You are on page 1of 10

HAND OUT

Mata Kuliah

: Sistem Reproduksi

Topik/Sub Topik

: Proses Asuhan Keperawatan Pada Sistem Reproduksi


(Kanker Serviks)
1. Pengertian Kanker Serviks
2. Etiologi Kanker Serviks
3. Patofisiologi Kanker serviks
4. Tanda dan Gejal Kanker serviks
5. Pemeriksaan Diagnostik Klien Dengan Kanker serviks
6. Penatalaksanan klien dengan Kanker serviks
7. Diagnosa keprawatan Klien dengan Kanker serviks
8. Intervensi keperawatan KLien dengan Kanker serviks

Waktu

: 120 menit

Dosen

: Samrotul Fuadah Al-Ansoriyani, S.Kep., Ners

Objektif Perilaku Siswa:


Setelah Membaca Hand Out ini mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Pengertian Kanker serviks
2. Etiologi Kanker serviks
3. Patofisiologi Kanker serviks
4. Tanda dan Gejal Kanker serviks
5. Pemeriksaan Diagnostik Klien Dengan Kanker serviks
6. Penatalaksanan klien dengan Kanker serviks
7. Diagnosa keprawatan Klien dengan Kanker serviks
8. Intervensi keperawatan KLien dengan Kanker serviks
Referensi

:
1. Brunner & Suddart.
Bedah .EGC. Jakarta.

( 2001 )Buku ajar Keperawatan Medikal

2. Carpenito.L.J.( 2000 ) Diagnosa keperawatan Bandung : PSIKUNPAD


3. Soeparman .( 1987 ) Ilmu Penyaki dalam ( edisi kedua ).Jakarta :
balai penerbit FK-UI
4. Smeltzer,.S.C& Barre,B.G ( 1995 ) Texbook of : medical Surgical
Nursing.Philadelpia: Lippincot.
Pendahuluan
Kanker Serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim,
yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh
tubuh penderita.
Uraian Materi
1. DEFINISI
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim)
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum
wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks
atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia
terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum
di dunia.
2. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

3. PATOFISIOLOGI

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

IVA
Pap smear
Thin prep
Kolposkopi
Schillentest
Konisasi
Biopsi

5. Tanda dan Gejala Kanker Serviks


1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai
infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
Kerentanan kandungan kencing
Diarrhea
Perdarahan rectal
Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan

bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya


dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.
5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.

Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia . pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah
trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual

dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan
diet yang ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai
dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi .

Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap (Hb dan Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5.

Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat


anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi

genokologis dan prognosis yang tak menentu.


Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis

kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.


Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi
perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan
peran anggota yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan

dengan terbatasnya informasi.


Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi.
Intervensi:

Baringkan pasien diatas tempat tidur.


Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
9. KESIMPULAN
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah
keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam
status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini
menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang
berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat
menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.

You might also like