You are on page 1of 12

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN

ALKOHOL (F10)
Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah
menghujam setiap anak manusia didunia ini, bukan hanya orang tua, tapi remaja
bahkan anak-anak baik laki-laki dan perempuan, kesemuanya mengalami sebuah
problem yang komunal. Berbagai responpun muncul dan kini sudah menjadi
kebiasaan pada Life Style di masyarakat, ketika menghadapi suatu masalah dan
mengalami stres, mereka cenderung untuk lari pada penggunaan obat-obatan dan
minuman yang dapat menenangkan. Baik itu obat-obatan yang hanya bersifat
menyembuhkan sakit kepala maupun yang bersifat anti depresant dan sebagainya. Hal
ini sudah menjadi frame berpikir masyarakat kita yang telah terkonstruksi bahwa
obat-obatan penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban masalah).
Hampir setiap hari kita mendengar dan melihat peristiwa tragis menimpa
orang-orang yang mengkomsumsi alkohol, baik lewat media cetak maupun elektronik.
Menenggak alkohol sudah merupakan perilaku biasa dan menjadi tuntutan yang harus
dilakukan oleh sekelompok orang dalam mengekspresikan suatu moment,walaupun
mereka tau dampak dari pesta miras ini banyak menimbulkan korban nyawa bagi para
pelakunya. Bagi para peminum minuman beralkohol bagi sebagian orang merupakan
bukti kejantanan atau ke-modern-an dalam pergaulan. Pola hidup yang tidak sehat
yang banyak diterapkan oleh kaum dewasa awal ini juga dapat membentuk sebuah
ketergantungan. Salah satunya adalah ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan
alkohol. Ketergantungan (addiction) adalah ketergantungan fisik pada suatu obat.
Ketergantungan psikologis (psychological dependence) adalah kebutuhan untuk
menggunakan obat-obatan untuk mengatasi masalah dan stres. Obat-obatan psikoaktif,
yaitu semua obat yang mempengaruhi sistem syaraf untuk mengubah keadaan,
mengubah persepsi dan mengubah suasana hati, memiliki peran yang kuat dalam
ketergantungan baik fisik maupun psikologis.

A. DEFINISI ALKOHOL
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh
dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi
diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di
1

pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai
100%. Nama jalanan alkohol : booze, drink. Konsentrasi maksimum alkohol dicapai
30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan
keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol
dalam darah maka orang akan menjadi euforia, namun sering dengan penurunannya
pula orang menjadi depresi.
Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling banyak digunakan (Santrock, 2002).
Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya pecandu alkohol (alkoholic).
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk
meminum lebih daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan
minum minuman keras dan terus meminum minuman keras walaupun dengan
konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.

B. AKIBAT PENGGUNAAN ALKOHOL


Efek Jangka Pendek Alkohol
Pada dasarnya, alkohol memang mampu menghilangkan rasa sakit dan dalam
dosis yang lebih besar, bersifat sedatif, menyebabkan orang tertidur, bahkan kematian.
Alkohol menghasilkan berbagai efeknya melalui interaksinya dengan beberapa sistem
neural di dalam otak. Alkohol merangsang berbagai reseptor GABA, yang berperan
dalam kemampuannya mengurangi ketegangan. (GABA adalah neurotransmitter
penghambat utama; berbagai obat benzodiazepin, seperti vallium, memiliki efek pada
reseptor GABA sama dengan efek alkohol). Alkohol juga menaikkan kadar serotonin
dan dopamin, dan efek ini mungkin merupakan sumber dari kemampuannya untuk
menciptakan efek yang menyenangkan. Terakhir, alkohol menghambat berbagai
reseptor glutamat yang dapat menimbulkan efek kognitif intoksikasi alkohol, seperti
berbicara dengan tidak jelas dan hilangnya memori.
Terdapat banyak keyakinan mengenai efek alkohol. Alkohol dianggap
mengurangi kecemasan, meningkatkan sosiabilitas, melenturkan hambatan, dan
sebagainya. Namun ternyata beberapa efek jangka pendek mengkonsumsi sedikit
alkohol berhubungan erat dengan ekspektasi si peminum mengenai efek obat tersebut
sebagaimana efeknya terhadap aksi kimiawi pada tubuh.

Efek Jangka Panjang Penyalahgunaan Alkohol Yang berkepanjangan


Efek jangka panjang mengonsumsi alkohol dalam waktu lama secara
gamblang digambarkan dalam banyak kasus. Kebiasaan minum yang kronis
menimbulkan kerusakan biologis parah selain kemunduran psikologis. Konsumsi
alkohol dalam waktu lama memberikan efek negatif bagi hampir setiap jaringan dan
organ tubuh. Malnutrisi parah dapat terjadi. Karena alkohol mengandung kalori tinggi
sekitar setengah liter minuman kadar 80 memasok sekitar separuh kebutuhan
kalori dalam sehari- para peminum berat seringkali mengurangi asupan makanan
mereka. Namun, kalori yang dipasok alkohol tidak ada; alkohol tidak mengandung
berbagai zat gizi yang penting bagi kesehatan. Bahkan penyalahgunaan untuk waktu
yang tidak lamapun dapat mempengaruhi performa kognitif. Para mahasiswa yang
menyalahgunakan
neuropsikologis.

alkohol
Alkohol

menunjukkan
juga

juga

kelemahan

mengurangi

dalam

efektifitas

berbagai
sistem

test
imun,

mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan kanker. Dan bagi


wanita hamil, konsumsi alkohol yang sangat banyak semasa hamil diketahui
merupakan penyebab utama retardasi mental. Pertumbuhan janin melambat dan terjadi
kelainan tempurung kepala, wajah serta anggota tubuh.
Bahaya dan Gejala yang ditimbulkan
Ketika dibandingkan dengan penggunaan alkohol oleh orang dewasa,
penggunaan alkohol oleh remaja diketahui frekuensinya lebih sering dilakukan dan
volumenya lebih banyak sehingga penggunaan alkohol pada usia remaja ini telah
dianggap sangat berbahaya. Pesta miras yang semakin cepat bertambah, kemungkinan
besar terkait dengan budaya taruhan dan uji nyali di antara para remaja ini yang
menempatkan mereka pada resiko tinggi overdosis alkohol atau keracunan alkohol,
seperti tersumbatnya aliran pernafasan yang fatal. Pesta miras orang dewasa
didefinisikan sebagai mengkonsumsi 5 atau lebih minuman beralkohol dalam rentang
rata-rata 2 jam secara berturut-turut. Definisi tersebut akhir-akhir ini sering pula
digunakan untuk menggambarkan penggunaan alkohol pada remaja.
Namun dalam literatur terbaru lebih berpendapat menempatkan pesta miras
pada remaja terjadi pada usia 9-13 tahun pada anak-anak dan 14-17 tahun pada gadis
dengan jumlah konsumsi 3 atau lebih minuman beralkohol. Sedangkan untuk anak
3

laki-laki berusia 14-15 tahun dengan jumlah 4 atau lebih minuman beralkohol, dan
usia 16-17 tahun sebanyak 5 atau lebih minuman beralkohol. Penggunaan alkohol
menjadi kontributor utama penyebab kematian para remaja di Amerika Serikat seperti
kecelakaan kendaraan, bunuh diri, dan pembunuhan. Kecelakaan tabrakan kendaraan
bermotor menempati urutan teratas dalam penyebab kematian para remaja Amerika
Serikat. Pada tahun 2007 sebuah survei tentang Youth Risk Behavior mengungkapkan
bahwa selama selang waktu 30 hari digelarnya survei tersebut, sebanyak 29,1% para
siswa di Amerika Serikat setidaknya pernah satu kali atau lebih menjadi penumpang
sebuah mobil yang dikendarai oleh supir yang sedang minum alkohol, dan sebanyak
10,5% dari mereka sedikitnya pernah sesekali mengendarai sendiri kendaraannya
sambil minum alkohol. Setelah Amerika Serikat mengubah aturan batasan minimal
mengkonsumsi alkohol menjadi 21 tahun, jumlah kecelakaan berkendaraan yang fatal
secara individual di bawah usia 21 tahun menjadi menurun secara signifikan. Hal ini
memperlihatkan adanya sebuah keterkaitan erat antara penggunaan alkohol dan
kecelakaan berkendaraan yang melibatkan para remaja. Bila dilakukan perbandingan,
kasus remaja yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk frekuensinya masih
rendah di bawah para orang dewasa, namun, tingkat resiko kecelakaan motor para
remaja lebih besar dibandingkan orang dewasa saat mereka mabuk, khususnya ketika
kadar alkohol dalam tubuh para remaja ini berada pada level rendah dan menengah.
Batasan minimal mengkonsumsi alkohol secara legal di Amerika Serikat juga telah
diasosiasikan dengan laju bunuh diri yang tinggi pada remaja.
Gejala kecanduan alkohol yang jelas dalam bentuk fisik adalah ketergantungan
pada alkohol dan ketidakmampuan untuk berhenti walaupun parah akibat fisik dan
psikologis. Beberapa pecandu alkohol dapat bertahan pada tingkat yang dangkal tetapi
akhirnya kecanduan menyebabkan gangguan kinerja professional dan meningkatkan
hubungan yang tegang. Tanda-tanda fisik penyalahgunaan alkohol, yaitu: penurunan
berat badan, sakit di perut, mati rasa di tangan dan kaki, bicara meracau, kegoyangan
sementara saat mabuk. Pada orang yang menderita ketergantungan alkohol, yaitu:
berkeringat, gemetar, mual muntah, kebingungan dan keadaan yang ekstrem yaitu
kejang-kejang,

serta

halusinasi.

Tanda-tanda

mental

meliputi

peningkatan

penyalahgunaan alkohol, antara lain: mudah tersinggung, marah, gelisah, menghindar


dari kegiatan yang tidak memberikan kesempatan untuk minum, kesulitan dalam
4

membuat keputusan; oversleeping, berlebihan menampilkan tangisan dan emosional.


Orang dewasa dibandingkan dengan pemuda, di kelompok usia yang lebih tinggi
menunjukkan kerentanan yang lebih rendah untuk penyalahgunaan alkohol
(www.scumdoctor.com/indonesian/abuse).
Pengaruh alkohol terhadap tubuh terutama sebagai suatu depresan dan dapat
memperlambat kegiatan otak. Hal ini dapat terlihat pada orang yang tampaknya
cenderung malu-malu mungkin mulai berani bicara, menari atau bahkan akrab dengan
orang setelah minum beberapa teguk. Orang menjadi santai setelah minum satu atau
dua gelas minuman karena area dalam otak yang berperan mengontrol rasa malu dan
keputusan menjadi menurun. Orang yang minum berlebih rasa malunya menjadi
berkuranh lebih banyak dan keputusan mereka semakin tidak sempurna. Ketrampilan
seperti menyetir dan fungsi-fungsi intelektual menjadi buruk ketika alkohol semakin
banyak dikonsumsi, kadang-kadang si peminum menjadi mengantuk dan tertidur.
Tingkat keracunan yang tinggi dapat membuat peminum menjadi koma dan
meninggal. Masing-masing akibat tersebut berbeda sesuai dengan bagaimana tubuh
orang tersebut mencerna alkohol, berat tubuhnya, jumlah alkohol yang dikonsumsi
dan apakah kegiatan minum sebelumnya telah ditoleransi.
Penyalahgunaan alkohol memilki banyak tanda dan gejala alkoholisme di
pelaku, tetapi orang tidak merasa terdorong (atau di dorong) untuk minum.
Ketergantungan alkohol terjadi ketika orang yang kecanduan alkohol telah
berkembang

ke

tahap

ketergantungan,

mempunyai

ketidakmampuan

untuk

mengendalikan minumnya, dan telah mengembangkan toleransinya terhadap alkohol.


Berdasarkan pengakuan salah seorang alcoholic bahwa dirinya tidak kuat bekerja
kalau tidak minum minuman yang memabukkan, sekedar untuk menghangatkan badan
dan menambah vitalitas. Hal ini membuktikan bahwa unsure-unsur yang terdapat
dalam minuman beralkohol dapat menyebabkan ketergantungan bagi peminumnya.

C. EMPAT TAHAP ALKOHOLISME


Tahap pertama, minum sebagai pelarian. Minum alkohol digunakan untuk
melarikan diri dari kenyataan, alkohol membantu orang melarikan diri dari
tekanan, ketakutan dan kekhawatiran. Seseorang pada tahap awal kecanduan
alkohol telah meningkatkan toleransi terhadap alkohol, dan mungkin tidak muncul
5

mabuk. Alkohol yang sangat awal tahap dicirikan dengan meneguk minuman,
menyelinapkan minuman dan penolakan untuk mendiskusikan minuman alkohol.
Tahap kedua, minum menjadi suatu kebutuhan. Seseorang akan didorong untuk
minum oleh keinginan batin yang tak tertahankan. Pada tahap ini seorang pecandu
mungkin memiliki periode pantang, tetapi dia akan selalu minum kembali. Orang
ini juga mungkin dalam penyangkalan tentang masalahnya melalui rasionalisasi.
Keinginan yang kuat untuk minum mulai membuat orang tergantung pada alkohol.
Pada tahap ini orang mungkin mengalami pemadaman dan dapat menampilkan
perilaku yang agresif.
Tahap ketiga, minum tanpa kendali. Pada dua tahap diawal, walaupun sering
minum tetapi masih dapat mempertahankan kontrol, namun pada tahap ketiga ini
pecandu tidak lagi mempunyai kuasa atas kebutuhan alkohol. Ini adalah salah satu
tahap yang paling mudah untuk dikenali oleh teman ataupun keluarga.
Pekerjaannya mulai terbengkalai dan mulai bermasalah dengan hukum.
Tahap keempat, minum karena ketergantungan. Hari-harinya selalu dimulai dengan
minum, selain itu juga ditandai dengan tremor, binges dan sering meludah. Tandatanda fisik alkoholisme kronis mulai terlihat pada tahap ini, seperti kerusakan otak,
penilaian yang rendah, kehilangan memori dan gangguan konsentrasi. Seseorang
yang dalam tahap ini memiliki risiko yang sangat tinggi untuk penyakit hati,
jantung, kanker mulut atau kerongkongan (www.id.articlesphere.com).
Menurut PPDGJ III, diagnosis terhadap ketergantungan dapat ditegakkan
jika ditemukan tiga atau lebih gejala dibawah ini yang dialami dalam masa 1 tahun
sebelumnya:
Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk menggunakan zat
psikoaktif.
Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, terutama sejak
mulainya, usaha penghentian atau pada tingkat sedang menggunakan.
Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau
pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas atau orang
tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk
menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.

Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan
guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih
rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan
alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat
tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula).
Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan
penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya.
Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan
kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum alcohol berlebihan,
keadaan depresan sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat atau
hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan
untuk memastikan bahwa pengguna zat bersungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya (Maslim, 2003).
D. BEBERAPA

FAKTOR

YANG

BERKONTRIBUSI

DALAM

BAHAYA

PENGGUNAAN ALKOHOL
Faktor Genetik dan Keluarga
Studi-studi pada saudara kembar di lingkungan populasi orang dewasa telah
secara konsisten mendemonstrasikan pengaruh genetik dalam penggunaan dan
penyalahgunaan alkohol, namun masih sedikit penelitian yang meneliti pengaruh
genetik secara spesifik menurut rentang usia pada para remaja. Penelitian pada remaja
melalui subjek saudara kembar, kembar identik ataupun yang diadopsi, sekelompok
peneliti di antaranya Rhee dan kawan-kawan meneliti relatifitas kontribusi dari
genetik dan lingkungan terhadap inisiasi pencobaan pertama mengkonsumsi alkohol,
penggunaannya secara berkala dan masalah-masalah umum yang berkaitan dengan
penyalahgunaan zat kimia. Hasil dari penelitian ini mendemonstrasikan bahwasannya
para remaja, dibandingkan dengan temuan studi pada kembar dewasa, tingkat
pengaruh genetiknya lebih tinggi, sedangkan pengaruh lingkungan lebih rendah untuk
penggunaan alkohol atau obat-obatan ketimbang kejadian inisiasi penggunaan awal.
Keluarga memainkan peranan penting dalam perkembangan masalah alkohol dan
obat-obatan pada remaja. Penggunaan obat-obatan oleh orang tua atau saudara yang
lebih tua serta perilaku orang tua yang membebaskan anaknya (tidak terkontrol)
7

terhadap penyalahgunaan obat-obatan pada remaja, akan beresiko tinggi terjadinya


penggunaan alkohol dan obat-obatan pada para remaja. Pengawasan orang tua
terhadap apa yang akan digunakan oleh anak-anaknya, dan memastikan berlakunya
aturan dan etika dalam rumah tangga akan menghalangi atau menekan penggunaan
alkohol di antara para remaja.
Di Amerika Serikat tercatat sebanyak 7 juta anak-anak yang berusia di bawah
18 tahun adalah anak-anak yang hidup dengan orang tua yang alkoholik. Anak-anak
yang orang tuanya melakukan penyalahgunaan alkohol sangat beresiko dengan
masalah-masalah
kecerdasan,

perilaku

ADHD,

dan

kesehatannya,

keluhan-keluhan

termasuk

kejiwaan,

dan

kriminal,
masalah

gangguan
alkoholisme

sebagaimana yang terjadi pada orang dewasa.


Faktor-faktor Lainnya
Keadaan lingkungan dan mempunyai teman-teman yang pengguna alkohol,
tembakau atau obat-obatan, merupakan pendorong terkuat kemungkinan besar
terjadinya perilaku penggunaan zat-zat kimiawi oleh para remaja. Peluang terjadinya
penyalahgunaan ini lebih tinggi lagi terjadi bila di dalam komunitas tersebut alkohol
murah biayanya dan mudah didapatkan. Faktor resiko lainnya yang juga ikut
mendorong terjadinya penyalahgunaan zat-zat kimiawi di antaranya kinerja sekolah
yang buruk, tidak adanya penanganan ADHD, dan penyimpangan perilaku. Media
berpengaruh besar pula terhadap terjadinya penggunaan alkohol oleh para remaja.
Jernigan et al meneliti para anak laki-laki dan perempuan yang diberikan ekspos
majalah yang menampilkan iklan-iklan alkohol dibandingkan dengan respon orang
dewasa, menemukan bahwasannya dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia
21 tahun atau lebih, sebesar 45% para remaja di bawah usia lebih cenderung untuk
melihat iklan bir, sebanyak 12% lebih cenderung melihat iklan minuman campur
alkohol sulingan, 65% lebih cenderung untuk melihat iklan minuman penyegar
berkadar alkohol rendah (alcopop atau lemonade, ice tea, atau minuman buah-buahan
yang mengandung alkohol), dan 69% cenderung kepada iklan minuman berkadar air
anggur rendah.
Ekspos iklan-iklan alkohol kepada para gadis lebih besar dibandingkan anak
laki-laki. Media lainnya seperti televisi, film, papan reklame, dan internet, dikenal
sangat mempengaruhi dalam promosi alkohol menggunakan gambaran yang atraktif
8

tanpa menyinggung atau mengasosiasikannya dengan konsekuensi negatifnya.


Sejumlah penelitian telah memperlihatkan bahwa ekspos media dapat membuat anakanak dan para remaja lebih cenderung untuk bereksperimen dengan alkohol.

E. TERAPI UNTUK PEMINUM ALKOHOL


Penanganan Tradisional di rumah sakit umum dan swasta di seluruh dunia selama
bertahun-tahun telah menyediakan tempat bagi para penyalahgna alkohol, berupa
ruang-ruang rawat di mana individu dapat menghentikan kebiasaan minumnya
dan mengikuti berbagai terapi individual dan kelompok. Penghentian alkohol,
yaitu detoksifikasi, dapat berjalan sulit, baik secara fisik maupun psikologis, dan
biasanya memerlukan waktu sekitar sebulan. Obat-obat penenang terkadang
diberikan untuk menghilangkan kecemasan dan rasa tidak nyaman karena putus
zat. Karena banyak penyalahguna alkohol yang menyalahgunakan obat penenang
tersebut, beberapa klinik mencoba menggunakan cara penghentian secara
bertahap tanpa obat-obatan penenang daripada mengehentikan alkohol secara
total. Proses penghentian tanpa bantuan obat tersebut berhasil bagi sebagian besar
peminum bermasalah.
Penanganan biologis paling baik bila dipandang sebagai suatu penanganan
tambahan.

Yaitu

penanganan

yang

dapat

memberikan

manfaat

bila

dikombinasikan dengan suatu intervensi psikologis. Meskipun demikian, saat ini


terdapat beberapa data mengenai terapi yang mencakup kombinasi terapi obat dan
psikoterapi maupun kombinasi beberapa obat yang berbeda. Beberapa peminum
bermasalah yang sedang dalam penanganan, baik rawat inap maupun rawat jalan,
menggunakan disulfiram atau antabuse, obat yang mencegah minum dengan cara
menyebabkan muntah-muntah hebat jika alkohol diminum. Obat tersebut
menghambat metabolisme alkohol sehingga tercipta produk sampingan yang
sangat tidak mengenakkan.
Alcoholics anonymous, kelompok terapi mandiri terbesar dan paling terkenal di
seluruh dunia adalah Alcoholic Anonymous (AA), yang didirikan tahun 1935
oleh dua orang mantan pecandu alkohol. Pada intinya ialah, bahwa dorongan
semangat dari suatu kelompok untuk tidak kembali kepada kebiasaan minum
alkohol, tentunya dengan berbagai cara dan tahapan yang terstruktur dengan baik.
9

Setiap orang dalam kelompok ini ditanamkan keyakinan bahwa penyalahgunaan


alkohol merupakan penyakit yang tidak pernah dapat disembuhkan, dan
diperlukan kewaspadaan yang terus menerus agar dapat menahan diri untuk tidak
minum walaupun hanya sekali karena bila terjadi demikian, kebiasaan minum
yang tidak terkendali akan terjadi lagi.
Terapi pasangan dan keluarga, alkohol sangat merusak hidup para peminum
bermasalah, oleh karena itu, banyak yang hidup hampir menyendiri, dan tidak
diragukan lagi bahwa kurangnya dukungan sosial tersebut memperparah masalah
minum mereka. Terkait dengan dukungan pasangan, pentingnya dukungan
pasangan dalam upaya peminum bermasalah untuk mengatasi berbagai stres yang
tidak terhindarkan dalam hidup tidak boleh diremehkan. Namun, yang juga tidak
boleh diremehkan adalah sulitnya menjaga agar tetap minum dalam jumlah yang
wajar atau berhenti minum dalam pemantauan selama satu dan dua tahun terlepas
dari jenis intervensi perkawinan dan efek positifnya dalam jangka pendek.
Penanganan kognitif dan perilaku, secara umum terapi kognitif dan behavioral
merupakan penanganan psikologis yang paling efektif bagi penyalahgunaan
alcohol.
Terapi Aversi, dalam terapi ini seorang peminum bermasalah dikejutkan atau
dibuat menjadi mual ketika melihat, meraih, atau memulai minum alkohol.
Dalam satu prosedur yang disebut sensitisasi tertutup, si peminum bermasalah
diinstruksikan untuk membayangkan dirinya mengalami mual yang hebat dan
luar biasa karena minum alkohol.
Pendekatan

manajemen

peristiwa

dan

penguatan

komunitas, terapi

manajemen peristiwa bagi penyalahguna alkohol mencakup mengajari pasien


dan orang-orang dekatnya untuk menguatkan perilaku yang tidak berkaitan
dengan minum.
Minum secara wajar, mengingat sulitnya masyarakat menghindari alkohol
sama sekali, mungkin lebih baik mengajari seorang pemium bermasalah,
setidak-tidaknya yang tidak menyalahgunakan secara ekstrem, untuk minum
secara wajar. Harga diri seorang peminum pasti akan bertambah karena
mampu mengendalikan suatu masalah dan karena merasa memiliki kendali
atas hidupnya.
10

DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi, (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : jakarta
Papalia, Diane E,et.al (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan),. Jakarta:
Prenada Media Group
Santrock, J. W., (2002). Perkembangan Masa Hidup (Terjemahan dari Life-Span
Development),. Edisi 5, Jilid II, Erlangga: Jakarta.
www.wikipedia.com, diunduh tanggal 04 Juni 2014
www.scumdoctor.com/indonesian/abuse, diunduh tanggal 04 Juni 2014
www.id.articlesphere.com2008 Scott Mogul, Tahapan of alkoholisme, diunduh tanggal 4
Juni2014

11

12

You might also like