You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanandarah. Tekanan darah
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah
hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan
kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan
oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah.1
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yang terdiri


dari :2
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat sekitar 90% - 95%
kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor
genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa
sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler
(terhadap vasokonstriksi) dan resistensi insulin.

b. Hipertensi sekunder atau Renal


Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain (terdapat
sekitar 5% - 10% kasus) penyebabnya antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi
renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan, dan lain-lain.
Gambar 2. Autoregulasi Tekanan Darah

Disamping etiologi terdapat faktor risiko hipertensi yang dibedakan dalam 2 kelompok,
yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga. Adapun hal yang dapat dimodifikasi antara lain riwayat pola makan (konsumsi garam
berlebihan), konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok, obesitas,
dislipidemia, diabetes mellitus, psikososial, dan stres.2,3,4
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik.
Akan tetapi tidak semua hipertensi menujukkan gejala bahkan ada yang tanpa gejala. Adapun
gejala hipertensi antara lain sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Sedangkan gejala tidak spesifik antara lain tidak
nyaman kepala, mudah lelah, dan impotensi. Diagnosis tidak boleh ditegakkan hanya dalam
2

sekali pemeriksaan terutama pada kasus baru dan tanpa faktor risiko. Pengukuran pertama harus
dikonfirmasi pada sedikitnya dua pengukuran ulang dalam waktu satu sampai dua minggu
tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut. Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari
pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD 90 mmHg dan atau TDS
140 mmHg.2,3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Sevent Joint National Committee on
Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)3
Klasifikasi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II

TD Sistolik (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160

TD Diastolik (mmHg)
< 80
80 89
90 99
> 100

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan


mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Target terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg atau tekanan
sistolik dibawah 130 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 80mmHg pada individu dengan
risiko tinggi serta mengontrol faktor risiko melalui modifikasi gaya hidup dan obat anti
hipertensi jika modifikasi gaya hidup kurang berhasil. Modifikasi gaya hidup cukup efektif dan
dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan biaya relatif murah. Tata laksana ini
tetap dianjurkan meski disertai obat anti hipertensi karena dapat menentukan jumlah dan dosis
obat untuk mencapai target secara optimal.2,3
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup dalam Tata Laksana Hipertensi2
Modifikasi
Penurunan berat badan
Dietary Approach to
Stop
Hypertension
(DASH)
Pembatasan
intake
natrium

Rekomendasi
Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 22,9 kg/m2)
Diet tinggi serat dan rendah lemak

Kurangi hingga < 100 mmol per hari ( 2,0 g


natrium atau 6,5 g natrium klorida atau 1 sendok
teh garam per hari )
Aktivitas fisik aerobik Aktivitas fisik aerobik yang teratur selama 20-30
menit dengan frekuensi 2-3 kali seminggu
Pembatasan konsumsi Konsumsi alkohol maksimal 30 ml bagi laki laki
alkohol
dan maksimal 20 ml bagi perempuan atau orang
yang lebih kurus.
Pembatasan merokok

Rerata Penurunan TDS


5-20 mmHg/ 10 kg
8-14 mmHg

2-8 mmHg

4-9 mmHg
2-4 mmHg

Gambar 3. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 73

Pemberian obat anti hipertensi dilakukan jika dalam waktu 2 minggu atau 1 bulan pasca
modifikasi gaya hidup target tekanan darah belum tercapai yang dilakukan dengan cara
pemberian monoterapi pada kasus hipertensi derajat I dan kombinasi 2 obat hipertensi pada
hipertensi derajat II serta sesuai indikasi pada pasien dengan indikasi khusus. Jenis-jenis obat anti
hipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 antara lain sebagai
berikut2,3
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Alelosterone Antagonist (Aldo Ant)
b. Beta Blocker (BB)
4

c. Calcium Channel Blocker (CCB)


d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi yang Dianjurkan JNC 73
Diuretik
Beta Blocker
Calcium Channel Blocker
Thiazid
Propanolol 10 mg 2 X I
Verapamil 40, 80 mg 2 X I
- Hidroklortiazid 12,5mg 1 X I
Atenolol 50 mg 2 X I
Amlodipin 5, 10 mg 1 X I
Loop diuretik
Bisoprolol 5 mg 1-2 X -1
Diltiazem 60 mg 2-3 X I
- Furosemid 40mg 2 X I
Nifedipin 5, 10 mg 1-3 X I
Diuretik hemat kalium
- Amilorid 5 mg 1 X I
Antagonis aldosteron
- Spironolakton 100mg 1 X I
ACE Inhibitor
Angiotensin II Receptor Blocker
Kaptopril 12,5; 25mg 2 X I
Losartan 50 mg 1 X I
Lisinopril 5; 10mg 2 X I
Valsartan 80 mg 1 X I
Perindopril 4mg 2 X I
Candesartan 8 mg 1 X I
Silazapril 2,5mg 2 X I
Telmisartan 40 mg 1 X I
Ramipril 5mg 2 X I

Adapun kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien antara lain
sebagai berikut3
a. Diuretika dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. ARB dan BB
Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu2,3
Indikasi yang Memaksa
Gagal Jantung
Pasca Infrak Miokard
Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner
Diabetes
Penyakit Ginjal Kronis
Pencegahan stroke berulang

Pilihan Terapi Awal


Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB. Aldo Ant
BB, ACEI, Aldo Ant
Diuretik Thiaz, BB, ACEI, CCB
Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB
ACEI, ARB
Diuretik Thiaz, ACEI

Dengan adanya klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak Desember 2013 maka
terdapat panduan baru pada manajemen hipertensi meliputi ambang pengobatan farmakologis,
target terapi, dan pemilihan obat anti hipertensi sesuai algoritma sebagai berikut
5

Gambar 4. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 84

Dalam JNC 8 beta blocker tidak lagi digunakan dan direkomendasikan 4 kelas obat
tertentu berdasarkan penelaahan bukti untuk subkelompok ras, gagal ginjal kronis, dan diabetes
dimana panelis membuat tabel obat dan dosis yang digunakan berdasarkan hasil uji coba.
Berdasarkan rekomendasi di atas baik JNC 7 maupun JNC 8 tidak dikenal penggunaan reserpine
sebagai obat anti hipertensi sehingga reserpine sebaiknya tidak lagi digunakan dalam tata laksana
hipertensi.2,3,4
Pada kasus krisis hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg perlu
dibedakan antara hipertensi urgency (tanpa kerusakan organ tubuh) dan hipertensi emergency
(dengan kerusakan organ tubuh). Hipertensi urgency dapat diobati secara rawat jalan dengan
terapi anti hipertensi oral, dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah secara perlahan dalam 24
- 48 jam. Obat yang dianjurkan adalah captopril 50 mg sublingual atau oral. Pemberian
nifedipine sublingual atau oral tidak lagi direkomendasikan untuk hipertensi urgency karena
dapat menyebabkan hipotensi berat dan iskemia organ.
Hipertensi emergency memerlukan penanganan cepat, termasuk perawatan ICU.
Pemeriksaan tekanan darah harus diperiksa di kedua lengan menggunakan teknik pemeriksaan
yang benar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan mencari adanya kerusakan organ target,
sedangkan pemeriksaan laboratorium harus mencakup kimia klinik, urinalisis, darah lengkap,
dan toksikologi. Terapi dengan obat anti hipertensi secara intravena sangat disarankan dalam
kondisi ini. Pemilihan obat harus didasarkan karakteristik obat yang spesifik (efek samping).
Penurunan tekanan darah harus terkontrol untuk menghindari hipoperfusi organ dan iskemia atau
infark. Obat-obatan yang biasa dipakai adalah labetalol, esmolol, nitrogliceryn, sodium
nitroprusside, clevidipine, trimetaphan, dan pentholamine

BAB II
ILUSTRASI KASUS PASIEN

IDENTITAS
Nama

: Tn. H.

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tanggal Lahir/ Usia : 09 Oktober 1970/ 44 tahun


Pekerjaan

: PNS

Agama

: Islam

Alamat

: Komplek Pemda Cisalam, Rangkasbitung, Lebak

DATA DASAR
Keluhan Utama
Nyeri kepala bagian belakang 4 hari

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan pada kedua sisi kepala bagian belakang seolah-olah ada yang menjerat dan menjalar
dari bahu menuju kepala bagian belakang. Nyeri muncul secara mendadak, hilang timbul,
semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung hampir sepanjang hari. Pasien juga mengaku
bahwa ia merasa gelisah sehingga mengalami kesulitan untuk tidur, pandangannya menjadi
ganda, dan lehernya terasa kaku. Keluahan ini sudah sering terjadi pada pasien sejak 3 tahun
yang lalu dan membaik setelah mengkonsumsi obat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengalami hipertensi sejak 3 tahun yang lalu dan mengkonsumsi obat anti hipertensi
amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta berobat jika ada keluhan sakit kepala
atau ketika tekanan darahnya naik.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu dan kakak laki-laki pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Riwayat penyakit jantung,
penyakit ginjal, diabetes mellitus dan alergi dalam keluarga disangkal

Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS dan menjabat sebagai kepala seksi di tempat kerjanya. Pasien sering
bekerja lembur terutama menjelang akhir bulan akibat tuntutan pekerjaan yang membuatnya
kelelahan dan merasa stres.

Gaya Hidup dan Kondisi Lingkungan Sosial


Pasien mengaku dalam 3 tahun terakhir sangat jarang berolahraga karena kesibukannya bekerja
dan lokasi lingkungan rumahnya yang kurang mendukung untuk berolahraga. Disamping itu
pasien terbiasa mengkonsumsi makanan berlemak seperti nasi padang dan goreng-gorengan
serta sedikit mengkonsumsi sayur dan buah. Pasien tidak merokok dan tidak

pernah

mengkonsumsi alkohol serta hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat di lingkungan
kerja dan tempat tinggal sangat baik.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang
Kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 160/ 100 mmHg
Nadi

: 80 kali/ menit, regular, isi cukup

Pernafasan

: 20 kali / menit, regular

Tinggi badan : 170 cm


Berat badan

: 80 kg

IMT

: 27,68 kg/ m2

Jantung
Auskultasi
Lain-lain

: BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)


: tidak ada kelainan

RINGKASAN
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.

DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I

PENGKAJIAN
Hipertensi derajat II
Pasien didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan gejala klinis berupa nyeri kepala, gelisah,
diplopia, dan leher kaku. Riwayat penyakit terdahulu menunjukkan bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi tak terkontrol sejak + 3 tahun dan riwayat penyakit keluaraga menunjukkan
ada anggota keluarga pasien yang memilki riwayat hipertensi. Pasien juga memiliki faktor risiko
hipertensi lain seperti stres, obesitas, jarang melakukan aktivitas fisik, dan diet tinggi lemak.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dimana berdasarkan
klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 termasuk ke dalam hipertensi derajat II.

Obesitas derajat I
Diagnosis obesitas derajat I didasarkan pada penghitungan IMT = 27,68 yang menurut klasifikasi
WHO tergolong ke dalam obesitas derajat I ditunjang dengan gaya hidup yang jarang
berolahraga dan diet tinggi lemak

10

RENCANA TATALAKSANA
Rencana tata laksana terdiri dari pemberian kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi
gaya hidup. Obat anti hipertensi yang diberikan adalah amlodipine 1 X 10 mg (penghambat
kanal kalsium) dan captopril 2 x 12,5 mg (penghambat ACE). Modifikikasi gaya hidup terdiri
dari aktivitas fisik aerobik dan diet rendah garam serta diet rendah lemak. Aktivitas fisik yang
disarankan terdiri dari salah satu antara jogging, bersepeda, atau berenang selama 20-30 menit
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu. Diet rendah garam yang dimaksudkan adalah pembatasan
konsumsi garam kurang dari 6,5 gram atau kurang dari 1 sendok teh garam per hari, sedangkan
diet rendah lemak yang dimaksud adalah mengkonsumsi makanan dengan jumlah lemak total
dan lemak jenuh rendah. Target tata laksana adalah sampai dengan tekanan darah kurang dari
140/ 90 mm Hg.

FOLLOW UP
Follow Up I ( 3 hari )
S:
Tidak ada keluhan
O:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis-apatis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20x/ menit, regular
Suhu : afebris
BB : 80 kg: TB : 170 cm IMT : 27,68 kg/m2
Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
A:
- Hipertensi derajat II belum terkontrol
- Obesitas derajat I
P:
Diagnostik
- Cek tekanan darah 4 hari kemudian
- Cek total kolesterol hasil 198 mg/ dL
Terapeutik
- Amlodipine 1 X 10 mg
- Captopril 2 X 12,5 mg
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali
seminggu
- Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9 atau
BB = 63 kg

Follow Up II ( 7 hari )
S:
Tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20x/ menit, regular
Suhu : afebris
BB : 79 kg: TB : 170 cm IMT : 27,33 kg/m2
Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
A : - Hipertensi derajat II terkontrol
- Obesitas derajat I
P:
Diagnostik
- Cek tekanan darah maksimal setiap 2 minggu dan minimal
setiap 1 bulan
- Cek tanda-tanda komplikasi hipertensi minimal setiap 1
tahun
Terapeutik
- Amlodipine 1 X 10 mg
- Captopril 2 X 12,5 mg
- Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali
seminggu
- Diet rendah garam dan rendah lemak
- Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9
atau BB = 63 kg

KESAN UMUM
Ringkasan
Pasien pria usia 44 tahun mengeluh nyeri kepala bagian belakang sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
11

yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 160/ 100 mmHg dan IMT 27,68 kg/ m2. Hasil
pemeriksaan fisik lain tidak menunjukkan ada kelainan.

Diagnosis
1. Hipertensi derajat II
2. Obesitas derajat I

Tatalaksana
-

Amlodipine 1 X 10 mg

Captopril 2 X 12,5 mg

Aktivitas fisik aerobik 20-30 menit frekuensi 2-3 kali seminggu

Diet rendah garam dan rendah lemak

Turunkan berat badan bertahap, target IMT 18,5 22,9 atau BB = 63 kg

Prognosis
-

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

12

BAB III
PENUTUP

Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 44 tahun dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang
seperti rasa terjerat dan menjalar dari kepala belakang menuju leher, muncul mendadak, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri, dan berlangsung sepanjang hari, merasa gelisah sehingga
mengalami kesulitan untuk tidur, serta diplopia, dan leher kaku. Riwayat hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu dan mengkonsumsi amlodipine 10 mg 1 kali sehari tetapi tidak teratur serta ada
anggota keluarga yang memilik riwayat hipertensi. Pasien sering mengalami stres akibat
pekerjaannya, jarang berolahraga, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak. Pasien
didiagnosis mengalami hipertensi derajat II dan obesitas derajat I. Pada pasien dilakukan terapi
kombinasi 2 obat anti hipertensi dan modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg. Prognosis ad vitam adalah bonam, sedangkan prognosis ad sanatoinam dan
fungtionam adalah dubia ad bonam.

13

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., John E. Hall, alih bahasa: Irawati dkk., editor bahasa Indonesia: Luqman
Yanuar Rachman, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11, Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2013, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer ed 1, Jakarta: Kemenkes RI 236-243.
JNC 7, 2003, The Seventh Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014
JNC 8, 2013, The Eighth Joint National Committee on Prevention Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10 Desember 2014

14

You might also like