You are on page 1of 2

1.

Selisih perbedaan antara APBN, APBN-P, dan realisasi terjadi karena adanya
perbedaan acuan dalam penetapan angka final dalam anggaran penerimaan negara. APBN
pada dasarnya rencana proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara untuk tahun berjalan
yang ditetapkan di tahun sebelumnya, sedangkan APBN-P merupakan perubahan
proyeksi dari APBN yang ditetapkan berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi di
tahun berjalan. Perubahan tersebut dapat meningkatkan ataupun menurunkan target
penerimaan negara, bergantung pada kondisi ekonomi saat itu. Sementara, realisasi
penerimaan negara merupakan hasil kinerja yang didapatkan selama satu tahun
berdasarkan target APBN-P.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi selisih perbedaan penerimaan negara di
antaranya adalah:
a. perbedaan asumsi makro yang digunakan saat menetapkan anggaran;
b. krisis ekonomi;
c. Evaluasi realisasi anggaran secara periodik;
d. Kurang efektifnya komunikasi dan koordinasi antara lembaga pembuat kebijakan dan
lembaga pelaksana;
e. Beban target yang tinggi tidak diimbangi dengan jumlah petugas pajak yang
memadai.
2. Struktur penerimaan negara dalam APBN selama beberapa dekade terakhir sebagian
besar ditopang oleh penerimaan pajak dalam negeri. Sedangkan, penerimaan pajak
internasional dan hibah menyumbang sedikit dari penerimaan negara.
Dari penerimaan pajak dalam negeri, sektor Pajak Penghasilan menjadi pos penyumbang
terbesar, dengan komposisi Pajak Penghasilan non-migas yang lebih besar dibandingkan
Pajak Penghasilan migas, hampir sebesar % setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan jumlah
kekayaan migas Indonesia yang kian menipis. Ditambah lagi, masih banyak
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan migas sehingga menyulitkan petugas
pajak dalam melakukan tugasnya. Dengan demikian Pajak Penghasilan dijadikan andalan.
Hal ini mengingat jumlah penduduk Indonesia yang tinggi serta kegiatan bisnis yang
besar dan menjanjikan di Indonesia. Terdapat potensi perpajakan yang besar di sana. Oleh
karena itu DJP, sebagai instansi yang salah satu tupoksinya mengumpulkan penerimaan
negara melalui pajak, terus melakukan peningkatan penerimaan, baik dengan
ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak.
Selain itu, penerimaan terbesar kedua diperoleh dari pos Pajak Pertambahan Nilai . Hal
ini juga dipengaruhi oleh faktor demografi Indonesia yang besar sehingga menyebabkan
konsumsi agregat tinggi. Selain itu, hal itu juga tercermin dalam jumlah PDB Indonesia
yang cukup tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun, pararel dengan meningkatnya PPN
sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang diandalkan.
Tetapi apabila dilihat lebih lanjut, penerimaan negara hanya dititikberatkan pada PPh dan
PPN, sedangkan pajak lain jumlah kontribusinya masih minim. Padahal jika dikelola
dengan baik, Indonesia memiliki potensi perpajakan lain yang juga besar. Seperti, Pajak
Bumi dan Bangunan. Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah yang besar.
Indonesia memiliki jumlah hutan dan perkebunan yang tinggi. Hal ini jelas merupakan
potensi penerimaan PBB, tetapi kontribusi PBB dalam APBN masih kalah dibanding PPh
dan PPN.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah tax ratio Indonesia dihitung dengan
membandingkan penerimaan pajak di APBN dengan PDB. Sementara penerimaan pajak

di APBN terbatas pada penerimaan pajak pusat.


3. Tujuan ditingkatkannya tax ratio hingga 16% adalah untuk mendorong DJP dan DJBC
sebagai instansi krusial dalam penerimaan pajak dan bea cukai agar bekerja lebih efektif
dan lebih efisien dengan target penerimaan yang tinggi. Tentunya, peningkatan efisiensi
dan efektivitas kinerja kedua instansi tersebut diharapkan dapat berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah realisasi penerimaan negara yang sudah ditargetkan. Jika penerimaan
negara dari penerimaan pajak meningkat, maka akan menimbulkan dampak positif bagi
anggaran negara. Di antaranya semakin banyak uang yang dapat digunakan untuk belanja
negara yang digunakan untuk kepentingan rakyat, ruang fiskal dalam APBN semakin
besar dan dapat dimanfaatkan dan dialokasikan untuk hal yang mendukung pembangunan
dan kesejahteraaan masyarakat, menjaga anggaran negara agar tetap sehat dan
meminimalisasi anggaran defisit negara untuk menekan jumlah pembiayaan baik dalam
negeri maupun luar negeri.

You might also like