You are on page 1of 16

Hifema Et Causa Trauma Tumpul

Masdalilah binti Ibrahim


Fakultas Kedokteran Universitas Ukrida
Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat, Indonesia
masz_eela@yahoo.com
Makalah PBL 23 Special Sense
D3

Pendahuluan
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit disertai epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk, hifema akan
terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridialisis. Antara etiologi yang
menyebabkan hifema yaitu antaranya adalah trauma tumpul, glaukoma sekunder, leukemia
dan retinoblastoma. Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberikoagulasi dan mata ditutup. Jika anak gelisah, boleh
diberi obat penenang. Asetazolamid boleh diberi bila terjadi penyulit glaukoma. Biasanya
hifema akan hilang sempurna. Parasentesis atau mengeliuarkan darah dari bilik mata depan
dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda
hifema akan berkurang.1

Gambar 1. Ilutrasi Hifema.


1

Isi
Anamnesis2
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik langsung kepada
pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain (alloanamnesis) misalnya
ibu bapa atau pengantar. Anamnesis merupakan bagian terpenting untuk menentukan
diagnosisi dan pemeriksaan klinis. Dengan anamnesis ini didapatkan data subjektif, pihak pasien
diberi kesempatan untuk mengingat kembali dan menceritakan secara rinci masalah kesehatan
yang dihidapi anak termasuk keluhan utama, keluhan tambahan, tanda-tanda timbul, riwayat
terjadinya keluhan dan tanda sampai anak dibawa berobat.
I. Identitas
Identitas pasien diperlukan untuk memastikan bahwa benar-benar anak tersebut yang
dimaksudkan dan tidak keliru. Bermula dengan nama anak, sebaiknya dicantumkan dengan
nama orang tua. Seterusnya umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, pekerjaan orang
tua, agama dan suku.
II. Keluhan utama atau riwayat penyakit sekarang
Biasanya ditanyakan keluhan utama yaitu keluhan yang menyebabkan pasien datang
berobat. Riwayat perjalanan penyakit harus diketahui dengan jelas. Umumnya, mencakup
lamanya keluhan, bagaimana terjadinya keluhan; mendadak, perlahan-lahan, terusmenerus, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu. Selain itu, sifat keluhan; keluhan
bersifat menetap atau menjalar, berat ringannya keluhan dan perkembangannya dan
riwayat penyakit terdahulu. Riwayat keluarga boleh ditanyakan sama ada, ada atau tidak
saudara sedarah yang mengalami keluhan yang sama dan apakah upaya yang telah
dilakukan dan bagaimana hasilnya.
Untuk kasus trauma mata kali ini, ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi trauma dan
benda akan yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah atau dari arah lain
2

dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar
benda mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan
lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan
atau keluhan nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
okuler akibat pendarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya
darah, dan apakah sudah pernah mendapat pertolongan sebelumnya.
III. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi
pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum
atau setelah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat
pembekuan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.
IV. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Status pertumbuhan anak dapat diambil dari kurva berat badan terhadap umur dan
panjang badan terhadap umur. Data ini dapat diperolrh dari Kartu Menuju Sehat atau karta
pemeriksaan lain. Status perkembangan pasien perlu untuk mengetahui tahapan
perkembangan anak. Pada anak usia persekolahan, bisa dilihat perkembangannya sewaktu
persekolahan dan prestasi belajarnya.
V. Riwayat imunisasi dan pemakanan
VI. Riwayat social
Pemeriksa boleh menanyakan pada ibu bapa atau penghantar mengenai aktivitas
seharian anak.
VII. Riwayat keluarga
Untuk riwayat keluarga, biasanya boleh diambil data keluarga sama ada pernah tidak
menghidap penyakit glaucoma, diabetes mellitus, katarak atau pigmentosa retinitis. Selain
itu, boleh ditanya corak reproduksi ibu dan lingkungan perumahan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan pengukuran tanda vital yaitu; frekuensi nadi, tekanan
darah, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh. Data antropometrik juga boleh diambil dengan
mengukur tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran perut dan lingkaran lengan
atas atau tebal lipatan kulit untuk mengetahui status gizi. Pemeriksaan umum yaitu inspeksi
pupil, bola mata dan kelopak mata dan palpasi pada bagian yang bengkak pada kelopak mata
perlu untuk pasien anak yang trauma tumpul sehingga menimbulkan hifema.2
Pemeriksaan Mata
Pengamatan atau pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sejak pasien mulai masuk ke dalam
kamar pemeriksaan dokter. Pemeriksaan dapat dibedakan dalam pengamatan, pemeriksaan
atau gejala penyakit dan kelainan. Pengamatan dapat dilakukan pada saat pasien masuk ruang
pemeriksaan yaitu dilihat apakah pasien dibimbing keluarga, masuk dengan memegang satu sisi
kepala atau mata berdarah. Bagi pasien yang dibimbing keluarga, biasanya mengalami
gangguan penglihatan, lapang pandang sempit yang mana disebabkan oleh glaukoma, retinitis
pigmentosa dan penyakit kelainan saraf sentral. Bagi pasien yang masuk dengan emmegang
satu sisi kepala bisa dipikirkan mungkin pasien mengalami glaukoma kongestif akut. Mata yang
berdarah mengalami cedera sehingga terjadinya luka.1
Pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus)
Ketajaman penglihatan perlu dinilai terutama pada anak usia sekolah dengan menggunakan
karta-mata yang menampilkan huruf Snellen, huruf Bailey-Lovie, huruf HOTV atau pengenalan
gambar Allan. Bagi anak usia 7 tahun, visus sama seperti orang dewasa yaitu 20/20.rudolf
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan menutup salah satu mata dan memastikan apakah
pasien dapat membaca huruf dengan ukuran yang bervariasi dengan mata yang tidak tertutup.
Lebih formal, kartu Snellen dengan jarak 6 meter dapat digunakan untuk pemeriksaan pada
tiap-tiap mata secara bergantian. Jika pasien hanya dapat membaca huruf pada kartu Snellen
dengan jarak 6 meter, yang pada orang normal dapat terbaca pada jarak 60 meter, visusnya
6/60.3
4

Pemeriksaan lapang pandang1,3


Uji konfrontasi dilakukan untuk menguji lapang pandang mata pasien. Salah satu mata pasien
dan pemeriksa yang berlawanan ditutup atau dihalangi sesuatu. Mata pemeriksa seharusnya
berada sekitar 2 kaki dari pasien sehingga lapang pandang pemeriksa normal sesuai lapang
pandang pasien. Pasien dan pemeriksan saling bertatapan mata secaralangsung pada mata
yang tidak ditutup agar lapang pandang dapat dibandingkan. Pemeriksa kemudian
menggerakkan jarum pentul secara perlahan ke atas dan ke samping dari mata yang diperiksa,
di antara mata pasien dan pemeriksa.Bila pasien sudah melihat saat bersamaan dengan
pemeriksa berarti lapang pandang pasien normal, syaratnya lapang pandang pemeriksa adalah
normal.
Pemeriksaan tekanan intraokular4
Pengukuran tekanan intraokular membutuhkan sebuah tonometer. Apabila seorang bayi dan
anak kecil dicurigai glaukoma, pemeriksaan tonometri aplanasi, gonioskopi dan pemeriksaan
diskus optikus sebaiknya dilakukan dalam keadaan anestesi umum. Tekanan intraokular
sebaiknya diukur pada saat induksi anestesi. Karena pada saat itu tekanan intraokular akan
turun karena anestesi umum. Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk
mengukur tekanan intra okular dan tidak dipengaruhi faktor kekakuan sklera.
Pemeriksaan Slit Lamp1,5
Slit Lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih detail yang dapat menunjukkan camera
oculi anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan mata kontralateral untuk melihat
adanya trauma tembus anterior. Selain itu, pemeriksaan ini dapat menilai hifema mikroskopik
di mana terdapat sel darah merah dalam camera oculi anterior, adanya sel darah putih dalam
ruang anterior akibat uveitis traumatik, resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak
gonioskopi yang mana didapatkan pada trauma tumpul dan membantu untuk mengukur
peningkatan tekanan intraokular dengan tonometri aplanasi.5

Pemeriksaan pemulasan fluorescen


Pemeriksaan ini adalah untuk irigasi pada mata. Hanya epitel kornea yg rusak yang bersifat
menyerap fluorescen. Caranya adalah tetes ke mata. Jika terdapat hasil warna hijau akan
menunjukkan adanya kerusakan epitel kornea. Indikasi untuk tes fluorescen adalah adanya
gejala trias yaitu fotofobia, lakrimasi, dan blefarospasme. Selain itu, ada riwayat trauma mata,
mata merah dan ada kekeruhan kornea.
Pemeriksaan Penunjang
Computerized Tomography Scan Orbita (CT Scan)6
CT Scan untuk mata menggunakan sinar x untuk melihat imej orbita dan bola mata. Kontras
dimasukkan secara intravena untuk melihat imej yang jelas. CT Scan boleh diguna untuk
mendiagnosis kelainan pada pembuluh darah, otot mata, bola mata, nervus optic dan sinus. CT
Scan juga dapat mendeteksi infeksi, fraktur orbita dan benda asing pada orbita. Jika ada
perdarahan, lesi dan tumor akan dideteksi oleh CT Scan.
Diagnosis Kerja
Pada kasus ini, pasien anak mengalami hifema et causa trauma tumpul akibat terkena pistolpistolan. Hifema merupakan pengumpulan darah di camera oculi anterior (COA). COA
normalnya dipenuhi humor aqueous di antara kornea dan iris. Hifema Et Causa Trauma Tumpul
atau Hifema Traumatik adalah disebabkan trauma akibat bola, raket, peluru pistol mainan, dan
lain-lain. Biasanya atlet mempunyai risiko yang tinggi untuk mendapat hifema.7
Manifestasi klinis
Gambaran klinik dari penderita dengan hifema traumatik adalah adanya anmanesa trauma,
terutama mengenai matanya, ditemukan perdarahan pada camera oculi anterior, kadangkadang ditemukan gangguan tajam penglihatan, ditemukan juga adanya tanda-tanda iritasi dari
conjungtiva dan pericorneal. Manifestasi klinis yang lain termasuk fotofobia, disertai
blepharospasme, penglihatan kabur letargi, disorientasi dan somnolen. Umumnya, penderita
akan mengalami mual dan muntah akibat tekanan intraokular yang tinggi.7
6

Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi hifema traumatika yaitu perdarahan


pada bilik mata depan yang disebabkanpecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat
trauma pada segmen anterior bola mata. Hifema akibat tindakan medis misalnya kesalahan
prosedur operasi mata, hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga
pembuluh darah pecah. Selain itu, hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah
contohnya juvenile xanthogranuloma dan hifema akibat neoplasma contohnya retinoblastoma.
Klasifikasi Hifema Et Causa Trauma

Gambar 2. Tingkatan Grade Hifema.


Tabel 1. Klasifikasi Hifema.7
Grade

Hifema (Jumlah darah yang terkumpul di Camera Oculi Anterior)

Mikroskopik

Tidak ada darah yang terkumpul

Grade I

Darah dipenuhi di 1/3 camera oculi anterior

Grade II

Darah terkumpul di 1/3 dan di camera oculi anterior

Grade III

Darah terkumpul lebih dari camera oculi anterior

Grade IV

Darah terkumpul si seluruh camera oculi anterior

Diagnosis banding
Hematoma Subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa
akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah.
Gambaran klinis,bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak
7

terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu
dilakukan pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan
kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya
dalam 1 2 minggu tanpa diobati.1
Hifema Et Causa Glaukoma Sekunder Pasca Trauma1
Glaukoma adalah istilah umum yang digunakan untuk menujukkan kerusakan saraf optik yang
disebabkan oleh , atau terkait dengan, tekanan dalam mata. Ia diklasifikasikan menurut umur
penderita yang terkena. Glaukoma yang mulai pada umur 3 tahun pertama disebut infantile
(kongenital), yang mulai umur 3 - 30 tahun disebut juvenile. Trauma dapat mengakibatkan
kelainan jaringan dan susunan jaringan di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran
cairan mata sehingga menimbulkan glaucoma sekunder. Jenis kelainan yang dapat
menimbulkan glaucoma adalah kontusi sudut. Trauma dapat mengakibatkan tergesernya
pangkal iris ke belakang sehingga terjadi robekan trabekulum dan gangguan fungsi trabekulum
dan ini mengakibatkan hambatan pengaliran keluar cairan mata. Pengobatan biasanya
dilakukan seperti mengobati glaucoma sudut terbuka yaitu dengan obat local dan sistemik. Bila
tidak terkontrol dengan pengobatan maka dilakukan pembedahan.
Glaukoma dengan dislokasi lensa, akibat trauma tumpul dapat terjadi putusnya zonula
Zinn, yang akan mengakibatkan kedudukan lensa tidak normal. Kedudukan lensa tidak normal
ini akan mendorong iris ke depan sehingga terjadi penutupan sudut bilik mata. Penutupan
sudut bilik mata akan menghambat pengaliran keluar cairan mata sehingga akan menimbulkan
glaucoma sekunder. Pengobatan yang dilakukan adalah mengangkat penyebab atau lensa
sehingga sudut terbuka kembali.1
Hifema Et Causa Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan satu tumor pada anak dengan insidennya sama pada anak kulit
hitam dan kulit putih. Retinoblastoma biasanya tumbuh di bagian posterior retina. Tumor ini
terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit.
8

Retinoblastoma mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggaldalam retina tetapi khas
mempunyai fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti interna, tumor ini akan tumbuh ke
dalam ruang vitreus dan bisa juga tumbuh pada bagian-bagian lain dalam retina.
Manifestasi klinik retinoblastoma biasanya menunjukkan leukokoria, refleksi putih
kekuningan dalam pupil yang disebabkan oleh tumor di belakang lensa. Temuan lain yang
sering adalah penurunan atau menghilangnya penglihatan dan strabismus. Pada tumor yang
lebih berkembang mungkin terdapat iregularitas pupil , hifema dan nyeri. Proptosis, tanda
kenaikan tekanan intrakranial, atau nyeri tulang mungkin timbul pada penyakit amat lanjut atau
metastasis. Diagnosis untuk tumor ini dapat digunankan CT-scan, MRI atau ultrasonografi.
Prognosis, angka kesembuhan keseluruhan lebih dari 90%, meskipun ketahanan hidup sampai
dekade ketiga dan keempatmungkin agak menurun akibat insidensi keganasan sekunder yang
tinggi.8
Hematoma kelopak
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah kulit kelopak
akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Gambaran klinis, hematoma kelopak merupakan
kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam
dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang dipakai,
maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi akibat pecahnya
arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika
maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Penatalaksanaan,
penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan.
Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada
kelopak.1
Xantogranuloma juvenilis
Ini merupakan papula kuning, merah muda atau orange, berbentuk kubah, keras yang
bervariasi dalam hal ukuran dari ebberapa milimeter samp[ai sekitar 4 cm. Lesi ini biasanya
timbul saat lahir atau dalam usia beberapa bulan pertama; kadang-kadang lesi ini timbul
9

pertama kali pada masa anak akhir dan jarang pada dewasa. Lesi ini lebih sering pada pada
individu kulit putih . Tempat predileksi adalah kulit kepala, wajah dan bagian atas tubuh, lesi ini
mungkin tumbuh secara profus dan lesi tetap soliter. Lesi noduler dapat timbul pada mukosa
mulut. Lesi matur secara histopatologi ditandai oleh infiltrat histiosit berisi lipida di dalam
dermis, sel radang campuran dan sel raksasa Toutun. Lesi secara klinis dapat menyerupai
urtikaria pigmentosa papulonaduler, dermatofibroma, atau xantoma hiperipoproteinemia
tetapi dapat dibedakan dari gambaran histopatologinya.
Bayi yang terkena hampir selalu mendekati normal dan nilai lipid darah tidak meningkat.
Macula cafe au lait ditemukan pada 20% pasien dan inflitrat kadang-kadang timbul dalam
jaringan okular. Ini dapat mengakibatkan glaukoma, hifema, uveitis, muncul bersamaan dengan
xanthogranuloma juvenil, neurofibromatosis dan leukemia anak, paling sering leukemia
miologenosa kronik juvenil. Tidak perlu dilakukan pengangkatan lesi jinak ini karena
kebanyakan dari lesi ini menghilang spontan dalam beberapa tahun pertama. Pigmentasi dan
atrofi residual tetapi bukan pembentukan sikatrik dapat terjadi.8
Etiologi
Penyebab tersering dari hifema adalah trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tembus.
Hifema et causa trauma tumpul iaitu pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat
trauma pada segmen anterior bola mata. Trauma tumpul seperti terkena bola dan peluru
senapang angin merupakan penyebab tersering dari hifema. Selain itu, hifema juga dapat
terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema
namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata misalnya retinoblastoma, dan kelainan
pembuluh darah yaitu xanthogranuloma juvenilis. Hal ini mungkin akibat terjadinya kelemahan
pada dinding-dinding pembuluh darah.
Etiologi lain yaitu dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler ocular.
Darah ini dapat bergerak dalam camera oculi anterior, mengotori permukaan dalam kornea.
Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa
menyebabkan perdarahan pada bilik depan mata. Kadang-kadang pembuluh darah baru yang
terbentuk pada kornea pasca bedah katarak dapat pecah sehingga timbul hifema.
10

Patofisiologi
Trauma merupakan penyebab paling sering hifema. Oleh karena itu hifema sering ditemukan
pada pasien berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan
tekanan yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi
penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga terjadi
peregangan-perenganan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea, badan siliar yang
dapat menimbulkan pendarahan. Pendarahan sekunder dapat terjadi oleh karena resorbsi dari
pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup
untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.
Pendarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau
perdarahan terjadi 5-7 hari sesudah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Perdarahannya
biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari
bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup
untuk regenerasi kembali. Hifema sekunder mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Pada proses penyembuhan, hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut bilik mata depan atau kanal Sclemn dan permukaan depan iris.
Penyerapan melalui dataran depan iris dipercepat oleh enzim fibrinolitik yang dapat berlebihan
di dataran depan iris. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.
Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea,
menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio
kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaucoma.
Sementara itu darah di dalam bilik mata depan tidak sepenuhnya berbahaya. Namun,
bila jumlahnya memadai maka ia dapat menghambat aliran humor aquos ke dalam trabekula.,
sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder.

11

Penatalaksanaan
Medika-mentosa4,9
Pada dasarnya penanganan hifema ditujukan untuk menghentikan perdarahan atau mencegah
perdarahan ulang, mengeluarkan darah dari bilik mata depan, mengendalikan tekanan bola
mata, mencegah terjadinya imbibisi kornea dan mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini.
Tujuan pengobatan lain adalah untuk mencegah terjadinya penyulit yang dapat membahayakan
penglihatan. Pada lesi yang nonkomplikasi dengan himefa yang boleh sembuh dalam 5 hingga 6
hari, rencana penanganan biasanya adalah tirah baring namun boleh ke kamar mandi dan
penutupan mata monokular selama 5 hari, ambulasi pada hari ke-6 dan pemulangan dari rumah
sakit pada hari ke-7. Aspirin dihindari karena efeknya pada waktu pendarahaan. Apabila timbul
iritis pasca trauma, pasien diberi kortikosteroid dan sikloplegik topikal.
Untuk mengurangi insiden pendarahan sekunder, sebagian dokter menganjurkan
pemakaian profilaksis zat antifibrinolitik, seperti asam aminokaproat (Amicar) dalam dosis 50100mg/kgBB sampai 30 g/hari per oral selama 5 hari. Obat anti fibrinolitik, asam traneksamat
(Cyklokapron), tersedia dalam bentuk tablet dan suntikan intravena untuk digunakan pada
pasien hemofilia yang akan menjalani ekstraksi gigi. Obat ini di luar negeri telah digunakan
untuk mencegah pendarahan ulang pada hifema traumatik. Obat-obat ini untuk mengurangi
lisis bekuan awal sampai pembuluh darah yang pecah sembuh.
Kortikosteroid sistemik dengan dosis dewasa yang ekuivalen dengan 40mg Prednison
per hari selama 5 hari, juga dianjurkan oleh ahli oftalmologi untuk mencegah pendarahan
sekunder. Obat-obat ini tidak rutin digunakan karena biayanya mahal dan terdapat efek
samping. Zat fibrinolitik yaitu aktivator plasminogen jaringan kini efektif untuk pembersihan
hifema pada hewan percobaan.4
Bagi pasien ini yang mengalami peningkatan intraokular (IOP), pasien boleh diberi blockers topikal yaitu timolol 0.25% 2 kali per hari.9 Apabila hal ini tidak efektif, mungkin
diperlukan asetazolamid atau metazolamid oral atau manitol intravena.4 Tetapi, asetazolamid
dikontraindikasikan bagi pasien hifema dengan anemia sel sabit karena meningkatkan lagi sel
12

sabit pada sel darah dan meningkatkan tekanan intraokular. Apabila terapi medis gagal
mengendalikan IOP yang mana sentiasa melebihi 35 mmHg dalam 7 hari atau 50 mmHg selama
5 hari, mungkin diperlukan pengurasan camera oculi anterior dengan operasi untuk mencegah
kerusakan nervus optik dan kornea. Walaubagaimanapun, operasi ini menimbulkan risiko
pendarahan ulang. 9
Nonmedika-mentosa
Umumnya, hifema ditangani di bagian rawat jalan, kendati perawatan pasien di rumah sakit
dapat dilakukan jika hifemanya luas. Pedoman penanganan mencakup istirahat di tempat tidur
dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan sedikitnya hingga sudut 30 derajat. Anak-anak
mungkin perlu dibuat mengantuk untuk menurunkan aktivitas. Pasien bias diberi obat untuk
mengatasi mual dan jika perlu, obat untuk mengendalikan tekanan darah. Pasien harus
diberitahu agar tidak menggunakan obat yang mengandung aspirin atau preparat antiinflamasi
nonsteroid.
Selain itu, pasien perlu hindari aktivitas yang melibatkan pergerakan mata, membaca
dan beraktivitas berlebihan. Mata harus ditutup dengan penutup mata dari logam yang akan
melindunginya terhadap kemungkinan cedera lebih lanjut. Mungkin mata yang sehat harus
ditutup pula untuk mengurangi gerakan pada mata yang cedera. Harus segera beritahukan
kepada dokter jika terjadi intensitas nyeri yang dapat menunjukkan kenaikan tekanan
intraocular hingga taraf yang membahayakan. Pada keadaan kelopak mata yang bengkak, dapat
dikompreskan terlebih dahulu menggunakan air hangat.
Operasi pada hifema1
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari
bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah
kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka
maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata
depan dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu
dijahit.
13

Iridosiklitis. Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga
menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah,
akibat adanya darah dalam bilik mata depan akan terdapat suar dan pupil yang mengecil
dengan tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid
topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Sebaiknya pada
mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika. 1
Komplikasi1,10
Angka komplikasi akibat himefa berhubungan langsung dengan jumlah darah yang ada dalam
camera oculi anterior. Pasien yang camera oculi anterior terisi darah kurang dari 1/3,
menghadapi risiko komplikasi yang rendah. Darah dengan jumlah sedikit ini akan diserap
kembali dalam waktu beberapa hari. Jika lebih dari 1/3 camera oculi anterior berisi darah, risiko
komplikasi dan kerusakan permanen pada mata akan meningkat. Pasien tersebut harus ditindak
lanjut dengan pemeriksaan oleh dokter spesialis mata.10
Glaukoma akut bias terjadi jika jalinan trabecular tersumbat oleh fibrin atau bekuan
darah. Diperlukan pengeluaran bekuan tersebut lewat pembedahan. Perdarahan ulang juga
merupakan komplikasi utama. Biasanya kejadian ini terjadi 2 hingga 5 hari setelah cedera awal,
yaitu pada saat bekuan darah mulai mengalami lisis.1,10 Perdarahan spontan juga dapat terjadi
pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada iris, retinoblastoma dan kelainan darah yang
mungkin diakibatkan karena terjadinya suatu kelemahan dinding-dinding pembuluh darah. Zat
besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat
menimbulkan fisis bulbi dan kebutaan. Hifema pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan
leukemia dan retinoblastoma.1 Komplikasi yang lain ditemukan pada traumatik hifema adalah
hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio
retina, katarak dan irido dialysis.

14

Prognosis
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada camera oculi anterior.
Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya baik
(bonam) karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari.
Sedangkan hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa
besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam
penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah buruk
(malam) karena dapat menyebabkan kebutaan.

Kesimpulan

Hipotesis diterima. Pasien laki-laki anak 7 tahun datang dengan keluhan mata kanan merah dan
nyeri setelah berlaku trauma akibat bermain pistolan ini menderita hifema et causa trauma
tumpul. Hifema et causa trauma tumpul ini mempunyai simptom dan komplikasi yang
memerlukan rawatan yang efektif. Dengan diagnosis yang tepat dan rawatan yang rapi,
komplikasi penyakit ini dapat dihindari.

15

Daftar Pustaka
1. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Trauma Mata. Edisi 3. Cetakan ke-8. 2010. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. P 264.
2. Welsby PD. Pemeriksaan Fisik Dan Anamnesis Klinis. Alih bahasa Qlintang S dari Clinical
History Taking and Examination. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010. Pp 1223.
3. Wahidiyat HI, Matondang CS, Sastroasmoro HS (eds). Diagnosis Fisis Pada Anak. Cetakan
kedua 1991. Jakarta. Penerbit FKUI. 1991. Pp 3-37
4. Miller KM, Apt L (eds). Mata. In Rudolph AM, Hoffman IE, Rudolph CD. Buku Ajar
Pediatri. Volume 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Pp 2266-366.
5. James B, Chew C, Bron A. Trauma. Lecture Notes Oftalmologi. Trans Rachmawati AD.
Edisi 9. Jakarta. Penerbit Erlangga Medical Series. 2006. Pp 176-85.
6. Taragin B. Orbit CT Scan.Medline Plus Medical Encyclopedia. 2009. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003785.htm.

Diunduh

pada

20

Maret 2011.
7. Stilger VG, Alt JM, Robinson TW. Traumatic Hyphema In An Intercollegiate Baseball
Player. Journal of Athletic Training. 1999. Volume 34 (1) ; pp 24-28.
8. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM (eds) Ilmu Kesehatan Anak. Trans
Wahab AS, Noerhayati, Soebono H, Sunarto, Sunartini, Juffrie M et al. Edisi 15. Volume
3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. Pp 2423-5.
9. Augsburger J. Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In Eva PR, Whitcher JP (eds). General
Ophthalmology. Edisi 17. New York. Lange Medical Publication. 2008. Pp 368-76.
10. Edwards G. Masalah Mata. In Oman KS, Mclain JK, Scheetz LJ. Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. Trans Hartono A. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2008.

16

You might also like