Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Nama
NIM
: M0411045
Kelompok
: 01
Nama asisten
: Wahju S
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia mengusahakan
tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya, dibidang kehutanan khususnya
di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran disaat mulai diusahakannya jenis-jenis
tanaman hutan secara monokultur, seperti jati, agathis, pinus, mahoni, sengon, acacia,
eucalyptus. Kondisi ini semakin menjadi persoalan jika kerusakan-kerusakan yang terjadi
menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar akibat
keruaskan yang disebabkan oleh penyakit secara umum jarang terjadi meskipun pernah ada,
dan sebenarnya kerusakan hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dalam jumlah yang
besar adalah akibat dari ulah manusia, yaitu seperti terjadinya kebakaran dan penebangan liar.
Meskipun demikian kejadian suatu penyakit adalah salah satu proses yang terjadi di alam,
sehingga sangat perlu menjadi bahan pemikiran pada saat mengembangkan suatu tanaman
dimana manusia berperan didalamnya.
Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus sangat bervariasi. Ada virus yang laten
tanpa menimbulkan gejala, ada virus yang dapat menimbulkan gejala ke seluruh tubuh
tanaman, mulai dari tidak berat sampai sangat berat. Virus tumbuhan biasanya disebarkan
oleh serangga vektor golongan Aphid, leaf hoppers, Trips, tungau, lalat putih atau karena
pembuatan okulasi, penyambungan atau oleh adanya kontak antara tanaman sakit dengan
tanaman sehat.
Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin
pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner
(1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi
penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya,
yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat sakit karena infeksi virus,
karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon.
Pada saat ini, tumbuhan mulai berkembang dengan cepat ditandai semakin
beragamnya tumbuhan dari satu spesies ,namun memiliki beberapa keunggulan dari spesies
tersebut yang terjadi, karena adanya suatu mekanisme atau proses yang membuat tanaman
sekarang lebih baik dari sebelumnya. Seiring dengan berkembangnya tanaman berkembang
juga virus yang menyerang tanaman. Namun tidak semua virus menyerang semua
tanaman.Virus hanya menyerang tanaman tertentu, yang kebanyakan merupakan tanaman
yang menjadi tanaman budidaya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah kacang
tanah yang diserang virus PSTV, jagung oleh virus MDMV atau JGMV, padi oleh RTSV dan
RTBV serta kedelai oleh SbMV.
Disuatu perkebunan tidak jarang ditemukan virus yang menyerang ,sehingga
menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap para petani perkebunan.Oleh karena itu,
perlu diketahui tentang penularan, penyebaran, serta karakteristik virus yang menyerang
tanaman perkebunan. Cara penularan, penyebaran, dan karakteristik virus perlu diketahui
agar mampu menekan tingkat kerugian para petani dalam proses pemanenan dan pembibitan
kembali hasil panen yang didapat.
B. TUJUAN
1. Mengetahui jenis virus yang terinfeksi tanaman hortikultura
2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan virus pada tanaman hortikultura
3. Mengetahui bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman dan menghitung Disease
Severity
4. Mengetahui proporsi tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu populasi tanaman dan
menghitung Desease Incidence
C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui karakteristik tanaman yang terkena virus pada perkebunan sayur di
Karangpandan.
2. Dapat mengetahui mekanisme penularan dan penyebaran virus pada perkebunan sayur
di Karangpandan
3. Dapat mengetahui bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman dengan
menghitung disease severity.
4. Dapat mengetahui proporsi tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu populasi
tanaman dengan menghitung disease incidence.
dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh
terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman
itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana
manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit.
Selanjutnya Piramida Penyakit, Konsepnya sama dengan segi empat, tapi ada satu lagi yang
mempengaruhi perkembangan penyakit tumbuhan, yaitu waktu. Jadi, setelah ada
keikutsertaan manusia di dalamnya, penyakit bisa dikendalikan seiring berjalannya waktu.
Memang butuh waktu. Tinggal memperhitungkan dan adu cepat saja, antara kecepatan
persebaran penyakit dengan kecepatan antisipasi dari manusianya (Triharso. 2004).
Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangnya rendah (pendek)
berkayu, dan bercabang. Tinggi tanaman bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis
ataupun varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu
halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya sempit, namun bagian
tengahnya lebar. Letak daun berselang-seling, dan bertangkai pendek (Rukmana, 1994).
Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang penting di
Irak. Tanaman ini tumbuh di lapangan terbuka selama musim panas dan dalam plastik dan
rumah kaca selama musim dingin. Telah dilaporkan bahwa terung terinfeksi dari beberapa
virus menyebabkan kerusakan signifikan akibat pengerdilan tanaman, keriting dan daun
disertai bintik. Virus yang biasanya menginfeksikan pada tanaman ini adalah (EMDV) (Rakib
et al,2011).
Dalam tanaman (sistematika) tumbuhan, tanaman terung diklasifikasikan sebgai
berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub-Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum melongena L.
Tanaman terung sudah lama dikenal penduduk di Indonesia, dan di berbagai daerah
sudah mempunyai nama lokal setempat. Nama lain dari terung adalah trueng (Aceh), trong
(Gayo), reteng (Batak), Toru (Nias), tiung (Lampung), terong atau cokrom (Sunda), encong
(Jawa), tuung atau cung (Bali) (Rukmana, 1994).
Buah terung sangat beragam, baik dalam bentuk dan ukuran maupun warna kulitnya.
Dari segi bentuk buah, ada yang bulat, bulat-panjang, dan setengah-bulat. Ukuran buahnya
antara kecil, sedang sampai besar. Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu, hijau
keputih-putihan, putih, putih keungu-unguan dan hitam. Buah menghasilkan biji yang
ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat muda. Biji ini merupakan alat
reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1994).
Tanaman terung memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang dapat
menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat
menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang, tergantung dari umur tanaman dan
kesuburan tanahnya (Rukmana, 1994).
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa penyakit utama pada terung di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Layu Bakteri
Gejala serangan:
Bakteri ini dapat hidup lama dalam tanah, dan akan menyerang hebat bila
keadaan temperatur udara cukup tinggi antara 35o C-37o C serta
kelembabannya diatas 80%, atau keadaan tanah kebun becek.
Gejala awal ditandai dengan layunya daun-daun muda, kemudian merembet
ke bagian daun-daun tua. Gejala lebih lanjut adalah menimbulkan kelayuan
seluruh bagian tanaman secara mendadak, sehingga dalam beberapa hari
kemudian tanaman akan mati.
2. Busuk Buah
Gejala serangan:
Gejala serangan P.parasitica adalah terdapat bercak-bercak kebasahan
bergaris tengah 0,5 cm pada kulit buah, kemudian meluas dengan cepat
hingga bagian dalam buah menjadi busuk berwarna coklat sampai hitam
Serangan P.vexans atu Diaporthe vexans, menyebabkan bercak-bercak
cokelat melekuk pada buah, kemudian busuk-lunak berair dan akhirnya buah
seperti mummi berwarna hitam mengering.
Phytium menyerang buah yang letaknya dengan tanah dan menyebabkan
busuk basah yang penuh dengan misellium cendawan seperti kapas.
3. Bercak Daun
Gejala serangan:
Serangan C, melongena menyebabkan gejala bercak-bercak berwarna kelabukecoklatan pada daun
Penyakit A, solani menimbulkan bercak-bercak kering bentuknya melingkar
(konsentris) pada daun
(Rukmana, 1994)
2. Terung Craigi
Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat-panjang dan ujungnya runcing, berwarna ungu atau
ungu muda.
3. Terung Bogor (Terung Kelapa)
Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat-besar, berwarna putih atau hijau keputih-putihan,
rasanya renyah dan sedikit getir.
4. Terung Gelatik (Terung Lalap)
Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat, ukurannya lebih kecil daripada terung Bogor, warna
kulit buahnya ungu atau putih keungu-unguan, cita rasanya renyah dan manis (tidak getir)
Begomoviruses telah muncul sebagai masalah serius untuk sayuran dan tanaman serat.
Pada masa lalu, di daerah tropis dan subtropis di dunia. Begomovirus biasanya berasosiasi
dengan terung kuning Penyakit mosaik yang sampai sekarang belum terpisah dari satu
laporan dari Thailand. Sebuah survei di Nagpur, India menunjukkan kejadian parah penyakit
mosaik kuning terong (Pratap et al,2011).
1 buah
2. Alat tulis
secukupnya
3. Papan Jalan
1 buah
4. Lup
1 buah
Keterangan
n = jumlah tanaman sakit
N = jumlah tanaman yang diamati
7. Disease Severity (DS) dihitung (proporsi area/bagian tanaman yang sakit dalam satu
tanaman)
a) Memilih sampel sejumlah 3 guludan dalam petak
b) Memilih 5 tanaman dari setiap guludan yang dijadikan sampel
c) Menghitung presentase jumlah daun yang sakit dalam satu tanaman
d) Rumus:
Tanaman sakit
Total tanaman
Presentase ( % )
99
1448
6,83%
1.
Tabel 2. Penghitungan DS
No.
Daun sakit
Total daun
Presentase ( % )
1304
6913
18,86%
B. PEMBAHASAN
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau dua
bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam nukleat dan
protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan mekanisme sintesis dari
sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam nukleat dan protein). Penyerangan
virus pada tanaman melalui luka yang dibuat oleh vector karena pelukaan. Gigitan serangga
terhadap daun sakit dengan mudahnya membawa virus didalam mulutnya kemudian
ditempatkan ke tanaman yang sehat, yang berakibat ikut sakit. Virus merupakan agen
penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop
electron. Hasil pengamatan mikroskop electron, virus dapat dibedakan menjadi 3 bentuk
yaitu berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam
sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit yang
biotrof.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa penyakit utama pada terung di
antaranya adalah sebagai berikut:
Layu Bakteri
Gejala serangan:
Bakteri ini dapat hidup lama dalam tanah, dan akan menyerang hebat bila
keadaan temperatur udara cukup tinggi antara 35o C-37o C serta
kelembabannya diatas 80%, atau keadaan tanah kebun becek.
Gejala awal ditandai dengan layunya daun-daun muda, kemudian merembet
ke bagian daun-daun tua. Gejala lebih lanjut adalah menimbulkan kelayuan
seluruh bagian tanaman secara mendadak, sehingga dalam beberapa hari
kemudian tanaman akan mati.
Busuk Buah
Gejala serangan:
Gejala serangan P.parasitica adalah terdapat bercak-bercak kebasahan
bergaris tengah 0,5 cm pada kulit buah, kemudian meluas dengan cepat
hingga bagian dalam buah menjadi busuk berwarna coklat sampai hitam
Serangan P.vexans atu Diaporthe vexans, menyebabkan bercak-bercak
cokelat melekuk pada buah, kemudian busuk-lunak berair dan akhirnya buah
seperti mummi berwarna hitam mengering.
Phytium menyerang buah yang letaknya dengan tanah dan menyebabkan
busuk basah yang penuh dengan misellium cendawan seperti kapas.
Bercak Daun
Gejala serangan:
Serangan C, melongena menyebabkan gejala bercak-bercak berwarna kelabukecoklatan pada daun
Penyakit A, solani menimbulkan bercak-bercak kering bentuknya melingkar
(konsentris) pada daun
(Rukmana, 1994)
Selain dari penjelasan diatas, gejala-gejala virus yang terdapat pada tanaman terung
adalah Virus mosaik terung dapat ditularkan secara mekanis dengan gosokan, maupun oleh
kutu daun. Para pekerja yang menangani semai-semai dapat menularkan virus ke banyak
tanaman. Virus juga mungkin terdapat di dalam banyak tumbuh, termasuk gulma di sekeliling
pertanaman terung.
Dan Busuk Daun (Pseudoperonospora cubensis Berk). Daur penyakit ini tidak dapat
hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman, dan jamur tidak mempertahankan dari musim
ke musim pada tanaman mentimun. Spora dipencarkan oleh angin. Infeksi terjadi melalui
mulut kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini di bantu oleh kelembaban, dan
akan berkembang hebat jika terdapat banyak kabut dan embun. Infeksi hanya terjadi
kalaukelembaban udara 100 %, suhu 10-28oC, dengan suhu optimum 16-22oC. Gejala pada
permukaan atas daun terdapat becak-becak kuning, sering agak bersudut karena terbatas oleh
tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bawah becak terdapat kapang seperti bulu
yang warnanya keunguan. Pada daun terung yang sakit dapat mati.
Pada praktikum kali ini didapatkan gejala-gejala virus yang diduga disebabkan oleh
potyvirus yang merupakan bagian dari virus Eggplant mottled dwarf virus (EMDV). Hasil
pengamatan penyakit mengeriting/menggulung dilapangan terlihat jelas pada tanaman terung
terserang adanya gejala mozaik atau kuning yang mencolok. Kemudian pucuk daun
mengeriting dan menumpuk dengan bentuk helaian yang menyempit (Gambar 1) bandingkan
dengan (Gambar 2) daun yang sehat/ yang tidak mengeriting.
Dan pada lapangan juga terlihat jelas terdapat daun yang terdapat bercak kuning yang
menyebar hampir ke seluruh bagian daun. Virus yang biasanya terdapat di tanaman terung
adalah Patovirus. Bandingkan antara Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3.
Daun yang terdapat bercak kuning
Gambar 4
Daun yang sehat
Pada praktikum kali ini menggunakan 2 rumus yaitu DI dan DS. DI (Disease
Incidence) merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi tanaman yang
terserang penyakit dalam suatu populasi. Dilakukan dengan cara menghitung seluruh
tanaman yang ada dalam satu petak dan kemudian menghitung tanaman yang terserang virus.
Dengan rumus:
Dengan n adalah jumlah tanaman yang sakit berbanding terbalik jumlah tanaman yang
diamati kemudian dikalikan 100% untuk mendapatkan berapa presentase tanaman yang
terkena virus tersebut dalam satu area luas petak tanaman.
Sedangkan DS (Disease Severity) merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
proporsi area/bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman. Dilakukan dengan cara
menghitung berapa tanaman dalam satu bagian petak dan menghitung presentase jumlah daun
yang sakit dalam satu tanaman. Adapun rumus dari DS yaitu:
Dengan jumlah daun sakit per jumlah total daun dalam satu tanaman dikalikan 100%
didapatkan proporsi tingkat keparahan dari bagian tanaman (daun,pucuk daun dan batang)
dari suatu tanaman.
Berdasarakan hasil pengamatan didapatkan bahwa (tabel 1) pada jumlah total tanaman
sebesar 1448 tanaman yang terjangkit virus sebesar 99 tanaman. Didapatkan presentase
sebesar 6,83%. Hal itu mengartikan bahwa virus pada tanaman terung pada area tersebut
memiliki presentase yang sangat sedikit. Hal itu dikarenakan pada daerah ini sudah cukup
mendapatkan perawatan yang baik. Pembudidayaan tanaman/ perlindungan tanaman
diutamakan terhadap upaya pencegahan dan pengendalian hama ataupun penyakit secara
terpadu. Penggunaan bibit sehat dan varietas yang tahan (resisten), sanitasi kebun,
penggunaan pestisida secara selektif berdasarkan hasil pemantauan, dan juga penerapan
pengendalian non-kimiawi lainnya seperti pengendalian secara fisik-mekanik, genetik dan
lain-lain.
Dan pada (tabel 2) dari jumlah total daun yang terdapat pada tanaman yang sakit
sebesar 6913 daun didapatkan 1304 daun yang terjangkit virus. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa pada satu tanaman yang sudah terinfeksi oleh virus memiliki sifat yang cepat
menyebar ke seluruh bagian tanaman tersebut.
MJ.
2013.
Plant
Virus
Ecology.
PLoS
Pathog
9(5):
e1003304.
doi:10.1371/journal.ppat.1003304.
Rukmana, Rahmat, 1994. Bertanam Terung. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
LAMPIRAN PERHITUNGAN DS
No
32
3,12%
13
51
25,49%
25
8%
17
25
68%
10
41
24,39%
30
16,66%
30
13,33%
30
13,33%
22
25
88%
10
35
22,85%
11
52
1,92%
12
25
30
83,33%
13
24
25%
14
25
4%
15
40
17,50%
16
17
24
70,83%
17
30
30,00%
18
30
6,66%
19
12
52
23,07%
20
50
8%
21
11
52
21,15%
22
12
30
40%
23
12
67
17,91%
24
12
61
19,67%
25
15
67
22,38%
26
15
78
19,23%
27
59
13,55%
28
11
56
19,64%
29
14
60
23,33%
30
18
50
36%
31
14
56
25%
32
42
14,28%
33
48
8,33%
34
12
44
27,27%
35
49
12,24%
36
45
11,11%
37
20
45
44,44%
38
47
10,63%
39
46
8,69%
40
45
11,11%
41
10
42
23,80%
42
47
10,63%
43
43
16,27%
44
42
14,28%
45
48
12,50%
46
45
13,33%
47
46
10,86%
48
52
9,61%
49
49
12,24%
50
48
10,41%
51
32
9,37%
52
42
7,14%
52
16
44
36,36%
54
51
5,88%
55
14
41
34,14%
56
45
17,77%
57
36
13,88%
58
28
48
58,33%
59
40
12,50%
60
30
26,66%
61
11
35
31,42%
62
45
2,22%
63
30
16,66%
64
45
20%
65
40
12,50%
66
40
12,50%
67
50
8,00%
40
5%
69
37
13,51%
70
45
20%
71
10
35
28,57%
72
45
15,55%
73
40
20%
74
10
40
25%
75
30
13,33%
76
12
35
34,28%
77
15
40
37,50%
78
10
40
25%
79
12
8
50
50
24%
80
81
10
48
20,83%
82
12
50
24%
83
25
37
67,50%
84
30
50
60%
85
44
13,63%
86
15
47
31,91%
87
34
2,94%
88
34
2,94%
89
32
6,25%
90
56
16,07%
91
19
45
92
26
44
42,22%
59,09%
93
39
7,69%
94
51
17,64%
95
52
5,76%
96
42
16,66%
97
12
39
30,76%
98
35
25,71%
99
11
42
26,19%
100
13
45
28,88%
101
56
7,14%
102
38
23,68%
103
40
17,50%
104
12
52
24%
105
38
15,78%
106
26
27%
107
10
56
17,85%
108
37
8,10%
109
18
34
52,94%
110
36
8,33%
111
39
12,82%
112
50
16%
113
38
21,05%
114
60
8,33%
115
32
9,37%
116
58
6,89%
117
31
6,45%
118
16
30
53,33%
119
32
12,50%
16%
120
37
13,51%
121
44
6,81%
122
38
18,42%
123
32
15,62%
124
43
11,62%
125
47
6,38%
126
12
46
26,08%
127
44
6,81%
128
38
18,42%
129
42
19,04%
130
46
6,52%
131
10
38
26,31%
132
43
9,30%
133
36
22,22%
134
10
43
23,25%
135
13
56
23,30%
136
10
45
22,20%
137
79
3,70%
138
14
62
22,50%
139
30
76
39,40%
140
51
5,80%
141
39
10,20%
142
46
10,80%
143
59
3,30%
144
11
54
20,30%
145
13
56
23,20%
146
32
12,50%
147
47
6,30%
148
42
9,50%
149
40
5%
150
50
6%
151
45
2,22%
152
48
10,41%
153
50
12%
154
51
9,80%
155
68
10,29%
156
35
22,85%
157
57
14,03%
158
48
10,41%
TOTAL
1304
6913
18,86%
LAMPIRAN PERHITUNGAN DI
1. Plot 1 (mbak fiky)
Total Pohon
Pohon terinfeksi
DI
2. Plot 2 (sisil)
Total pohon
Pohon terinfeksi
DI
3. Plot 3 (laela)
Total pohon
Pohon terinfeksi
DI
4. Plot 4 (dini)
Total pohon
Pohon terinfeksi
DI
5. Plot 5 (nia)
Jumlah pohon
Pohon ternfeksi
DI
6. Plot 6 (Wulan)
Jumlah pohon
Pohon terinfeksi
DI
7. Plot 7 (mas adit)
Jumlah pohon
Pohon terinfeksi
DI : 27/113 x 100% = 23,89%
8. Plot 7 (mas ridho)
Jumlah pohon
Pohon terinfeksi
DI
9. Plot 7 (mbak catharina)
Jumlah pohon
Pohon terinfeksi
DI
: 49 pohon terong
: 21 pohon terong
: 21/49 x 100% = 42,85 %
: 121 pohon terong
: 14 pohon terong
: 14/121 x 100% = 11,57%
: 163 pohon terong
: 33 pohon terong
: 33/163 x 100% = 20,24%
: 187 pohon terong
: 18 pohon terong
: 18/187 x 100% = 9,62%
: 204 pohon terong
: 16 pohon terong
: 16/204 x 100% = 7,84%
: 169 pohon terong
: 9 pohon terong
: 9/169 x 100% = 5,32%
: 113 pohon terong
: 27 pohon terong
: 66 pohon terong
: 10 pohon terong
: 10/66 x 100% : 6,6%
LAMPIRAN FOTO
Tanaman Terong (Solanum melongena )