You are on page 1of 93

SKRIPSI

ANGGRAINI

PROFIL KEPATUHAN PASIEN PUSKESMAS


MEDOKAN AYU SURABAYA DALAM
PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL

FAKULTAS FARMASI DEPARTEMEN


FARMASI KOMUNITAS UNIVERSITAS
AIRLANGGA
SURABAYA
2013

PROFIL KEPATUHAN PASIEN PUSKESMAS


MEDOKAN AYU SURABAYA DALAM
PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL

Oleh:
ANGGRAINI

050911240

FAKULTAS FARMASI DEPARTEMEN


FARMASI KOMUNITAS UNIVERSITAS
AIRLANGGA
SURABAYA
2013

LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
karya ilmiah saya, dengan judul:
PROFIL KEPATUHAN PASIEN PUSKESMAS MEDOKAN
AYU SURABAYA DALAM PENGGUNAAN ANTIDIABETES
ORAL
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, Digital Library
Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak
Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya
buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 31 Agustus 2013

Anggraini
NIM 050911240

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama

: Anggraini

NIM

: 050911240

Fakultas

: Farmasi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang saya


tulis dengan judul:
PROFIL KEPATUHAN PASIEN PUSKESMAS MEDOKAN
AYU SURABAYA DALAM PENGGUNAAN ANTIDIABETES
ORAL
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil dari
plagiarisme,

maka

saya

bersedia

menerima

sanksi

berupa

pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.


Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Surabaya, 31 Agustus 2013

Anggraini
NIM 050911240

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Profil Kepatuhan Pasien Puskesmas Medokan Ayu
Surabaya dalam Penggunaan Antidiabetes Oral . Tidak lupa penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak I Nyoman Wijaya, S.Si., Sp.FRS., Apt, Bapak Andi


Hermansyah, S.Farm, M.Sc., Apt, dan Ibu Arie Sulistyarini, S.Si.,
Apt selaku dosen pembimbing, atas segala kesabaran, bimbingan,
dan dorongan semangatnya kepada penulis, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.

2.

Ibu Dra. Soemiati, M.S., Apt dan Ibu Dr. Wahyu Utami, M.S., Apt
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada
peneliti guna melengkapi penulisannya

3.

Dekan Fakultas Farmasi, Ibu Dr.Hj. Umi Athiyah, Apt, MS yang


telah memberikan kesempatan serta fasilitas untuk meraih gelar
sarjana farmasi.

4.

Para dosen dan staf

bagian Departemen Farmasi Komunitas

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.


5.

Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Unair.

6.

Keluarga tercinta: Ibu, Bapak, mbak Retno, Mbak Ratih, Mas


Sonny, Rayhart, Ila, Arsal, dan Rengga.

Terimakasih atas

dukungan, semangat, dan doanya


7.

Teman-teman dari Fakultas Farmasi khususnya untuk tim skripsi


Profil

Kepatuhan

Pasien

Puskesmas

dalam

Penggunaan

Antidiabetes Oral, Esa, Khudz, Bunga, dan Tirto, serta sahabatv

sahabat kelas D, khususnya Frinka, Cindy, dan Tita. Terima kasih


atas dukungan dan kerja samanya.
8.

Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan bapak,


ibu, saudara sekalian melalui limpahan rahmat, berkat, dan karuniaNya.

Surabaya, 31 Agustus 2013

Penulis

vi

RINGKASAN
PROFIL KEPATUHAN PASIEN PUSKESMAS MEDOKAN AYU
SURABAYA DALAM PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES
ORAL
Anggraini
Diabetes melitus (DM) memerlukan terapi jangka panjang, oleh
karena itu kepatuhan dalam menjalankan terapi sangatlah diperlukan untuk
mencapai keberhasilan terapi. Kepatuhan pasien pada penyakit yang bersifat
kronik pada umumnya rendah. Hal ini merupakan masalah yang cukup
serius karena dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan. Ketidakpatuhan
pasien dalam melakukan tatalaksana diabetes akan memberikan dampak
negatif

yang

sangat

besar

yaitu

komplikasi

diabetes.

Peran

farmasis/apoteker disini merupakan posisi kunci untuk memberi penjelasan


umum maupun khusus tentang terapi yang dijalani pasien baik
farmakoterapi maupun nonfarmakoterapi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil kepatuhan pasien
Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam penggunaan obat antidiabetes
oral dengan melihat 5 variabel yaitu variabel ketepatan dosis, waktu,
frekuensi, interval, dan jangka waktu penggunaan obat antidiabetes oral.
Indikator-indikator kepatuhan tersebut merupakan ukuran kepatuhan pasien
yang berkaitan dengan pemberian informasi obat oleh petugas kesehatan
seperti dokter farmasis, ataupun pemberi informasi lainnya. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode wawancara
bebas-terpimpin. Responden yang digunakan yaitu pasien penderita

ix

penyakit DM di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya tanpa diwakili oleh


orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden, persentase
kepatuhan terhadap dosis sebesar 96%, persentase kepatuhan terhadap
frekuensi sebesar 72%, kepatuhan terhadap interval sebesar 16%, kepatuhan
terhadap waktu sebesar 100%, dan kepatuhan terhadap variabel lama terapi
sebesar 20%. Kepatuhan terhadap penggunaan obat antidiabetes oral
berdasarkan 5 variabel tersebut dinyatakan bahwa 12% dinyatakan patuh
dan 88 % dinyatakan tidak patuh.

ABSTRACT
THE PROFILE OF PATIENT COMPLIANCE OF MEDOKAN AYU
SURABAYA PRIMARY HEALTH CARE CENTER ON USING
ORAL ANTIDIABETIC DRUGS
Anggraini
DM requires long-term therapy, therefore patients compliance is
necessary to achieve therapeutic outcome. The aimed of this study was to
see the profile of patient compliance of Medokan Ayu Surabaya primary
health care center on using

oral antidiabetic drugs by identifiying 5

variables which were dose taken, timing, frequency, interval, and duration
of use of oral antidiabetic drugs. This research was a descriptive study using
free-guided interview method. Respondents of this study were patient with
DM in Medokan Ayu Surabaya Health Center.
The result showed of 25 respondents, right dose taken complied to
96% , right frequency complied to 72 %, right interval complied to 16 %,
right time complied to 100 %, and right duration of use complied to 20%. In
total 12% of the respondent defined as compliant and 88% defined as noncompliant.
Keywords : Profile, Patients Compliance, and Oral Anti-diabetic.

xi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
RINGKASAN .......................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1 Tinjauan tentang Diabetes Melitus ....................................... 6
2.1.1 Definisi ....................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi .............................................................. 6
2.1.3 Diagnosa ..................................................................... 9
2.1.4 Klasifikasi ................................................................ 10
2.1.5 Penatalaksanaan ....................................................... 11
2.1.5.1 Terapi Non Obat .............................................. 11
2.1.5.2 Terapi Obat ...................................................... 12
2.1.6 Komplikasi ............................................................... 16
2.2 Tinjauan tentang Kepatuhan ................................................ 17
2.3 Tinjauan tentang Puskesmas ................................................ 22
x

2.3.1 Definisi ..................................................................... 22


2.3.2 Tujuan ...................................................................... 22
2.3.3 Visi dan Misi ............................................................ 23
2.3.4 Pasien Puskesmas ..................................................... 23
2.3.5 Obat antidiabetes oral di puskesmas......................... 24
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.................. ................................ 26
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 28
4.1 Jenis Penelitian ................................................................... 28
4.2 Sumber Data Penelitian ...................................................... 28
4.3 Subjek penelitian ................................................................ 28
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 28
4.4 1 Populasi Penelitian .................................................. 28
4.4.2 Sampel Penelitian ..................................................... 29
4.5 Tempat dan Jadwal Peneltian.. ....................................... 29
4.6 Metode Pengumpulan data ................................................. 30
4.7 Instrumen Penelitian

...................................................... 30

4.8 Validitas

...................................................... 30

4.8.1 Pengujian Validitas Instrumen ................................. 31


4.9 Variabel Penelitian ............................................................. 32
4.10 Cara Penyajian Data .......................................................... 35
4.11 Teknik Analisis Data ........................................................ 35
4.12 Definisi operasional .......................................................... 38
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................ 41
5.1

Gambaran Umum ...................................................................... 41


5.1.1 Gambaran Umum Responden ........................................... 41
5.1.2 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian ........................ 41

5.2

Hasil Uji Validitas ..................................................................... 42

5.3

Hasil Penelitian.......................................................................... 43
xi

5.3.1 Profil Responden ............................................................... 43


5.3.2 Cara Minum Glibenklamid ............................................... 44
5.3.3 Cara Minum Metformin ................................................... 44
5.3.4 Distribusi Kepatuhan Responden dalam Penggunaan Obat
Antidiabetes Oral .............................................................. 45
5.3.4.1 Kepatuhan terhadap Penggunaan Obat Antidiabetes
Oral.................................................................................... 45
BAB VI PEMBAHASAN..................................................................... 47
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 55
7.1 Kesimpulan .......................................................................... 55
7.2 Saran .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 57
LAMPIRAN ........................................................................................... 61

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Langkah diagnosik DM dari TTGO .......................................... 9
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .............................................................. 26
Gambar 4.1 Skema Operasional Pengambilan Data Penelitian ................. 32
Gambar 4.2 Teknik Pelaksanaan Penelitian ................................................ 34
Gambar 5.1 Profil Kepatuhan terhadap Penggunaan Obat
Antidiabetes Oral

............................................................... 46

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pola Penyebab Kematian Semua Umur ....................................... 7
Tabel 2.2 Penyakit Tidak Menular pada Semua Umur ................................. 8
Tabel 2.3 Proporsi Penyebab Kematian menurut Tipe Daerah ..................... 8
Tabel 2.4 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa .................................... 9
Tabel 2.5 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus........................................ 10
Tabel 2.6 Mekanisme Kerja Obat Antidiabetes Oral .................................. 13
Tabel 2.7 Obat Antidiabetes Oral yang tersedia di Indonesia ..................... 15
Tabel 2.8 Obat Antidiabetes Oral di Puskesmas ......................................... 24
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian .................................................. 36
Tabel 4.2 Informasi tentang Cara Penggunaan OAD.................................. 37
Tabel 5.1 Profil Responden

............................................................ 43

Tabel 5.2 Responden yang Minum Glibenklamid berdasarkan Signa ....... 44


Tabel 5.3 Responden yang Minum Metformin berdasarkan Signa ............. 45
Tabel 5.4 Profil Kepatuhan terhadap Penggunaan Obat
Antidiabetes Oral

............................................................ 50

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran-1 Lembar Persetujuan Responden ........................................... 62
Lampiran-2 Lembar Pengambilan Data ................................................... 63
Lampiran-3 Daftar Pertanyaan................................................................. 64
Lampiran-4 Lembar Pengumpulan Data .................................................. 65
Lampiran-5 Surat Ijin Survei Penelitian .................................................. 77

xv

xvi

BAB I
Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Pharmaceutical Care menuntut farmasis untuk lebih meningkatkan

kemampuan bekerja sama dengan tenaga medis lainnya, serta pelayanannya


terhadap pasien. Farmasis dituntut mampu dalam melakukan pemilihan
obat, penyediaan produk obat, distribusi pada penderita disertai komunikasi,
informasi,

dan

edukasi

yang

diperlukan,

memonitor

efek

obat,

mengidentifikasi dan mencegah masalah terkait obat potensial, serta


mengatasi masalah aktual, juga menjamin bahwa terapi obat tersebut aman,
efektif, dan acceptable untuk penderita (Depkes RI, 2007). Diagnosa yang
tepat,

pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga

kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi


jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya
(Asti, 2006).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien pada
penyakit yang bersifat kronik pada umumnya rendah. Hal ini merupakan
masalah yang cukup serius karena dapat mempengaruhi efektivitas
pengobatan. Penelitian yang melibatkan pasien berobat jalan menunjukkan
bahwa lebih dari 70% pasien tidak meminum obat sesuai dengan dosis yang
seharusnya (Ramadona, 2011).
Penyakit DM adalah penyakit seumur hidup dan tidak dapat
disembuhkan, akan tetapi kadar glukosa darah dapat dikendalikan. DM
memerlukan terapi jangka panjang, oleh karena itu kepatuhan dalam
menjalankan terapi sangatlah diperlukan untuk mencapai keberhasilan
terapi (BPOM, 2006). Kepatuhan pasien terhadap terapi jangka panjang di
1

2
negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang
persentasenya lebih rendah dibandingkan persentase tersebut (WHO, 2003).
Kepatuhan yang rendah terhadap penggunaan obat dapat meningkatkan
resiko morbiditas dan mortalitas (BPOM, 2006)
Kadar glukosa yang tidak terkendali dan tidak tertangani dengan
baik bisa mengakibatkan berbagai komplikasi. Kompikasi DM dapat
muncul secara akut atau timbul secara mendadak seperti reaksi
hipoglikemia dan koma diabetik. Komplikasi yang lain muncul secara
kronik atau secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya
berangsur menjadi makin berat dan membahayakan. (Waspadji, 2007).
International Diabetes Federation menyebutkan bahwa penderita
DM pada tahun 2012 sebanyak 371 juta jiwa dan Indonesia berada pada
urutan ke-7 setelah Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia, dan Meksiko
dengan jumlah 7,6 juta jiwa, jumlah ini akan diperkirakan terus meningkat
dari tahun ke tahun (IDF, 2012). Prevalensi penyakit DM adalah 1,1% dan
Jawa Timur memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional (Depkes RI,
2008).
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam

penatalaksanaan

diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah
pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan
diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan
penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah
farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat oral antidiabetes, atau
kombinasi keduanya (Depkes RI, 2005).

3
Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan tatalaksana diabetes akan
memberikan dampak negatif yang sangat besar yaitu komplikasi diabetes.
Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri
pembuluh darah kecil dan besar dengan penyebab kematian 50% akibat
penyakit jantung koroner dan 30% akibat gagal ginjal. Diabetes juga
menyebabkan kecacatan, sebanyak 30% penderita mengalami kebutaan
akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tungkai
kaki, bahkan diabetes membunuh lebih banyak dibandingkan dengan
HIV/AIDS (Soegondo, 2005). Indikator kepatuhan pasien disini dilihat dari
cara penggunaan obat yaitu meliputi timing compliance dan taking
compliance . Timing compliance yakni mengenai ketepatan interval,
ketepatan waktu, dan ketepatan jangka waktu, sedangkan taking compliance
yakni mengenai ketepatan dosis dan ketepatan frekuensi (Paes, 1998) .
Indikator-indikator kepatuhan tersebut merupakan ukuran kepatuhan pasien
yang berkaitan dengan pemberian informasi obat oleh petugas kesehatan
seperti dokter farmasis, ataupun pemberi informasi lainnya.
Penelitian

ini

menggunakan

responden

pasien

puskesmas.

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan masyarakat dan sebagai


tempat apoteker dalam menjalankan profesinya terutama yang bekerja di
farmasi komunitas. Peran farmasis/apoteker disini merupakan posisi kunci
untuk memberi penjelasan umum maupun khusus tentang terapi yang
dijalani pasien baik farmakoterapi maupun nonfarmakoterapi. Puskesmas
terpilih yaitu Puskesmas Medokan Ayu, Surabaya. Hal ini dikarenakan
puskesmas sudah meraih sertifikat ISO dan Indeks Kepuasan Masyarakat di
Puskesmas

Medokan

Ayu

Tahun

2011

rata-rata

baik

(Pemkot

Surabaya,2011). Dari segi cara memperoleh obat, obat di puskesmas bisa

4
didapatkan secara gratis sehingga harga tidak menjadi faktor terbentuknya
ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat antidiabetes oral.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu

Surabaya dalam penggunaan obat antidiabetes oral.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk melihat profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu

Surabaya dalam penggunaan obat antidiabetes oral.


1.3.2

Tujuan Khusus
Untuk melihat profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu

Surabaya dalam penggunaan obat antidiabetes oral yang berkaitan dengan


cara penggunaan, yang meliputi :

1.4

Ketepatan dosis obat

Ketepatan interval

Ketepatan frekuensi

Ketepatan waktu

Ketepatan jangka waktu

Manfaat Penelitian
1.

Puskesmas
Memberikan data kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu
Surabaya dalam penggunaan obat antidiabetes oral sehingga
dapat ditindaklanjuti pelayanan kefarmasiannya.

5
2.

Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kepatuhan
pasien Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam penggunaan
obat antidiabetes oral.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1

Diabetes Melitus

2.1.1

Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemia dan kelainan pada metabolisme karbohidrat, lemak,


dan protein. Ini dikarenakan kerusakan pada sekresi insulin, sensitivitas
insulin, atau keduanya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya komplikasi
(Dipiro, 2008). DM merupakan penyakit kronis yang tidak menyebabkan
kematian secara langsung tetapi dapat menyebabkan komplikasi yang
sangat fatal bagi penderitanya. Komplikasi yang diakibatkan oleh DM dapat
menyebabkan kerusakan atau kegagalan berbagai organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (Atlas of Diabetic Mellitus, 2007).

2.1.2

Epidemiologi
International Diabetes Federation menyebutkan bahwa penderita

DM pada tahun 2012 sebanyak 371 juta jiwa dan Indonesia berada pada
urutan ke-7 setelah Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia, dan Meksiko
dengan jumlah 7,6 juta jiwa, jumlah ini akan diperkirakan terus meningkat
dari tahun ke tahun (IDF, 2012)Menurut Riset Kesehatan Dasar Indonesia
tahun 2007 menyatakan bahwa pola penyebab kematian semua umur
karena diabetes mellitus menempati urutan keenam dengan proporsi 5,7%.
Sedangkan untuk proporsi penyakit tidak menular pada semua usia DM
menempati urutan ketiga dengan prosentase 10,2%. Apabila dilihat dari tipe
daerah, penderita DM daerah perkotaan menempati posisi kedua yaitu 9,7%.
Sedangkan untuk daerah perdesaan menempati posisi kesepuluh dengan
6

7
presentase 4,4%. Prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1% . Sebanyak
17 provinsi mempunyai prevalensi penyakit DM diatas prevalensi nasional
dan Jawa Timur ada di salah satu dari 17 propinsi tersebut (Depkes RI,
2008).

Tabel 2.1. Pola Penyebab Kematian Semua Umur (Riskesdas, 2007)


Penyebab kematian
Strok
TB
Hipertensi
Cedera
Perinatal
Diabetes Melitus
Tumor ganas
Penyakit hati
Penyakit jantung iskemik
Penyakit sal nafas bawah
Penyakit sal nafas bawah
Penyakit jantung
Pnemonia
Diare
Ulkus lambung dan usus 12 jari
Tifoid
Malaria
Meningitis Ensefalitis
Malformasi congenital
Dengue
Tetanus
Septikemi
Malnutrisi

Proporsi kematian (%)


15,4
7,5
6,8
6,5
6,0
5,7
5,7
5,1
5,1
5,1
5,1
4,6
3,8
3,5
1,7
1,6
1,3
0,8
0,6
0,5
0,5
0,3
0,2

8
Tabel 2.2. Penyakit Tidak Menular pada Semua Umur
(Riskesdas, 2007)
Penyakit tidak menular
(n = 2.285)
Strok
Penyakit Hipertensi
Diabetes Melitus
Tumor ganas
Penyakit jantung iskemik
Penyakit saluran nafas kronik
Penyakit jantung lain
Ulkus lambung dan usus 12 jari
Malformasi kongenital
Malnutrisi

%
26,9
12,3
10,2
10,2
9,3
9,2
7,5
3,4
1,0
0,4

Tabel 2.3. Proporsi Penyebab Kematian menurut Tipe Daerah


(Riskesdas, 2007)
No.
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Perkotaan
(n=1.515)
Strok
Diabetes melitus
Hipertensi
TB

%
19,4
9,7
7,5
7,3

Penyakit
jantung
iskemik
Tumor ganas
Penyakit hati

6,5

NEC
Penyakit
jantung
lain
Penyakit
saluran
nafas bawah kronik

5,3
5,1

5,8
5,5

4,7

Perdesaan
(n=1.966)
Strok
TB
Hipertensi
Penyakit saluran
nafas
bawah
kronik
Tumor ganas
Penyakit hati
Penyakit jantung
iskemik
NEC
Penyakit jantung
lain
Diabetes melitus

%
16,1
9,1
8,3
7,1

6,6
6,0
5,6
5,4
4,7
4,4

9
2.1.3

Diagnosa
Diagnosis DM dapat dilihat dari pemeriksaan kadar glukosa darah

sewaktu yaitu 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa yaitu 126
mg/dl. Pemastian diagnosis DM ini juga harus diperkuat dengan dilakukan
tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Tabel 2.4. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa (ADA, 2009)
Bukan
DM

Belum
pasti
DM

DM

Kadar
glukosa darah
sewaktu
(mg/dl)

Plasma vena
Darah
kapiler

< 110
< 90

110-199
90-199

200
200

Kadar
glukosa darah
puasa (mg/dl)

Plasma vena
Darah
kapiler

< 110
< 90

110-125
90-109

126
110

Gambar 2.1. Langkah Diagnosik DM dari TTGO (ADA, 2009)

TTGO
Gula darah 2 jam pasca pembebanan

200 mg/dl
DM

140-199 mg/dl
Toleransi
Glukosa Darah

<140 mg/dl
Normal

10
2.1.4

Klasifikasi
DM diklasifikasikan menjadi beberapa tipe. Klasifikasi DM

mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. WHO pun


telah beberapa kali mengajukan klasifikasi DM. Saat ini pengklasifikasian
DM lebih berdasarkan etiologi penyakitnya.
Tabel 2.5. Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus (ADA, 2009)
No
I

II

III

IV

Tipe Diabetes Melitus


Diabetes Melitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute)
A. Melalui proses imunologi
B. Idiopati
Diabetes mellitus Tipe 2
(bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin)
Diabetes mellitus Tipe Lain
A. Defek genetik fungsi sel beta
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas
D. Endrokinopati
E. Karena obat/ zat kimia
F. Infeksi
G. Imunologi
H. Sindroma genetik lain
Diabetes Kehamilan
Atau Diabetes Gestasional (Diabetes melitus yang muncul
pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2)

11
2.1.5

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas yaitu dengan mengontrol kadar glukosa darah dan meminimalkan


terjadinya komplikasi. Ada dua pendekatan penatalaksanaan DM yaitu
terapi non obat seperti diet dan olah raga, kemudian terapi obat seperti
terapi insulin, obat antidiabetes oral, atau kombinasi keduanya (Depkes RI,
2005)
2.1.5.1 Terapi Non Obat
Pengaturan diet sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes.
Diet yang dianjurkan yaitu dengan memperhatikan asupan gizi seimbang
(Depkes RI, 2005). Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel terhadap
stimulus glukosa. Masukan kolesterol pada penatalaksanaan diet tetap
dibutuhkan tetapi tidak melebihi 300 mg/hari. Selain itu makanan berserat
juga sangat dibutuhkan untuk penderita DM karena makanan berserat
menghambat penyerapan lemak dan dapat mengatasi rasa lapar (Depkes RI,
2005).
Penatalaksanaan terapi non obat yang kedua yaitu olah raga. Olah
raga dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah berada pada
kisaran normal. Prinsip olah raga untuk penderita DM disini bukanlah olah
raga berat tetapi olah raga ringan yang dilaksanakan secara teratur.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training) (Depkes RI, 2005).

12
2.1.5.2 Terapi Obat
Insulin berperan penting dalam pengendalian metabolisme dalam
tubuh. Pada DM Tipe I, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM
Tipe 1. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan
terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin
disamping terapi obat antidiabetes oral. Penderita DM yang hamil
membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau
yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode
resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin (Depkes
RI 2005)
Terapi obat lainnya yaitu terapi obat antidiabetes oral. Obat
antidiabetes oral terutama ditujukan untuk penderita DM tipe 2. Pemilihan
obat antidiabetes oral ini harus disesuaikan dengan tingkat keparahan DM
tersebut. Farmakoterapi antidiabetes oral ini dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Obat
antidiabetes oral digolongkan menjadi beberapa golongan (Soegondo,
2005).

13
Tabel 2.6. Mekanisme Kerja Obat Antidiabetes Oral (PERKENI, 2011)
Golongan dan
Nama Generik
Biguanid
- Metformin
- Metformin
XR

Lama
Kerja
(jam)
-

6-8
24

Mekanisme Kerja

Menurunkan glukosa darah


dengan
meningkatkan
sensitifitas sel terhadap insulin,
meningkatkan
pemakaian
glukosa oleh sel usus sehingga
menurunkan glukosa darah dan
menghambat absorbsi glukosa
di usus sesudah asupan makan..
-

Tiazolidindion /
Glitazone
- Pioglitazone

24

24-36
12-24
10-16
10-20
24

pemberian
:
atau
sesudah

Meningkatkan kepekaan tubuh


terhadap insulin. Berikatan
dengan PPAR (peroxisome
proliferator activated receptorgamma) di otot, jaringan lemak,
dan hati untuk menurunkan
resistensi insulin. Golongan ini
diabsorbsi secara cepat dan
konsentrasi tertinggi terjadi
setelah 1-2 jam dan makanan
tidak
mempengaruhi
farmakokinetik obat ini.
-

Sulfonilurea
- Klorpropamid
- Glibenklamid
- Glipizid
- Glikazid
- Glikuidon
- Glimepirid

Waktu
Bersama
makan

Waktu pemberian : Tidak


bergantung jadwal makan.

Merangsang sekresi insulin di


kelenjar pankreas, sehingga
hanya efektif pada penderita
diabetes
yang
sel-sel

pankreasnya masih berfungsi


dengan
baik.
Hal
ini
dikarenakan obat ini bekerja

14
dengan merangsang sel beta
pankreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan dengan
merangsang
channel
K.
Golongan
ini
menurunkan
glukosa darah puasa lebih besar
daripada sesudah makan.
-

Glinid
- Repaglinid
- Nateglinid

Penghambat
Glukosidase
Acarbose

Waktu pemberian : sebelum


makan

Repaglinid
merangsang
sekresi insulin di kelenjar
pankreas.
- Nateglinid meningkatkan
kecepatan sintesis insulin
oleh pankreas.
- Kedua obat ini diabsorbsi
dengan
cepat
setelah
pemberian secara oral dan
dimetabolisme oleh hati
secara cepat juga sehingga
diberikan dua sampai tiga
kali sehari.
- Waktu
pemberian
:
Sebelum makan.
Menghambat kerja enzim-enzim
pencernaan yang mencerna
karbohidrat,
sehingga
memperlambat absorpsi glukosa
ke dalam darah
- Waktu
pemberian
:
Bersama suapan pertama

15
DPP-4 inhibitor
- Vildagliptin
- Sitagliptin
- Saxagliptin

- 12-24
- 24
- 24

Meningkatkan sekresi insulin,


menghambat sekresi glukagon
- Waktu pemberian
:
bersama makan dan atau
sebelum makan

Tabel 2.7. Obat Antidiabetes Oral yang Tersedia di Indonesia


(PERKENI, 2011)
Golongan dan
Nama Generik
Biguanid
- Metformin
- Metformin
XR

Tiazolidindion /
Glitazone
- Pioglitazone
Sulfonilurea
- Klorpropamid
- Glibenklamid
- Glipizid
- Glikazid
- Glikuidon
- Glimepirid
Glinid
- Repaglinid
- Nateglinid

Kandungan
bahan aktif
(mg/tab)

Dosis Harian
(mg/tab)

Frekuensi
pemakaian
/hari

500-850
500-750

250-3000
500-2000

1-3
1

15-30

15-45

100-250
2,5-5
5-10
30-80
30
1,2,3,4

100-500
2,5-1,5
5-20
30-240
30-120
0,5-6

1
1-2
1-2
1-2

0,5-1,2
120

1,5-6
360

3
3

16
Golongan dan
Nama Generik

Kandungan
bahan aktif
(mg/tab)

Penghambat
Glukosidase
Acarbose

Penghambat DPP
IV
- Vildagliptin
- Sitagliptin
-

Saxagliptin

Obat kombinasi
tetap
- Metformin +
Glibenklamid
-

2.1.6

Glimepirid
Metformin
Metformin
Pioglitazon
Sitagliptin
Metformin
Vildagliptin
Metformin

+ +

+ + -

Dosis Harian
(mg/tab)

Frekuensi
pemakaian
/hari

50-100

100-300

50
25,
100
5

50-100
25-100

1-2
1

1-2

50,

250/1,25
500/2,5
500/5
1/250
2/500
2/500
4/500
50/500
50/1000
50/500
50/850
50/1000

2-500
4-1000

Komplikasi
Komplikasi pada

penderita

DM

jelas akan terjadi pada

penderitanya tetapi dengan pengelolaan terapi dengan baik akan dapat


mengendalikan keadaan metabolisme tubuh dengan baik. Hal ini dapat
mengurangi laju perburukan komplikasi DM (Waspadji, 2006). Komplikasi
DM diklasifikasikan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi

17
kronis. Komplikasi akut merupakan komplikasi yang harus segera ditangani
karena timbulnya secara mendadak. Komplikasi akut antara lain
ketoasidosis diabetika, koma non-ketosis, hiperosmolar, dan hiperglikemia.
Sedangkan komplikasi kronis merupakan komplikasi yang timbul setelah
penderita mengidap DM 5-10 tahun. Komplikasi kronis ini dibedakan
menjadi

dua

yaitu

komplikasi

makrovaskular

dan

mikrovaskular.

Komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh


darah otak, dan

pembuluh darah perifer. Sedangkan untuk komplikasi

mikrovaskular yaitu seperti retinopati (kelainan pada retina mata),


neuropati, dan nefropati (kelainan pada ginjal) (Tobing dkk, 2008)

2.2

Kepatuhan
Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai sikap pasien mengikuti

anjuran dokter terhadap penggunaan obat yang diberikan (Hussar, 2006).


Kepatuhan pasien terhadap pengobatan merupakan bentuk pemahaman
pasien akan termotivasi untuk menggunakan obat yang diresepkan
sebagaimana yang dimaksud, dengan pertimbangan keuntungan (self
benefit) dan hasil (outcome) yang diinginkan pasien. Kepatuhan pasien
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi. Kepatuhan dalam
mengikuti suatu terapi menunjukan sebuah pemahaman tentang bagaimana
obat digunakan sesuai dengan cara penggunaannya dengan baik dan benar.
Kepatuhan ini menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah
ditentukan. Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai pada
program pengobatan yang telah ditentukan (BPOM, 2006).
Pada dasarnya ada dua metode yang bisa digunakan untuk deteksi
kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien, yaitu metode langsung (direct

18
methods) dan metode tidak langsung (indirect methods). Metode langsung
(direct methods) meliputi penggunaan marker biologis, bahan-bahan
pendeteksi (tracer compound) dan pemeriksaan cairan biologis. Metode
langsung ini memiliki kelebihan dalam hal spesifitas dan sensitifitas.
Namun metode ini cenderung tidak praktis (Genaro, 2006).
Sedangkan metode tidak langsung

(indirect methods) meliputi

pelaporan (self report), wawancara, hasil terapi yang dirasakan pasien,


pemeriksaan pada perhitungan pil (pil count), perubahan berat pada sedian
inhalasi dosis terukur (metered-dose) , dan monitor kepatuhan dengan
komputer (Genaro, 2006).
Dalam kepatuhan ada dua aspek yang berbeda

yaitu

dalam

aspek

penggunaan (dose-taking) dan aspek waktu (dose-timing) yang dapat


menggambarkan taking-compliance dan timing-compliance. Kepatuhan
dalam aspek dose-taking dapat dilihat dari variabel dosis, frekuensi dan
jangka waktu penggunaan obat, sedangkan aspek dose-timing dapat dilihat
dari variabel interval dan waktu penggunaan obat (Paes, 1998).
Taking-complience adalah kepatuhan yang menggambarkan regimen
dosis yang digunakan sesuai yang telah diresepkan. Juga dapat didefinisikan
sebagai jumlah obat yang digunakan (tablet-compliance). Kepatuhan juga
diukur dengan cara menghitung jumlah pil yang tersisa dan menghitung
keterlambatan dalam isi ulang obat (refill compliance) (Paes, 1998).
Parameter lain yang digunakan dalam kepatuhan adalah persentase hari
dimana regimen dosis yang ditentukan (dua kali, tiga kali atau sekali dalam
sehari) diambil seperti yang diresepkan (Paes, 1997). Timing-compliance
adalah kepatuhan dalam dosis yang diambil dalam interval yang telah
ditentukan (Paes, 1998).

19
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan seorang
terhadap penggunaan obat (Hussar, 2005) :

1.

Penyakit
Jenis penyakit juga ikut mempengaruhi kepatuhan seseorang
terhadap pengobatan yang dialaminya, misalnya pada pasien
dengan gangguan kejiwaan lebih cendrung pada perilaku tidak
patuh.

2.

Theraupetic Regimen
a.

Multiple Drug Therapy


Seorang yang harus menggunakan lebih dari satu jenis obat akan
lebih mengalami kesulitan untuk patuh jika dibandingkan dengan
seseorang yang hanya menggunakan satu jenis obat.

b.

Frekuensi pengobatan
Pada pengobatan dengan frekuensi yang lebih sering akan
terganggu oleh aktivitas pekerjaan rutin yang dilakukan, sehingga
akan membawa pasien untuk lebih tidak patuh dalam pengobatan.

c.

Durasi terapi
Derajat ketidakpatuhan seseorang terhadap pengobatan akan
semakin meningkat seiring dengan peningkatan lama pengobatan
yang dialaminya.

20
d.

Efek samping
Efek samping tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien akan
meningkatkan ketidakpatuhan terhadap pengobatan.

e.

Simtomatik atau asimtomatik


Dapat dipahami bahwa pada masa awal pengobatan sulit untuk
meyakinkan pasien akan pentingnya penggunaan suatu obat jika
pasien tersebut tidak merasakan gejala sakit seperti tujuan obat
tersebut digunakan. Pada kasus ini pasien mungkin akan merasa
lebih baik setelah minum obat, sehingga tidak perlu lagi
menggunakan obat setelah gejala sakit yang dirasakan membaik
atau hilang. Situasi ini sering muncul pada pengobatan dengan
antibiotik, dimana pasien menghentikan minum obat karena
merasa infeksi telah sembuh. Hal ini akan memicu kembalinya
infeksi

karena

pengobatan

yang

tidak

tuntas

atau

juga

menyebabkan timbulnya resistensi mikroorganisme akibat infeksi.


f.

Cara minum atau menggunakan obat


Meskipun pasien patuh terhadap instruksi pengobatan, namun
adakalanya obat yang digunakan tidak sesuai dengan dosis yang
diinginkan. Hal ini disebabkan oleh kurang pahamnya pasien
terhadap penggunaan obat atau obat yang diminum sehingga
mempengaruhi jumlah obat yang masuk kedalam tubuh. Misalnya
pada aturan satu sendok teh (teaspoon, Cth), yang dianggap pasien
sama dengan satu sendok teh yang biasa digunakan dirumah. Hal
ini sebenarnya sudah sudah diantisipasi produsen obat denngan

21
menyediakan alat ukur untuk minum obat, seperti cups atau
droppers tetapi masalah tersebut masih tetap muncul.
g.

Rasa obat
Kepatuhan pasien terkait rasa obat, seringkali dijumpai

pada

pasien anak-anak. Sehingga pada sedian cair untuk pasien anakanak seringkali ditambahkan rasa tertentu. Namun masalahnya
kepatuhan pasien terkait rasa obat tidak hanya didominasi oleh
anak-anak namun pasien dewasapun juga bisa mengeluhkan rasa
obat sehingga menimbulkan keengganan untuk meminumnya.
3.

Interaksi pasien dengan Health profesional


Kualitas dan efektifitas interaksi antara pasien dengan dokter dan
pasien dengan farmasis merupakan faktor penentu utama dalam hal
pemahaman pasien, sikap pasien terhadap penyakitnya dan
regimen terapinya. Salah satu yang menjadi kebutuhan pasien
adalah psychological support atau dukungan psikologis dan
diperkirakan pasien akan lebih termotivasi untuk patuh dengan
instruksi yang diberikan oleh seseorang yang dia kenal dan dia
hormati, serta memiliki kualitas dan kapabilitas untuk memberikan
informasi tentang penyakitnya. Beberapa faktor yang turut
mempengaruhi kepatuhan pasien dengan rendahnya kualitas
interaksi dengan pasien akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

a.

Kekeliruan untuk mengaitkan pentingnya pengobatan.


Alasan utama yang dapat menimbulkan ketidakpatuhan dalam
penggunaan obat adalah kurangnya informasi yang diterima
terkait dengan pentinganya penggunaan obat tersebut secara tepat

22
sesuai instruksi yang diberikan. Pasien pada umumnya memiliki
pengetahuan yang terbatas tentang penyakit yang dideritanya.
Sehingga seringkali pasien mengembangkan sendiri pemahaman
dan harapannya terhadap pengobatan yang dijalaninya dan saat
pengobatan tersebut tidak sesuai dengan harapan, pasien
cenderung

menjadi

tidak

patuh

dengan

menghentikan

pengobatannya. Perhatian yang besar terhadap pasien dan


pemahaman pasien terhadap kondisi mereka, juga keuntungan dan
keterbatasan pengobatannya akan menghasilkan kepatuhan yang
lebih baik terhadap regimen terapi.
b.

Pemahaman yang kurang terhadap instruksi


Pemahaman yang kurang ini merupakan hasil dari proses interaksi
antara pasien dengan tenaga kesehatan, dokter atau farmasis, yang
kurang efektif dan kurang berkualitas. Efek yang muncul mungkin
terkait kesalahan interval pemberian, kesalahan dosis yang harus
diminum, ataupun kesalahan cara penggunaan obat.

2.3

Puskesmas

2.3.1

Definisi
Menururt Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 adalah

Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota


yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerjanya.
2.3.2

Tujuan
Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air.

Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas

23
Keliling, disamping itu banyak Puskesmas yang telah dilengkapi dengan
fasilitas rawat inap. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, puskesmas
memiliki tiga fungsi yaitu pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama (Kemenkes, 2009)
2.3.3

Visi dan Misi


Visi dari puskesmas yaitu tercapainya masyarakat yang sehat

dengan indikator yang meliputi lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan


pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajad kesehatan penduduk (
Depkes RI, 2006).
Misi

dari

puskesmas

yaitu

mendukung

tercapainya

misi

pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat


mandiri dalam hidup sehat ( Depkes RI, 2006).
2.3.4

Pasien Puskesmas
Pasien puskesmas ada tiga macam yaitu pasien umum, pasien

peserta program

jamkesmas , dan pasien askes PT.Persero. Menurut

Kepmenkes nomor 316/Menkes/SK/V/2009 jamkesmas (Jaminan Kesehtan


Masyarakat) merupakan program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat sangat miskin, miskin, dan tidak mampu. Program ini
diselenggarakan secara nasional dalam rangka mewujudkan

pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat sangat miskin, miskin, dan


tidak mampu. Peserta program jamkesmas adalah setiap orang miskin dan
tidak mampu yang telah ditetapkan nomor, nama, dan alamatnya melalui
SK Bupati atau Walikota tentang peserta jamkesmas serta gelandangan,
pengemis, anak terlantar, masyarakat miskin yang tidak mempunyai

24
identitas, pasien sakit jiwa kronis, dan penyakit kusta. SK Bupati atau
Walikota yang telah ditambahkan berkaitan dengan updating dan
optimalisasi peserta jamkesmas sejumlah kuota kabupaten atau kota
dikirimkan dalam bentuk dokumen elektronik (softcopy) dan dokumen cetak
(hardcopy) kepada PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan
dan didistribusikan kartu ke peserta.
2.3.5

Obat antidiabetes oral di puskesmas

Tabel 2.8 Obat antidiabetes oral di puskesmas (Kepmenkes, 2011)


Nama generik
Glibenklamid

Bentuk sediaan
Tablet

Glipizid
Metformin

Tablet
Tablet

2.3.6

Dosis
2,5 mg
5 mg
5 mg
500 mg

Puskesmas Medokan Ayu Surabaya


Puskesmas berada di kecamatan Rungkut, di bawah Dinas

Kesehatan Kota Surabaya. Puskesmas Medokan Ayu terletak di jalan


Medokan Asri Utara IV/31 Surabaya. Wilayah kerja Puskesmas Medokan
Ayu meliputi 33 kelurahan yaitu kelurahan Penjaringan Sari, Wonorejo dan
Medokan Ayu. Memiliki 9 RW dan 46 RT. Sarana kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Medokan Ayu meliputi 1 Puskesmas induk, 1 Puskesmas
pembantu, 1 Puskesmas keliling, dan 1 poliklinik swasta (Dinkes Provinsi
Jawa Timur, 2003).
Sejak Mei 2008, Puskesmas Medokan Ayu sudah memperoleh
penghargaan ISO 9001:2000 dari WQA (World Quality Assurance).
Sertifikat ISO bernomor QS : 6347 itu diberikan karena Puskesmas

25
Medokan Ayu sudah memberikan pelayanan kesehatan berkualitas bagi
masyarakat. Sesuai standar layanan ISO, masyarakat yang berobat di
Puskesmas Medokan Ayu akan mengetahui semua hak dan kewajibannya
sebagai pasien secara transparan. Misalnya, hak mendapat layanan sesuai
standar

pelayanan,

hak

konsultasi

medis,

hak

menyampaikan

saran/kritik/keluhan/komplain atas layanan petugas puskesmas dan hak


mendapatkan kompensasi atas kelalaian petugas.
Tidak hanya ISO, pada awal Desember 2008, puskesmas yang
selama 3 tahun berturut-turut nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)-nya
tinggi itu mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur
sebagai Unit Pelayanan Masyarakat Percontohan. Majunya Puskesmas
Medokan Ayu dalam penilaian di tingkat provinsi ini karena Pemkot
Surabaya sebelumnya menyatakan Puskesmas Medokan Ayu sebagai Ikon
Percontohan Pelayanan Publik di Kota Surabaya (Baskoro, 2012).

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 3.1. Kerangka konseptual


Diabetes melitus (DM)

Penyakit kronis
Terapi jangka panjang panjang

Efek samping

Kepatuhan

Biaya pengobatan

Monitoring :
1.

Ketepatan dosis obat

2. Ketepatan frekuensi

3.

Ketepatan interval

4. Ketepatan waktu

5.

Ketepatan jangka waktu

Patuh

Tidak patuh

Profil Kepatuhan Pasien Puskesmas Medokan Ayu


Surabaya dalam Penggunaan Antidiabetes Oral

26

27
Kerangka Konseptual
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu meneliti tentang
kepatuhan dari pasien DM Puskesmas Medokan Ayu Surabaya. Pasien DM
tersebut menggunakan obat antidiabetes oral untuk menjaga atau
mengontrol glukosa darah dari penderita agar tetap terkontrol. DM
merupakan penyakit kronis sehingga membutuhkan terapi jangka panjang .
Terapi jangka panjang ini dapat menimbulkan beberapa permasalahan
seperti efek samping, biaya dan ketidakpatuhan. Kepatuhan dalam terapi
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi. Tingkat kepatuhan
dapat diukur dari 5 variabel yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat frekuensi,
tepat interval, dan tepat jangka waktu penggunaan antidiabetes oral. Dari
kelima variable tersebut maka akan didapatkan profil kepatuhan pasien
Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam menggunakan antidiabetes oral.

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu fenomena yang


terjadi di dalam masyarakat ( Notoatmodjo, 2010), dalam hal ini survei
deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil kepatuhan pasien
Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam penggunaan antidiabetes oral.
4.2

Sumber Data Penelitian


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil
wawancara dengan pasien diabetes melitus Puskesmas Medokan Ayu
Surabaya, sedangkan data sekunder yaitu data-data tentang pasien
antidiabetes oral yang dimiliki oleh Puskesmas Medokan Ayu Surabaya.
4.3

Subjek Penelitian
Pasien Puskesmas Medokan Ayu Surabaya yang menggunakan

obat antidiabetes oral.


4.4

Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1

Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan


28

29
adalah pasien puskesmas medokan ayu surabaya yang menggunakan obat
antidiabetes oral pada tahun 2013.
4.4.2

Sampel Penelitian
Pengambilan sampel yang dipakai adalah metode non random

sampling dengan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel


yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan hanya
didasarkan

oleh

kepraktisan

dan

dipertimbangkan

oleh

peneliti

(Notoatmodjo, 2010)
Kriteria inklusi :

Pasien DM yang berobat di Puskesmas Medokan Ayu


Surabaya selama bulan April 2013.

Pasien rawat jalan.

Pasien DM berusia 18-60 tahun

Kriteria eksklusi :

Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

Pasien yang tidak mampu mengingat dengan baik.

Jumlah sampel yang digunakan adalah semua pasien yang


memenuhi kriteria inklusi.
4.5

Tempat dan Jadwal Penelitian


Penelitian dilaksanakan di :

Puskesmas Medokan Ayu Surabaya

Rumah responden terpilih

30

Penelitian dilaksanakan selama bulan 5 April sampai 5 Mei


2013

4.6

Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara bebas

terpimpin. Dengan metode ini peneliti dapat memperoleh kesan secara


langsung dari responden, dapat menilai kebenaran pernyataan responden,
dan dapat memberikan penjelasan mengenai pertanyaan yang tidak
dimengerti oleh reponden (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini untuk melihat
profil kepatuhan Pasien Puskesmas Medokan Ayu Surabaya yang
menggunakan obat antidiabetes oral sehingga kejujuran responden sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang valid. Wawancara dilakukan
berdasarkan pedoman-pedoman yang telah disiapkan sebelumnya, yakni
menggunakan daftar pertanyaan untuk membantu jalannya interview.
4.7

Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data tergantung dengan tujuan penelitian serta

data yang akan diambil. Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan
adalah daftar pertanyaan yang digunakan interviewer dalam wawancara
(Notoatmodjo, 2010).
4.8

Validitas
Validitas menunjukan alat ukur benar-benar mengukur apa yang

diukur. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yaitu dengan cara
wawancara terpimpin. Dengan metode tersebut pertanyaan-pertanyaan
dalam wawancara tersebut harus mampu mengukur apa yang diukur.
(Notoatmodjo, 2010).

31
4.8.1

Pengujian Validitas Instrumen


Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun mampu

mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Singarimbun (1989) macammacam validasi adalah :
a.

Validasi Konstruk
Merupakan validitas yang mengukur nilai kerangka dari suatu
konsep.

b.

Validitas Isi
Ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur mewakili semua
aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.

c.

Validitas Eksternal
Validitas yang diperoleh dengan membandingkan alat pengukur
dengan alat eksternal berupa alat ukur yang sudah valid.

d.

Validitas Rupa
Validitas yang menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat
pengukur telah didiskusikan tampak mengukur apa yang ingin
diukur.
Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi

yaitu yang diukur pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada


responden sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut benar-benar mengukur
apa yang ingin diukur. Selain itu juga dilakukan training interviewer untuk
melatih interviewer dalam mewawancarai responden agar didapatkan hasil
yang valid.

32
4.9

Variabel Penelitian
Varibel yang di ukur dalam penelitian ini adalah variabel yang

berkaitan dengan aturan penggunaan obat

Dosis

Jangka waktu

Interval

Frekuensi

Waktu

Gambar 4.1. Skema operasional pengambilan data penelitian


Pasien DM Puskesmas Medokan Ayu Surabaya bulan
April 2013 diambil dari data sekunder puskesmas yang
meliputi : buku catatan medis pasien, dan resep

Responden yang masuk kriteria inklusi umur 18-60 tahun

Mendatangi rumah calon responden


sesuai dengan tanggal resep OAD atau diantara
waktu terapi OAD yang diresepkan

Memberikan informasi terkait


penelitian dan meminta kesediaan
menjadi responden
Melakukan pillcount OAD

Peneliti mendatangi kembali rumah responden untuk


melakukan wawancara berkaitan dengan kepatuhan

33
1.

Peneliti berkoordinasi dengan pihak puskesmas untuk melakukan


penelitian mengenai profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan
Ayu Surabaya yang menggunakan antidiabetes oral , serta
menanyakan informasi apa saja yang diberikan kepada pasien
terkait dengan cara pakai obat antidiabetes oral.

2.

Mendata pasien DM bulan April 2013 sesuai dengan data sekunder


yang dimiliki oleh puskesmas. Data ini meliputi nama, alamat,
umur, obat-obat yang diresepkan, dan cara penggunaan obat, serta
catatan medis pasien.

3.

Mendatangi rumah-rumah calon responden yang sesuai dengan


kriteria inklusi umur 18-60 tahun .Waktu mendatangi yaitu sesuai
dengan tanggal pasien menebus resep atau diantara waktu terapi
OAD yang didapatkan di resep. Kemudian memberikan informasi
terkait tujuan penelitian dan meminta kesediaan untuk menjadi
responden. Pada pertemuan ini juga dilakukan baseline OAD serta
menanyakan informasi yang sudah diberikan pihak puskesmas
kepada responden sehingga peneliti dapat melengkapi informasi
yang kurang diberikan oleh puskesmas.

4.

Peneliti mendatangi kembali rumah responden untuk melakukan


wawancara berkaitan dengan kepatuhan

5.

Variabel jangka waktu dilihat dari data sekunder puskesmas.

34
Gambar 4.2. Teknik pelaksanaan penelitian
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Penyiapan proposal
Pembuatan proposal

Penyiapan instrumen

Uji validitas
instrumen

Pengajuan proposal
Permohonan ijin ke Dinkes Surabaya
Permohonan ijin ke Puskesmas medokan Ayu Surabaya
Survei ke Puskesmas
Survei ke rumah
Analisis dan interpretasi data
Penulisan naskah

35
4.10

Cara Penyajian Data


Penyajian data hasil penelitian, persentase kepatuhan berupa tabel

dan diagram batang.


4.11

Teknik Analisis Data


Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik dari variabel penelitian (Notoatmodjo,


2010). Persentase dihitung pada tiap-tiap butir pertanyaan berdasarkan lima
variabel yang telah ditentukan yaitu kepatuhan terkait hubungan dengan
dosis, frekuensi, interval, waktu penggunaan dan jangka waktu penggunaan
obat antidiabetes oral. Pengolahan data dilakukan pada hasil wawancara tiap
responden dengan mengkategorikan terlebih dahulu apakah responden
tersebut patuh atau tidak patuh, dengan kriteria patuh seperti yang telah
disebutkan pada definisi operasional yaitu pasien dikatakan patuh bila
memenuhi kelima variabel kepatuhan yakni

ketepatan dosis, frekuensi,

interval, waktu penggunaan dan jangka waktu penggunaan. Setelah itu


dikelompokkan berapa jumlah pasien yang patuh dan tidak patuh.
Daftar pertanyaan utama :
1.

Berapa tablet obat yang Bapak/Ibu konsumsi dalam satu kali


minum?

2.

Berapa kali Bapak/Ibu minum obat dalam sehari?

3.

Pada jam berapa saja Bapak/Ibu minum obat?

4.

Bagaimana Bapak/Ibu mengkonsumsi obat tersebut? (sebelum atau


sesudah makan)

5.

Jika obat Bapak/Ibu habis, apakah ibu/bapak mengambil obat lagi


di puskesmas?

36
Tabel 4.1. Tabel Definisi Operasional Penelitian
Definisi
operasional
kepatuhan
Kepatuhan
yang di ukur
dari
5
parameter:
- Ketepatan
dosis
- Ketepatan
frekuensi
- Ketepatan
waktu
- Ketepatan
interval
- Ketepatan
jangka waktu

Variabel

Ketepatan
dosis

Ketepatan
frekuensi

Ketepatan
waktu

Definisi
operasional
kepatuhan
Kepatuhan
yang di ukur
dari
5
parameter:
- Ketepatan

Variabel

Ketepatan
interval

parameter

Indikator

Kesesuaian
jumlah
obat
pada
sekali
minum dengan
yang
tertera
pada etiket
Kesesuaian
frekuensi
penggunaan
obat
dalam
sehari dengan
yang
tertera
pada etiket

- jumlah obat
yang diminum
- jawaban/
pernyataan
dari
responden
- jumlah obat
yang diminum
- waktu minum
obat
- frekuensi
pemakaian
sehari
- jawaban/
pernyataan
dari
responden
- jumlah obat
yang
diminum
- waktu minum
obat
- waktu makan
- jawaban/
pernyataan
dari
responden

Kesesuaian
jarak
waktu
penggunaan
obat
dengan
waktu makan
pasien (sesuai
dengan
pustaka)

parameter

Indikator

Kesesuaian
jarak
waktu
penggunaan
obat
antara
obat
yang

- jumlah obat
yang diminum
- waktu minum
obat hari ini
dan
hari

37
dosis
- Ketepatan
frekuensi
- Ketepatan
waktu
- Ketepatan
interval
- Ketepatan
lama terapi

Ketepatan
jangka
waktu

digunakan
pada hari ini
dengan
obat
yang digukan
pada
hari
sebelumnya
Mengambil
OAD
ke
puskesmas
kembali
setelah OAD
habis

sebelumnya
- jawaban/
pernyataan
dari responden
- jumlah obat
yang tersisa
- jawaban/
pernyataan
dari pasien

Tabel 4.2. Informasi tentang Cara Penggunaan OAD


Glibenklamid
Informasi yang diberikan :
-

Diminum 15-30 menit


sebelum makan

Signa :
1-0-0

1-1-0

: diminum satu kali


sehari satu tablet
pada pagi hari
: diminum dua kali
sehari satu tablet
pada pagi dan siang
hari

1- -0 : diminum dua kali


sehari pada pagi hari satu
tablet dan setengah tablet
pada siang hari

Metformin
Informasi yang diberikan :
-

Diminum bersamaan
makan atau sesaat setelah
makan

Signa :
1-0-0

: diminum satu
kali sehari satu
tablet pada pagi
hari

1-0-1

: diminum dua
kali sehari satu
tablet pada pagi
dan malam hari

0-1-1
: diminum dua
kali sehari satu tablet pada

38
- -0 : diminum dua kali
sehari setengah tablet pada
pagi dan siang hari
-

Diminum rutin setiap hari


pada jam yang sama

Apablia obat habis segera


menebus kembali ke
puskesmas

Apabila tidak minum obat,


beri tanda dan alasan tidak
minum obat

4.12

Definisi operasional

Patuh

siang dan malam hari


1-1-1
: diminum tiga
kali sehari satu tablet pada
pagi, siang, dan malam
hari
-

Diminum rutin setiap hari


pada jam yang sama

Apablia obat habis segera


menebus kembali ke
puskesmas

Apabila tidak minum obat,


beri tanda dan alasan tidak
minum obat

Responden dikatakan patuh jika memenuhi 5 variabel kepatuhan


yakni

ketepatan dosis, ketepatan interval, ketepatan frekuensi ,

ketepatan waktu, ketepatan jangka waktu .


2

Ketepatan Dosis Obat


Jumlah tablet yang diminum sekali sesuai dengan etiket dan
informasi petugas pemberi informasi.

39
3

Ketepatan Interval Penggunaan Obat


Berkaitan dengan jarak atau selang waktu minum obat satu ke
minum obat berikutnya, misalkan penggunaan satu kali sehari pada
jam 07.00 maka penggunaan obat selanjutnya dalam interval 24
jam dengan kurang lebih 1 jam yakni pada rentang antara jam
06.00-08.00 di hari berikutnya.

Ketepatan Frekuensi Penggunaan Obat


Pengulangan penggunaan obat antidiabetes oral dalam waktu
sehari yang sesuai dengan etiket obat dan penjelasan dari
apoteker/petugas informasi (tiga kali sehari, dua kali sehari dan
lain-lain).

Ketepatan Waktu Penggunaan Obat


Berkaitan

dengan

aturan

minum

sebelum/sesudah

makan

disesuaikan dengan etiket dan informasi petugas. Glibenklamid


diminum 15-30 menit sebelum makan dan metformin diminum
bersama atau sesaat setelah makan.
6

Ketepatan Jangka Waktu Penggunaan Obat


Berkaitan dengan kerutinan penggunaan obat yang berarti tidak
pernah putus obat, dalam hal ini apabila OAD habis segera
mengambil obat di puskesmas untuk terapi selanjutnya

40
7

Obat Antidiabetes oral tunggal


Resonden hanya menerima satu jenis obat antidiabetes oral dalam
satu resep dengan atau terdapat obat lain

8.

Obat Antidiabetes Oral Kombinasi


Responden menerima lebih dari satu jenis obat antidiabetes oral
dalam satu resep dengan atau terdapat obat lain

9.

Responden
Pasien penderita penyakit DM di Puskesmas Medokan Ayu
Surabaya tanpa diwakili oleh orang lain.

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1

Gambaran Umum

5.1.1

Gambaran Umum Responden


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola kepatuhan

penggunaan obat antidiabetes oral pada penderita DM yang berobat di


Puskesmas Medokan Ayu Surabaya selama periode 5 april sampai 5 mei
2013. Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh 25 sampel sesuai syarat
kriteria inklusi. Rata-rata masa pengobatan untuk pasien rawat jalan di
puskesmas tersebut adalah 5-10 hari .
5.1.2

Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian


Pengambilan data ini dilakukan sejak tanggal 5 April hingga 5 Mei

2013 dengan responden adalah pasien penderita penyakit DM di Puskesmas


Medokan Ayu Surabaya bulan April 2013 tanpa diwakili oleh orang lain.
Penelitian dilakukan di puskesmas dan di rumah masing-masing responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan data di puskesmas ini
meliputi pencatatan data pasien seperti nama, alamat, umur, obat yang
diterima oleh pasien serta data-data lain yang menunjang penelitian. Selain
pencatatan data-data pasien, peneliti juga menggali informasi mengenai
informasi-informasi yang diberikan oleh pihak puskesmas ke pasien DM,
hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi apakah yang kurang diberikan
ke pasien sehingga saat melakukan pengambilan data di rumah responden,
peneliti dapat memberikan informasi secara lengkap sesuai dengan
penelitian. Setelah dilakukan pengambilan data di puskesmas, selanjutnya
peneliti mendatangi rumah calon responden sesuai dengan kriteria umur
41

42
18-60 tahun . Waktu mendatangi rumah calon responden ini yaitu pada
waktu yang sesuai dengan tanggal resep atau diantara waktu terapi obat
antidiabetes oral sesuai dengan yang diresepkan. Pertemuan di rumah
responden yang pertama yaitu dengan agenda memberikan informasi terkait
penelitian dan meminta kesediaan menjadi responden serta melakukan
pillcount OAD.
Beberapa hari kemudian peneliti mendatangi rumah responden
untuk melakukan survei dan interview terkait penggunaan obat selama
terapi untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien terhadap penggunaan
obat antidiabetes oral.
5.2

Hasil Uji validitas


Uji validitas yang pertama adalah validitas rupa terhadap

interviewer, uji ini dilaksanakan dengan training oleh dosen pembimbing


pada bulan 25 Maret 2013. Dengan bantuan seorang mahasiswa yang
bertindak sebagai responden kemudian peneliti melakukan interview yang
dilihat dan dinilai langsung oleh dosen pembimbing. Setelah dilakukan
penilaian dan dengan berbagai arahan dan masukan dari pembimbing
sehingga peneliti dinyatakan siap untuk turun ke lapangan dan melakukan
pengambilan data.
Selanjutnya untuk uji validitas isi terhadap tiap butir pertanyaan
pada lembar pengambilan data dilakukan terhadap 5 responden yang
memiliki ciri-ciri yang sama dengan sampel yakni yang memiliki kriteria
inklusi yang telah ditetapkan. Hasil uji validitas isi hanya bisa ditampilkan
secara empiris karena pengambilan data dilakukan secara kualitatif yakni
dengan interview dan pengamatan langsung sehingga diperoleh jawaban
yang sebenarnya dimana tiap butir pertanyaan dapat mengukur 5 variabel

43
kepatuhan, yaitu dosis, frekuensi, interval, waktu, dan jangka waktu. Pada
saat melakukan uji ini selain memberikan 5 pertanyaan utama peneliti juga
memberikan pertanyaan selain 5 pertanyaan utama karena peneliti ingin
lebih mengetahui kebenaran jawaban yang diberikan oleh responden karena
pada penelitian ini kejujuran responden sangat diperlukan.
5.3

Hasil Penelitian

5.3.1

Profil Responden
Profil responden Puskesmas Medokan Ayu Surabaya yang

menggunakan antidiabetes oral dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1. Tabel Profil Responden


No

Demografi

klasifikasi

Usia

31-40 tahun

4%

41-50 tahun

12

48 %

51-60 tahun

12

48 %

Laki-laki

12 %

Perempuan

22

88 %

SD

20 %

pendidikan

SMP

32 %

terakhir

SMA

10

40 %

Perguruan Tinggi

8%

PNS

4%

Swasta

28 %

Ibu Rumah Tangga

17

68 %

Jumlah jenis

12 %

obat yang

20 %

2
Jenis kelamin
3

4
Pekerjaan

44
diterima

36 %

32 %

Metformin

12 %

Glibenklamid+metformin

22

88 %

Lama

1-5 tahun

16

64 %

menderita

6-10 tahun

28 %

>10 tahun

8%

6
Jenis OAD
yang diterima
7

5.3.2

Cara Minum Glibenklamid


Sesuai dengan definisi operasional glibenklamid diminum 15-30

menit sebelum makan.. Dari 22 responden yang menggunakan glibenklamid


dapat diperoleh informasi tentang banyaknya pasien yang menggunakan
glibenklamid satu kali sehari dan dua kali sehari. Jumlah responden yang
minum glibenklamid berdasarkan signa yang diberikan dapat dilihat pada
tabel 5.2 dibawah ini :
Tabel 5.2 Jumlah Responden yang Minum Glibenklamid Berdasarkan
Signa (n=22)
Signa

Jumlah Responden (n)

(%)

1-0-0

41

1-1-0

36

1- -0

14

- -0

45
5.3.3

Cara minum Metformin


Sesuai dengan definisi operasional dinyatakan bahwa metformin

dapat diminum bersamaan makan atau sesaat setelah makan. Dari 25


responden yang menggunakan metformin dapat diperoleh informasi tentang
banyaknya pasien yang menggunakan metformin satu kali sehari, dua kali
sehari, dan tiga kali sehari.

Jumlah responden yang minum metformin

berdasarkan signa yang diberikan dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :
Tabel 5.3 .Jumlah Responden yang Minum Metformin Berdasarkan
Signa
Signa

5.3.4

Jumlah Responden (n)

(%)

0-0-1

1-0-1

12

0-1-1

17

68

1-1-1

16

Distribusi Kepatuhan Responden dalam Penggunaan Obat


Antidiabetes Oral

5.3.4.1 Kepatuhan Terhadap Penggunaan Obat Antidiabetes Oral


Dibawah ini akan ditampilkan profil kepatuhan penggunaan obat
antidiabetes oral masing-masing variabel

46
Tabel 5.4. Profil Kepatuhan terhadap Penggunaan Obat
Antidiabetes Oral
Patuh

No

Variabel

1
2
3
4
5

Dosis
Frekuensi
Interval
Waktu
Jangka Waktu

n
24
18
4
25
5

Tidak Patuh
%
96
72
16
100
20

n
1
7
21
0
20

%
4
28
84
0
80

Responden dikatakan patuh apabila patuh terhadap 5 variabel yakni


variabel ketepata dosis, ketepatan waktu, ketepatan frekuensi, ketepatan
interval dan ketepatan jangka waktu penggunaan obat antidiabetes oral.
Profil kepatuhan terhadap penggunaan obat antidiabetes oral dapat dilihat
pada gambar diagram dibawah ini :
88%
n=22
Patuh

Tidak patuh

12%
n =3

Patuh

Tidak patuh

Gambar 5.1Profil kepatuhan terhadap penggunaan obat antidiabetes


oral
Dari hasil kepatuhan diatas didapatkan sebanyak 88 % (n=22)
responden tidak patuh terhadap 5 varibel dan hanya 12 % (n=3) yang
dinyatakan patuh.

BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Fenomena yang diteliti adalah mengenai profil
kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam penggunaan
obat antidiabetes oral. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara terpimpin. Untuk melihat profil kepatuhan pasien DM
Puskesmas Medokan Ayu Surabaya maka pengukuran kepatuhan tersebut
dengan menggunakan 5 variabel yang meliputi ketepatan dosis, ketepatan
frekuensi, ketepatan interval, ketepatan waktu, dan ketepatan jangka waktu
dalam penggunaan obat antidiabetes oral. Sebelum pengambilan data,
peneliti melakukan uji validitas agar instrumen yang digunakan oleh
peneliti ini benar-benar bisa mengukur setiap variabel yang telah ditetapkan.
Uji validitas yang dilakukan yaitu uji validitas isi terhadap butir pertanyaan
pada lembar pengambilan data dan validitas rupa terhadap interviewer
untuk memastikan bahwa interviewer layak untuk melakukan wawancara.
Uji validitas rupa dilakukan terlebih dahulu sebelum uji validitas isi. Uji
validitas rupa dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013, uji ini berupa training
oleh dosen pembimbing dengan bantuan seorang mahasiswa yang bertindak
sebagai

responden

dan

peneliti

melakukan

wawancara.

Setelah

mendapatkan arahan dan masukan oleh dosen pembimbing, peneliti


dinyatakan siap terjun ke lapangan untuk pengambilan data. Uji validitas
berikutnya yaitu uji validitas isi untuk tiap butir pertanyaan pada lembar
pengambilan data dengan menggunakan 5 responden yang memiliki kriteria
inklusi sesuai dengan syarat inklusi yang telah ditetapkan. Dari hasil ini tiap
47

48
butir pertanyaan benar-benar dapat mengukur 5 variabel. Hal ini dapat
dilihat dari jawaban responden.
Jumlah pasien DM pada bulan April mencapai 50 pasien. Dengan
melihat syarat dari kriteria inklusi telah ditetapkan bahwa pasien yang
memenuhi syarat kriteria inklusi yakni sebesar 25 responden. Pasien yang
tidak menjadi responden ini dikarenakan beberapa alasan yakni seperti
pasien dirujuk ke rumah sakit, pasien tidak berada di rumah saat dilakukan
survei ke rumah, dan pasien berumur >60 tahun. Pada tiap-tiap pasien
diberikan OAD berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan, sehingga masing-masing pasien mendapatkan OAD dengan
aturan pakai, jenis, dan jumlah yang berbeda.
Salah satu faktor intrapersonal yang mempengaruhi kepatuhan
adalah usia. Distribusi pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1,
nampak bahwa dengan pertambahan usia jumlah responden semakin
menurun. Sesuai dengan data pada RisKesDas (2007). Dari distribusi
tersebut terlihat bahwa mayoritas pasien berusia diatas 40 tahun. Resiko
diabetes semakin meningkat pada usia lebih dari 45 tahun (Soegondo, dkk.
2013). Namun resiko diabetes juga bisa menyerang usia muda yakni diatas
20 tahun (Perkeni, 2011).
Obat antidiabetes oral yang dimiliki oleh puskesmas hanya dua
macam yaitu metformin dan glibenklamid, dimana responden ada yang
mendapat obat antidiabetes oral tunggal maupun kombinasi (Tabel 5.1).
Tiga responden pada penelitian ini mendapatkan terapi obat antidiabetes
oral tunggal metformin. Penggunaan metformin lebih diutamakan pada
pasien yang mengalami obesitas atau pasien yang memiliki gangguan profil
lipid (dislipidemia) (Dipiro, 2008). Metformin merupakan golongan

49
biguanid (insulin sensitizing). Mekanisme kerja metformin yaitu dengan
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin.
Metformin ini dapat menghambat absorbsi glukosa di usus sesudah asupan
makan. Pada penggunaan tunggal metformin dapat menurunkan glukosa
darah sampai 20%. Metformin berkemampuan mengurangi resistensi
insulin, mencegah penambahan berat badan dan memperbaiki profil lipid,
sehingga metformin ini cocok untuk monoterapi awal pengelolaan diabetes
pada orang obesitas (Soegondo, 2005) .
Dua puluh dua responden lainnya mendapat terapi kombinasi yaitu
obat antidiabetes oral kombinasi antara glibenklamid dan metformin.
Kombinasi golongan sulfonilurea (glibenklamid) dan metformin ini
mempunyai cara kerja yang sinergis sehingga kombinasi ini dapat
menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal
masing-masing. Sehingga apabila penggunaan obat antidiabetes oral tunggal
tidak memiliki efektifitas yang bermakna maka pilihan kombinasi ini yang
akan diberikan. Pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea juga dapat
dianjurkan sejak awal pengelolaan diabetes (Soegondo, 2005).
Diagnosa dan pemilihan obat yang tepat serta pemberian obat yang
benar oleh tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk mencapai
keberhasilan terapi tanpa didukung dengan adanya kepatuhan pasien dalam
penggunaan obatnya (Asti, 2006). Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai
sikap pasien mengikuti anjuran dokter terhadap penggunaan obat yang
diberikan (Hussar, 2006). Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk
mencapai keberhasilan terapi (BPOM, 2006). Indikator kepatuhan pasien
disini dilihat dari cara penggunaan obat yaitu meliputi timing compliance
dan taking compliance . Timing compliance yakni mengenai ketepatan

50
interval, ketepatan waktu, dan ketepatan jangka waktu penggunaan obat,
sedangkan taking compliance yakni mengenai ketepatan dosis dan ketepatan
frekuensi (Paes, 1998).
Ketepatan interval ini berkaitan dengan jarak atau selang waktu
minum obat satu ke minum obat berikutnya. Obat memiliki lama kerja
dalam memberikan efek terapetik obat, yaitu selisih waktu antara waktu
mula kerja obat dan waktu yang diperlukan obat turun kembali ke
konsentrasi efektif minimum (Shargel dan Andrew, 2011). Oleh karena itu,
rentang penggunaan obat yang tepat mempengaruhi kadar obat yang dapat
mengontrol kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, hanya sebesar 16 % (n=4) yang dinyatakan patuh terhadap
variabel ketepatan interval. Hasil interview terhadap Ny.D dan Ny.H
dengan resep OAD glibenklamid sehari dua kali pada waktu pagi dan siang
satu tablet serta metformin sehari tiga kali satu tablet ini, mereka
menyatakan bahwa sering terjadi lupa minum OAD karena aktivitas dan
bosan. Sedangkan interview pada Ny.J yang mendapat resep OAD
glibenklamid sehari dua kali pada pagi hari satu tablet dan siang hari
setengah tablet serta metformin sehari dua kali satu tablet pada siang dan
malam hari ini menyatakan bahwa sering tidak diminumnya OAD sesuai
dengan etiket karena terjadinya efek samping seperti jantung berdebar.
Kemudian juga untuk interview pada Ny.G yang menderita DM selama >10
tahun menyatakan bahwa tidak minum OAD secara teratur karena bosan.
Menurut WHO (2003) kepatuhan pasien akan menurun dengan lamanya
suatu penyakit diderita.
Ketepatan waktu penggunaan obat berkaitan dengan aturan minum
sebelum/ sesudah makan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dinyatakan

51
bahwa sebesar 100% (n=25) dinyatakan patuh terhadap variavel ketepatan
waktu penggunaan. Dalam penelitian ini waktu penggunaan metformin
yaitu bersama makan atau sesaat sesudah makan, sedangkan untuk
glibenklamid 15-30 menit sebelum makan hal ini untuk menghindari efek
hipoglikemi (PERKENI, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Coppack et al (1990) menyebutkan bahwa ternyata penggunaan
glibenklamid pada 30 menit sebelum makan dan 0 menit sesudah makan
menghasilkan adanya perbedaan efektivitas namun tidak signifikan dalam
mengendalikan kadar glukosa darah. Sementara obat ini memiliki efek
hipoglikemi yang poten, sehingga diperlukan jadwal makanan yang ketat
(Soegondo, 2013). Ketepatan waktu penggunaan obat akan mempengaruhi
efektivitas obat sehingga mempengaruhi jumlah obat yang masuk dalam
tubuh (Hussar, 2006). Bioavailabilitas secara oral dipengaruhi oleh
makanan, karena makanan dapat meningkatkan, menurunkan, mempercepat,
atau menunda absorbsi obat sehingga mempengaruhi konsentrasi obat
dalam darah (Dressman, 2010). Pada variabel ketepatan waktu penggunaan
dinyatakan bahwa persentase kepatuhannya sangat tinggi karena responden
menyatakan bahwa patokan jam makan merupakan alat penanda minum
obat yang mudah seperti yang dikatakan oleh Ny.B.
Variabel berikutnya adalah variabel ketepatan jangka waktu.
Variabel ini berkaitan dengan kerutinan dalam mengambil obat untuk terapi
selanjutnya hal ini untuk mengontrol gula darah agar tetap stabil. Persentase
kepatuhan terhadap variabel ini yakni sebesar 20% (n=5). Rendahnya
kepatuhan terhadap variabel jangka waktu ini dikarenakan respondenresponden tersebut tidak kembali ke puskesmas melainkan melanjutkan
terapi dengan membeli OAD ke apotek lain. Meskipun pasien tetap
mengkonsumsi OAD namun penggunaannya bisa saja tidak sesuai dengan

52
kondisi pasien sehingga kemungkinan bisa terjadi efek hipoglikemi dan
efektivitas pengendalian glukosa berkurang. Selain hal tersebut, alasan
rendahnya kepatuhan terhadap variabel jangka waktu itu juga dikarenakan
pengetahuan yang kurang terhadap penyakit DM, contohnya seperti pada
Tn.N yang lebih memilih kembali melanjutkan terapi apabila terjadi
keluhan dan kadar gula darah sedang melonjak.
Selanjutnya yaitu ketepatan dosis, ketepatan dosis ini berkaitan
dengan jumlah tablet yang diminum sekali sesuai dengan etiket dan
informasi. Hasil kepatuhan responden terhadap variabel ketepatan dosis
yaitu sebesar 96% (n=24). Pada variabel ini yang dinyatakan tidak patuh
terhadap variabel ketepatan dosis hanya satu orang yaitu Ny.J. Ny J
dinyatakan tidak patuh terhadap variabel ketepatan dosis ini karena
responden tersebut mengatakan bahwa terjadi efek samping dan lebih
memilih menggunakan aturan etiket lama untuk mencegah terjadinya efek
samping yang lebih parah. Obat memiliki karakteristik farmakodinamik dan
farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah, dosis
obat ini juga disesuaikan dengan kondisi pasien (Depkes RI, 2006). Jadi
pasien harus minum obat sesuai dengan anjuran yang telah diberikan.
Kemudian ketepatan frekuensi penggunaan obat antidiabetes oral,
ketepatan frekuensi ini merupakan pengulangan penggunaan obat
antidiabetes oral dalam waktu sehari yang sesuai dengan etiket obat. Hasil
persentase kepatuhan responden pada penelitian ini yaitu sebesar 72%
(n=18). Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah
yang akan menghasilkan efek terapi (Depkes RI, 2006).
Profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan Ayu Surabaya dalam
penggunaan obat antidiabetes oral ini memiliki persentase kepatuhan yang

53
rendah yakni hanya 12 % (n=3) dari 25 responden dinyatakan patuh
terhadap 5 variabel yang telah ditentukan (Gambar 5.1). Tiga responden
patuh tersebut terdiri dari perempuan, berumur 54 tahun, 32 tahun, dan 55
tahun, pendidikan akhir SMA, 2 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan 1 orang bekerja swasta, untuk lama menderita DM yaitu 1 tahun, dan 2
orang mendapat 2 jenis obat, 1 orang mendapat 5 jenis obat. Profil
kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral dari masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 5.4. Dari persentase tersebut nampak bahwa pasien
belum mengetahui pentingnya penggunaan OAD dalam mengendalikan
glukosa darah. Dari sini peran farmasis dapat ditingkatkan dengan
pemberian edukasi terhadap pasien terkait penyakit dan penatalaksanaannya
(Soegondo, 2013). Karena bardasarkan penelitian oleh Brega et al., (2012)
diketahui bahwa pasien yang memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap terapinya memiliki kadar glukosa yang lebih terkontrol dibanding
pasien yang tidak memahami terapi yang diterimanya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
terhadap terapi pengobatan jangka panjang. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah faktor penyakit dan faktor rejimen terapetik seperti
multiple drug therapy, frekuensi penggunaan obat, durasi terapi, dan efek
samping obat (Hussar, 2006). Selain itu juga dipengaruhi dari faktor
intrapersonal dari seseorang tersebut seperti usia dan gender juga lamanya
suatu penyakit diderita (WHO, 2003). Faktor sosial ekonomi juga ikut
berperan dalam menentukan kepatuhan pasien dalam terapi (Asti, 2006).
Tujuan pengelolaan DM adalah mendapatkkan outcome terapi yang
diinginkan

seperti

menciptakan

dan

mempertahankan

rasa

sehat,

memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik,


mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada, serta mengobati

54
penyakit penyerta bila ada (Soegondo, 2013). Dengan adanya fenomena
yang terjadi di masyarakat terhadap kepatuhan terapi jangka panjang seperti
diabetes tersebut hendaknya sebagai seorang farmasis seharusnya mampu
menangani semua masalah yang terjadi terkait obat dan penggunaannya.
Menurut Hussar (2006), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kepatuhan pasien yaitu dengan edukasi pasien,
memotivasi pasien, dan terapi monitoring. Edukasi pasien bertujuan untuk
memberikan informasi yang dapat dipahami oleh pasien. Manfaat terapi
harus dijelaskan sebagai pentingnya mematuhi petunjuk yang diberikan.
Pasien dengan pengetahuan yang tinggi pun tidak akan meningkatkan
perilaku kepatuhan tanpa adanya motivasi yang tinggi. Oleh karena itu,
perlu adanya kesadaran akan kebutuhan untuk memotivasi pasien untuk
menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh untuk mencapai terapi
yang optimal. Selain itu, dukungan keluarga atau orang-orang terdekat
dalam mengingatkan pasien untuk minum obat sangat membantu
meningkatkan kepatuhan. Dengan adanya dukungan tersebut maka akan
meningkatkan motivasi sehingga berdampak pada peningkatan kepatuhan
(Asti, 2006).
Pada penelitian ini didapatkan hasil kepatuhan yang rendah. Hal ini
mungkin disebabkan karena terlalu ketatnya peneliti dalam membuat
definisi operasional tentang kepatuhan dan
mewawancarai responden-responden tersebut.

keterbatasan peneliti dalam

55

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1

Kesimpulan
Penelitian mengenai profil kepatuhan pasien Puskesmas Medokan

Ayu Surabaya dalam penggunaan antidiabetes oral menunjukan bahwa:


1.

Reponden patuh terhadap variabel ketepatan dosis yaitu 96 %


(n=24)

2.

Reponden patuh terhadap variabel ketepatan frekuensi yaitu 72 %


(n=18)

3.

Reponden patuh terhadap variabel ketepatan interval yaitu 16 %


(n=4)

4.

Reponden patuh terhadap variabel ketepatan waktu yaitu 100 %


(n=25)

5.

Reponden patuh terhadap variabel ketepatan jangka waktu yaitu 20


% (n=5)
Responden dikatakan patuh apabila memenuhi 5 variabel diatas.

Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa 12% dinyatakan patuh


terhadap 5 variabel ketepatan dosis, frekuensi, interval, waktu, dan jangka
waktu penggunaan, sedangkan 88 % dinyatakan tidak patuh.
7.2

Saran
1.

Tenaga Kesehatan khususnya para farmasis/apoteker

Perlu melakukan penyuluhan mengenai diabetes melitus.

Perlu melakukan monitoring terhadap penggunaan obat untuk


meningkatkan kepatuhan pasien.
55

56

Perlu memberikan information sheet kepada pasien guna


meningkatkan kepatuhan.

2.

Pasien:

Pasien diharapkan meminta informasi yang jelas mengenai


penggunaan obat dari tenaga kesehatan

Kepatuhan merupakan salah satu faktor keberhasilan terapi


sehingga pasien diharapkan benar-benar dan berusaha menaati
aturan pengobatan yang disarankan.

Pasien dianjurkan menggunakan alat bantu pengingat jadwal


penggunaan obat, atau meminta bantuan keluarga terdekat.

3.

Pemerintah

Perlu

membuat

kebijakan

mengenai

pemberian

antidiabetes oral dengan lama terapi yang panjang.

obat

DAFTAR PUSTAKA
Alwi,I., Simadibrata, M., Setiati, S., Setiyodadi, B., Sudoyo, A,
2007. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes
Mellitus Tipe 2. In : Soegondo, S, 2005. Ilmu Penyakit
Dalam . Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman : 1862
Alwi,I., Simadibrata, M., Setiati, S., Setiyodadi, B., Sudoyo, A,
2007. Mekanisme Terjadinya Diagnosis dan Strategi
Pengelolaan. In : Waspadji, S Ilmu Penyakit Dalam . Jilid
III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit

Dalam

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia. Halaman : 1884-1888


American Diabetes Associations, 2009. Standards of Medical Care
in

Diabetes.

Diakses

dari

http://care.diabetesjournals.org/content/32/Supplement_1/S
6.short , pada Januari 2013
Asti, Tri, 2006. Kepatuhan Pasien : Faktor Penting dalam
Keberhasilan Terapi. Info POM, Vol 7 No 5
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006. Kepatuhan Pasien :
Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi. Vol. 7, No. 5,
September 2006. Badan Pengawas Obat dan Makanan

Baskoro, P, 2012. KUALITAS PELAYANAN PRIMA DI


PUSKESMAS

MEDOKAN

AYU

SURABAYA.

Surabaya:UPN
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2007a. Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI, 2008. Laporan Kesehatan Dasar 2007.
Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan

Departemen Kesehatan, RI
Departemen Kesehatan RI. 2011. Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2500/MenKes/SK/XII/2011
Tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2011. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012. Medokan Ayu. Diakses dari
http://www.surabaya-ehealth.org/puskesmas/medokan-ayu
, pada Desember 2012
Dipiro, C.V., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Wells, B.G.,
2008.Endrocinology Disorder. in:Schwinghammer, T.L.
Pharmacotherapy Handbok. 7th ed. New York : Mc Graw
Hill Medical.page : 210

Dressman, Jennifer B., 2010. Oral Drug Absorbtion : Prediction


and Assesment. New York : Informa Health Care USA
Genaro, A. R, 2000. Remington The Science and Practice of
Pharmacy. Ed 20th. US
Hussar, D.A, 2005. Remington The Science and Practice of
Pharmacy. Ed 21st. USA
International Diabetes Federation, 2013. IDF Diabetes Atlas. 5th
edition,

2012.

Diakses

dari

http://www.idf.org/sites/default/files/5E_IDFAtlasPoster_2
012_EN.pdf, pada Februari 2013
Departemen Kesehatan, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik

Indonesia

Nomor

128/Menkes/Sk/Ii/2004

tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik

Indonesia

Nomor

857/Menkes/SK/IX/2009

tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya


Manusia Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI

Notoatmodjo, S., 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta :


PT Rineka Cipta
Paes A.H.P., et al. 1998. Measurement of Patient Coomplience.
Pharmacy World & Sciense 1998; 20(2): 73-77

P.B. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta
Pemerintah Kota Surabaya, 2011. Indeks Kepuasan Masyarakat
Puskesmas. Pemerintah Kota Surabaya
Scobie, I.N, 2007. Atlas of Diabetes Mellitus. 3rd . United Kingdom
: Informa UK Ltd
Shargel, Leon., Pong, Susanna., Yu, Andrew., 2011. Applied
Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. New York : Mc
Graw Hill Medical
Soegondo, Sidartawan., dkk. 2013. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. : Panduan Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Bagi Dokter dan Edukator. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI
Singarimbun, dan Efendi S, 1989. Metode Penelitian Survai, edisi
revisi. Jakarta: PT Lembaga LP3ES Indonesia
Tobing, A., Mahendra, B., Krisnatuti, D., Alting, B.Z.A, 2008. Care
Yourself Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar Plus

Lampiran 1

Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Profil Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetes Oral pada Pasien Puskesmas
Putat Jaya
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama peserta penelitian

: ................................................................

Umur

: .................................................................

Tempat/Tanggal Lahir

: ................................................................

Alamat

: ................................................................

No. Telp

: ................................................................

Setelah membaca dan mendengar penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian
ini, maka dengan ini saya menyatakan bahwa saya :
1.

Bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

2.

Bersedia mengikuti tahapan dan kegiatan dalam penelitian ini.

3.

Bersedia diwawancara mengenai identitas pribadi, obat yang sedang


digunakan dan penggunaannya.

Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya setuju dan bersedia
untuk ikut berpartisipasi secara sukarela dan bersedia melaksanakan semua prosedur
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Surabaya, ..... ................... 2013
Peneliti

Peserta penelitian

(Anggraini)

(nama & tanda tangan)

62

Lampiran 2

LEMBAR PENGAMBILAN DATA


Identitas Responden
Nama Responden

No Responden

Alamat

No Telp

Umur

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan Terakhir

: SD

Perempuan

Riwayat Penyakit

Riwayat Alergi Obat

S1

SMP

S2

SMA

Dll

Identitas Obat
Tanggal pengambilan OAD

Tanggal mulai mengkonsumsi OAD:


Macam OAD
No

Nama Obat

Signa

Jumlah Obat

1.
2.
3.
4.
Adakah obat antidiabetes oral yang tersisa dari pemeriksaan sebelumnya?
Ya

Tidak

63

Lampiran 3
Pertanyaan
Berapa jumlah
tablet obat
diminum dalam
sekali minum
2. Berapa kali obat
diminum dalam
sehari?
3. Pada jam berapa
saja bapak/ibu
minum obat?
4. Bagaimana
bapak/ibu minum
obat,
sebelum/sesudah
makan?
5. Apakah
bapak/ibu
kembali
mengambil obat
ke puskesmas
apabila obat
habis?
CATATAN :

Metformin

1.

64

Glibenklamid

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
1.

43

PNS

S1

Ya

05/4/13

1.
2.

G
M

1. 7
2. 15

1.
2.

1-0-0
0-1-1

Siang

6/4/13

G:6

G : 15ac

Siang

8 /4/13

G:4

G:4

M: 11

M: 11

6.15
M: 15
M: 12.30

2.

54

Ibu

SMA

Ya

11/4/13

1.

1. 10

1.

1-0-1

Siang

12/4/ 13

M:8

RT
3.

49

Ibu

M: pc

Siang

16 /4/13

M:0

M:0

Siang

16 /4/13

G:2

G:2

M:5

M:5

7.00
SD

Ya

RT

11 /4/13

1.
2.

G
M

1. 7
2. 15

1.
2.

1-0-0
0-1-1

Siang

12 /4/13

G:6

G : 15 ac
6.00

M:13
M: pc
12.30
KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

65

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA

Data Responden

Data Resep responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan
Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
4.

60

Ibu

SD

>10

Ya

12 /4/13

RT

1.
2.

G
M

1. 10
2. 15

1.
2.

1-1-0
1-1-1

Siang

12 /4/13

G : 10

G : 15 ac

Siang

16 /4/13

G:2

G:2

M:6

M:5

G:2

G:2

M:3

M:3

6.00
M:17
M: pc 6.30

5.

50

Ibu

SMP

Ya

RT

15 /4/13

1.
2.

G
M

1. 7
2. 15

1.
2.

1-
-0
1-1-1

Siang

15 /4/13

G:8

G : 15 ac

Siang

19 /4/13

7.00
M:15
M: pc 7.30
KETERANGAN

R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

66

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Responden

Data Resep responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan
Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
6.

54

Ibu

SMP

Ya

15/4/13

RT

1.
2.

G
M

1. 15
2. 20

1.
1.

1-
-0
0-1-1

10

Siang

15 /4/13

G : 15

G : 15 ac

Siang

19 /4/13

G:9

G:9

M:13

M:13

G:3

G:3

M:6

M:5

7.00
M:21
M: pc
13.15

7.

56

Ibu

SMP

>10

Ya

RT

15 /4/13

1.
2.

G
M

1. 7
2. 10

1.
2.

1-0-0
0-1-1

Siang

19 /4/13

G:5

G : 15 ac

Siang

21 /4/13

7.00
M:9
M: pc
13.00
KETERANGAN

R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

67

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Responden

Data Resep responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan
Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
8.

50

Ibu

SMP

Ya

15/4/13

RT

1.
2.

G
M

1. 15
2. 20

1.
2.

1-1-0
1-1-1

Siang

19/4/13

G : 11

G : 15 ac

Siang

24 /4/13

G:1

G:1

M:6

M: 4

G : 11

G:9

M: 14

M: 9

7.00
M:19
M: pc 6.30

9.

53

Ibu

D3

Ya

RT

15 /4/13

1.
2.

G
M

1. 20
2. 20

1.
2.

1-1-0
0-1-1

10

Siang

19 /4/13

G : 23

G : 15 ac

Siang

26 /4/13

7.00
M:22
M: pc
13.00
KETERANGAN

R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

68

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA

Data Responden

Data Resep responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan
Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
10.

53

Ibu RT

SD

Ya

15/4/13

1.
2.

G
M

1. 15
1. 20

1.
2.

1-
-0
0-1-1

10

Siang

19/4/ 13

G : 16

G : 15 ac

Siang

26 /4/13

G : 5,5

G : 5,5

M: 7

M: 5

G:0

G:0

M: 0

M: 0

7.00
M:20
M: pc
13.00

11.

58

Swasta

SMA

Ya

16 /4/13

1.
2.

G
M

1. 7
2. 15

1.
2.

1-0-0
0-1-1

Siang

20 /4/13

G:8

G : 15 ac

Siang

26 /4/13

7.00
M:11
M: pc
13.00
KETERANGAN

R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

69

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA

Data Responden

Data Resep responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan
Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
12.

54

Ibu

SMP

Ya

16 /4/13

RT

1.

2.

1. 15
2. 15

1.
2.

1-1-0
0-1-1

Siang

20 /4/13

G:7

G : 15 ac

Siang

27 /4/13

G:0

G:0

M:0

M: 0

G:0

G:0

M:0

M: 0

7.00
M:7
M: pc
14.00

13.

52

Ibu

SMA

Ya

RT

17/4/13

1.
2.

G
M

1. 15
2. 15

1.
2.

1-1-0
0-1-1

Siang

20 /4/13

G : 10

G : 15 ac

Siang

27 /4/13

7.00
M:9
M: pc
14.00

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

70

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
14.

50

Swasta

SMA

Ya

17 /4/13

1.

2.

1. 10
2. 10

1.
2.

1-1-0
0-1-1

Siang

20 /4/13

G:9

G : 15ac

Siang

27 /4/13

G:2

G:0

M:3

M: 0

G:0

G:0

M:0

M: 0

6.30
M:9
M: pc
14.00

15.

42

Swasta

SMA

Ya

18 /4/13

1.

2.

1. 7
2. 15

1.
2.

1-0-0
0-1-1

Siang

20/4/13

G:7

G : 15 ac

Siang

27 /4/13

7.00
M:13
M: pc
14.00

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

71

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

Pek

Pen
d

LM
DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Obat
diteri
ma

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
16.

51

Ibu RT

SD

Ya

19 /4/13

1.

2.

1. 10
2. 20

1.
2.

1-0-0
0-1-1

10

Siang

20 /4/13

G : 15

G : 15ac

Siang

27 /4/13

G:8

G:8

M:5

M: 5

G:0

G:0

M:1

M: 1

6.30
M:19
M: pc
13.00

17.

47

Ibu RT

SM

Ya

19/4/ 13

1.
2.

G
M

1. 15
2. 15

1.
2.

1-1-0
0-1-1

Siang

20 /4/13

G : 14

G : 15ac

Siang

27 /4/13

6.00
M:14
M: pc
13.00

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

72

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
18.

43

Ibu RT

SMA

Ya

22 /4/13

1.

2.

1. 20
2. 10

1.
2.

1-1-0
0-0-1

10

Siang

26 /4/13

G : 12

G : 15 ac

Siang

28 /4/13

G:8

G:8

M:4

M: 4

M:1

M: 1

6.00
M:6
M: pc
19.00

19.

32

Swasta

SMA

Ya

22 /4/13

1.

1. 10

1.

1-0-1

Siang

26/4/13

M:4

M:15 ac
7.00

Siang

28/44/1
3

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

73

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
20.

58

Ibu RT

SMP

Ya

23 /4/13

1.

2.

1. 10
2. 20

1.
2.

1-0-0
0-1-1

10

Siang

26 /4/13

G:8

G : 15ac

Siang

28 /4/13

G:6

G:6

M:10

M: 10

M:7

M: 7

7.00
M:14
M: pc
13.00

21.

55

Ibu RT

SMA

Ya

24/4/ 13

1.

1. 15

1.

1-0-1

Siang

26 /4/13

M:12

M: pc 7.00

Siang

28 /4/13

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

74

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
22.

43

Swasta

SMA

Ya

25/4/ 13

1.

1. 7

1.

2.

2. 20

2.

-0
1-1-1

Siang

26 /4/13

G:7

G : 15ac

Siang

28 /4/13

G:5

G:5

M:10

M:10

G:0

G:0

M: 4

M: 4

7.00
M:15
M: pc
14.00

23.

43

Swasta

SMA

Ya

26 /4/13

1.

2.

1. 7
2. 15

1.
2.

-0
0-1-1

Siang

26/4/13

G:7

G : 15ac

Siang

3 /5/13

7.00
M:18
M:pc
13.30

KETERANGAN
R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

75

Lampiran 4
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Data Resep responden

Data Responden

Data Hasil Wawancara Responden


Kepatuhan

Kunjungan I

No.

P/

(th)

LM
Pek

Pend

DM

MB

(th)

Tgl
Resep

n
Ob
at
dite
rim
a

OAD

n OAD

Signa

D : Dosis, F :
Frekuensi, I : Interval,
W : Waktu, J.W :
Jangka Waktu

Kunjungan II

LT
(Hari)

Sisa
WK

Tgl

Sisa
OAD

JM

WK

Tgl

Sisa

OAD

OAD

seharu

J.W

snya
24.

46

Swasta

SD

Ya

30 /4/13

1.

1. 7

1.

1-0-0

2.

2. 15

2.

0-1-1

Siang

3 /5/ 13

G:4

G : 15ac

Siang

5 /5/13

G:2

G:2

M:7

M:7

G:5

G:5

M:11

M:11

7.00
M:13
M: pc
14.00

25.

50

Ibu RT

SMP

Ya

30/4/13

1.
2.

G
M

1. 10
2. 20

1.
2.

1-0-0
0-1-1

10

Siang

3/5/13

G:7

G : 15ac

Siang

5 /5/13

7.00
M:15
M:pc
14.00
KETERANGAN

R : Responden

Pek : Pekerjaan

LT OAD : Lama terapi antidiabetes oral

P : Perempuan

WK : Waktu Kunjungan

Pend : Pendidikan

G: Glibenklamid

U : Umur

n : Jumlah

DM :Lama menderita diabetes melitus

L : Laki-laki

MB : Mampu berkomunikasi

JM : Jam minum

M : Metformin

76

Lampiran 5

77

You might also like