Professional Documents
Culture Documents
Growth Global
Islamic Finance :
20%
Source: http://www.ftseglobalmarkets.com
3
Source: IFSB Islamic Financial Services Industry Stability Report, 2013)
Kondisi Perekonomian,
Dampak Terhadap Perbankan Syariah
dan Proyeksi
Perkembangan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi RI
2013 diperkirakan berada
dikisaran 5,5%-5,9% dari
estimasi semula 5-8%-6,2%,
atau tidak setinggi tahuntahun sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan
sejalan dgn ekonomi global yg
melambat & pasar keuangan
global yg bergejolak, & harga
komoditas yg masih dlm tren
penurunan. Koreksi
pertumbuhan merupakan
bagian dari proses rebalancing
yang lebih selaras dengan
fundamentalnya
Perkembangan Ekonomi..(lanjutan)
Sejumlah indikator
menjelaskan proses
rebalancing dimaksud a.l.
- tekanan defisit transaksi
berjalan yg mereda (Q3:
USD8,4 bio) termasuk
turunnya impor komoditas
perdagangan non migas
sejalan melambatnya
permintaan domestik,
- nilai tukar yg bergerak ke
arah fundamentalnya (rata2
per Okt: 11,343)
- meredanya tekanan
inflasi (per Okt 8,32%)
FDR: 103,0%
PYD tumbuh relatif tinggi
32,2% yoy (nasional 23,2%
pd Q3), di-drive
pembiayaan produktif
CAR : 14,19%
NPF : 2,96% (gross)
Intermediasi
Ketahanan
Penetrasi
Pertumbuhan
(9,2% nasional )
Jaringan kantor 2526 (
14,1% nasional)
Kelompok Bank
2012
2013
11
11
11
24
24
23
- Jumlah Kantor
1737
2262
2526
155
158
160
364
401
399
8,2
10,8
12,3
BPRS
- Jumlah Kantor
2011
Kinerja keuangan
Posisi Keuangan
Sumber Dana
DPK
Kew. pd Bank
Penempatan Dana
PYD
Pen. pd BI
Pen. pd Bank
Srt berharga
Laba thn berjalan
Total Aset
BUS
UUS
2012
2013
2012
2013
117.8
10.0
137.0
10.5
29.7
1.6
37.0
2.1
112.4
19.2
3.1
7.0
1.8
147.6
134.6
18.0
2.5
8.2
1.6
171.3
35.1
7.5
2.9
0.8
0.8
47.4
44.7
8.1
3.3
1.4
1.5
58.2
Rp triliun, Oct-2013
Mod. Kerja
90%
Investasi
80%
Konsumsi
70%
PYD
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2011
2012
10/13
18.0%
5.0%
16.0%
4.0%
14.0%
3.0%
12.0%
2.0%
10.0%
8.0%
2011
CAR
NPF gross (rhs)
1.0%
0.0%
2012
10/13
107.0%
102.0%
48.0%
97.0%
40.0%
92.0%
87.0%
32.0%
82.0%
24.0%
06/10
2010
06/11
2011
06/12
2012
PYD
(%)
DPK
(%)
FDR
(rhs)
77.0%
Aset
(%)
06/13
72.0%
Komposisi DPK
80.0%
44.0%
70.0%
41.0%
60.0%
38.0%
50.0%
35.0%
40.0%
32.0%
30.0%
29.0%
20.0%
26.0%
10.0%
23.0%
0.0%
20.0%
2010
06/11
2011
06/12
2012
06/13
Share
CASA
(rhs)
Dep
(%)
precautionary motives
nasabah
kenaikan suku bunga (mulai
Q3/13) yg tidak dapat segera
direspon (krn kenaikan bagi
hasil terkait kinerja sektor riil)
Tab
(%)
Giro
(%)
Tantangan pertumbuhan(lanjutan)
2. Kemampuan pengelolaan
likuiditas masih relatif terbatas
Volume
Transaksi
Volume
PUAS
naikPUAS
pesat (58%
> 3 Bulan
Rp triliun
Sep-13),
namun transaksi antara
3 Bulan
60
BUK Induk dg iB cukup dominan
2 Bulan
50
1 Bulan
indikasi naiknya kebutuhan
40
3 Minggu
likuiditas,
adanya
segmentasi
30
2 Minggu
pasar
20
1 Minggu
70
2-4 Hari
10
Overnight
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tantangan pertumbuhan(lanjutan)
56.0%
48.0%
40.0%
32.0%
24.0%
16.0%
PYD (%)
8.0%
0.0%
2009
NPF-nom
(%)
G-NPF(%)
06/10
2010
06/11
2011
06/12
2012
06/13
Aset
DPK
PYD
(Rp. T)
(Rp. T)
(Rp. T)
Pesimis
255
168
200
Moderat
269
177
211
Optimis
296
186
222
Skenario
Pesimis
Moderat
Optimis
Total Aset
213.75
237.50
261.25
Akhir 2013
Total DPK Total Pembiayaan
174.43
180.30
183.61
189.79
193.67
199.28
Skenario Pertumbuhan
Skenario Pesimis:
tekanan ekonomi khususnya,
pengaruh eksternal (defisit transaksi
perdagangan & nilai tukar) masih
menghambat kinerja sektor riil
Skenario moderat
iB memanfaatkan sumber dana
lain, spt dana haji, private
placement, dll & GRES! efektif
meningkatkan sumber &
pemanfaatan dana.
Skenario optimis
kinerja sektor riil dapat segera pulih di
2013, iB memanfaatkan sumber dana
lain, GRES! efektif meningkatkan
sumber & pemanfaatan dana,
interkoneksi & menguatnya dukungan
bank Induk/Grup, & Realisasi bank
BUMN Syariah
PROYEKSI 2014
Akhir tahun 2014, total asset perbankan syariah diperkirakan Rp255,2
triliun (pesimis), Rp283,6 triliun (moderat) dan maksimal Rp312
triliun (optimis) sementara total DPK diperkirakan di kisaran Rp209,6
triliun (pesimis), Rp220,7 triliun (moderat) dan Rp232,8 triliun
(optimis) dan, total pembiayaan akan mencapai minimal Rp216,7
triliun (pesimis), Rp228 triliun (moderat) dan maksimal Rp239,5
triliun (optimis).
Berdasarkan tiga skenario tersebut, pangsa pasar perbankan syariah
pada akhir tahun 2014 diperkirakan antara 5,25%-6,25%.
Skenario
Pesimis
Moderat
Optimis
Akhir 2014
Total Aset Total DPK Total Pembiayaan
255.21
209.66
216.72
283.57
220.69
228.13
311.92
232.82
239.54
Arah Kebijakan
Latar Belakang
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan
perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi
perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan
syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam
menghadapi situasi perekonomian, walaupun memiliki tantangan a.l. dari segi
SDM, produk, jaringan dan permodalan jika dibandingkan perbankan
konvensional maupun perbankan syariah global.
Beralihnya fungsi institusi pengawasan dan pengaturan perbankan syariah dari
Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga diharapkan tetap
mempertahankan kesinambungan perkembangan perbankan syariah kedepannya.
Kerjasama yang erat antara BI (otoritas makroprudensial) dan OJK (otoritas
mikroprudensial) menjadi salah satu pilar penting dari arah kebijakan perbankan
syariah di masa mendatang.
Kerjasama dan kolaborasi antar otoritas dimaksud, dapat lebih jauh dikembangkan
dengan menggandeng berbagai otoritas lain sebagai stakeholders penting keuangan
syariah dan pengambil kebijakan sehingga terjadi sinergi kebijakan beserta
implementasinya dalam mendorong pengembangan keuangan syariah yang lebih
terintegrasi dan cross sector, dan dapat membuat perbankan syariah berkontribusi
lebih signifikan dalam perekonomian.
Arah Kebijakan
Arah kebijakan Bank
Indonesia
konsisten menjaga
stabilitas perekonomian
& sistem keuangan,
agar struktur ekonomi
menjadi lebih seimbang
& sehat, sehingga
menjadi fondasi kuat
bagi transformasi
ekonomi ke depan
Arah Kebijakan(lanjutan)
Arah Kebijakan(lanjutan)
Penguatan struktur perbankan untuk mendukung
pengembangan & transformasi ekonomi nasional
Kebijakan makroprudensial yang diarahkan untuk memperkuat
komposisi pembiayaan kepada sektor-sektor produktif yang
mendukung peningkatan kapasitas perekonomian
Review dampak dan penerapan FTV
Mendorong (i) peningkatan alokasi pembiayaan produktif &
UMKM, (ii) perluasan outreach jaringan dalam melayani
kebutuhan masyarakat (a.l. delivery channel, implementasi aturan
jaringan kantor perbankan syariah), (iii) penguatan permodalan
dan risiko mengacu standar internasional (a.l. capital buffer &
countercylical buffer, RBBR-S) dan (iv) penguatan transparansi &
governance keuangan
Arah Kebijakan(lanjutan)
Mendukung inisiasi Forum Koordinasi berkala antar otoritas
khusus pengembangan Ekonomi & Keuangan Syariah (BI,
OJK, Kemenkeu, KemenBUMN, dll), a.l. dalam fasilitasi
kehadiran bank BUMN syariah dan optimalisasi instrumen &
layanan syariah oleh BUMN, optimalisasi dana haji di SBSN &
penempatannya di bank syariah serta pengelolaan dana APBN
di instrumen keuangan syariah & bank syariah.
Berkolaborasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam
penyusunan Cetak Biru Keuangan Syariah Nasional (realisasi
arahan Presiden RI pada pencanangan GRES!, 17 November 2013)
Arah Kebijakan(lanjutan)
Koordinasi dan kolaborasi mikroprudensial dan
makroprudensial untuk stabilitas sistem keuangan
Cross sector/interkonektivitas antar lembaga keuangan syariah (a.l.
kerjasama lebih erat antara perbankan syariah, asuransi syariah
dan penjaminan pembiayaan perbankan syariah dalam
melakukan usahanya)
Pengaturan dan pengawasan yang efektif, berkelanjutan dan
terintegrasi secara cross sector (a.l. fair playing field antara perbankan
syariah dengan non-perbankan syariah)
Makroprudensial perbankan syariah (a.l. GWM-FDR syariah,
review Sharia Lender Of Last Resort)
Promote keuangan syariah di komunitas ekonomi & keuangan
global (reference to 10yrs Masterplan IDB IFSB)
Arah Kebijakan(lanjutan)
Bank Indonesia juga akan terus memperkuat pengembangan
pasar uang rupiah maupun valas dan melanjutkan program
pendalaman pasar keuangan syariah. Selain itu, akan dilakukan
beberapa pengaturan terhadap pasar uang dan berbagai
instrumen funding pengelolaan likuiditas lembaga keuangan,
seperti transaksi repo antar bank berdasarkan prinsip syariah.
Bank Indonesia juga akan memperkuat pelaksanaan fungsi dan
kewenangan baru sebagai otoritas makroprudensial. Dalam
kaitan ini maka kebijakan makroprudensial akan diarahkan pada
pengelolaan risiko sistemik, termasuk risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko pasar, dan penguatan struktur permodalan
kajian stabilitas sistem keuangan syariah
Arah Kebijakan(lanjutan)
Dalam pengelolaan risiko
likuiditas, BI akan
menyempurnakan GWM-FDR
syariah serta penerapan bertahap
instrumen likuiditas (LCR).
Dari sisi ketahanan permodalan,
perhitungan permodalan bank
akan disempurnakan a.l. siklus
ekonomi dan asesmen atas bank
berdampak sistemik.
Arah Kebijakan(lanjutan)
Edukasi dan promosi perbankan syariah yang lebih terintegrasi
dan masif
Implementasi Gerakan Ekonomi Syariah (GRES). Program edukasi
syariah yang selama ini sudah berjalan ditingkatkan menjadi suatu
gerakan ekonomi (GRES) dalam rangka memperkuat pengembangan
keuangan syariah agar juga menjadi prioritas dalam memperkuat
stabilitas sistem keuangan & meningkatkan kontribusi ekonomi berbasis
prinsip syariah pada pertumbuhan ekonomi nasional a.l. melalui
pembangunan infrastruktur hukum, kelembagaan, dan pasar.
Integrasi dan koordinasi yang lebih intens dari berbagai komponen
ekonomi syariah dalam meng-efektifkan potensi yang dimiliki (tidak
hanya perbankan & keuangan syariah) dalam melakukan edukasi &
promosi (a.l. bersama sektor makanan, zakat & wakaf, percetakan,
pariwisata dan properti).
Harmonisasi kebijakan serta meningkatkan sosialisasi dan edukasi
kepada pelaku pasar.
Perluasan akses keuangan kepada masyarakat yg lebih luas (reference to 10
yrs Masterplan IDB-IFSB)