Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian pleura
2. Untuk mengetahui pengertian cairan pleura
3. Untuk mengetahui pemeriksaan yang berkaitan dengan cairan pleura
BAB II
PEMBAHASAN
serosa
dalam
badan
normal
mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium,
rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang
dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal
hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada
beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau eksudat.
Pleura terdiri atas pleura parietal dan pleura viseral. Pada keadaan normal, terdapat
sedikit cairan diantara permukaan serosa kedua pleura, yang selalu mengalami pergantian.
Selain berfungsi sebagai lapisan dalam rongga pleura agar tidak menimbulkan friksi,
membran ini juga berhubungan dengan transportasi cairan. Komposisi normal cairan pleura
sebagai berikut:
Struktur Pleura :
Volume
:0,1-0,2 ml/kgBB
: 1000-5000
2
sel mesotelial
: 3-70%
monosit
:30-75%
limfosit
: 2-30%
granulosit
: 10%
Protein
: 1-2 g/dl
% albumin
: 50-70%
Glukosa
LDH
pH
: > plasma
Jarak antara pleura viseral dan parietal dalam rongga pleura sebesar 5-10 mm, berisi
reasorbsi cairan dari rongga pleura menembus permukaan pleura viseral. Mesotelium juga
berperan dalam reasorbsi cairan pleura.
Sistem limfa pada pleura parietal berfungsi menjaga kelebihan cairan dalam rongga
pleura dan mengembalikan protein dalam rongga pleura ke dalam sirkulasi plasma. Kadar
protein dalam kapiler pleura parietal dan viseral lebih tinggi daripada dalam rongga pleura,
sehingga sejumlah kecil protein secara terus menerus akan masuk ke rongga pleura. Jika tidak
ada mekanisme yang mampu mengeluarkan protein dari rongga pleura maka tekanan onkotik
rongga pleura meningkat dan menarik cairan sehingga terjadi akumulasi cairan dalam rongga
pleura. Sistem limfa dalam pleura mengeluarkan protein dari rongga pleura dalam jumlah
tertentu sehingga terjadi perbedaan kadar protein dalam plasma dan rongga pleura, hasilnya
adalah volume cairan pleura relatif konstan.
2.2.1 Definisi
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat
mengancam jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan
terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga
pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena
tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung,
pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003)
2.2.2 Klasifikasi
1. Efusi pleura transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran
cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan
hidrostatik (CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative intra pleura yang
meningkat (atelektaksis akut).
Ciri-ciri cairan:
a.
Serosa jernih
d. Protein < 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a.
Payah jantung
permukaan pleura.
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus
5
2.2.3 Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig(tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. DiIndonesia 80% karena
tuberculosis.
3. Penyebab lain dari efusi pleura adalah gagal jantung, kadar protein yang rendah,
Sirosis, Pneumonia, Tuberculosis, Emboli paru, Tumor, Cidera di dada, Obat-obatan
(hidralazin,
prokainamid,
isoniazid,
fenitoin
klorpromazin,
nitrofurantoin,
pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura
yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan
kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein
getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap
ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500 2000. Mula mula yang dominan
adalah sel sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri
tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan
fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat ,
pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi
redup. Selain hal hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
PATHWAY
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana
contoh
lapisan
pleura
sebelah
luar
diambil
untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6.
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
7.
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi
dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya
cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau
PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP
atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah
didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum,
tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan
seperti:
a. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH,
dan glucose
b. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan
terjadi infeksi bakteri
c. Pemeriksaan hitung sel
8. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan
tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh
faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan
pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan
efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
9
penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru,
pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan
EKSUDAT
Bakteri (-)
Bakteri (+)
10
Menyusun bekuan
Fibrinogen (-)
Fibrinogen (+)
Bj 1006 1015
Bj 1018 1030
11
12
Cairan Transudat Eksudat diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada
eye piece BJ.
Nilai Normal :
Warna => Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah,
hitam coklat, serupa susu, merah jambu, biru kehijauan, kuning campur hijau.
Kejernihan => Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan, keruh putih
serupa susu.
13
Tujuan
Untuk
mengetahui
jumlah
sel
dalam
cairan
Pleura.
Prinsip : Transudat Eksudat diencerkan dengan larutan Turk akan ada sel leukosit dan
dihitung
selnya
dalam
kamar
hitung
di
bawah
mikroskop.
Cara Kerja :
Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak
leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Nilai Normal :
Jumlah sel Transudat 500 sel/mm3 sedangkan Eksudat > 500 sel/mm3.
Catatan :
Larutan Turk mengandung asam asetat yang dapat menyebabkan protein menjadi
denaturasi sehingga terjadi bekuan.
14
Cara Kerja :
Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit 3000 rpm dibuat
hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan berkeping-keping maka dapat
langsung dibuat sediaan hapus tipis/tebal.
Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil emersi.
15
Dimasukkan 100 mL aqudest ke dalam beaker gelas dan ditambah 1 tetes asam asetat
glasial. Atau dimodifikasi dengan asam asetat 1-2% dimasukkan dalam tabung reaksi
sebanyak 3 mL.
Nilai Normal :
16
Uji Protein
Metode : Biuret
Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam Transudat Eksudat.
Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali
membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 20 Ldan 1000 L.
- Tip kuning dan biru.
- Fotometer
Reagensia :
- Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L,
deterjen.
- Reagen standard : 8,0 g/dL
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu
ruang.
Spesimen : Cairan Rongga Perut / Pleura
Cara Kerja metode carik celup :
masukkan kertas carik celup ke dalam tabung yang telah berisi cairan Pleura
Perhitungan :
Total Protein = Absorben sampel
Absorben standard x konsentrasi standar (8,0 g/dL)
= ..............g/dL
Nilai Normal :
Uji Glukosa
Metode : Carik Celup
Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam cairan Pleura
Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang
bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase
menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.
Reaksi :
18
Alat :
- Tabung reaksi kecil - Timer
- Mikropipet 10 dan 1000
l
- Tissue
- Tip kuning dan biru - Rak Tabung
- Fotometer
Cara kerja:
masukkan kertas carik celup ke dalam tabung yang telah berisi cairan Pleura
Uji Rivalta
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru paru. Fungsiya sebagai
pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur
volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa
dan akan berupa transudat atau eksudat.
Pemeriksaan terkait cairan pleura adalah Makroskopik (Warna, Kejernihan, Bekuan, BJ,
pH), Mikroskopik (Hitung Jumlah Sel dan Hitung Jenis Sel (Diff.Count) dan Kimiawi
(Rivalta, Protein dan Glukosa)
20