Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Charla Gutri F, S.Ked
Nida Choirunisa, S.Ked
Inez Saraswati, S.Ked
Phatrozy Silaen, S.Ked
Resti Lutvia, S.Ked
Preseptor :
dr. Hartawan, Sp.An
DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT AHMAD YANI
METRO
2014
PENDAHULUAN
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan tindakan
yang segera diperlukan berdaya guna dan berhasil guna untuk kelangsungan hidup.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien dan keluarga yang kehidupannya sangat
tergantung pada obat dan mesin.
II.Indikasi Masuk
Kriteria Masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif
(prioritas satu-1) didahulukan dirawat di ICU, dibandingkan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas dua-2) dan pasien sakit kritis atau terminal dengan prognosis
yang jelek untuk sembuh (prioritas tiga-3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan
prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk pasien.
Pasien Prioritas 1 (Satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain pascabedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic.
Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti
derajat hipoksemia, hipotensi di bawah tekanan darah tertentu. Pasien prioritas 1 (satu)
umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari macam terapi yang diterimanya.
Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini berisiko
sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantaun intensif menggunakan
metode seperti pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis pasien ini antara
lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang
telah mengalami pembedahan major. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi
yang diterimanya mengingat kondisi mediknya senantiasa berubah.
Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan sebelumnya, penyakit
yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya, sangat
mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU.
Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit infeksi,
pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung
atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga)
mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin
tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.
Pengecualian
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU, dan
hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa, atas persetujuan
kepala ICU. Lagi pula pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga).
Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu dapat
dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk tujuan
menunjang fungsi-fungsi organ sementara menunggu donasi organ.
Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan
hanya demi perawatan yang nyaman saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan
perintah DNR. Sesungguhnya, pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari
tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
Pasien yang secara fisiologis stasbil yang secara statistik risikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien pascabedah
vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat
tetapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif ringan. Pasien-pasien semacam
ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet untuk terapi definitif dan atau
observasi.
Model Diagnosis
Model ini digunakan pada kondisi atau penyakit spesifik untuk menentukan indikasi
perawatan di ICU, sebagai berikut:
1) Sistem Kardiovaskular
1. Acute myocard infark dengan komplikasi
2. Syok kardiogenik
3. Complex arrhythmia yang memerlukan pengawasan ketat dan intervensi
4. Gagal jantung akut dengan gagal nafas dan atau memerlukan bantuan
hemodinamik
5. Hipertensi emergensi
6. Unstable angina, yang disertai aritmia, hemodinamik yang tidak stabil, atau nyeri
dada yang presisten
7. Henti jantung
8. Tamponade jantung dengan hemodinamik yang tidak stabil
9. Disseksi aneurisma aorta
10. Blok jantung total
2) Sistem Paru-paru
1. Gagal nafas akut yang memerlukan ventilator
2. Emboli paru dengan kondisi hemodinamik yang tidak stabil
4. Hemoptisis masive
5. Gagal nafas dengan memerlukan intubasi
3) Neurologic Disorders
1. Stroke akut dengan perubahan status mental
2. Koma : metabolik, toksik, atau anoksik
3. Perdarahan intracranial yang berpotensi terjadi herniasi
4. Perdarahan subarachnoid akut
5. Meningitis dengan perubahan status mental atau gangguan pernapasan
6. Sistem saraf pusat dan neurumuskular disorder dengan disorientasi saraf dan
fungsi paru
7. Status epileptikus
8. Pasien mati batang otak atau berpotensi mati batang otak dengan status pendonor
organ
9. Pasien dengan cedera kepala berat
4) Overdosis Obat
1. Hemodinamik yang tidak stabil
2. Defisit mental dengan gangguan jalan nafas
3. Kejang yang tidak teratasi
5) Gangguan Gastrointestinal
1. Perdarahan saluran cerna yang disertai hipotensi, terus menerus
2. Gagal hati fulminan
3. Pankreatitis berat
4. Perforasi Esofagus dengan atau tanpa mediastinitis
6) Endokrin
1. Ketoasidosi diabetikum dengan instabilitas hemodinamik, perubahan status
mental, isufisiensi pernafasan.
2. Krisis tiroid dengan instabilitas hemodinamik
3. Hiperosmolar status dengan koma dan atau instabilitas hemodinamik
4. Gangguan
endokrin
lainnya
seperti
krisis
adrenal
dengan
instabilitas
hemodinamik
5. Hiperkalemia berat dengan perubahan status mental yang memerlukan monitoring
hemodinamik
6. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, perubahan status mental
7. Hipo atau hipermagnesemia dengan kegagalan hemodinamik
8. Hipo atau hiperkalemia dengan aritmia atau kelemahan otot
Parameter Objektif
Tanda Vital
1. Nadi < 40 atau > 150 kali/menit
2. Tekanan darah Sistolik < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah biasa
pasien
3. Mean arterial pressure < 60 mmHg
4. Tekanan Diastolik > 120 mmHg
5. Respiratory rate > 35 kali/menit
Laboratorium
1. Serum sodium < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
2. Serum potassium < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L
3. PaO2 < 50 mmHg
4. pH < 7.1 atau > 7.7
5. Serum glukosa > 800 mg/dl
III.Indikasi Keluar
Pasien prioritas pertama adalah bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan sembuh kecil. Misalnya pasien dengan tiga atau lebih gagal
sistem organ
Pasien prioritas ketiga bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi.
Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit
jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas yamg tidak
respons terhadap terapi ICU.
II.LAPORAN KASUS
Nama
: Ny. SN
Umur
: 65 tahun
Berat Badan
: 60 kg
Register / RM : 2883
Diagnosa
: CHF + Pneumonia
MRS
: 233256
Anamnesa
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak bila bernafas. Sesak terjadi pada
sore hari mendadak disertai rasa nyeri dada bila bernafas. Riwayat mual (-), muntah (-), nyeri
kepala (-). Pasien memiliki riwayat keluar masuk Rumah Sakit dengan keluhan yang sama.
Pasien juga memiliki riwayat decompensatio cordis dan hipertensi tidak terkontrol.
: Clear
Breathing
Circulation
Disability
: E4M5V4, BB
Diagnosis
: CHF + Pneumonia
Planning
: Rawat ICU
Rawat bersama bagian paru
Konsul anastesi (acc masuk ICU)
Laboratorium
Tanggal 20 Maret 2014
Hb
: 13,2 g/dl
Leukosit
: 7,9 ribu/ul
Hematocrit
: 45,1 %
Trombosit
: 348.000 /ul
GDS
: 267 mg/dL
Ureum
: 41 mg/dL
Kreatinin
: 1,71 mg/dL
Tindakan ICU:
1. Infus pump
2. Syring pump
3. Injeksi spinal
4. Perawatan rutin
5. O2
6. Pasang NGT
7. Pasang infus
8. Sonde
9. Gluko DR
10. Rekam EKG
11. Nebulizer
Konsul anestesi :
Saat ini dalam bidang anestesi kami dapatkan pasien ASA II.
Perjalanan Anestesi :
III.PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
American College of Critical Care Medicine. Guidelines for ICU Admission, Discharge and
Triage. http://www.learnicu.org/Docs/Guidelines/AdmissionDischargeTriage.pdf. Diakses 22
Maret 2014.
Depkes RI. Petunjuk Teknis Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit.
http://www.perdici.org/guidelines/. Diakses 22 Maret 2014.
Depkes
RI.
Standar
Pelayanan
Perawatan
ICU.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=indikasi+icu+pdf&source=web&cd=69&ved=
0CGsQFjAIODw&url=http%3A%2F%2Fperpustakaan.depkes.go.id. Diakses 22 Maret 2014
Hanafi, A. Peran Ruang Perawatan Inetsive Care Unite dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan Di Rumah Sakit. Pidato Pengukuhan Guru Besar FK USU.
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_achsanuddin_hanafie.pdf.
Diakses 22 Maret 2014.