Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanandarah. Tekanan darah
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah
hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan
kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan
oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah.1
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Disamping etiologi terdapat faktor risiko hipertensi yang dibedakan dalam 2 kelompok,
yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga. Adapun hal yang dapat dimodifikasi antara lain riwayat pola makan (konsumsi garam
berlebihan), konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok, obesitas,
dislipidemia, diabetes mellitus, psikososial, dan stres.2,3,4
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik.
Akan tetapi tidak semua hipertensi menujukkan gejala bahkan ada yang tanpa gejala. Adapun
gejala hipertensi antara lain sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Sedangkan gejala tidak spesifik antara lain tidak
nyaman kepala, mudah lelah, dan impotensi. Diagnosis tidak boleh ditegakkan hanya dalam
2
sekali pemeriksaan terutama pada kasus baru dan tanpa faktor risiko. Pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya dua pengukuran ulang dalam waktu satu sampai dua minggu
tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut. Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari
pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD 90 mmHg dan atau TDS
140 mmHg.2,3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Sevent Joint National Committee on
Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)3
Klasifikasi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II
TD Sistolik (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160
TD Diastolik (mmHg)
< 80
80 89
90 99
> 100
Rekomendasi
Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 22,9 kg/m2)
Diet tinggi serat dan rendah lemak
2-8 mmHg
4-9 mmHg
2-4 mmHg
Pemberian obat anti hipertensi dilakukan jika dalam waktu 2 minggu atau 1 bulan pasca
modifikasi gaya hidup target tekanan darah belum tercapai yang dilakukan dengan cara
pemberian monoterapi pada kasus hipertensi derajat I dan kombinasi 2 obat hipertensi pada
hipertensi derajat II serta sesuai indikasi pada pasien dengan indikasi khusus. Jenis-jenis obat anti
hipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 antara lain sebagai
berikut2,3
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Alelosterone Antagonist (Aldo Ant)
b. Beta Blocker (BB)
4
Adapun kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien antara lain
sebagai berikut3
a. Diuretika dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. ARB dan BB
Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu2,3
Indikasi yang Memaksa
Gagal Jantung
Pasca Infrak Miokard
Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner
Diabetes
Penyakit Ginjal Kronis
Pencegahan stroke berulang
Dengan adanya klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak Desember 2013 maka
terdapat panduan baru pada manajemen hipertensi meliputi ambang pengobatan farmakologis,
target terapi, dan pemilihan obat anti hipertensi sesuai algoritma sebagai berikut
5
Dalam JNC 8 beta blocker tidak lagi digunakan dan direkomendasikan 4 kelas obat
tertentu berdasarkan penelaahan bukti untuk subkelompok ras, gagal ginjal kronis, dan diabetes
dimana panelis membuat tabel obat dan dosis yang digunakan berdasarkan hasil uji coba.
Berdasarkan rekomendasi di atas baik JNC 7 maupun JNC 8 tidak dikenal penggunaan reserpine
sebagai obat anti hipertensi sehingga reserpine sebaiknya tidak lagi digunakan dalam tata laksana
hipertensi.2,3,4
Pada kasus krisis hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg perlu
dibedakan antara hipertensi urgency (tanpa kerusakan organ tubuh) dan hipertensi emergency
(dengan kerusakan organ tubuh). Hipertensi urgency dapat diobati secara rawat jalan dengan
terapi anti hipertensi oral, dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah secara perlahan dalam 24
- 48 jam. Obat yang dianjurkan adalah captopril 50 mg sublingual atau oral. Pemberian
nifedipine sublingual atau oral tidak lagi direkomendasikan untuk hipertensi urgency karena
dapat menyebabkan hipotensi berat dan iskemia organ.
Hipertensi emergency memerlukan penanganan cepat, termasuk perawatan ICU.
Pemeriksaan tekanan darah harus diperiksa di kedua lengan menggunakan teknik pemeriksaan
yang benar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan mencari adanya kerusakan organ target,
sedangkan pemeriksaan laboratorium harus mencakup kimia klinik, urinalisis, darah lengkap,
dan toksikologi. Terapi dengan obat anti hipertensi secara intravena sangat disarankan dalam
kondisi ini. Pemilihan obat harus didasarkan karakteristik obat yang spesifik (efek samping).
Penurunan tekanan darah harus terkontrol untuk menghindari hipoperfusi organ dan iskemia atau
infark. Obat-obatan yang biasa dipakai adalah labetalol, esmolol, nitrogliceryn, sodium
nitroprusside, clevidipine, trimetaphan, dan pentholamine
BAB II
ILUSTRASI KASUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: Tn. H.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: PNS
Agama
: Islam
Alamat
DATA DASAR
Keluhan Utama
Nyeri kepala bagian belakang 4 hari
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS dan menjabat sebagai kepala seksi di tempat kerjanya. Pasien sering
bekerja lembur terutama menjelang akhir bulan akibat tuntutan pekerjaan yang membuatnya
kelelahan dan merasa stres.
pernah
mengkonsumsi alkohol serta hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat di lingkungan
kerja dan tempat tinggal sangat baik.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang
Kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 80 kg
IMT
: 27,68 kg/ m2
Jantung
Auskultasi
Lain-lain
RINGKASAN
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.
DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I
PENGKAJIAN
Hipertensi derajat II
Pasien didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan gejala klinis berupa nyeri kepala, gelisah,
diplopia, dan leher kaku. Riwayat penyakit terdahulu menunjukkan bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi tak terkontrol sejak + 3 tahun dan riwayat penyakit keluaraga menunjukkan
ada anggota keluarga pasien yang memilki riwayat hipertensi. Pasien juga memiliki faktor risiko
hipertensi lain seperti stres, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, dan diet tinggi lemak.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dimana berdasarkan
klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 termasuk ke dalam hipertensi derajat II.
Obesitas derajat I
Diagnosis obesitas derajat I didasarkan pada penghitungan IMT = 27,68 yang menurut klasifikasi
WHO tergolong ke dalam obesitas derajat I ditunjang dengan gaya hidup yang jarang
berolahraga dan diet tinggi lemak
10
RENCANA TATALAKSANA
Rencana tata laksana terdiri dari pemberian kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi
gaya hidup. Obat anti hipertensi yang diberikan adalah amlodipine 1 X 10 mg (penghambat
kanal kalsium) dan captopril 2 x 12,5 mg (penghambat ACE). Modifikikasi gaya hidup terdiri
dari aktivitas fisik aerobik dan diet rendah garam serta diet rendah lemak. Aktivitas fisik yang
disarankan terdiri dari salah satu antara jogging, bersepeda, atau berenang selama 20-30 menit
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu. Diet rendah garam yang dimaksudkan adalah pembatasan
konsumsi garam kurang dari 6,5 gram atau kurang dari 1 sendok teh garam per hari, sedangkan
diet rendah lemak yang dimaksud adalah mengkonsumsi makanan dengan jumlah lemak total
dan lemak jenuh rendah. Target tata laksana adalah sampai dengan tekanan darah kurang dari
140/ 90 mm Hg.
FOLLOW UP
Follow Up I ( 3 hari )
S:
Tidak ada keluhan
O:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis-apatis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20x/ menit, regular
Suhu : afebris
BB : 80 kg: TB : 170 cm IMT : 27,68 kg/m2
Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
A:
- Hipertensi derajat II belum terkontrol
- Obesitas derajat I
P:
Diagnostik
- Cek tekanan darah 4 hari kemudian
- Cek total kolesterol hasil 198 mg/ dL
Terapeutik
- Amlodipine 1 X 10 mg
- Captopril 2 X 12,5 mg
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali
seminggu
- Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9 atau
BB = 63 kg
Follow Up II ( 7 hari )
S:
Tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20x/ menit, regular
Suhu : afebris
BB : 79 kg: TB : 170 cm IMT : 27,33 kg/m2
Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
A : - Hipertensi derajat II terkontrol
- Obesitas derajat I
P:
Diagnostik
- Cek tekanan darah maksimal setiap 2 minggu dan minimal
setiap 1 bulan
- Cek tanda-tanda komplikasi hipertensi minimal setiap 1
tahun
Terapeutik
- Amlodipine 1 X 10 mg
- Captopril 2 X 12,5 mg
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali
seminggu
- Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9
atau BB = 63 kg
KESAN UMUM
Ringkasan
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
11
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.
Diagnosis
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I
Tatalaksana
-
Amlodipine 1 X 10 mg
Captopril 2 X 12,5 mg
Prognosis
-
12
BAB III
PENUTUP
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 44 tahun dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Pasien
didiagnosis mengalami hipertensi derajat II dan obesitas derajat I. Pada pasien dilakukan terapi
kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg. Prognosis ad vitam adalah bonam, sedangkan prognosis ad sanatoinam dan
fungtionam adalah dubia ad bonam.
13
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., John E. Hall, alih bahasa: Irawati dkk., editor bahasa Indonesia: Luqman
Yanuar Rachman, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11, Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2013, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer ed 1, Jakarta: Kemenkes RI 236-243.
JNC 7, 2003, The Seventh Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014
JNC 8, 2013, The Eighth Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014
14