Professional Documents
Culture Documents
ALKOHOL (F10)
Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah
menghujam setiap anak manusia didunia ini, bukan hanya orang tua, tapi remaja
bahkan anak-anak baik laki-laki dan perempuan, kesemuanya mengalami sebuah
problem yang komunal. Berbagai responpun muncul dan kini sudah menjadi
kebiasaan pada Life Style di masyarakat, ketika menghadapi suatu masalah dan
mengalami stres, mereka cenderung untuk lari pada penggunaan obat-obatan dan
minuman yang dapat menenangkan. Baik itu obat-obatan yang hanya bersifat
menyembuhkan sakit kepala maupun yang bersifat anti depresant dan sebagainya. Hal
ini sudah menjadi frame berpikir masyarakat kita yang telah terkonstruksi bahwa
obat-obatan penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban masalah).
Hampir setiap hari kita mendengar dan melihat peristiwa tragis menimpa
orang-orang yang mengkomsumsi alkohol, baik lewat media cetak maupun elektronik.
Menenggak alkohol sudah merupakan perilaku biasa dan menjadi tuntutan yang harus
dilakukan oleh sekelompok orang dalam mengekspresikan suatu moment,walaupun
mereka tau dampak dari pesta miras ini banyak menimbulkan korban nyawa bagi para
pelakunya. Bagi para peminum minuman beralkohol bagi sebagian orang merupakan
bukti kejantanan atau ke-modern-an dalam pergaulan. Pola hidup yang tidak sehat
yang banyak diterapkan oleh kaum dewasa awal ini juga dapat membentuk sebuah
ketergantungan. Salah satunya adalah ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan
alkohol. Ketergantungan (addiction) adalah ketergantungan fisik pada suatu obat.
Ketergantungan psikologis (psychological dependence) adalah kebutuhan untuk
menggunakan obat-obatan untuk mengatasi masalah dan stres. Obat-obatan psikoaktif,
yaitu semua obat yang mempengaruhi sistem syaraf untuk mengubah keadaan,
mengubah persepsi dan mengubah suasana hati, memiliki peran yang kuat dalam
ketergantungan baik fisik maupun psikologis.
A. DEFINISI ALKOHOL
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh
dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi
diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di
1
pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai
100%. Nama jalanan alkohol : booze, drink. Konsentrasi maksimum alkohol dicapai
30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan
keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol
dalam darah maka orang akan menjadi euforia, namun sering dengan penurunannya
pula orang menjadi depresi.
Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling banyak digunakan (Santrock, 2002).
Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya pecandu alkohol (alkoholic).
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk
meminum lebih daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan
minum minuman keras dan terus meminum minuman keras walaupun dengan
konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.
alkohol
Alkohol
menunjukkan
juga
juga
kelemahan
mengurangi
dalam
efektifitas
berbagai
sistem
test
imun,
laki-laki berusia 14-15 tahun dengan jumlah 4 atau lebih minuman beralkohol, dan
usia 16-17 tahun sebanyak 5 atau lebih minuman beralkohol. Penggunaan alkohol
menjadi kontributor utama penyebab kematian para remaja di Amerika Serikat seperti
kecelakaan kendaraan, bunuh diri, dan pembunuhan. Kecelakaan tabrakan kendaraan
bermotor menempati urutan teratas dalam penyebab kematian para remaja Amerika
Serikat. Pada tahun 2007 sebuah survei tentang Youth Risk Behavior mengungkapkan
bahwa selama selang waktu 30 hari digelarnya survei tersebut, sebanyak 29,1% para
siswa di Amerika Serikat setidaknya pernah satu kali atau lebih menjadi penumpang
sebuah mobil yang dikendarai oleh supir yang sedang minum alkohol, dan sebanyak
10,5% dari mereka sedikitnya pernah sesekali mengendarai sendiri kendaraannya
sambil minum alkohol. Setelah Amerika Serikat mengubah aturan batasan minimal
mengkonsumsi alkohol menjadi 21 tahun, jumlah kecelakaan berkendaraan yang fatal
secara individual di bawah usia 21 tahun menjadi menurun secara signifikan. Hal ini
memperlihatkan adanya sebuah keterkaitan erat antara penggunaan alkohol dan
kecelakaan berkendaraan yang melibatkan para remaja. Bila dilakukan perbandingan,
kasus remaja yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk frekuensinya masih
rendah di bawah para orang dewasa, namun, tingkat resiko kecelakaan motor para
remaja lebih besar dibandingkan orang dewasa saat mereka mabuk, khususnya ketika
kadar alkohol dalam tubuh para remaja ini berada pada level rendah dan menengah.
Batasan minimal mengkonsumsi alkohol secara legal di Amerika Serikat juga telah
diasosiasikan dengan laju bunuh diri yang tinggi pada remaja.
Gejala kecanduan alkohol yang jelas dalam bentuk fisik adalah ketergantungan
pada alkohol dan ketidakmampuan untuk berhenti walaupun parah akibat fisik dan
psikologis. Beberapa pecandu alkohol dapat bertahan pada tingkat yang dangkal tetapi
akhirnya kecanduan menyebabkan gangguan kinerja professional dan meningkatkan
hubungan yang tegang. Tanda-tanda fisik penyalahgunaan alkohol, yaitu: penurunan
berat badan, sakit di perut, mati rasa di tangan dan kaki, bicara meracau, kegoyangan
sementara saat mabuk. Pada orang yang menderita ketergantungan alkohol, yaitu:
berkeringat, gemetar, mual muntah, kebingungan dan keadaan yang ekstrem yaitu
kejang-kejang,
serta
halusinasi.
Tanda-tanda
mental
meliputi
peningkatan
ke
tahap
ketergantungan,
mempunyai
ketidakmampuan
untuk
mabuk. Alkohol yang sangat awal tahap dicirikan dengan meneguk minuman,
menyelinapkan minuman dan penolakan untuk mendiskusikan minuman alkohol.
Tahap kedua, minum menjadi suatu kebutuhan. Seseorang akan didorong untuk
minum oleh keinginan batin yang tak tertahankan. Pada tahap ini seorang pecandu
mungkin memiliki periode pantang, tetapi dia akan selalu minum kembali. Orang
ini juga mungkin dalam penyangkalan tentang masalahnya melalui rasionalisasi.
Keinginan yang kuat untuk minum mulai membuat orang tergantung pada alkohol.
Pada tahap ini orang mungkin mengalami pemadaman dan dapat menampilkan
perilaku yang agresif.
Tahap ketiga, minum tanpa kendali. Pada dua tahap diawal, walaupun sering
minum tetapi masih dapat mempertahankan kontrol, namun pada tahap ketiga ini
pecandu tidak lagi mempunyai kuasa atas kebutuhan alkohol. Ini adalah salah satu
tahap yang paling mudah untuk dikenali oleh teman ataupun keluarga.
Pekerjaannya mulai terbengkalai dan mulai bermasalah dengan hukum.
Tahap keempat, minum karena ketergantungan. Hari-harinya selalu dimulai dengan
minum, selain itu juga ditandai dengan tremor, binges dan sering meludah. Tandatanda fisik alkoholisme kronis mulai terlihat pada tahap ini, seperti kerusakan otak,
penilaian yang rendah, kehilangan memori dan gangguan konsentrasi. Seseorang
yang dalam tahap ini memiliki risiko yang sangat tinggi untuk penyakit hati,
jantung, kanker mulut atau kerongkongan (www.id.articlesphere.com).
Menurut PPDGJ III, diagnosis terhadap ketergantungan dapat ditegakkan
jika ditemukan tiga atau lebih gejala dibawah ini yang dialami dalam masa 1 tahun
sebelumnya:
Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk menggunakan zat
psikoaktif.
Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, terutama sejak
mulainya, usaha penghentian atau pada tingkat sedang menggunakan.
Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau
pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas atau orang
tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk
menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan
guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih
rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan
alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat
tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula).
Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan
penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya.
Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan
kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum alcohol berlebihan,
keadaan depresan sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat atau
hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan
untuk memastikan bahwa pengguna zat bersungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya (Maslim, 2003).
D. BEBERAPA
FAKTOR
YANG
BERKONTRIBUSI
DALAM
BAHAYA
PENGGUNAAN ALKOHOL
Faktor Genetik dan Keluarga
Studi-studi pada saudara kembar di lingkungan populasi orang dewasa telah
secara konsisten mendemonstrasikan pengaruh genetik dalam penggunaan dan
penyalahgunaan alkohol, namun masih sedikit penelitian yang meneliti pengaruh
genetik secara spesifik menurut rentang usia pada para remaja. Penelitian pada remaja
melalui subjek saudara kembar, kembar identik ataupun yang diadopsi, sekelompok
peneliti di antaranya Rhee dan kawan-kawan meneliti relatifitas kontribusi dari
genetik dan lingkungan terhadap inisiasi pencobaan pertama mengkonsumsi alkohol,
penggunaannya secara berkala dan masalah-masalah umum yang berkaitan dengan
penyalahgunaan zat kimia. Hasil dari penelitian ini mendemonstrasikan bahwasannya
para remaja, dibandingkan dengan temuan studi pada kembar dewasa, tingkat
pengaruh genetiknya lebih tinggi, sedangkan pengaruh lingkungan lebih rendah untuk
penggunaan alkohol atau obat-obatan ketimbang kejadian inisiasi penggunaan awal.
Keluarga memainkan peranan penting dalam perkembangan masalah alkohol dan
obat-obatan pada remaja. Penggunaan obat-obatan oleh orang tua atau saudara yang
lebih tua serta perilaku orang tua yang membebaskan anaknya (tidak terkontrol)
7
perilaku
ADHD,
dan
kesehatannya,
keluhan-keluhan
termasuk
kejiwaan,
dan
kriminal,
masalah
gangguan
alkoholisme
Yaitu
penanganan
yang
dapat
memberikan
manfaat
bila
manajemen
peristiwa
dan
penguatan
komunitas, terapi
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi, (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : jakarta
Papalia, Diane E,et.al (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan),. Jakarta:
Prenada Media Group
Santrock, J. W., (2002). Perkembangan Masa Hidup (Terjemahan dari Life-Span
Development),. Edisi 5, Jilid II, Erlangga: Jakarta.
www.wikipedia.com, diunduh tanggal 04 Juni 2014
www.scumdoctor.com/indonesian/abuse, diunduh tanggal 04 Juni 2014
www.id.articlesphere.com2008 Scott Mogul, Tahapan of alkoholisme, diunduh tanggal 4
Juni2014
11
12