The existing condition of transportation infrastructure in West Java Province does not support effectively the economic performance of the region. Every single policy related to road infrastructure's improvement encourage the performance of leading sectors as well as influence the employment's absorption and household's income distribution.
The existing condition of transportation infrastructure in West Java Province does not support effectively the economic performance of the region. Every single policy related to road infrastructure's improvement encourage the performance of leading sectors as well as influence the employment's absorption and household's income distribution.
The existing condition of transportation infrastructure in West Java Province does not support effectively the economic performance of the region. Every single policy related to road infrastructure's improvement encourage the performance of leading sectors as well as influence the employment's absorption and household's income distribution.
IFAN HARYANTO. Impact of The Transportation Infrastructure Investment towards
Economic Sectors Labor Absorption and Households Income Distribution In West Java Province (DEDI BUDIMAN HAKIM as a Committee Chairman, W.H. LIMBONG, and MUHAMMAD FIRDAUS as committee members). The existing condition of transportation infrastructure in West Java Province does not support effectively the economic performance of the region. The physical condition of West Javas road infrastructure in the recent years is deteriorating. In the linkage analysis, the driving economic sectors in West Java are strongly connected with the transportation infrastructures condition. The leading sectors of backward and forward linkage in the West Java Province are industry, agriculture and trade. The path analysis indicates that every single policy related to road infrastructures improvement encourage the performance of leading sectors as well as influence the employments absorption and households income distribution. This is clearly proven by the research result that reveals the shock of transportation infrastructures improvement will provide a multiplier effect to the economic sectors and to the various types of household. Generally, based on findings, the improvement of transportations infrastructure in west java Province will boost the economic performance and increase the absorption of employment. Obviously, the investment in transportation infrastructure will also affect the distribution of household income in West Java.
Keywords: transportation infrastructure, social accounting matrix, multiplier effects,
Structural Path Analysis, Income distribution.
RINGKASAN
IFAN HARYANTO. Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh: BUDIMAN HAKIM, DEDI, LIMBONG, W.H, FIRDAUS, MUHAMMAD. Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk memperlancar hubungan antara wilayah terpencil dengan pusat pusat pertumbuhan. Kelancaran arus barang dan jasa serta keterbukaan wilayahwilayah potensial dapat digunakan sebagai pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan infrastruktur transportasi yang baik, sumber daya manusia maupun kapital yang tersebar tersebut juga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Efektifitas investasi infrastruktur transportasi untuk meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat tergantung kepada pemanfaatan sarana transportasi tersebut oleh produsen maupun konsumen serta sektor-sektor unggulan, sehingga mampu memberikan stimulus perekonomian seperti yang diharapkan. Jawa Barat sebagai daerah ekonomi potensial memiliki berbagai keunggulan, diantaranya keunggulan letak geografis. Peningkatan infrastruktur transportasi diperkirakan akan menjadi stimulan bagi peningkatan investasi, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri. Penyediaan infrastruktur transportasi yang baik seperti halnya jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya diyakini dapat memicu limpahan (spill-over) investasi dari wilayah sekitarnya ke wilayah Jawa Barat. Terkait dengan hal tersebut, pengembangan investasi infrastruktur transportasi harus didasari atas berbagai pertimbangan seperti halnya pertimbangan terhadap sektor ekonomi yang berkembang maupun pertimbangan kewilayahan. Pengembangan dengan mempertimbangkan sektor ekonomi misalkan dengan melihat kepada sektor-sektor unggulan yang berkembang di Jawa Barat. Sedangkan dimensi kewilayahan diperhatikan agar pengembangan infrastruktur transportasi dapat menjangkau wilayah atau daerah terpencil (desa) yang potensial secara ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, menyerap tenaga kerja serta memperbaiki pemerataan pendapatan. Secara garis besar, stimulus berupa investasi infrastruktur transportasi diharapkan menjadi pemicu peningkatan perekonomian daerah maupun nasional. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini menggunakan kerangka data SNSE Provinsi Jawa Barat tahun 2010 yang dibangun oleh penulis. Terdapat tiga pendekatan dalam melakukan analisis. Pendekatan pertama adalah dengan nilai riil (nominal) yang diekstraksi dari tabel SNSE Jawa Barat tahun 2010, dimana digunakan untuk menganalisis struktur output, struktur pengeluaran rumah tangga dan sumber pendapatan rumah tangga dari berbagai golongan. Pendekatan kedua adalah melakukan analisis keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi. Pendekatan ketiga adalah analisis dekomposisi untuk melihat keterkaitan dengan lebih tajam seperti melakukan analisis effect multiplier output bruto, nilai tambah serta kaitannya menjawab tujuan analisis yang berkaitan dengan distribusi pendapatan rumah tangga.
Sementara itu, Berdasarkan hasil Analisis Pengganda menunjukkan bahwa
nilai pengganda global terbesar yang diterima oleh rumah tangga di provinsi Jawa Barat, baik yang disebabkan oleh injeksi faktor produksi, institusi serta sektor produksi berada pada kelompok rumah tangga golongan atas sektor bukan industri di desa maupun di kota. Di sisi lain, rumah tangga golongan bawah sektor industri di desa dan buruh tani menerima dampak terendah dikarenakan nilai pengganda global yang dimiliki merupakan yang terendah dibandingkan golongan rumah tangga lainnya. Selanjutnya untuk mengetahui sektor produksi unggulan di propinsi Jawa Barat dapat dijelaskan melalui nilai pengganda global yang di terima oleh sektorsektor produksi di provinsi Jawa Barat. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai pengganda global terbesar yang diterima oleh sektor produksi di provinsi ini baik yang disebabkan oleh injeksi faktor produksi, institusi serta sektor produksi berada pada sektor produksi jasa perdagangan dan jasa perorangan, serta jasa lainnya. Sebaliknya,sektor kehutanan dan pertanian tanaman lainnya merupakan sektor-sektor yang menerima dampak terendah dikarenakan nilai pengganda global yang dimiliki merupakan yang terendah dibandingkan sektor produksi lainnya. Berdasarkan analisis dekomposisi diperoleh hasil bahwa rumah tangga golongan atas sektor bukan industri di kota memperoleh pengaruh terbesar dibandingkan dengan golongan rumah tangga lainnya. Simulasi investasi infrastruktur transportasi sebesar Rp. 20.95 trilyun yang diinjeksikan pada perekonomian Jawa Barat menyebabkan peningkatan pendapatan sebesar 18.76% untuk rumah tangga golongan ini. Sebaliknya, rumah tangga golongan bawah sektor industri di desa memperoleh peningkatan pendapatan terendah. Sedangkan sektor produksi yang mendapatkan peningkatan terbesar akibat dari investasi ini adalah sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, industri barang dari logam dan industri lainnya. Sedangkan sektor kehutanan dan perburuan hanya memperoleh peningkatan sebesar 0.36% akibat investasi tersebut. Sementara itu, berdasarkan analisis jalur terlihat bahwa rumah tangga golongan atas sektor bukan industri di kota memiliki nilai pengganda global terbesar. Bila ditelaah lebih lanjut, rumah tangga golongan atas tersebut mendapatkan pengaruh terbesar dikarenakan kepemilikan atas faktor produksi bukan tenaga kerja atau kapital. Sedangkan golongan rumah tangga bawah sektor industri di desa mendapatkan pengaruh terkecil, dimana pengaruh tersebut diperoleh karena kepemilikan faktor produksi tenaga kerja sebagai buruh, manual dan operator alat angkutan di desa. Temuan ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Harrod-Domar yang menyatakan bahwa pemilik faktor produksi, yang umumnya adalah rumah tangga golongan atas akan memperoleh lebih banyak keuntungan dari sistem perekonomian yang berjalan. Dari analisis dampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang terjadi jika terdapat investasi sejumlah Rp.20.95 trilyun pada perekonomian Jawa Barat, maka terjadi penyerapan tenaga kerja sebesar 17.942 orang, dimana sektor pertanian tanaman pangan menyerap penambahan terbesar yaitu sebanyak 4.549 orang (25.35%). Sektor produksi dengan penyerapan tenaga kerja terbesar berikutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan (2.911 orang atau 16.22%), sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya (2.581 orang atau 14.39%) dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau (1.019 orang atau 5.68%). Jika ditelaah lebih lanjut, dampak penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak pada sektor pertanian tanaman pangan terjadi karena koefisien tenaga kerja sektor tanaman pangan (jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan output tanaman pangan pada jumlah tertentu) yang tinggi.
Sebagai tambahan, berdasarkan analisis distribusi pendapatan didapatkan
kesimpulan bahwa investasi infrastuktur transportasi tidak memiliki pengaruh yang paling besar secara direct-direct terhadap seluruh golongan rumah tangga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh peningkatan aktifitas produksi di sektor infrastruktur transportasi yang dapat dirasakan oleh seluruh golongan rumah tangga secara langsung sangatlah sedikit.