You are on page 1of 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Kardiovaskuler


a.

Jantung
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut, berongga,
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya miring ke sebelah
kiri. Beratnya sekitar 250 300 gram. Jantung berada di dalam torax,
antara kedua paru-paru dan di belakang sternum. Kedudukan yang tepat
dapat di gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang ditarik dari kosta
ke-3 kanan, 2 cm dari sternum, ke atas kosta ke-2 kiri, 1 cm dari sternum
menunjukan kedudukan basis jantung tempat pembuluh darah masuk dan
keluar. Tititk sebelah kiri antara interkosta ke-5 dan ke-6 atau di dalam
ruang interkosta ke-5 kiri 4 cm dari garis medial menunjukan kedudukan
apeks jantung, yang merupakan ujung tajam dari ventrikel. Jantung
tersusun atas otot yang bersifat khusus terdiri atas tiga lapis : pericardium
(pembungkus luar ), mio kardium (lapisan otot tengah) dan endo kardium
(batas dalam). Jantung terbagi oleh sebuah septum menjadi dua belah kiri
dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua belahan ini.
Setiap belahan terbagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium yang
bawah disebut ventrikel. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
terdapat katup trikuspidalis. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat
katup bikuspidalis (mitral). Kedua katup ini disebut katup Atrioventrikuler. Antara ventrikel kiri dengan aorta terdapat katup semilunar
aorta. Antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup
semilunar pulmonalis (Evelyn, 2007).

b.

Pembuluh darah
Arteri. Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah berisi zat-zat pengatur yang di kirim ke sel-sel seluruh
tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari pentrikel

kiri disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
elastis.
Vena Merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari
jaringan ke jantung. Vena mempunyai dinding lebih tipis, memiliki
katup-katup yang berguna untuk mencegah agar darah tidak kembali.
Kapiler Merupakan pembuluh darah yang sangat halus, berfungsi
sebagai alat penghubung antara arteri dan vena serta tempat terjadinya
pertukaran zat-zat (Evelyn, 2007).
2.1.1 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Kehamilan
Dalam kehamilan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskuler
yang merupakan penyesuaian maternal secara anatomis dan fisiologis.
Adaptasi tersebut untuk melindungi pungsi fisiologi normal

karena

peningkatan hormon tubuh saat kehamilan (Manuaba,2008), kebutuhan


janin akan oksigen yang meningkat 10-20 % (Ben-Zion,2008) dan
kebutuhan metabolic selama kehamilan, menjadikan bertambah banyaknya
darah yang beredar sehingga jantung harus bekerja lebih berat.
Perubahan tersebut terutama disebabkan :

Hipervolemia yaitu peningkatan volume plasma sebesar 22 %, mulai


kehamilan 10 minggu sampai puncaknya pada 32-34 minggu, selanjutnya
menetap selama triwulan terakhir (Hanifa, 2007), mulai kehamilan 8
minggu dan puncaknya 28-32 minggu (Muchtar,1994). Peningkatan
volume darar sebesar 20-100% dipengaruhi oleh beret badan, berat hasil
konsepsi, dan gizi ibu (Ben-Zion,2008). Hipervolemia disebabkan antara
lain oleh retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginjal (BenZion,2008). Hipervolemia bertujuan untuk :

- Membantu filtrasi ginjal yang meningkat


- Mengurangi jumlah pengosongan volume rata-rata selama perdarahan
pada persalinan dan nifas
- Membantu penyaluran oksigen yang meningkat untuk memenuhi
kebutuhan janin.

Pembesaran uterus gravidus mendorong diafragma sehingga posisi


jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri, pembuluh
darah besar di sekitar jantung mengalami lekukan dan putaran. Impuls
pada apeks, point of maximum impuls (PMI) bergeser ke atas dan lateral
sekitar 1-1,5 cm. Perubahan posisi dan ukuran jantung serta hipervolemia
menimbuklan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama
hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar, S3 jelas terdengar setelah
kehamilan 20 minggu. Selain itu murmur ejeksi sistolik tingkat II dapat
terdengar di atas daerah pulmonal (Bobak,2005).

Perubahan tersebut mengakibatkan :


-

Terjadi haemodilusi yaitu pengenceran darah yang mencapai


puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu (Hanifa,2007) atau
minggu ke 28-32 (Muchtar,1998)

Peningkatan Cardiac Output hingga 40 % yang terjadi pada awal


kehamilan dan puncaknya minggu ke 20-24 (Varney,2006). 30-50%
pada kehamilan 32 minggu, menurun sampai 20% pada minggu ke-40
(Bobak,2005). Cardiac Output = denyut jantung X stroke volume.
Peningkatan ini merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan (nilai normalnya 5-5,5L/menit). Hal ini menyebabkan
meningkatnya frekwensi denyut jantung dan nadi mencapai 88x/menit
pada kehamilan 34-36 minggu (Hanifa,2007), peningkatan 15
denyutan/menit (Ben-Zion,2008), peningkatan 10 denyutan/menit
sehingga selama hamil terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000
denyutan (Manuaba,2008).

Pada kehamilan lanjut ditemukan pergeseran pericardium ke kiri dan


sering terdengar bising sistolok di daerah apeks dan katup pulmonal
(Hanifa,2007).

Jantung yang normal dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut,


akan tetapi apabila seorang ibu hamil memiliki sejarah penyakit
jantung, peningkatan Cardiac output ini akan meningkatkan resiko
wanita hamil mengalami Decompensatio Cordis (Gagal Jantung).

Pada saat melakukan ANC penting untuk mengetahui gejala dan tanda
kelainan jantung, karena itu bidan harus mewaspadai dan mengenali gejala
dini Decompensatio Cordis. Puncak keadaan Decompensatio Cordis itu
akan dijumpai pada waktu (Manuaba, 2008) :
-

Puncak Haemodilusi darah minggu ke 28-32.

Pada saat inpartu apabila ibu hamil mengerahkan tenaga untuk


mengedan.

Pada saat plasenta lahir, anastomosis arteri pena hilang dan darah
yang seharusnya masuk ke ruang inter pilus sekarang darah kembali ke
peredaran darah umum dalam jumlah besar.

Pada saat Lactasi.

Pada saat terjadi perdaraah post partum yang memerlukan kekuatan


ekstra jantung untuk melakukan konpensasi.

Pada saat terjadi infeksi post partum.

- Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan akan menurun pada saat
posisi terlentang. Pada saat terlentang uterus gravidus menekan vena
kava inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga
menurunkan Cardiac output. Kehamilan penurunan cardiac output
akibat posisi terlentang mengakibatkan 1 10% ibu hamil mengalami
Supine Hipotensi Syindrom yaitu penurunan tekanan darah disertai
gejala seperti pusing, mual, rasa seperti akan pingsan
2.1.2 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Dalam Persalinan
Pada saat persalinan kala1 curah jantung meningkat 20 % dan lebih
besar pada kala II, 50% paling umum terjadi saat kontraksi disebabkan
adanya usaha ekspulsip (Ban-zion,2007). Perubahan kerja jantung dalam
persalinan disebabkan karena his persalinan usaha ekspulsip, pelepasan
plasenta yang menyebabkan terhentinya peredaran darah dari plasenta dan
kembali kepada peredaran darah umum. Peningkatan metabolismenya ini
dikarenakan kecemasan dan aktifitas otot skelet. Peningkatan aktifitas
direpleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut jantubf, respirasi
cardiac output dan kehilangan cairan. Kompensasinya adalah tekanan darah

meningkat 10-20 mmhg dan peningkatan nadi. Setelah kontraksi sistol


kembali ke level semula.
2.2 Penyakit Jantung Dalam Kehamilan
2.2.1. Definisi
Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan kardiovaskuler
bawaan atau diperoleh secara organic maupun fungsional yang di jumpai
pada wanita hamil, dengan frekwensi 1-4% (Hanifa,2007)
2.2.2

Patofisiologi
Setiap kehamilan mempengaruhi sistem kardiovaskuler ibu. Hal ini
berlangsung selama masa hamil dan berlanjut sampai beberapa minggu
setelah

kelahiran

bayi.

Jantung

normal

dapat

mengkompensasi

peningkatan beban kerja jantung sehingga kehamilan dan persalinan


umumnya

dapat

ditoleransi

dengan

baik.

Apabila

perubahan

kardiovaskuler tidak ditoleransi dengan baik, kegagalan jantung dapat


terjadi pada beberapa minggu terakhir kehamilan, selama proses
persalinan, atau selama periode pascanatal (Cunningham,2008). Gangguan
jantung dalam derajat tertentu mempengaruhi 0,5%-3% wanita hamil
(McKeon,Perin,2006). Peningkatan output jantung membuat peningkatan
resiko pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami
dekompentatio cordis. Wanita yang memasuki masa kehamilan dengan
penyakit jantung derajat kelas 1, menjadi kelas 2 saat kehamilan dan
persalinan (Varney,2008). Penyakit jantung merupakan penyebab utama
mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan
penyebab keempat semua kematian ibu, Angka mortalitas mencapai 37%
pada wanita hamil dengan miokard infark (Clark,2007). Kehamilan yang
disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan
memberatkan penyakit jantung, dan penyakit jantung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

2.2.3 Klasifikasi penyakit jantung organik menurut New York Heart


Asosiation :
- Kelas 1 Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak terbatas, tidak ada gejala
pada keadaan biasa dan tidak ada angina pectoris.
- Kelas 2 Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas, waktu istirahat
tidak ada gejala, kegiatan fisik bias menimbilkan gejala insufisiensi
jantung dengan gejala lelah, palpitasi, sesak, angina pectoris, oedema
tangan/tungkai.
- Kelas 3 Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu istirahat tidak ada
gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan insufisiensi jantung.
- Kelas 4 Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan aktifitas fisik
dengan baik, waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan insifisiensi
jantung.
Efek penyakit jantung terhadap janin :
-

Hipoksemia pada ibu terutama dengan kelainan jantung disertai


gejalasianosis yang dapat menyebabkan IUFD, IUGR, aspiksi
neonatorum , kematian neonatus, partus preterm, dan BBLR.

Ibu dengan kelainan jantung congenital mempunyai resiko 2-4%


melahirkan bayi dengan kelainan jantung (Seller,2007).

2.2.4

Etiologi
1) Perubahan fisiologis dalam kehamilan yang memberatkan dan memjadi
masalah bagi jantung.
2) Jantung rematik dalam bentuk Stenosis Mitral.
Angka kejadian 90% (M.Tobing,2006). Penyakit jantung rematik
adalah penyakit autoimun yang di dahului oleh acute rematik fever,
disebabkan oleh kuman streptococcus haemolitikus yang umumnya
menyerang oropharing, nasopharing, dan kulit. Setelah 2 minggu dapat
timbul demam rematik yang didahului dengan gejala suhu subfebris,
LED meningkat,terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifat dan
tempatnya. Stenosis mitral

merupakan manipestasi terbesar dari

penyakit jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi


peningkatan tekanan pada atrium kiri diikuti oleh peningkatan tekanan

kapiler di paru-paru. Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko


oedema paru, biasanya tampak mulai kehamilan 20 minggu dan
semakin berat pada persalinan.Peningkatan frekwensi jantung akan
meningkatakan waktu diastolic untuk mengalirkan darah melalui katup
mitral, sehingga di perlukan peningkatan tekanan pada atrium kiri.
Komplikasi yang penting dari stenosis mitral adalah oedema paru dan
decompetatio cordis.
3) Kelainan jantung congenital
a. Golongan Sianosis
- Tetralogi Fallot
Yaitu kelainan defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, over
riding aortic dan hipertropi ventrikel kanan.
- Eisenmenger
Yaitu kelainan berupa VSD, Hipertropi ventrikel kanan, over riding
aortic, dilatasi arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darak
pulminal meningkat
b. Golongan Asianosis
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah keadaan dimana masih tetap
ada hubungan aorta dengan arteri pulmonalis
- Atrial Septal Defek (ASD) adalah keadaan dimana foramen ovale
tetap terbuka
- Ventrikel Septal Defek (VSD) adalan keadaan dimana penutupan
sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
- Koarktasio Aorta adalah penyempitan setempat aorta
4) Penyakit otot jantung
- Myocarditis yaitu infeksi karena virus yang berhubungan dengan
kekurangan gizi
- Endocarditis (M.Tobing,2006).
2.2.5 Faktor Predisposisi
-

Aktifitas fisik
Aktifitas fisik Ibu hamil dengan cadangan jantung terbatas, harus
mengkompensasi beban kehamilan menyebabkan gagal jantung.

Infeksi
Infeksi meningkatkan curah jantung dan memjadikan pemberat bagi kerja
jantung.

Anemia
Ibu hamil dengan anemia sel sabit dan penyakit sel sabit haemoglobin C
dapat memperberat penyakit jantung.

Obesitas
Dengan peningkatan masa tubuh maka beaban jantung menjadi lebih besar

Hipertensi

Aritmia
Kerusakan struktur jantung, maka fibrilasi, tachikardi atau pluter atrium
dapat mencetuskan gagal jantung.

2.2.6 Komplikasi
-

Dekompensatio kordis yang mengakibatkan kematian

Abortus, persalinan preterm dan BBLR karena ibu menderita hipoksia dan
sianosis

Kematian perinatal

Tumbuh kembang janin menjadi terlambat secara intelegensi dan


fisik(Manuaba,2008)

Hipoksia dan gawat janin dalam persalinan

Endocarditis bacterial (Hanifa,2007)

Gagal jantung kongestif

Oedema adan emboli paru

Ruptur aorta (Ben-Zion,2008)

25 % kematian terjadi dalam 48 jam pertama setelah persalinan

75 % kematian akibat Kegagalan jantung, oedema paru, endokarditis,


demam akut rematik (Seller,2007).

2.2.7 Tanda dan gejala

Riwayat penyakit

Demam rematik

Operasi jantung/ gagal jantung

Aktifitas yang tidak dapat ditoleransi

Sesak napas

Nyeri dada

Pemeriksaan fisik

Desiran kontinu pada jantung

Disritmia

Pembesaran jantung

Ketegangan otot jantung yang berlangsung lama

Clubing pada jari tangan dan jari kaki

Sianosis

Pemeriksaan Penunjang

EKG

Thorak Photo

Echocardiografi Varney,2006)

Batuk napas pendek dan cepat

Ronchi paru

Bengkak pada tungkai

Pembesaran hepar

Penonjolan vena jugolaris

Ibu hamil dengan anemia didapatkan pucat pada conjungtiva, telapak


tangan, dan kuku serta lethargi dan kelelahan

Pada stadium lanjut didapatkan gejala gagal jantung :


-

Murmur sistolik besar dan keras

Murmur diastolic, presistolik atau kontinui

Pembesaran jantung

Aritmia

Sianosis (MNH,2002)

Cepat lelah

Jantung berdebar

Sesak napas dan sianosis

Oedem tungkai

Bertambah besar rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan


(Manuaba,1994)

2.2.8 Penegakan Diagnosa


4 kriteria diagnosis penyakit jantung :
-

Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus

Pembesaran jantung

( Dua tanda diatas merupakan tanda khas jantung rematik)


-

Bising jantung yang nyaring terutama disertai Thrill (deburan)

Aritmia yang berat (Burwer & Met Calfe, 2008)

2.2.9 Penatalaksanaan
Pada Kehamilan
a. Deteksi dini
Konseling pre konsepsi dengan :
- Konseling pra hamil untuk deteksi penyakit jantung, kolaborasi
dengan kardiolog, karena apabila terjadi kehamilan akan membawa
resiko.
- Deteksi dini keadaan yang menunjukan kondisi yang berhubungan
dengan

penyakit

jantung

meliputi

cianosis,

endokarditis,

tromboemboli, dan kegagalan hati.


- Memperhatikan resiko penyakit jantung, kelainan jantung kelas 3 & 4
sebaiknya tidak hamil dan dapat memilih cara kontrasepsi AKDR atau
kontap.
- Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan apabila di temukan ibu
hamil dengan obesitas, anemia, dan riwayat kebiasaan merokok
(Seller,2007)

Mewaspadai gejala gagal jantung pada puncak out put jantung usia
kehamilan 20-24 minggu (Varney,2006),usia kehamilan 32-36 minggu
(R.Muchtar,2008).

Ibu hamil dengan gejala penyakit jantung diklasifikasikan kelasnya


berdasarkan keluhan dan pemeriksaan untuk menentukan tindak
lanjut.

Apabila ditemukan ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 usia
kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan rujukan kepada dokter
spesialis kebidanan untuk penanganan dalam memperimbangkan
dilakukan abortus therapeutikus (Hanifa,2007) atau kehamilan diteruskan
dengan pemantauan ketat dari Kardiolog.

b. Penanganan awal
-

Konseling tentang keadaan kehamilan dengan penyakit jantung


mencakup tanda dan gejala, komplikasi dan tindakan yang harus
dilakukan termasuk mendatangi fasilitas kesehatan.

Kolaborasi , konsultasi dan perawatan dengan Gynekolog dan


Kardiolog sedini mungkin.

Menganjurkan ANC dilakukan 2 minggu sekali sampai usia kehamilan


<28 minggu, 1 minggu sekali setelah usia kehamilan 28 minggu
(R.Muchtar,2008)

Pembatasan aktifitas fisik.

Tidur cukup 8-10 jam, tidur siang 1-2 jam dan istirahat baring
minimal jam setiap selesai makan.

Nutrisi cukup gizi, tinggi protein, rendah garam dan membatasi


pemasukan cairan (Hanifa,2007). Hindari penimbunan lemak dan
cairan. Kolaborasi dengan ahli gizi

Mengatasi kelebihan berat badan

Mengatasi anemia

Menghindari rokok dan obat narkotika


Lingkungan rumah baik fisik dan psikologi yang menunjang

Olah raga ringan sesuai dengan kondisi dan kelas penyakit jantung
yang di derita (Seller,2006).

Menghindari infeksi jalan pernapasan bagian atas, hindari kontak


dengan penderita infeksi jalan napas.

Kenali tanda dini dekompensatio cordis yaitu batuk darah, ronchi


basah dan dypsnoe. Menurut Mackanzie tanda awal gagal jantung
adalah terdengan ronchi tetap didasar paru dan tidak hilang setelah
napas dalam 2-3 kali.

Sebaiknya anjurkan pasen masuk rumah sakit 2 minggu sebelum


persalinan untuk istirahat (M.Tobing,2005).

c.
-

Penanganan lanjut
Kolaborasi dengan Gynekolog dan Kardiolog, dilakukan penanganan
di rumah sakit.

Tirah baring total d Rumah sakit untuk mengurangi beban jantung,


posisi tidur semi fowler.

Sedasi dengan morfhin 10-15 mg untuk membantu menenangkan


kecemasan dan agitasi, karena istiraahat merupakan aspek penting bagi
penderita jantung.

Dilakukan pemeriksaan EKG, Thorak photo dan Ekhokardiogarafi

Setelah kehamilan 32 minggu dilakukan pemeriksaan NST dan USG


untuk memantau keadaan janin

Pengurangan volume darah untuk diuresis dengan Furosemid 40 mg


iv, menghasilkan diuresis yang cepat 5-15 menit, maksimal 1-2 jam.
Diberikan hanya pada keadaan yang mengancam jiwa karena
diindikasikan mempunyai efeksamping abnormalitas pada janin.

Cairan dan natrium dibatasi

Observasi ketat di rumah sakit

Apabila ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 dianjurkan


untuk persalinan secara Sectio Caesaria (Ben-Zion,2008)

Teminasi kehamilan dilakukan apabila terjadi suatu keadaan hipertensi


yang berhubungan dengan paru-paru, einseimer sindrom yaitu keadaan
hipertensi yang dihubungkan dengan kelainan septum sehingga darah
yang kurang Oksigen masuk ke paru-paru, cianotik yang kronis,
(Seller,2006)

Penyakit jantung kelas 1 tidak perlu tambahan therapy

Penyakit jantung kelas 2 perlu mengurangi kerja fisik terutama 28-30


minggu usia kehamilan

Penyakit jantung kelas 3 perlu therapy digitalis dan dirawat di rumah


sakit sejak usia kehamilan 28-30 minggu

Penyakit jantung kelas 4 dirawat di Rumah sakit dan therapy dari


Kardiolog (Mochtar,2008)

Pada persalinan
a. Kala 1
-

Penanganan

dilakukan

oleh

Gynekokog,

kolaborasi

dengan

Kardiolog.
-

Di ruang bersalin disiapkan O2, alat resusitasi, monitor EKG, Morfhin


dan diuretikum.

Penderita jantung kelas 1 & 2 dilakukan persalinan pervaginam


kerjasama dengan kardiolog dengan pengawasan ketat. Dengan partus
pervaginan angka mortalitas dan morbiditas lebih kecil (Hanifa,1994)

Membuat daftar his, nadi, resfirasi, tekanan darah, dicatat setiap 15


menit pada kala 1 dan setiap 10 menit pada kala 2 & 3
(R.Muchtar,2008). Tanda bahaya bila nadi > 115 dan resfirasi > 28
(M.Tobing,1005).

Bila ada tanda Dekompensatio Cordis obati dengan digitalis.

Diberikan antibiotik untuk menjauhi infeksi (M.Tobing,2005).

Pengurang rasa nyeri yang adekuat dapat mengurangi peningkatan


curah jantung dan tachikardi.

b. Kala 2
-

Pimpin persalinan maksimal 15 menit. Bila dalam 15 menit belum


lahir dilakukan ekstraksi forsef atau vaccum dengan anestesi local,
posisi kepala dan dada ditinggikan (M.Tobing,2005).

Bila terjadi Dekompensatio Cordis, ibu dilarang mengedan dan


persalinan dilakukan dengan segera, bila perlu lakukan efisiotomi dan
ekstraksi vaccum.

Persalinan dengan Sectio Caesaria dilakukan bila ada indikasi


obstetric (Hanifa,2007).

Sectio Caesaria dilakukan dengan anestesi lokal dan sedasi jangan


lahukan anestesi spinal (MNH,2002).

c. Kala 3

Hindari pemakaian ergometrin kareana akan menghasilkan kontraksi


uterus yang bersifat tonik dan akibatnya terjadi pengembalian darah
ke sirkulasi besar sekitar 1 liter (Hanifa,2007).

Hindari perdarahan post partum karena dengan perdarahan akan


memacu kerja jantung.

Hindari therapy intravena karena ekspansi intravaskuler dapat


meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan oksitosin dengan intra
muscular (Ben-Zion,2008).

d. Kala 4 & Masa Nifas


-

Bila memerlukan tranfusi gunakan Pack Red Cell (Ben-Zion,2008)

Lakukan pengawasan ketat pada TTV, perdarahan, anemia, infeksi,


tromboemboli

Beri antibiotika untuk mencegah endikarditis

Lakukan pengawasan intensif ( high care ) dalam 24 jam post partum


pada kondisi pasien dan tanda dini decompensatio cordis.

Pasien didukung untuk banyak tidur dan beristirahat.

Pasien dianjurkan untuk berlatih napas dalam guna mencegah


kesulitan pada paru-paru.

Laktasi pada penderita jantung kelas 1 & 2 diperbolehkan.

Penderita jantung kelas 3 & 4 tidak diperbolehkan laktasi.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin dengan Kelainan Jantung
NO REGISTER: untuk memudahkan mencari data dan menghindari
kekeliruan
2.3.1 Pengkajian
Data Subjektif
Anamnesa
Tanggal:

Pukul:

a. Biodata/Identitas
- Nama Ibu/Suami
Untuk mengenal ibu dan keluarganya, mencegah kekeliruan bila
ada nama yang sama, memudahkan memberi asuhan.

- Umur
Untuk mengetahui resiko tinggi kehamilan (16 tahun atau 35
tahun).
- Suku/Bangsa
Untuk

mengetahui

kondisi

sosial

bidaya

ibu

yang

mempengaruhi perilaku kesehatan, untuk mengetahui rhesus


suami dan istri
- Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh agama terhadap
kebiasaan kesehatan yang dapat membantu memberi asuhan
- Pendidikan
Untuk mengetahu tingkat pendidikan yang mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan klien, termasuk menerima HE
- Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf sosial ekonpmi yang mempengaruhi
sikap, perilaku, sosial kehidupan, dan status gizi
- Penghasilan
Untuk mengetahui tingkat ekonomi yang berhubungan dengan
status gizi
- Alamat
Untuk mempermudah komunikasi dalam keadaan mendesak
- No. Telp
Untuk mempermudah komunikasi
b. Keluhan Utama
- Ibu tidak mampu melakukan aktifitas normal dan terdapat
edema pada tungkai ibu.
- Ibu sulit bernafas dan merasakan nyeri hebat pada daerah dada
bagian kiri.
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui keadaan dan fungsi alat reproduksi serta
gangguan yang terjadi

Siklus

: normal 28-35 tahun

Banyak

: normal 2-3 pembalut hari

Lama

: normal 5-7 hari

Sifat darah : normal merah, encer


Teratur/tidak: teratur
HPHT

: untuk mengetahui hari pertama haid terakhir,


memperkirakan umur kehamilan dan tafsiran
persalinan.

d. Riwayat Obstetri yang Lalu


untuk mengetahui riwayat obstetri terdahulu
N
o.

Suami

Kehamilan
Anak UK
Ke-

Pnylt

Pnlg

Persalinan
Jenis Tmpt

Pnylt

Seks

Bayi/Anak
BB/PB Hidup/
Mati

Nifas
Pnylt ASI

Pada ibu dengan penyakit jantung ada kemungkinan


riwayat persalinan dulu ibu mengalami Abortus, persalinan
preterm, BBLR dan kematian perinatal.
e. Riwayat Kehamilan ini
Untuk mengetahui keadaan kehamilan sekarang agar dapat
memperkirakan tindakan asuhan yang tepat sesuai kebutuhan.
- Klien mengatakan bahwa kehamilan ini yang ke- dan UK
minggu
- Keluhan pada Trimester I
(untuk mengetahui keluhan pada trimester I: chloasma
gravidarum, mual, muntah, sering kencing, pusing, ngidam,
obstipasi)
- Keluhan pada Trimester II
(untuk mengetahui keluhan pada trimester II: nafsu makan
bertambah, sembelit, nyeri pangkal paha, nyeri ulu hati, body
image)
- Keluhan pada Trimester III
(untuk mengetahui keluhan trimester III: sering kencing,
obstipasi, sesak nafas bila telentang, nyeri punggung, oedem).

KB

Ket

Pada penyakit jantung, keluhan yang mungkin dirasakan oleh ibu


adalah cepat lelah, jantung berdebar, sesak napas dan sianosis,
oedem tungkai, bertambah besar rahim yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan (Manuaba,1994).
- Pergerakan anak pertama kali dirasakan ibu pada UK dan
sudah berapa lama., Pada primigravida UK 20 minggu,
sedangkan pada multigravida UK 18 minggu.
- Imunisasi TT sebanyakkali
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat imunisasi
TT. Imunisasi TT berguna untuk mencegah tetanus pada bayi
baru lahir dan ibu bersalin. Imunisasi ini dilakukan 5 kali,
yaitu:
TT 1 pada kunjungan I
TT 2, 4 minggu setelah TT1 lama perlindungan 3 tahun 80%
TT 3, 6 bulan setelah TT2 lama perlindungan 5 tahun 95%
TT4, 1 tahun setelah TT3 lama perlindungan 10 tahun
TT5, 1 tahun setelah TT4 lama perlindungan 25 tahun atau
seumur hidup 99%
- Penyuluhan yang sudah didapat
Untuk mengetahui penyuluhan yang sudah didapat ibu dan
memudahkan bidan memberi asuhan yang dibutuhkan
f. Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui keadaan persalinan sekarang agar dapat
memperkirakan tindakan asuhan yang tepat sesuai kebutuhan.
g. Riwayat Kesehatan Klien
Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan akan tindakan medis
(penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus, ginjal,
hepatitis, TBC)
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keturunan dan penyakit
menular yang dapat membahayakan ibu dan janin

i. Pola Kebiasaan Sehari-hari


- Pola Nutrisi
Pada keadaan kurang nutrisi, dapat menyebabkan anemia yang
dapat memperberat penyakit jantung.
-

Pola Eliminasi
Pada BAK dan BAB yang terdapat tanda infeksi (perubahan
frekuensi, warna, atau disertai darah dan nyeri) dapat
mengakibatkan meningkatkanya curah jantung dan menjadikan
pemberat bagi kerja jantung pada ibu dengan penyakit jantung.

- Pola Aktivitas
Aktivitas yang berlebih pada Ibu hamil dengan cadangan
jantung terbatas, dan harus mengkompensasi beban kehamilan
menyebabkan gagal jantung.
- Pola Kebiasaan
Alkohol

: Bayi menderita fetal alcohol sindrom

Jamu-jamuan

: Bayi cacat lahir

Obat-obatan

: Bayi cacat lahir

Binatang peliharaan:infeksi toxoplasma


Merokok

: BBLR

Narkoba

: Bayi lahir dengan withdrawal sindrom

j. Riwayat Sosial Budaya


- Status Perkawinan
Untuk mengethui berapa kali ibu menikah, umur pada saat
menikah, dan lama pernikahan
- Kehamilan
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan atau tidak,
respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan

- Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, menguntungkan atau


tidak

Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
KU

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

TTV; TD

: normal systole 100-130mmHg, diastole 70-80mmHg

Suhu

: normal 36,5-37,5C

Nadi

: normal 60-100 kali per menit

RR

: normal 12-20 kali per menit


Pada penderita kelainan jantung dapat terjadi hemoptisis,
takipnea, dispnea.

BB

: normal sebelum dan setelah hamil meningkat 8-14 kg


Ibu dengan obesitas menyebabkan beban jantung menjadi
lebih besar.

LL

: normal >23 cm, untuk mengetahui kecukupan gizi ibu

TB

: ibu dengan TB< 145cm beresiko panggul sempit

Taksiran Persalinan
b. Pemeriksaan Fisik
- Muka
Pucat

: pucat atau tidak

Cloasma gravidarum

: ada atau tidak

Conjunctiva

: merah muda atau pucat (anemia)

Sklera

: putih atau kuning (ikterus)

Palpebra

: oedema atau tidak

Oedema

: oedema atau tidak

Gigi

: ada caries atau tidak

Mulut/bibir

: pecah-pecah atau tidak

- Leher

Bendungan vena jugularis

: ada atau tidak

Pembesaran kelenjar limfe

: ada atau tidak

Pembesaran kelenjar tiroid

: ada atau tidak

- Dada
Kebersihan

: bersih atau tidak

Puting susu

: menonjol/datar/masuk ke dalam

Areola dan papilla mamae: hiperpigmentasi atau tidak


Kolostrum

: keluar atau belum

- Abdomen
Bekas SC

: ada atau tidak

Striae

: ada atau tidak, livida atau albican

Linea

: ada atau tidak, alba atau nigra

Leopold I
Untuk mengetahui bagian yang terdapat di fundus
Leopold II
Untuk menentukan letak punggung dan bagian-bagian terkecil janin
Leopold III
Untuk mengetahui bagian terendah janin
Leopold IV
Untuk mengetahui seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP
TBJ
Untuk mengetahui tafsiran berat janin
His
Untuk mengetahui berapa kali terjadi his dalam 10 menit, berapa
lamanya.
DJJ

: normal 120-160 kali/menit

Punctum maksimum

: kanan atau kiri, atas atau bawah pusat

- Genetalia
Vulva dan Vagina
Keluaran

lendir

darah/cairan

jernih/keruh/hijau meconial
Varices

: ada atau tidak

ketuban

Oedema

: ada atau tidak

Kondiloma lata

: ada atau tidak

Kondiloma akuminata

: ada atau tidak

Kebersihan

: bersih atau tidak

Inf. Kelenjar Bartholini : ada atau tidak


Inf. Kelenjar Skene

: ada atau tidak

Perineum dan anus


Bekas luka episiotomy/robekan/sikatrik: ada atau tidak
Hemoroid: ada atau tidak
Pemeriksaan Dalam
VT=cm

Ket=

Effacement=%

H=

Moulage=

Presentasi=
UUK=

Untuk mengetahui apakah ada kemajuan persalinan, pembukaan


serviks, penurunan janin, dan penipisan serviks
- Ekstremitas
Atas, bawah

: oedem atau tidak

Reflek patella positif atau negative


c. Pemeriksaan Laboratorium
Darah

: Hb

= 11-13 gram %
Untuk mengetahui ibu anemia/tidak

Gol.darah

= A/O/AB/B

HbsAg

= positif atau negatif


untuk

mengetahui

ibu

menderita

hepatitis/tidak
Urin : Reduksi urin

untuk

mengetahui

ibu

menderita

diabetes/tidak
Albumin

= untuk mengetahui ada proteinuria atau


tidak

d. Pemeriksaan Lain
- USG
- EKG

- Ekokardiografi

2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar)


GPAPIAH Tunggal atau ganda/ Hidup atau Mati/ Intrauterin atau
ekstrauterin/ Letak/ Kesan jalan lahir/ Keadaan umum ibu dan
janin dengan kelainan jantung aterm/preterm
Masalah
Masalah yang muncul/dikeluhkan ibu
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat.
2.2.4

Identifikasi Kebutuhan Segera


Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.

2.2.5 Perencanaan
Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada
klien sesuai dengan diagnose/masalah (mandiri, kolaborasi, rujukan)
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
R: Ibu mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin
2. Menjelaskan tindakan kebidanan dan menyiapkan informed consent.
R: Ibu dan keluarga menyetujui semua tindakan kebidanan yang
dilakukan petugas
3. Menganjurkan ibu tirah baring (bedrest) dengan posisi posisi tidur semi
fowler.
R: Tirah baring dapat untuk mengurangi beban jantung
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG
R: Penyakit jantung merupakan kasus patologis dan wewenang dokter
SPOG
5. Melakukan kolaboris dengan SPOG untuk pemberian sedasi dengan
morfhin 10-15 mg

R: Untuk membantu menenangkan kecemasan dan agitasi, karena


istirahat merupakan aspek penting bagi penderita jantung
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemeriksaan EKG,
Thorak photo dan Ekhokardiogarafi.
R:Untuk mengetahui keadaan jantung terkini berdasarkan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan.
7. Observasi ketat di rumah sakit
Apabila ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 dianjurkan untuk
persalinan secara Sectio Caesaria
Pada persalinan
a. Kala 1
-

Melakukan kolaborasi dengan Kardiolog, dengan mempersiapkan O2,


alat resusitasi, monitor EKG, Morfhin dan diuretikum di ruang
bersalin.

R: Untuk kondisi siap siaga bila terjadi kondisi gawat darurat pada pasien
-

Membuat daftar his, nadi, resfirasi, tekanan darah, dicatat setiap 15


menit pada kala 1 dan setiap 10 menit pada kala 2 & 3. Tanda bahaya
bila nadi > 115 dan respirasi > 28.

R: Untuk mengetahui catatan perkembangan kesehatan ibu saat inpartu.


-

Melakukan kolaborasi dengan Kardiolog dengan memberikan


antibiotik untuk menjauhi infeksi

R: Adanya infeksi dapat mengakibatkan meningkatkanya curah jantung


dan menjadikan pemberat bagi kerja jantung pada ibu dengan penyakit
jantung.
b. Kala 2
-

Melakukan kolaborasi dengan SPOG untuk menolong persalinan


dengan memposisi kepala dan dada ditinggikan bila dalam 15 menit
belum lahir dengan dilakukan ekstraksi forsef atau vaccum dengan
anestesi local.

R: Bidan tidak memiliki kewenangan dalam memberikan penanganan


terhadap kasus yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
patologis.

Melakukan kolaborasi dengan SPOG pada persalinan dengan Sectio


Caesaria bila ada indikasi obstetric.

R: Bidan tidak memiliki kewenangan dalam memberikan penanganan


terhadap kasus yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
patologis.

DAFTAR PUSTAKA
Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994
Bobak, Maternity Nursing, EGC 2005
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2007
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2007
Evelyn C Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, 2007
Hanifa Wiknjosastro, Ilmu
Prawiroharjo, 2007

Kebidanan,

Yayasan

Binapustaka

Sarwono

Helen Varney, Varneys Midwiferry, 2006


Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC,
2008
Marigan DL Tobing, Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2006
Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri, EGC, 2008

You might also like