem kimia yang digunakan untuk memperoleh
arus listrik dari reaksi redoks yang berlangsung spontan. Reaksi redoks spontan
tersebut digunakan untuk menghasilkan tegangan dan elektron mengalir dalam
rangkaian listrik.
Jika sepotong logam seng (Zn) dicelupkan dalam larutan tembaga(II) sulfat, maka
pada permukaan logam Zn akan segera ditutupi dengan lapisan tembaga (Cu). Pada
kasus ini telah terjadi reaksi redoks, yaitu reaksi reduksi ion tembaga(II) dan reaksi
oksidasi seng. Reaksi tersebut dituliskan seperti berikut :
Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 e
Reduksi

: Cu2+ (aq) + 2e Cu (s)

Reaksi sel : Zn (s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu (s)


Elektron berpindah dari logam Zn ke Cu2+. Ion-ion Cu2+ yang berada di sekitar
logam Zn menangkap dua elektron kemudian mengendap. Sementara itu, atom atom
Zn setelah melepas dua elektron, atom Zn larut sebagai Zn2+. Pada reaksi ini tidak
timbul arus listrik, karena perpindahan elektron terjadi secara langsung pada
permukaan logam Zn. Supaya reaksi menghasilkan listrik, maka logam Zink dan ion
Cu2+ harus dipisahkan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini .

Logam Zn

Logam Cu

CuSO4

ZnSO
4

Gambar 2. Rangkaian Sel Volta

11

Rangkaian inilah yang dinamakan sel Volta. Logam seng dicelupkan dalam larutan
yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan seng sulfat (ZnSO4) dan logam tembaga
dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Cu2+

yaitu tembaga(II)

sulfat.

Masing-masing logam dihubungkan dengan kabel ke voltmeter. Untuk menetralkan


muatan pada larutan maka dibuatlah tabung penghubung antar larutan. Tabung ini
berisi larutan garam, misalnya NaCl atau KNO3 dalam agar-agar. Tabung
penghubung ini disebut jembatan garam.

Proses yang terjadi pada sel Volta .

Gambar 3. Proses pembentukkan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta.

Logam seng yang dicelupkan dalam larutan seng sulfat akan mengalami oksidasi
dengan melepaskan dua elektron membentuk ion Zn2+. Elektron yang dilepaskan
mengalir melalui kawat penghantar menuju logam Cu dan ditangkap oleh ion Cu2+
sehingga ion Cu2+ mengalami reduksi membentuk Cu.
Terjadinya aliran elektron dari logam Zn ke logam Cu ditunjukkan dengan
penyimpangan jarum voltmeter. Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua gelas
kimia dihubungkan dengan jembatan garam. Ion-ion negatif dari larutan dalam
jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan ZnSO4 untuk
menetralkan kelebihan ion Zn2+, sedangkan ion-ion positif dari larutan dalam
jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan CuSO4 untuk
menetralkan kelebihan ion SO42-. Logam Zink dan tembaga yang menjadi kutubkutub listrik pada rangkaian sel volta di atas disebut elektrode. Elektroda tempat
reaksi oksidasi terjadi disebut anoda. Adapun elektroda tempat reaksi reduksi terjadi

12

disebut katoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta di atas dapat dituliskan seperti
berikut.
Anoda
Katoda
Reaksi Sel

: Zn(s)

Zn2+ (aq) + 2 e-

: Cu2+ (aq) + 2 e- Cu(s)


: Zn(s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu(s)

G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
pengembangan. Dengan tahap-tahap penelitian:
1. Studi pendahuluan
2. Pengembangan model
3. Uji model

13

2. Alur Penelitian

Kajian prosedur
praktikum sel volta

Kajian LKS praktikum pada subpokok


materi sel volta yang berada pada bukubuku dan LKS atau modul pembelajaran

Analisis kompetensi dasar


mengenai subpokok
materi sel volta

Analisis kondisi praktikum dan LKS praktikum subpokok sel volta di sekolah

Studi
Kepustakaankan

Survei
Lapangan

Optimasi praktikum sel volta menggunakan buah lemon


Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing
Penyusunan
produk awal

Perbaikan

Perbaikan

Studi Pendahuluan

Penyusunan Instrumen Penelitian:


a. Lembar observasi keterlaksanaan
b. Pedoman jawaban tugas LKS
c. Lembar penilaian guru
d. Angket respon siswa

Validasi oleh dosen pembimbing

Instrumen hasil validasi

LKS hasil validasi 1

Validasi oleh dosen ahli


direvisi
LKS hasil validasi 2

Penilaian Guru

Uji keterlaksanaan praktikum


berbasis inkuiri terbimbing

Pengolahan data
Kesimpulan

Gambar 4. Alur Penelitian


14

Pengumpulan
respon siswa

Pengembangan Model

Uji coba terbatas

3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar
penilaian guru, lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada
LKS dan angket respon siswa.
a. Lembar Penilaian Jawaban Siswa
Lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS
ini dibuat untuk menilai jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang tersedia di
LKS. Adapun tugas-tugas yang dimaksud yaitu tugas siswa dalam membuat
dan merancang tahap-tahap inkuiri seperti merumuskan rumusan masalah,
merumuskan

hipotesis,

mengumpulkan

data,

menguji

hipotesis

dan

merumuskan kesimpulan.
b. Lembar Penilaian Guru
Lembar penilaian dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpulan
data untuk mengetahui penilaian guru kimia SMA/MA terhadap LKS berbasis
inkuiri terbimbing. Lembar penilaian ini terdiri dari penilaian guru terhadap
keefektifan kalimat dalam LKS, tata letak dan perwajahan LKS, kesesuaian
LKS dengan tahap-tahap inkuiri, serta kesesuaian LKS dengan standar isi.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan tahap-tahap
inkuiri pada praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri. Lembar observasi
ini berisi identitas pencatat observasi, identitas individu-individu yang diamati
serta butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi.
d. Angket Siswa
Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data untuk
mengetahui respons siswa terhadap praktikum menggunakan LKS berbasis
inkuiri yang dikembangkan. Angket ini berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Responden dalam hal ini
adalah siswa.
4. Pengolahan Data
a. Lembar Penilaian Guru
1. Memberikan skor pada jawaban setiap nomor item.
Pemberian skor pada lembar penilaian ini disesuaikan dengan pernyataan
untuk setiap indikator penilaian. Pemberian skor penialian guru tertera
pada tabel.3.
15

Tabel 3. Pemberian Skor Penialian Guru


Pernyataan

Skor

Sesuai/Logis/Tepat/Terkait/Jelas

Tidak sesuai/Tidak Logis/Tidak Tepat/Tidak Jelas

2. Mengolah skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.
b. Menentukan skor maksimum.
Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggi
c. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

d. Menentukan rata-rata persentase penilaian guru terhadap LKS berbasis


inkuiri terbimbing.

e. Menafsirkan skor
Untuk menafsirkan persentase penilaian guru terhadap LKS praktikum
berbasis

inkuiri

terbimbing

yang

diperoleh,

maka

digunakan

interpretasi skor yang tertera pada tabel4.

Tabel 4. Kriteria Interpretasi Skor


Rentang Persentase

Kategori

0%-20%

Sangat Lemah

21%-40%

Lemah

41%-60%

Cukup

61%-80%

Kuat

81%-100%

Sangat Kuat
(Riduwan, 2007)

16

b. Lembar Penilaian Jawaban Siswa


1. Memberikan skor setiap kelompok siswa sesuai dengan jawaban tugastugas yang ada pada LKS
2. Mengolah Skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor semua jawaban tugas-tugas yang ada pada
LKS yang dijawab masing-masing kelompok siswa.
b. Menentukan skor maksimal ( jika siswa menjawab sesuai dengan
jawaban yang diharapkan).
c. Menghitung persentase skor dari setiap aspek yang dinilai

d. Menentukan rata-rata persentase penilaian jawaban siswa terhadap

tugas-tugas yang ada pada LKS

e. Menafsirkan skor

Untuk menafsirkan persentase skor yangdiperoleh, maka digunakan


kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 2

c. Lembar Observasi
1. Memberikan skor
Pemberian skor lembar observasi untuk setiap kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rubrik Pemberian Skor Lembar Observasi
RubrikPemberianSkor

Skor

Kelompoksiswamelaksanakantahapaninkuiri

Kelompoksiswatidakmelaksanakantahapaninkuiri

17

2. Mengolah Skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor setiap kelompok pada setiap aspek penilaian.
b. Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian
tahap-tahap inkuiri.
c. Menentukan skor maksimal yang didaptkan kelompok siswa jika
kelompok siswa melaksanakan tahapan inkuiri.
Skor maksimal = bobot nilai maksimal banyak kelompok yang
diobservasi

d. Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh kelompok pada setiap


aspek penilaian

e. Menentukan

rata-rata

persentase

keterlaksanaan

praktikum

menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing


-

f. Menafsirkan skor
Digunakan untuk mengetahui kriteria keterlaksanakan praktikum
menggunakan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka
digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 2.
d. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa diolah dengan urutan sebagai berikut:
1. Memberikan skor
Pemberian skor untuk angket siswa menggunakan skala Likert yang
dibuat dengan menggunakan

pernyataan positif. Cara memberikan skor

untuk angket ini adalah skor 4 untuk pernyataan sangat setuju (SS, skor 3
untuk pernyataan setuju (S), skor 2 untuk pernyataan tidak setuju ( TS), dan
skor 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).

18

2. Mengolah skor
Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.
b. Menentukan skor maksimum
Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggi
c. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

d. Menentukan rata-rata persentase respon siswa terhadap LKS


-

e. Menafsirkan skor
Untuk menafsirkan persentase respon siswa terhadap praktikum
menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing, maka digunakan kriteria
interpretasi skor yang tertera pada tabel 4.

19

H. Daftar Pustaka
Djamarah, S.B., dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Juhroh, Amalia.(2011). Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia Pada Topik Sel


Volta Yang layak Diterapkan di SMA. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rahmawati, Lidia. (2013).Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum


Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Elektrolisis. Skripsi Sarjana pada
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Malihah, Memi. (2011).

Pengaruh Model Guided Inquiry(Inkuiri Terbimbing)

Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi sarjana
pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak
diterbitkan.
Qudsiyah, Fina Haziratul .(2013). Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi
Chemoentrepreneurship (CEP) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI. Skripsi sarjana pada Jurusan Kimia
FPMIPA Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Sunarya, Y. dan Agus, S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XII
SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Sunyono. (2008).Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains


Material of Yunior High School in Class VII on Semester I. Proceeding of The
2nd International Seminar of Science Education UPI, Bandung

20

Susiwi. (2009). Alternative Worksheet for Enhancing Studens Formal


Thinking In Chemistry Laboratory Activities. The 2nd International
Conference on Lesson Study. UPI, Bandung.

Urip.(2007). Mengajar /Belajar Kimia Tanpa Eksperimen. [online]. Tersedia:


http://urip.wordpress.com/2007/01/21/mengajarbelajar-kimia-tanpaeksperimen/.

Wahyu, W. (2007). Hand Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran


Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Indonesia.

Wenning, et al., (2004). Hierarchies of Pedagogical Practices and


Inquiry Process. Physic Teacher Education, Departement of Physics
Illinois State University.

Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta.

21

You might also like