You are on page 1of 4

Nama : Galih Kartika Ade Saputra

NIM

: 14/367036/SP/26365

Jurusan : Politik dan Pemerintahan

TUGAS REVIEW BAHAN BACAAN 2


1. Maksud kalimat di 49 Paragraf pertama: Dengan demikian, orang Belanda membantu
merangkaikan banyak patriotisme setempat dari kepulauan itu menjadi satu patriotisme yang
merangkul semua adalah pengawasan politis yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda
terhadap daerah-daerah jajahannya di Indonesia menjadi satu kesatuan politis yang bernama
Hindia Belanda, secara tidak langsung Belanda telah menyatukan berbagai suku bangsa di
Indonesia yang tadinya karena pejajahan mereka berjuang dengan patriotisme yang bersifat
kedaerahan akan tetapi karena kesatuan politis yang dibentuk Belanda menjadikan suku-suku
bangsa tadi terhubung dan timbul kesadaran senasib sepenanggungan. Hal tersebut akhirnya
juga menyatukan tujuan perjuangan mereka sekaligus merubah sifat patriotisme yang
kedaerahan menjadi patriotisme kebangsaan.

2. Peran agama Islam dalam pembentukan nasionalisme di Indonesia tidak terlepas dari
mayoritas penduduk Indonesia yang menganut agama tersebut. Homogenitas agama yang
tinggi menjadi faktor yang sangat menentukan dalam tumbuhnya nasionalisme di Indonesia,
hal tersebut terjadi karena agama Islam telah menjadi simbol kelompok, kesamaan agama
inilah yang mempermudah integrasi masyarakat Indonesia dan menjadikannya dasar
perlawanan terhadap penjajahan dari bangsa asing yang berbeda agama.

3. Volksraad dianggap memberi sumbangan bagi terbentuknya gerakan nasionalisme di


Indonesia karena melalui Volksraad yang merupakan majelis perwakilan bagi seluruh rakyat
Indonesia, wakil-wakil dari berbagai daerah di Indonesia dapat bersatu dalam suatu wadah
dan membuat mereka lebih sadar akan persoalan mereka serta hubungan dengan Belanda
pada umumnya. Melalui Volksraad para wakil-wakil daerah dapat membentuk dan
menggabungkan nasionalisme mereka secara lebih erat. Selain itu Volksraad juga memberi
sedikit kesempatan bagi para kaum nasionalis untuk mendidik para masyarakat yang terdidik
tentang sasaran-sasaran dari pergerakan kebangsaan serta menampung aspirasi mereka.

4. Melemahnya sistem pemerintahan tidak langsung dan diganti menjadi sistem pemerintahan
langsung, ditandai dengan dihapusnya sistem tanam paksa dan semakin banyak pegawai
Belanda dalam pamong praja. Pengawasan politis yang dilakukan secara langsung hingga
lingkup pedesaan menyebabkan meningkatnya hubungan dan persinggungan antara penduduk
dan pemerintah Belanda. Hal tersebut akhirnya menyadarkan orang Indonesia akan
pengawasan politis Belanda dan hubungan antara kekuasaan Belanda dan kondisi ekonomi
serta politis yang dialamainya. Dengan sistem baru banyak penderitaan yang semakin
dirasakan oleh msayarakat desa terlebih kaum tani, hal yang paling dirasakan adalah beban
pajak berupa uang yang semakin berat dan makin lama mereka juga menyadari ketidakadilan
berupa kesenjangan terjadi antara orang Belanda dan pribumi, akhirnya mulai tumbuhlah
gagasan-gagasan nasionalistik diantara masayarakat desa. Perubahan sistem pemerintahan
yang terjadi ternyata telah menguatkan dan memperluas munculnya benih-benih nasionalisme
tidak hanya pada kalangan elit tapi juga pada masyarakt kecil. Gagasan nasionalistik
masyarakat desa berlanjut pada reaksi-reaksi negatif dengan munculnya aksi-aksi protes baik
dengan kekerasan maupun tidak . Salah satu contoh gerakan itu adalah aksi protes kaum tani
yang diwujudkan oleh pergerakan Samin yang dicetuskan tahun 1890 di wilayah Blora.
Pergerakan ini tercetus karena keluhan-keluhan petani akan sistem-sitem baru yang
dipaksakan seperti kenaikan pajak dan cukai serta adanya keinginan kaum tani untuk
memperoleh kebebasan menuntut jalan hidupnya sendiri tanpa campur tangan pemerintah,
dan untuk kembali pada suatu organisasi sosial yang komunalistik berdasarkan atas
persamaan ekonomi antar individunya, dan atas pemilikan tanah serta pemungutan hasil yang
wajar.
5. Snouck Hurgronye bermula pada perkembangan Pan-islamisme dan Modernisme Islam yang
mulai masuk di Indonesia. Ia mengamati bahwa orang-orang Indonesia yang kemudian
belajar di tengah penganut Islam internasional di Mekkah sedang menyerap gagasan-gagasan
Pan-Islamisme yang dapat membuat mereka menentang pemerintahan. Akhirnya ia pun
menyarankan kepada pemerintah untuk mencegah persebaran faham itu dengan memberikan
pendidikan barat kepada kaum elitnya harapannya dengan diberikan pendidikan barat mereka
akan terhindar dari faham Pan-Islam dan menuju pada persatuan kebudayaan dengan orang
Belanda. Sambil memberi pendidikan barat pemerintah harus terus mengawasi pendidikan
Islam, propaganda Pan-Islamisme, doktrin serta hokum Islam. Snouck Horgronje juga
menekankan bahwa orang-orang Indonesia yang telah diberi pendidikan barat harus dijamin
memperoleh kedudukan dalam kalangan pegawai negri. Akan tetapi saran Snouck Hurgronye
untuk memberikan pendidikan barat justru menjadi bumerang, gagasan Pan-Islamisme

memang dilarang keras namun pemerintah tidak mampu menghapus unsur-unsur politis dari
ajaran Islam, pendidikan barat yang diberi justru membantu munculnya kaum elit inteletual di
Indonesia yang membawa gagasan-gagasan modernis sosial dan politis masuk ke Indonesia
dan berperan besar dalam pembentukan pergerakan nasionalisme Indonesia. Kelompok elit
Indonesia baru itu memiliki kepentingan yang justru berbeda dengan pemerintah karena
merasak dikecewakan, gagasan-gagasan yang diperoleh dari pendidikan barat tidak selaras
dengan kondisi hubungan sosial politik Indonesia saat itu. Dari situlah muncul gerakangerakan nasionalisme Indonesia yang dipelopori kaum elit inteletual.

6. Mahasiswa Indonesia yang berhasil belajar di negri Belanda, sangat dipengaruhi oleh
konsdisi-kondisi politis maupun ide-ide politis yang mereka temukan di sana. Termasuk
faham Marxisme Lenin yang memiliki daya tarik yang kuat sekali bagi banyak pelajar
Indonesia, aliran itu keliahatannya sudah memiliki suatu penyelesaian yang memuaskan
terhadap antitesis yang ditunjukkan oleh konsep politik Barat tentang kemerdekaan dan
persamaan derajat, serta konsep kolonialisme barat. Selain itu tingginya toleransi keagamaan
dan ideology politik yang dimiliki banyak orang Indonesia telah memberi kesempatan kepada
penganut ajaran Islam yang taat mengembangkan sintesis kerja yang memadukan unsur-unsur
pokok penting marxisme dan agama mereka. Aliran inilah yang dibawa oleh pelajar-pelajar
tersebut ke Indonesia dan menjadi pendorong terbentuknya pergerakan nasionalisme
Indonesia.
7. Kemerdekaan politik dibedakan dengan kemerdekaan ekonomi ini terjadi karena kalangan
terpelajar Indonesia menganggap kemerdekaan tidak cukup pada kemerdekaan politis tapi
juga harus disertai kemerdekaan ekonomi. Kemerdekaan politis hanya dimaknai kebebasan
dalam berpolitik dan mendapat hak dalam mengatur pemerintahan sementara kemerdekaan
ekonomi berkaitan dengan kebebasan dalam mengelola sektor ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, kekayaan dan sumber daya yang ada, dapat dinikmati sendiri untuk kemakmuran
bangsa dan tidak diatur dan digunakan untuk kepentingan penjajah atau bangsa asing.
Meskipun terjadi pembedaan namun keduanya harus dimiliki suatu bangsa karena akan siasia bangsa hanya dapat memperoleh hak pemerintahan sementara sektor-sektor yang
menyangkut kesejahteraan rakyat masih dikuasai pihak asing.

8. Ktimpangan-ketimpangan yang terjadi dibidang ekonomi antara lain :


-

Diskriminasi kesempatan kerja yang diiberlakukan oleh pemerintahan Belanda,


seorang pribumi meskipun berpendidikan lebih tinggi terpaksa menempati posisi
jabatan yang lebih rendah dari orang Belanda dan timur asing.

Pemerasan ekonomi yang dilakukan pemerintah Belanda melalui setoran wajib yang
dikenakan kepada orang Indonesia melalui sistem VOC dan tanam paksa. Modal
tersebut digunakan untuk mengebangkan perekonomian namun keuntungan hanya
diikmati orang Belanda sementara orang Indonsea tidak menikmati.

Perbedaan harga monopoli karet yang dibayarkan kepada perusahaan perkebunan


bangsa Eropa dan Indonesia, beratnya beban pajak dan kenaikan pajak yang relative
lebih besar bagi orang Indonesia dibandingkan dengan yang harus ditanggung
penduduk Eropa di Indonesia.

9. Dalam table tersebut menunjukkan bahwa batas ekspor yang diberlakukan oleh pemerintahan
Belanda jauh lebih tinggi dibandingkan impor. Berkaitan dengan kemerdekaan ekonomi,
pembatasan yang terjadi menunjukkan bahwa sebenarnya besarnya ekspor adalah bentuk
pemindahan kekayaan Indonesia menuju Belanda, Belanda mengangkut sebanyak-banyaknya
kekayaan Indonesia keluar negri untuk dijual demi kepentingan Belanda sementara
kebutuhan dalam negri dibatasi begitu rendah. Hal tersebut tentu menunjukkan kemerdekaan
atau kebebasan dalam kegiatan ekonomi orang Indonesia begitu di batasi, sementara Belanda
dengan leluasa menikmati kekayaan dari bumi Indonesia yang mereka kuasai.

10. Sifat prulal masyarakat kolonial di Indonesia, terutama kelompok sosial ekonomi dan
kelompok etnis sangat membatasi pertumbuhan nasionalisme Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan sulitnya konsolidasi diantara mereka, pada saat itu Indonesia tidak hanya terdiri
dari orang pribumi saja melainkan juga Belanda, Eropa dan Timur Asing. Nasionalisme yang
hanya tumbuh dikalangan cendekiawan-cendekiawan Indonesia kaum menengah yang
jumlahnya sedikit serta masa Indonesia akan sulit terwujud karena mereka menghadapi
masyarakat asing lain yang belum tentu memilkik nilai yang sama sehingga munculnya
nasionalisme justru memecah belah dan memperlebar jurang pembeda antara penduduk
Indonesia yang asli dan kaum nasionalis dengan pendatang asing serta penjajah.

You might also like