Professional Documents
Culture Documents
KISTA BARTHOLINI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Adhyatma Semarang
Pembimbing :
dr. Irsam, Sp.OG
Disusun Oleh :
Dhamaningrum Puspita Sari
H2A009014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Nurkhayati
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Wates RT 4- RW II
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Pekerjaan
: pedagang buah
Status pernikahan
: kawin cerai
Status Berobat
: Rawat Inap
Bangsal
: Bugenvil
Tanggal Masuk
: 22 Oktober 2013
No. RM
: 17 27 32
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan 22 Oktober 2013 Pk. 11.45 WIB di Bangsal Bugenvil
RSUD dr. Adhyatma secara autoanamesis.
a. Keluhan Utama : benjolan pada bibir kemaluan sebelah kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD dr. Adhyatma Semarang dengan keluhan
benjolan di bibir kemaluan sebelah kiri. Benjolan diketahui pertama kali
sejak 7 hari yang lalu. Awalnya benjolan tersebut sebesar kelereng dan
terasa nyeri. Semakin hari benjolan bertambah besar. Nyeri yang
dirasakan juga semakin bertambah, sehingga mengganggu aktivitas
sehari-harinya
dan
mengganggu
kualitas
tidurnya.
Pasien
juga
: disangkal.
Riwayat asma
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: baik.
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 37C
Status gizi
a. Status Internus
Kepala
: Mesocephal.
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Torak
- Cor :
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior
b. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi
tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna putih kekuningan, darah (-).
Palpasi
IV. RESUME
Pasien, wanita 37 tahun datang ke RSUD dr. Adhyatma Semarang dengan
keluhan benjolan di labia mayor sinistra.
Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sekitar 7 hari yang lalu
disertai nyeri. Benjolan awalnya sebesar kelereng semakin hari semakin
membesar dan keluhan nyeri semakin bertambah berat sehingga mengganggu
aktivitas sehari-harinya. Pasien juga mengeluhkan keluar cairan putih kekuningan,
kental, banyak, berbau amis dari jalan lahirnya. Pasien pernah mengalami keluhan
yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 37C.
Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi : massa (+) di labia
mayor sinistra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna
putih kekuningan, darah (-). Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan
berisi cairan. Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
V.
DIAGNOSIS
Kista bartholini.
Hasil
14,00
H 15,26
4,52
40,7
359
90,00
31,00
34,40
11,70
9,1
L18,30
8,30
6,8
L18,30
4,1
67,95
Nilai Normal
11,7-15,5
3,6 -11
3,8 5,2
35 42
150-440
80-100
26-34
32-36
11,5-14,5
7-11
17- 35
0,16-1
2,5- 7
25-340
4-6
50-80
Kimia klinik
Glukosa sewaktu
93
< 125.
Sero-imun (serum/B)
HBsAg
VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan area kewanitaan.
Tirah baring
b. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm.
ketorolac 3x30 mg IV
Ceftriaxon 3x1 gr IV
Vit BC/C/SF.
c. Program Operasi
Marsupialisasi
VIII. MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien.
b. Monitoring tanda-tanda infeksi pada lesi.
c. Tanda vital pasien.
IX. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.
c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
A.
KELENJAR BARTHOLINI
Anatomi Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,
kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara
labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan
glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus
dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan
vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi
vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal
inferior.(1,2)
Kelenjar Bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya
kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.(1,2,3) seperti pada
gambar dibawah ini :
B.
Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumnair atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel
transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi antara
traktus urinarius dengan traktus genital.(1,2)
C.
Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar
satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan
cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina,
tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas
vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif
menjadi lebih nyaman bagi wanita.(1,4)
II.
A.
KISTA BARTHOLINI
Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar
Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartholini
bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau
iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan
timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu
kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.(2,5,6)
Etiologi
Infeksi kelenjar bartholini terjadi oleh infeksi gonokokus, pada
bartholinitis kelenjar ini akan membesar, merah, dam nyeri kemudian isinya
akan menjadi nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan
tersebut maka dapat terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan
oleh kelenjar dan terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan
menbentuk suatu kista.(3,5)
C.
Patofisiologi
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan
ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau
trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik.
Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri
dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari
kelenjar, atau kista yang terinfeksi.(2,3,5)
D.
Gejala klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu
koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk.(5)
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Dispareunia.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan.
E.
Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis. Pada anamnesis dinyatakan tentang gejala seperti panas, gatal,
Sudah berapa lama gejala berlangsung, kapan mulai muncul, Apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit
menulat seksual sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga.(6)
F.
Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebri, tes laboratorium darah tidak
diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur
bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang
tepat bagi abses Bartholini.(2,6)
G.
Penatalaksanaan
1. Tindakan Operatif, beberapa prosedur yang dapat digunakan (2,3,5,6)
a. Marsupialisasi
Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses
akut.
Diseksi Kista
sehari.
c. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara
berikatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan data Ny. M, usia 28 tahun datang ke RSUD dr.
Adhyatma Semarang dengan keluhan masa pada labia mayor sinistra sejak 7 hari
yang lalu, awal mula massa sebesar kelereng semakin membesar disertai nyeri,
rasa nyeri dirasakan semakin bertambah sehingga mengganggu aktivitas sehariharinya. Pasien mengeluh adanya flour albus berwarna kekuningan, keluar
banyak, terasa gatal dan berbau amis. Keluhan tidak disertai dengan demam.
Untuk BAB dan BAK masih dalam batas normal. Pasien memiliki riwayat
keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90
kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu
37C. Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : inspeksi : massa (+) di
labia mayor sinistra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (+)
warna putih kekuningan, darah (-). Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal
kesan berisi pus. Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala kista bartholini
yang telah terinfeksi. Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama, hal ini bisa
menjadi faktor resiko dari kista bartholini yang dideritanya saat ini.
Penanganan pada pasien ini diberikan terapi anti inflamasi nonsteroid
berupa injeksi ketorolak 3x30 mg IV. Untuk mengurangi peradangan pada reaksi
bakteri diberikan antibiotik spektum luas berupa Ceftriaxon 3x1 gr secara
intravena untuk menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri.
Pasien di berikan sulfas ferosus 300 mg 2x 1 tab untuk membantu pembentukan
sel darah merah. Setelah nyeri yang dirasakan menghilang akan dilakukan
penanganan pendukung yaitu operasi marsupialisasi
kisata dan mengeluarkan isi rongga.
BAB V
KESIMPULAN
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista
terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan (nyeri yang mendadak mereda, diikuti
dengan timbulnya discharge).
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http://www.scribd.com/doc/43731478/LapKas-Kista-Bartholin-CtinedrNandono.
3.
4.
6.
LAPORAN OPERASI
Nama pasien
: Ny. Nurkhayati
Usia
: 37 tahun.
No. RM
: 17 27 32.
PAV
: Bugenvil
Kelas
: III (UMUM)
Nama Operator
Nama Asisten
: dr. Hotland.
: 24 Oktober 2013.
Operasi dimulai
Operasi selesai
Lama operasi
: 30 menit.
Keadaan Umum
S : nyeri pada benjolan.
O:
- KU : baik.
- Kesadaran : kompos mentis
- TV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x
RR : 20x
Suhu : 37C
Tindakan
- RL 20 tetes per menit.
- Inj ketorolak 3x30 mg
IV.
- Inj ceftriaxon 3x1
gram IV.
- Vit Bc/C/SF 2x1 tab.
- Mempersiapkan untuk
program marsupialisasi
- Pengawasan KU, TV.
Pemeriksaan :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : cor dan pulmo dbn.
- Abdomen : supel, hepar dan lien
tidak teraba.
- Ekstremitas : akral dingin (-/-)
- BAK dbn
- BAB dbn
23-10-2013
D/ kista bartholini
S : nyeri pada benjolan.
O:
- KU : baik.
- Kesadaran : kompos mentis
- TV
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84x
RR : 20x
Suhu : 37C
Pemeriksaan :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : cor dan pulmo dbn.
- Abdomen : supel, hepar dan lien
tidak teraba.
- Ekstremitas : akral dingin (-/-)
- BAK dbn
- BAB dbn
D/ kista bartholini
24-10-2013
Pemeriksaan :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : cor dan pulmo dbn.
- Abdomen : supel, hepar dan lien
tidak teraba.
- Ekstremitas : akral dingin (-/-)
- BAK dbn
- BAB dbn
25-9-2013
D/ kista bartholini
S : nyeri pada lokasi operasi
O:
- KU : baik.
- Kesadaran : kompos mentis
- TV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x
RR : 20x
Suhu : 37C
Pemeriksaan :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : cor dan pulmo dbn.
- Abdomen : supel, hepar dan lien
tidak teraba.
- Ekstremitas : akral dingin (-/-)
- BAK dbn
- BAB dbn
D/
kista
bartholini
post
marsupialisasi