Professional Documents
Culture Documents
Konstruksi
Berikut adalah beberapa kasus berkaitan dengan waste, saya mengutip dari berita di
surat kabar dan website mengenai masalah yang terjadi pada Jembatan Siak III Riau.
Merdeka.com - Jembatan Siak III di kecamatan Rumbai yang ditutup pada akhir Desember
2013 lalu sampai saat ini tidak jelas nasibnya. Berbagai kalangan masyarakat hanya bisa
menduga ini dan itu. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang mengira ada ketidakberesan pada
pembangunan jembatan yang memakan uang negara hingga Rp 100 miliar lebih tersebut.
"Kapan jembatan ini dibuka lagi, sejak ditutup tidak kami lihat perkembangannya. Penegak
hukum pun belum terlihat menyelidiki misteri gagalnya jembatan itu," ujar Umar, warga
Rumbai, kepadamerdeka.com, Selasa (11/11).
Jembatan yang diresmikan mantan Gubernur Riau Rusli Zainal ini diberi nama jembatan
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah. Diresmikan tanggal 3 desember 2011 yang
diatur sesuai dengan hari ulang tahun Rusli Zainal.
Bahkan, jembatan yang berukuran 11 X 520 meter ini sebelumnya diyakini mampu bertahan
selama 50 tahun. Pernyataan itu sempat membuat warga Riau khususnya Rumbai merasa
bangga dan senang. Namun apalah daya, berjalan 2 bulan jembatan tersebut sudah ditutup
karena bisa membahayakan pengendara yang melintasinya.
Pasalnya, pada rangka bagian tengahnya melengkung. Entah bagaimana cara membangun
jembatan ini sehingga ada rangka yang melengkung, apakah gagal konstruksi, atau ada
misteri lain. Baik penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Riau, maupun Subdit III Tindak
Pidana Korupsi Polda Riau belum melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan
jembatan ini.
Sementara itu, terkait kasus dugaan korupsi Jembatan Siak III Pekanbaru, membuat berbagai
kalangan masyarakat Riau resah. Direktur Eksekutif IMD Raja Adnan meminta SF
Hariyanto, mantan Kadis PU Riau, dipenjarakan. Hal ini dikarenakan Jembatan tersebut
sempat digunakan masyarakat Riau hanya beberapa bulan saja.
Namun saat ini Jembatan itu ditutup dan tak bisa dilalui masyarakat karena dikhawatirkan
roboh, mengingat besi penyanggah bengkok-bengkok.
"SF Hariyanto selaku Kadis PU Riau saat itu, harus bertanggung jawab penuh terhadap
persoalan Jembatan Siak III. Jadi SF harus dipenjara karena telah merugikan keuangan
negara. Jika dia sudah dipenjara maka boss PT Waskita Karya juga akan ikut terseret," ujar
Raja Adnan, kepada merdeka.com.
Menurut Adnan, persoalan Jembatan Siak III akan selesai jika SF Hariyanto sudah
dimasukkan ke dalam penjara. Pasti akan terbongkar soal siapa yang menerima upeti dari PT
Waskita Karya, berapa uang yang disetorkan oleh kontraktor plat merah itu kepada Hariyanto
dan
lain
sebagainya.
"Jika SF Hariyanto masih bebas berkeliaran di luar sampai saat ini, maka persoalan Jembatan
Siak III akan jalan di tempat seperti saat ini saja," ujar Adnan.
Selain itu, menurut Raja Adnan aparat hukum juga seharusnya menangkap pimpinan wilayah
PT Waskita Karya (WK) Riau karena telah mengangkangi UU Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi.
"Sebab, pembangunan Jembatan Siak III yang menghubungkan Pekanbaru-Rumbai dan
sebaliknya itu, jelas-jelas sudah gagal konstruksi," pungkasnya.
[hhw]
Meskipun kondisi fisik jembatan Siak III cukup meresahkan warga dan sangat berbahaya,
namun Pemerintah Provinsi Riau, tetap memastikan tidak akan menutup jembatan tersebut.
Sebelumnya juga pernah keluar hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan
Penelitian Pembangunan (Balitbang) pusat, bahwa jembatan tidak perlu ditutup, karena
belum dinilai kritis.
Ini juga diungkapkan Asisten II Setdaprov Riau bidang perekonomian dan pembangunan,
Emrizal Pakis kepada Metro Riau, Rabu (15/2). " Belum akan ditutup, untuk Jembatan Siak
III kita masih menunggu rekomendasi hasil penelitian dari Kementerian PU dan Balitbang
Pusat,"
tandasnya.
Dijelaskannya, kemungkinan ada tiga opsi pilihan terhadap kondisi jembatan Siak III
tersebut, yakni aman untuk dilalui dalam jangka waktu panjang, aman tetapi harus
diperhatikan, atau tidak aman untuk dilalui. "Kita tunggu saja apa hasil rekomendasi
Balitbang itu, kalau sudah ada hasilnya akan kita umumkan ke masyarakat," ujar Ketua I PB
PON itu.
Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum (Kadis) PU Riau SF Haryanto, Rabu (8/2)
mengakui Jembatan Siak III yang sudah berganti nama menjadi Sultan Muhammad Ali Abdul
Jalil Muazzamsyah 'cacat bangunan'.
"Memang ada cacat sedikit. Bengkok itu sah-sah saja, akan tetapi masih mampu dan tak
berbahaya," kata SF Haryanto ketika dikonfirmasi wartawan, Rabu (8/2).
Namun dia mengklaim kondisi jembatan tidak berbahaya sehingga tidak perlu ditutup.
Alasannya ini tidak teralu membahayakan pengguna jalan. Mesti pemerintah pusat meminta
agar Dinas PU Riau melakukan pemeriksaan setiap empat hari sekali selama seminggu.
Dari hasil loading test atau uji beban yang dilakukan Dinas PU Riau, kata SF Haryanto,
Jembatan Siak III mampu menampung beban seberat 80 ton. Tetapi Jembatan Siak III
diusulkan mendapatkan sertifikasi kondisi kekuatan jembatan, maka perlu dilakukan tes
pembebanan terhadap jembatan Siak III mencapai 100 ton sampai 150 ton.
"Tim sudah dibentuk sebagai tindaklanjut untuk melakukan uji beban, nama-nama dari tim
sudah diminta ke pusat untuk tes beban. Untuk saat ini kapasitas atau kemampuan Jembatan
Siak III baru 80 ton," ucap SF Haryanto. Namun, sayang Haryanto tidak menyebutkan kapan
tes itu dilakukan.
Dari hasil pemeriksaan Dinas PU Riau, penurunan lengkungan ke bawah di Jembatan Siak III
sudah berhenti. Haryanto juga mengklaim pemerintah pusat juga menjamin Jembatan Siak III
aman untuk dilintasi.
Direktur Lalu Lintas Polda Riau melalui Wadirlantas AKBP Agus Indra, SIK dikonfirmasi
akhir pekan lalu dengan sejumlah wartawan, mengatakan pihaknya belum mau berkomentar
lebih banyak seputar Jembatan Siak III. Dia menyarankan masalah itu sebaiknya
dikonfirmasikan saja ke Dinas PU.
Agus Indra mengaku belum ada pembicaraan atau pertemuan membahas keselamatan
pengunaan
atas
Jembatan
Siak
III
ini
bersama
instansi
terkait.
Tak sesuai Speksifikasi
Jembatan Siak III yang dikerjakan PT Waskita Karya dengan dana APBD Riau Rp136, 57
miliar diduga tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Itu diakui Sekretaris Lembaga
Pengembang Jasa Kontruksi (LPJK) Riau Prof Dr Sugeng Wiyono kepada sejumlah
wartawan.
Katanya, ada lengkungan ke bawah yang seharusnya sesuai dengan teknis atau metode
pelaksanaan jembatan, jembatan Siak III harus melengkung ke atas 50 sentimeter.
Lengkungan negatif itu, dapat berbahaya bagi kontruksi Jembatan.
Sebab apabila tidak segera dilakukan perbaikan, maka akan berdampak pada hanger.
"Kemungkinan pada metode pelaksanaan tidak sesuai dengan spesifikasi tekhnis, kalau tak
segera diperbaiki berbahaya," ucap Profesor yang juga akademis di salah satu universitas
terkemuka di Riau.
Ini juga diakui Datuk Meyko Sopyan, Pemerhati Masyarakat Pekanbaru, bahwa ini sudah
menyalah, dan tentu dinas terkait harus membuat pernyataan dengan menjamin atas kekuatan
tersebut. Artinya, bila terjadi sesuatu di kemudian hari, maka pihak tersebut harus
menanggung semua resiko yang terjadi. Ini bisa dipertanggungjawabkan melalui materil
maupun
material.
"Jadi tujuannya adalah tanggungjawab. Sejauh mana para pemimpin bertanggungjawab atas
pekerjaan yang dilakukannya. Mesti pekerjaan itu adalah tanggungjawab rekanan,"
terangnya.
"Kalau tidak dilakukan seperti ini maka, semua pekerjaan di Indonesia selama ini akan punah
ranah. Jika sekedar diucap di bibir, anak kecil saja juga pandai," geramnya.
Kekhawatiran Datuk ini lagi, ia juga mendengar ada desas-desus bahwa besi bentangan yang
digunakan untuk Jembatan Siak III, ternyata aspal alias asli tapi palsu. Ia tahu ketika
meninjau kondisi pembuatan jembatan Desember lalu, bahwa masyarakat di sekitar lokasi
juga tahu, bahwa besi dibuat dengan hasil proses besi limbah daur ulang.
"Kondisi ini memang menyedihkan. Kepada pihak terkait sebaiknya secepatnya menelusuri
apakah isu ini benar atau tidak? Karena kekhawatiran warga sangat tinggi," kata Anas yang
juga lama tinggal di daerah pesisir itu.
Haluan Riau
Oleh: Haluan Riau
sindikasi - Kamis, 9 Februari 2012 | 00:10 WIB
Namun dia mengklaim kondisi jembatan tidak berbahaya sehingga tidak perlu ditutup.
Apabila Jembatan Siak III membahayakan, kata Haryanto, maka yang lebih khawatir adalah
Dinas PU Riau. Dia juga mengatakan , pemerintah pusat telah meminta Dinas PU Riau
melakukan pemeriksaan setiap empat hari sekali selama seminggu. Namun dia tidak
menyebutkan kapan tes itu dilaksanakan Dinas PU Riau.
Dari hasil pemeriksaan Dinas PU Riau, penurunan lengkungan ke bawah di Jembatan Siak III
sudah berhenti. Haryanto juga mengklaim pemerintah pusat juga menjamin Jembatan Siak III
aman untuk dilintasi.
"Memang ada cacat sedikit. Bengkok itu sah-sah saja, akan tetapi masih mampu dan tak
berbahaya," kata SF Haryanto ketika dikonfirmasi wartawan, Rabu (8/2).
Dari hasil loading test atau uji beban yang dilakukan Dinas PU Riau, kata SF Haryanto,
Jembatan Siak III mampu menampung beban seberat 80 ton. Tetapi Jembatan Siak III
diusulkan mendapatkan sertifikat sebagai pioner jembatan panjang, maka perlu dilakukan tes
pembebanan terhadap jembatan Siak III mencapai 100 ton sampai 150 ton.
"Tim sudah dibentuk sebagai tindaklanjut untuk melakukan uji beban, nama-nama dari tim
sudah diminta ke pusat untuk tes beban. Untuk saat ini kapasitas atau kemampuan Jembatan
Siak III baru 80 ton," ucap SF Haryanto.
Masyarakat Khawatir
Sejumlah warga Rumbai yang dikonfirmasi kemarin mengaku khawatir dengan kondisi
Jembatan Siak III setelah membaca pemberitaan Haluan Riau. Seperti diungkapkan Dalek
Ahmad (23) warga Jalan Kurnia, Rumbai.
"Ya takut lah, kalau nanti terjadi apa-apa di jembatan tersebut," kata Dalek yang juga
mahasiswa di Universitas Lancang Kuning ini. Karena jembatan tersebut menjadi akses
penting warga Rumbai ke pusat kota, Dalek berharap pihak terkait segera melakukan
perbaikan.
Sedangkan Wakil Ketua Fraksi Demokrasi Kebangsaan Raya, DPRD Kota Pekanbaru,
Herwan Nasri, kepada Haluan Riau, Rabu (8/2) kemarin, meminta instansi berwenang agar
Jembatan Siak III yang baru diresmikan itu perlu dilakukan uji kelayakan ulang kembali.
Menurut Herwan, jika dilihat dengan secara kasat mata, jembatan Siak III jelas terlihat
bergeser.
Secara teknisnya, proyek bernilai ratusan miliar ini seharusnya dari konstruksi layaknya
lengkung dari bantalan jembatan keatas, namun dari pengamatan yang terlihat jelas ada
pergeseran. Hal ini diduga akibat antara beban dengan kekuatan jembatan tidak sesuai.
Dia meminta instansi terkait harus segera mengambil sikap seperti melakukan uji kelayakan
kembali.
"Kapan perlu dengan kondisi begini, instansi terkait bersama-sama dewan, harus sudah
menunjuk tim independen, dalam melakukan pengujian, sehingga jelas layak atau tidaknya
Jembatan Siak III ini untuk digunakan sebagaimana diharapkan," ujar Herwan.
Jika memang perlu, katanya, jembatan ini secepatnya ditutup sebelum ada hasil dari uji
kelayakan dari tim independen yang dibentuk tersebut.
"Tentunya kita sebagai masyarakat pengguna tidak ingin jembatan ini menjadi petaka seperti
salah satu jembatan yang ambruk di Kalimantan beberapa waktu lalu. Jika ini terjadi, akan
besar lagi masalah yang akan timbul, sebelum dilakukan tindakan pencegahan," ujar Herwan
yang juga anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru.
Tergantung PU
Sementara Direktur Lalu Lintas Polda Riau melalui Wadirlantas AKBP Agus Indra, SIK
yang dikonfirmasi kemarin mengatakan pihaknya belum mau berkomentar lebih banyak
seputar Jembatan Siak III. Dia menyarankan masalah itu sebaiknya dikonfirmasikan saja ke
Dinas PU.
"Pembangunan Jembatan Siak III bukan menjadi tanggung jawab dari pihak Kepolisian
Daerah Riau," katanya.
Agus Indra mengaku belum ada pembicaraan atau pertemuan membahas keselamatan
pengunaan atas Jembatan Siak III ini bersama instansi terkait.
"Karena baru diresmikan tahun 2012 sehingga keselamatan atas pengguna jembatan masih
berada di Dinas Pekerjaan Umum Provinisi Riau," ungkap Agus Indra yang baru sebulan
menjabat Wadirlantas Polda Riau ini.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa, balok gelagar jembatan Siak III melengkung ke
bawah. Jembatan Siak III yang dikerjakan PT Waskita Karya dengan dana APBD Riau
Rp136, 57 miliar diduga tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Hal itu disampaikan
Sekretaris Lembaga Pengembang Jasa Kontruksi (LPJK) Riau Prof Dr Sugeng Wiyono.
Menurut Prof Dr Sugeng Wiyono yang merupakan Dekan Fakultas Tekhnik Universitas
Islam Riau (UIR) tersebut bahwa, ketika dirinya melihat jembatan Siak III, ada lengkungan
ke bawah.
Padahal, seharusnya sesuai dengan tekhnis atau metode pelaksanaan jembatan, jembatan Siak
III harus melengkung ke atas 50 sentimeter. Lengkungan yang negatif atau kebawah itu,
menurut Prof Dr Sugeng Wiyono, dapat berbahaya bagi kontruksi jembatan Siak III.
Sebab apabila tidak segera dilakukan perbaikan, ucap Prof Dr Sugeng Wiyono, maka akan
berdampak pada hanger.
"Kemungkinan pada metode pelaksanaan tidak sesuai dengan spesifikasi tekhnis, kalau tak
segera diperbaiki berbahaya," ucap Prof Dr Sugeng Wiyono ketika dikonfirmasi Haluan Riau,
baru-baru ini.
Di pihak lain Ketua LPJK Riau Nasir Day ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa, jembatan
Siak III belum ada sertifikat layak pakai. Untuk itu kepada pihak rekanan yaitu, PT Waskita
Karya diminta untuk segera menindaklanjuti mengenai kondsi jembatan Siak III yang
melengkung kebawah. [mor]
Menurut dia, status jembatan masih dalam pemeliharaan yang menjadi tanggungan dari pihak
kontraktor. Jembatan itu baru melalui serah terima pertama dari kontraktor ke Dinas PU
Provinsi Riau pada saat diresmikan, namun masih ada waktu enam bulan sebelum "final hand
over". Dengan begitu, seluruh biaya perbaikan nanti tidak dibebankan kepada negara.
"Seharusnya Dinas PU Riau jangan mau menerima jembatan yang cacat seperti itu, karena
umur jembatan yang seharusnya 50 tahun akan berkurang dan berbahaya bagi masyarakat dan
terlebih lagi pembangunan jembatan itu menggunakan pajak dari rakyat," tegas Sugeng.
Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah atau Siak III menghubungkan
daerah Utara dan Selatan Pekanbaru untuk menyebrangi Sungai Siak. Jembatan itu dibangun
untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di daerah itu, yang selama ini menggunakan
Jembatan Siak I yang usianya sudah lebih dari 30 tahun.
Panjang total jembatan itu mencapai 520 meter, lebar 11 meter dan ketinggiannya 11 meter
dari muka air tertinggi. Struktur bentang utama jembatan menggunakan rangka baja
pelengkung. Sedangkan, konstruksi bentang pendekat menggunakan empat "steel box girder"
dan delapan "steel girder" dan pondasi bangunan bawah dengan bor pile.
Pembangunan jembatan itu awalnya dilaksanakan kontraktor PT Rantau bais Sawit Family
pada tahun 2011 hingga 2007. Kemudian pengerjaannya diambilalih oleh PT Waskita Karya
sejak tahun 2008 hingga 2011.
Desember lagi. Itu menandakan jembatan tersebut memang tidak bisa lagi diperbaiki. Harus
dibongkar,'' tegas Syakirman.
Dikatakan Syakirman, kalau pun diperbaiki, jembatan yang diduga sarat korupsi itu, tetap
akan melengkung dan sangat berbahaya bagi masyarakat," ujarnya.
''Saya sudah bosan teriak terus di media, tapi aparat hukum tidak serius menyelidiki dugaan
korupsi di jembatan itu. Saya minta kepada aparat, mulai dari Polisi, Jaksa maupun KPK
untuk memeriksa Pimpinan Waskita Karya Riau Purma Yoserizal,'' tegas Syakirman.
Purma Yoserizal, kata Syakirman adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam
pengerjaan jembatan Siak III. ''Bila perlu tangkap dia,'' pungkas Syakirman.
Sebagai sanksi, PT Waskita seharusnya mengembalikan uang sebesar Rp 135 miliar senilai
kontraknya. Selain itu wajib didenda 5 persen dari kontraknya. Selain itu, seluruh tenaga ahli
PT Waskita harus dicabut Sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh LPJK. Dan Waskita
Karya harus di blacklist selama dua tahun, dan tidak boleh mengerjakan proyek pemerintah
se Indonesia.
Syakirman menjabarkan bahwa dalam Undang-undang Jasa Konstruksi itu juga ditegaskan
apabila terjadi kegagalan produksi, kesalahan dari perencanaan didenda 5 persen dari kontrak
perencanaannya dihukum penjara 5 tahun. Apabila kesalahan berada di kontraktor perencana
didenda 5 persen dihukum 5 tahun penjara. Apabila terjadi dari pengawasan didenda 7 persen
dan dipenjara 5 tahun penjara.
Artinya dari segi unsur perdata maupun pidana ini jelas sudah memenuhi syarat-syaratnya
untuk dihukum baik kontraktornya dalam hal ini Waskita Karya, maupun dari Dinas
Pekerjaan Umum nya yakni Kepala Dinas SF. Haryantotukasnya.
Berdasarkan temuan dan bukti-bukti yang terkumpul, kemampuan daya beban jembatan
Siak III ini jauh dari ketentuan yang tercantum dalam speks kontrak, yakni mampu menahan
beban hingga 300 ton, ternyata capai 10 persen pun tidak sampai, ini kan membahayakan
banyak orang baik nyawa maupun materitambahnya lagi.
Sidang lanjutan atas gugatan yang diajukan oleh DPN-AKSI ini akan dilanjutkan kembali
pada Kamis mendatang (20/2/2014) dengan agenda putusan dari majelis hakim terkait
Jembatan Siak III ini.
Ady Kuswanto
Pembahasan
Berdasarkan berita-berita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembangunan proyek
Jembatan Siak III Riau tersebut mengalami beberapa macam waste dalam berbagai hal baik
dari segi waktu, biaya maupun tenaga. Defects terjadi ketika besi yang digunakan merupakan
besi aspal karena menggunakan besi dari daur ulang limbah sehingga besi tersebut tidak
terjamin kualitasnya. Waiting juga terjadi karena untuk menyatakan jembatan dapat
menerima beban sesuai rencana atau tidak agar segera dapat dilakukan tindakan lebih lanjut
dan tidak membuat jembatan tersebut menganggur. Waste yang lain adalah rework, apapun
hasil loading test jembatan tetap perlu diperbaiki agar pengguna jembatan baik pejalan kaki
maupun pengendara kendaraan merasa aman dan nyaman.
Dari hasil pemaparan waste diatas, waste dalam konstruksi harus diminimalisir guna
menghasilkan suatu konstruksi yang tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu. Oleh sebab itu
diperlukan adanya perencanaan yang matang dan cermat dalam setiap pekerjaan baik
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Selain itu perlu adanya kesadaran dari
berbagai pihak untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dalam pelaksanaan seperti
korupsi.