Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................3
BAB I......................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................4
Skenario.............................................................................................4
Indentifikasi masalah..........................................................................5
BAB II.....................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6
Abses Periapikal Akut......................................................................6
a. Definisi.............................................................................................6
b. Etiologi.............................................................................................7
c. Gambaran Klinis..............................................................................7
d. Diagnosis.........................................................................................7
e. Gambaran Histopatologis................................................................7
f.
Gambaran Radiologi........................................................................8
g. Penatalaksanaan.............................................................................8
Abses Periapikal Kronis..................................................................9
a. Definisi.............................................................................................9
b. Etiologi.............................................................................................9
c. Gambaran Klinis..............................................................................9
d. Diagnosis.......................................................................................10
e. Gambaran Histologis.....................................................................10
1
f.
Gambaran Radiologi......................................................................10
g. Penatalaksanaan...........................................................................11
Penyebaran abses periapikal...........................................................12
Diagnosis banding............................................................................14
BAB III..................................................................................................16
KESIMPULAN.....................................................................................16
BAB IV...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................17
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 7 LBM 1
ABSES PERIAPIKAL
Telah Disetujui oleh :
Tutor
Tanggal
15 Desember 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak rangkaian penyakit yang timbul akibat karies gigi yang tidak segera dirawat.
Karies yang tidak segera dirawat dapat meluas menjadi karies dentin dan infeksi bakteri
dari gigi karies dapat meluas ke pulpa sehingga menyebabkan pulpa nekrosis. Apabila
nekrosis pulpa tidak segera mendapat perawatan, dapat menimbulkan abses periapikal.
Biasanya pada abses periapikal ditemukan gigi yang sudah tidak vital atau gigi yang sudah
mati. Hal itu yang menyebabkan abses periapikal berbeda dengan abses periodontal.
Karena pada abses periodontal, gigi yang terlibat abses biasanya masih vital. Vital/tidak
nya sebuah gigi dapat dibuktikan dengan melakukan tes intra oral
apabila diperoleh hasil + berarti gigi masih vital, sedngkan apabila tes vitalitas diperoleh
hasil berarti gigi sudah non vital / sudah mati. Pada abses periodontal gigi masih vital
karena abses periodontal tidak melibatkan gigi melainkan melibatkan jaringan periodontal
disekitarnya.
Abses periapikal adalah sebuah pembengkakan pada daerah periapikal gigi yang
disebabkan karena adanya inflamasi dan ditndai dengan adanya pus . Abses periapikal
tidak bisa dianggap sebelah mata karena apabila dalam keadaan kronis, dapat
menyebabkan infeksi yang parah sehingga menyebabkan granuloma dan kista. Abses
periapikal yang tidak segera mendapat penanganan lama-lama dapat menjadi granuloma
dan capsulnya , jika granuloma tidak mendapatkan penanganan, capsul granuloma dapat
berubah menjadi capsul kista.
Skenario
Seorang wanita 30 tahun datang dengan keluhan merasa risih dengan gigi depanya
yang berlubang dan berwarna hitam sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keluhan ini
disertai dengan adanya benjolan pada gusi yang sering mengeluarkan cairan asin di
sekitar gigi yang berlubang. Dua bulan lalu, benjolan tersebut sempat besar dan terasa
sakit, namun sembuh dengan sendirinya. Saat gigi tersebut tidak sakit lagi.
Pada gigi 22 terdapat kavitas di sisi distoproksimal dengan kedalaman dentin,
sedangkan pada gigi 23 terdapat kavitas pada regio servical dengan kedalaman telah
4
mencapai kamar pulpa. Hasil pemeriksaan pada gigi 23 CE (-), perkusi (-), Palpasi (-) dan
mobilitas (-).Dari pemeriksaan objektif tampak adanya fistula pada ginggiva di regio apikal
antara gigi 22 dan 23. Pada radiograf periapikal tampakadanya gambaran radiolusen difus
dengan diameter sekitar 3mm, pada apikal gigi 23.
Pasien menginginkan giginya dirawat dan dikembalikan seperti bentuk dan warna
semula.
Indentifikasi masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABSES PERIAPIKAL
Abses periapikal adalah sebuah pembengkakan pada daerah periapikal gigi yang
disebabkan karena adanya inflamasi dan ditndai dengan adanya pus. Inflamasi yang terjadi
pada abses periapikal disebabkan oleh respon sistem pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme (khususnya bakteri) yang biasanya berasal dari karies gigi yang kemudian
menyebabkan pulpa yang nekrosis. Pus terdiri dari jaringan yang telah nekrosis, limfosit dan
makrofag yang mati, bakteri patogen dan racun yang dihasilkan oleh organisme dan sel
darah. Abses periapikal ditandai dengan gigi yang non vital.
Kebanyakan abses periapikal didahului oleh karies gigi yang kemudian apabila tidak
mendapatkan penanganan segera dapat menyebabkan nekrosis gigi. Terkadang nampak
gigi yang berwarna hitam jika mengalami nekrosis gigi, hal ini disebabkan oleh karies sudah
sampai ke dalam dan merusak kamaar pulpa (di dalam kamar pulpa terdapat pembuluh
darah kapiler) sehingga pembuluh darah kapilernya rusak dan terjadi hemolisis sel darah
merah kemudian produk degradasi darah seperti haemosiderin,haemin,hoematin dan
haemotidin melepas sel besi (Fe), fe kemudian bersenyawa dengan Hidrogen Sulfida yang
dihasilkan bakteri membentuk Black Ferric Sulphide yang berwarna hitam dan berprenetasi
ke dalam tubulus dentin lalu bakteri terperangkap dalam tanduk pulpa sehingga memberikan
warna abu sampai hitam pada gigi yang nekrotik.
Abses periapikal dibagi menjadi 2, yaitu : abses periapikal akut dan abses periapikal
kronis.
b. Etiologi
6
infeksi
meluas
menuju
jaringan
pulpa
sehingga
menyebabkan
c. Gambaran Klinis
Abses apikalis akut ditandai dengan nyeri pada daerah gigi non vital yang
mengalami abses, adanya pembentukan nanah, dan pembengkakan. Lokasi
pembengkakan tergantung lokasi apeks gigi yang tekena. Gigi yang terlibat abses
periapikal akut biasanya sedikit ekstruksi dari soketnya, karena eksudat dan
neutrofil pada abses menekan daerah disekitar gigi. Abses apikialis akut juga
terkadang disertai dengan manifestasi sistemik seperti meningkatnya suhu tubuh,
dan malaise.
d. Diagnosis
Tes perkusi abses apikalis akut akan mengahasilkan respon yang sangat
sensitif, tes palpasi akan merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak
memberikan respon.Pada tes vitalitas tidak memberikan respon karena keadaan
gigi sudah mati/non vital sehingga syaraf-syaraf yang terdapat di gigi pun mati.
e. Gambaran Histopatologis
Di dalam abses periapikal akut terdapat pus yang terdiri dari leukosit
polimorfonuklear yang di dominase oleh neutrofil,eksudat protein dan jaringan
f.
yang nekrosis.
Terdapat sedikit sel plasma dam limfosit
Pus dikelilingi oleh sel inflamasi leuksit Pmn , sedikit plasma sel dan limfosit.
Terjadi dilatasi pembuluh darah sekitar
Terdapat neutrofil di ligamen periodontal yang berdeatan dengan jaringan/cairan
nekrotik
Pada sumsum tulang ditemukan neutrofil dan sel inflamasi
Gambaran Radiologi
Gambaran radiologi nampak apabila sudah terjadi resorbsi tulang, biasanya
pada abses periapikal akut belum terjadi resorbsi tulang. Resorbsi tulang terjadi
7
sekitar 2-3 minggu. Namun apabila sudah terjadi resorbsi tulang, maka akan
nampak gambaran radiolusen kecil yang difus dengan batas tidak jelas.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase.
Insisi dan drainase adalah perawatan yang terbaik pada abses Penatalaksanaan
abses apabila belum terjadi drainase spontan/adanya fistula (pada abses periapikal
kronis), maka dilakukan insisi dan drainase pada puncak fluktuasi dan drainase
dipertahankan dengan pemasangan drain (drain karet atau kasa), pemberian
antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi dan analgesik sebagai penghilang
sakit. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi
karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga
mungkin terjadi osteomyelitis . Menurut Peterson (2003), tahapan prosedur insisi
pada penatalaksanaan abses adalh sebagai berikut :
Apabila lesi abses masih kecil boleh dilakukan pengeluaran pus dengan cara:
Lakukan insisi abses pada daerah yang jauh dari neurovaskuler. Insisi dilakukan
pada bagian inferior abses agar cairan mengalir sesuai dengan gravitasi bumi.
Masukan klem ke dalam abses (melalui daerah yang telah di insisi) dengan
bersisa.
Setelah pus sudah berhasil di keluarkan, masukan tampon pada bekas insisi.
Lalu jahit jaringan yang telah dilakukan insisi.
Apabila lesi abses ukuranya sudah agak besar, pengeluaran pus dapat dilakukan
dengan drainase. Drainase dilakukan dengan cara :
Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan
dengan anestesi infiltrasi.
Untuk
mencegah
penyebaran
mikroba
ke
jaringan
sekitarnya
maka
direncanakan insisi :
a.
b. Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada
titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus
sesuai gravitasi.
c. Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik,
jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
8
d. Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat
fluktuasi positif.
Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak
terlepas.
(1 sendok
b. Etiologi
Abses apikalis kronis disebabkan oleh nekrosis pulpa yang meluas ke
jaringan periapikal, dapat juga disebabkan oleh abses periapikal akut yang
sebelumnya terjadi.
c. Gambaran Klinis
Abses apikalis kronis berkembang dan membesar tanpa gejala yang
subjektif, hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiografis atau dengan
adanya fistula didaerah sekitar gigi yang terkena. Fistula merupakan ciri khas dari
abses apikalis kronis. Fistula merupakan saluran abnormal yang terbentuk akibat
drainasi abses.Fistula sendiri terbentuk dari desakan akumulasi pus yang sudah
kronis , kemudian pus berusaha mencari jalan keluar dengan cara meresorbsi
tulang alveolar kemudian menuju ke permukaan mukosa dengan mencari bagian
9
yang paling tipis dan terbentuklah fistula. Selain ditemukan fistula, biasanya gigi
yang terlibat abses sudah non vital.
d. Diagnosis
Abses apikalis kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak memberikan respon
non-sensitif, Sedangakn tes vitalitas tidak memberikan respon.
e. Gambaran Histologis
Terdpat limfosit, plasma sel dan limfosit polimorfonuklear dalam jumlah tertentu
Terkadang terdapat sel makrofag
Ditengan abses terdapat kumpulan jaringan fibroblas dan sedikit kapiler darah
yang baru
Di bagian luarnya terdapat kapsul dari jaringan fibroblas yang sudah mulai
terbentuk. Apabia capsul abses periapikal kronis tidak segera mendapatkan
penanganan, kemungkinan dapat berkembang menjadi capsul kista.
f.
Gambaran Radiologi
Terdapat daerah radiolusen yang berangsur menyatu di sekeliling tulang
tanpa adanya batas yang jelas. Biasanya didapatkan gambar bahwa lamina dura
sudah terputus/ hilang. Terputus / hilangnya amina dura dikarenakan adanya
inflamasi kronis yang terdapat pada daerah periapikal akar, karena adanya
inflamasi, maka diaerah tersebut banyak mediator mediator inflamasi seperti
prostaglandin dan interleukin , adanya mediator inflmasi tersebut selain memenuhi
fungsinya untuk infalamasi, mereka juga mengaktifkan kerja osteoclas untuk
meresorbsi tulang. Lamina dua adalah termasuk tulang alveolar yang melingkupi
gigi, lamina dura juga bagian tulang alveolar yang paling dekat dengan daerah
periapikal gigi. Saat terjadi inflamasi di daerah periapikal tersebut, banyak
osteoclas yang aktif kemuadian meresorbsi lamina dura. Sehingga, pada abses
periapikal kronis biasanya nampak kerusakan . putusnya. Hilangnya lamina dura.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksaan tehadap abses periapikal kronis ada dua yaitu dengan
mempertahankan giginya atau mencabut giginya. Mempertahankan gigi dilakukan
dengan melakukan pengisian saluran akar, namun hal ini dilakukan apabila
mahkota masih bisa dipetahankan. Mencabut gigi dilakukan jika memang keadaan
gigi sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dan memang sudah tidak bisa dilakukan
perawatan endodoktuk. Dalam mencabut gigi, ada beberapa hal yang harus
10
diperhatikan seperti : posisi gigi, fungsi gigi, nilai estetik gigi, dan kondisi patologi
yang terjadi dari jaringan yang telah terinfeksi.
Pengisian saluran akar dilakukan dengan cara merupakan perawatan
biomekanis dan kimiawi dengan tujuan menghilangkan penyakit pulpa, penyakit
periapeks dan mempercepat penyembuhan serta perbaikan penyakit jaringan
tersebut. Perawata saluran akar dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1.
2.
3.
irian dalam hal ini adalah bakteri maka abses akan mengecil dan lama-kelamaan
akan menghilang / sembuh. Dalam penyembuahan suatu jaringan ada yang
bersifat regenerasi dan reparasi. Regenerasi adalah hasil proses penyembuhan
jaringan dimana jaringan dapat kembali sempurna seperti sebelum terpapar oleh
iritan. Sedangkan Reparasi adalah hasil proses penyembuhan jaringan dimana
jaringan tidak dapat kembali sempurna seperti semula. Proses penyembuhan
yang terjadi dalam abses periapikal adalah reparasi.
Proses penyembuhan nya sendiri dapat dimulai apabila produk iritan sudah
hilang. Penyembuhan yang pertama terjadi adalah pada pusat lesi dalam hal ini
adalah tulang alveolar. Kemudian berlanjut ke arah gigi dan ke arah tulang. Ke
arah gigi bertujuan untuk memperbaiki struktur gigi yang rusak, dan perbaikan ke
arah tulang bertujuan untuk menyempurnakan bagian tulang alveolar yang
teresorbsi, walaupun hasilnya tidak sempurna.
Hilangnya iritas pada daerah yang terinfeksi
Gen mengeluarkan sebuah marker
Osteoid
Osteoblas
11
Sementoid
Osteoid
Sementum gigi
Osteosid
Osteoblas
Perbaikan tulang lagi
perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter
(rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan
pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari
perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.
c. Abses Submandibular (Submandibular Abscess)
Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior (dibawah) perlekatan
otot Mylohyoid dan masih diatas (superior) otot Platysma.
d. Abses Perimandibular
Kondisi ini unik dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya
tepian body of Mandible, karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga
terasa pembesaran di region tepi mandibula.
e. Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)
Sesuai namanya, abses ini terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan).
Ditandai dengan terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat
mengkilap di regio yang mengalami pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari
seluruh perjalanan abses. Biasanya jika dibiarkan, akan terdrainase spontan, namun
disarankan untuk melakukan insisi untuk drainase sebagai perawatan definitifnya.
f.
Sinusitis Maksilaris
Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim,
karena letak akar palatal gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus
maksilaris, maka jika terjadi infeksi pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak
tertangani dari awal, maka penjalran infeksi dimungkinkan akan berlanjut ke rongga
sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.
Diagnosis banding
1. Abses Periodontal
Abses berkembang dan infeksi periodontal yang disebabkan oleh bakteri pyogen. Pus
yang terbentuk di dalam soket akan dikeluarkan melalui saku periodontal. Tapi pada suatu
saat gusi pada permukaan saku menutup sehingga pus yang berada di dalam saku gusi
tidak dapat keluar menimbulkan suatu abses periodontal dengan gejalagejala klinis gigi
sakit pada sentuhan, gigi terasa memanjang, gigi goyang, pembengkakan pada gusi sekitar
gigi tersebut, eritema, pembengkakan kelenjar limf regional yang sakit pada perabaan.
Perawatan terdiri dari insisi untuk pembuatan drenase. Aplikasi arteri klem untuk
membesarkan lubang drenase harus mencapai dasar poket. Tindakan ini dikerjakan setelah
pasien dilindungi dengan antibiotika dulu sebelumnya untuk mencegah penyebaran infeksi
ke tulang alveolar dan penyebaran infeksi menjadi septikemi. Kalau fase akut telah reda,
13
apabila gigi masih dapat dipertahankan, karena kerusakan tulang hanya pada satu dinding
alveolar, dilakukan kuretase dan perawatan periodonsium lanjutan. Namun apabila tulang
alveolar sudah rusak lebih dari satu dinding maka pilihan utama ialah pencabutan gigi.
2. Abses Granuloma
Lesi yang berbentuk bulat dg perkembangan yang lambat yang berada dekat dengan
apex dari akar gigi. Biasanya merupakan komplikasi pulpitis.
14
PETA KONSEP
Terdapat Karies yang dalam
disertai dengan benjolan pada
gusi dan keluar cairan asin dari
benjolan
Pemeriksa
n
Intra Oral
Ekstra Oral
Palpasi jika
terdapat
pembengkakan
Abses Periapikal
Akut
Kronis
15
BAB III
KESIMPULAN
Penyebab utama dari abses periapikal adalah inflamasi pada jaringan periapikal
karena adanya jaringan pulpa yang nekrosis. Jaringan pulpa yang nekrosis dapat
disebabkan oleh karena trauma dan juga karies gigi yang kronis.
Bakteri yang terdapat dalam karies yang sudah kronis dapat menginvasi daerah
dentin dan kemudian ke daerah tubulus pulpa sehingga bakteri dapat masuk kedalam
kamar pulpa dan menginfeksi pulpa. Tubuh merespon infeksi bakteri pada pulpa dengan
mengeluarkan agen-agen inflamasi seperti makrofag, limfosit , limfosit polimorfonulear
untuk mematikan bakteri. Makrofag dan limfosit mempunyai masa hidup sendiri, sehingga
kumpulan dari jaringan yang nekrosis, limfosit dan makrofag yang mati dan bakteri
membentuk suatu cairan infeksi / pus. Pus tersebut kemudian terakumulasi menuju
jaringan periapikal melalui foramen apikal. Akumulasi pus pada jaringan periapikal
menyebabkan penampakan klinis berupa benjolan/abses pada daera h periapikal yang
kemudian disebut abses periapikal. Apabila sudah kronis , abses periapikal akan
membentuk saluran abnormal untuk pengeluaran pus yang kemudian disebut fistula.
Oleh karena itu gambaran klinis dari abses periapikal kronis adalah terbentuknya fistula
tersebut.
Dari gambaran klinisnya, perbedaan abses peripikal akut dengan abses periapikal
kronis adalah, apabila pada abses periapikal akut biasaya diikuti dengan rasa sakit dan
belum terbentuk fistula, sedangkan pada abses periapikal kronis biasanya asimptomatik
tidak terdapat rasa sakit dan sudah terbentuk fistula. Gambaran histopatologinya
menunjukan apabila pada abses periapikal akut dominan disusun oleh limfosit
polimorfonuklear, apabila pada abses periapikal kronis didominasi oleh limfosit dan
plasma sel. Dilihat dari gambaran radiologinya antara abses periapikal akut dan kronis
hampir sama karena didapatkan gambaran radiolusen yang difus dengan batas yang
tidak jelas.
Penatalaksanaan untuk abses periapikal akut dapat dilakukan drainase, sedangkan
untuk abses periapikal kronis dapat dilakukan mempertahankan gigi dengan melakukan
pengisian saluran akar apabila keadaan gigi sudah tidak bisa dipertahankan dapat
dilakukan
pecabutan
diikuti
dengan
curetase
pada
daerah
periapikal
untuk
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Jordan ,Regezi, Sciuba. 2003. Oral Pathology Clinical Pathologic Corelation. Edisi 4.USA
Allen,Bouquot,Damm,Neville.2002.Oral and Maxillofacial Pathology.Edisi 2. USA
Arif Audi Muhamat(2013).Skripsi Identifikasi Bakteri Anaerob pada Saluran Akar Gigi
dengan Periodontitis Apikal Kronis.From
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7730/IDENTIFIKASI%20BAKTERI
%20ANAEROB%20PADA%20SALURAN%20AKAR%20GIGI%20DENGAN
%20PERIODONTITIS%20APIKALIS%20KRONIS.pdf?sequence=1
17