Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN ANAK II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENYAKIT APENDIKSITIS
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak II
Yang Dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
1. LOREN JUKSEN
2. NOPI HARTATI
3. RIKA SUKRIZAL
0526010083
05260100
05260100
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak II dengan judul Apendiksitis.
Mengingat akan keterbatasan waktu, pengetahuan, tenaga dan fasilitas yang
ada dalam pembuatan makalah ini, maka kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini belum begitu sempurna baik dari segi keterbatasannya.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Witri Handi, S. Kep sebagai dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Anak II.
2. Bapak/ibu dosen STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Bengkulu, Oktober 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................
BAB II
TINJAUAN TEORITIS.....................................................................
BAB III
12
BAB IV
TINJAUAN KASUS..........................................................................
18
BAB V
PENUTUP..........................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendiksitis adalah penyakit paling umum yang memerlukan intervensi
bedah selama masa kanak-kanak disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks dan
menimbulkan edema, inflamasi, bendungan vena dan meniaknya tekanan intra
lumen hal ini dapat menyebabkan infeksi bakteri, nekrosis, dan perforasi yang
menyababkan peritonitis.
Diagnosis resiko untuk perforasi terbanyak pada usia 1-4 tahun 70-75% dan
terendah pada remaja (40-30%) yang insiden tertingginya menurut umur adalah
pada masa anak., kesulitan dalam membedakan apendiksitis dari penyebab nyeri
perut lazim lain dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang menyertai
perforasi pada apendiksitis merupakan perhatian klinik dokter ahli anak.
Epidimiologi sekitar 8000 anak pernah menderita apendiksitis di amerika
setiap tahun, angkanya 4/1000 anak dibawah usia 14 tahun. Apendiksitis jarang
terjadi pada anak usia dibawah 1 tahun.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari asuhan keperawatan pada anakdengan apendiksitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pangkajian pada anak dengan anak dengan
apendiksitis.
2. Mampu melakukan intervensi pada anak dengan apendiksitis.
3. Mampu melakukan mengevaluasi pada anak dengan apendiks.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Definisi
Apendiksitis adalah suatu keadaan yang sering terjadi yang membutuhkan
operasi kegawatan perut pada anak (Cecilly L.Betz,2002). Apndiksitis adalah
peradangan apendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Sylvia
Anderson,2005). Apendiksitis adalah penyakit paling umum yang memerlukan
intervensi bedah, selama masa kanak-kanak. (Cecilly L.Betz,2002).
Apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks (kantung buntu pada
seasum yang dapat menjadi keadaan darurat, khususnya dalam pembedahan pada
anak. (al aziz alimul hidayat, 2006). Apendiksitis adalah peradangan dari
apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering ditemui (Mansjoer, Arif, 2000). Kemudian menurut Stanley, Robbin
(1995) apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan
yang paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan
abdomen yang akut (acut abdomen).
Lebih lanjut menurut Hinchliff, Sue (1999) apendiksitis adalah inflamasi
apendiks vermiformis. Apendiksitis penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat (Brunner dan Suddarths, 2001).
Apendiksitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut. Apendiksitis merupakan penyakit bedah
mayor yang paling sering terjadi (Sylvia, A. Price, 1994). Apendiksitis akut
adalah apendiksitis dengan mula gejala akut yang memerlukan intervensi bedah
dan biasanya ditandai dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah dan
dengan nyeri tekan lokal dan alih tidak hanya terjadi pada titik Mc. Burney
tetapi bisa juga terjadi pada daerah umbilikus, spasme otot yang ada di atasnya
Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendiksitis
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing dan sebab lainnya, 1% diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui
pada bermacam-macam apendiksitis akut, diantaranya : fekalith ditemukan
40% pada kasus apendiksitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendiksitis
akut gangrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendiksitis akut dengan
ruptur.
2.2.2
Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendiksitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat
memudahkan terjadinya fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
2.2.3
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan apendiksitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendiksitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrate apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dinding apendik lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan
pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah (Arif Mansjoer, 2000).
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis apendiksitis memiliki gejala kombinasi yang khas,
yang terdiri dari :
2.4.1
2.4.2
Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal
di titik Mc. Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.
2.4.3
2.5.2
2.5.3
2.5.4
2.5.5
Apendiksitis abses
Bila masa lokal yang terbentuk berisi nanah.
Apendiksitis Kronik
Gejalanya lebih samar-samar, maka lebih jarang ditemukan dan semua rasa nyeri
yang
kurang
jelas
pada
abdomen
kanan
bawah
(http://ijul.fkua.
blogs.friendster.com)
2.6 Komplikasi
2.6.1 Perforasi
Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada
usia muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak di
bawah 2 tahun antara 40-75% kasus usia di atas 60 tahun ke atas. Perforasi
jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi insiden
meningkat tajam sesudah 24 jam.
Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5oC
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat
perforasi dan pembentukan abses.
2.6.2 Peritonitis
Peritonitis yaitu radang peritoneum yang disebabkan oleh iritasi
kimia dan invasi bakteri (Dorland, 1998).
Peritonitis adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta
ditandai dengan panas tinggi 39oC-40oC menggigil dan ikterus merupakan
penyakit yang relatif jarang (Mansjoer, Arif, 2000).
2.6.2 Tromboflebitis supuratif
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal, jarang terjadi tetapi
merupakan
(diberikan
sebelum
operasi
karena
apendiksitis
tersebut
Sayatan yang dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang
menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada
sepertiga lateral (titik Mc. Burney) sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan
fasia. Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya.
Setelah itu akan tampak peritoneum parietal (mengkilat dan berwarna biru
keabu-abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum
dikenali dari ukurannya yang besar, mengkilat, lebih kelabu/putih,
mempunyai haustrae dan taenia koli, sedangkan ileum lebih kecil, lebih
merah dan tidak mempunyai haustrae atau taenia koli, basis apendiks dicari
pada pertemuan ketiga taenia koli.
Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak
terjadi benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum
pada alat-alat tubuh dan masa istirahat pasca bedah yang lebih pendek karena
penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya adalah lapangan operasi terbatas,
sulit diperluas dan waktu operasi lebih lama lapangan operasi dapat diperluas
dengan memotong otot secara tajam.
2. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)
Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc. Burney, hanya sayatannya
langsung menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan arah tersebut
sampai tampak peritoneum. Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih
luas, mudah diperluas, sederhana dan mudah. Sedangkan kerugiannya adalah
diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat dipastikan, lebih banyak
memotong saraf dan pembuluh darah sehingga perdarahan menjadi lebih
banyak. Masa istirahat pasca bedah lebih lama karena adanya benjolan yang
mengganggu pasien, nyeri pasca operasi lebih sering terjadi kadang-kadang
dengan hematoma yang terinfeksi dan masa penyembuhan lebih lama.
3. Insisi pararektal
Dilakukan sayatan pada garis batas lateral musculus rektus abdominalis
dekstra secara vertikal dari cranial ke kaudal sepanjang 10 cm.
9
Tanda-tanda vital
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu) setiap 15 menit, dalam dua jam kemudian setiap 60 menit sampai
keadaan umum membaik untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam,
syok, hipertermia atau gangguan pernapasan.
2. Mobilisasi
Pada hari pertama, klien dianjurkan untuk bed rest (istirahat) total selama 1224 jam setelah operasi. Hari kedua, melakukan miring ke kanan dan kiri. Hari
ketiga, klien dapat duduk 5 menit dan meminta untuk bernafas dalam-dalam
lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang digunakan untuk
melonggarkan pernafasan dan menumbuhkan kepercayaan bahwa ia mulai
10
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Berikut ini tinjauan teoritis tentang pelaksanaan pada pasien deng apendiksitis.
3.1 Pengkajian
Meliputi :
a. Identitas pasien yaitu : nama umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan indentitas penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan sekarang, pasien mengeluh mengalami nyeri abdomen
superior dekstra ke umbilikus, muntah, panas, nyari.
c. Riwayat kesehatan dahulu, apakah pasien menderita apendiksitis dan apakah
pasien pernah dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga, mungkin diantara kelaurga pasien ada yang
menderita penyakit apendiksitis.
a. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan darah anak 115/60
2. Nadi 50-90X
3. Pernafasan 18x/menit.
4. Suhu 38,5
b. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Gelisah
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen : simetris
Benjolan / massa : tidak ada
Palpasi
Tanda nyeri tekan : nyeri tekan pada titik mc burney.
12
Perkusi
Auskultasi
Peristaltik usus berkurang.
Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah)
Pernafasan
Tanda : takipnea (pernafasan dangkal)
Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala :Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis
akut, batu uretra salpingitis akut.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat 4,2 hari.
Rencana pemulangan membutuhkan bantuan
Sedikit dalam transportasi, tugas pemeliharaan rumah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
SDP : leukositosis diatas 12ribu mm3, neutrofil meningkat sampai 75%.
Urinalsis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
Foto abdomen: dapat menyatakan adanya pengerasan material pada apendik (fekalit,
ileus terlokalisir).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasanya nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan
tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak.
Kriteria hasil
14
16
17
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I.
Pengkajian
Nama
: An. A
Penanggung Jawab
Nama
: Ny. N
Umur
: 11 Tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Hibrida Raya
Alamat
: Hibrida Raya
Tgl. Masuk
: 14-10-2008
No. Register
: 0212
Golongan Darah : O
Diagnosis Medis : Apendiksitis.
II.
Alasan Masuk
Pasien An. A anak dari Ny. N, masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
abdomen kanan bagian bawah, yang disertai mual, muntah, dan demam, klien
mengatakan nyeri apabila perutnya ditekan atau pada saat menggerakan tubuh
nyerinya akan bertambah, Ny. N mengatakan bahwa anak susah makan.
18
: 115/80
: 85 x menit
RR
: 20 x / menit
BB
: 35 kg
TB
: 125 cm
Suhu
: 38oC
: Simetris
Ubun-ubun
: Sudah menutup
Kulit kepala
: Bersih
2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata
19
Bau
: Keringat
Warna rambut
: Hitam
3. Wajah
Warna kulit
: Sawo matang
Struktur
: Simetris
Kelainan
: Tidak ada
2. Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan
Simetris dan tidak ada kecacatan
2. Palpebra
Kelopak mata atas lebih lebar dari kelopak mata bagian bawah dan
tidak ada ptiaris
3. Konjungtiva : merah muda
4. Sklera jernih tidak ikterik
5. Pupil : reflek terhadap cahaya
6. Cornea jernih
7. Iris : berwarna hitam
8. Visus : tajam
3. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septum nasi.
Tidak ada fraktur dan bengkak.
2. Lubang hidung
Simetrik dan tidak ada polip atau penyakit lainnya.
3. Cuping hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga
1. Bentuk telinga
: simetris
2. Ukuran telinga
3. Lubang telinga
: adanya serumen
20
: Tidak kering
3. Keadaan lidah
4. Orofaring
6. Leher
1. Posisi trachea
: Simetris
2. Thyroid
thyroid
3. Suara
4. Kelenjar limfe
C. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan
Bersih
2. Kehangatan
Hangat
3. Warna
Sawo matang
4. Turgor
Elastis
5. Kelembaban
Lembab
: 20 x / menit
Irama
: eupneu
b. Perkusi
: resonan
c. Auskultasi
Suara nafas
: Bronco vesikuler
Suara tambahan
: tidak ada
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi
: Palpasi
b. Palpasi
: Teraba
Pulssari
: Apikal
Ictus cordis
: Teraba
E. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen
: simetris
b. Benjolan/masa
: tidak ada
: 5-25 x / menit
: hipertimpani
: ada
22
F. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran
: kompos mentis.
G. Pola Eliminasi
1. BAB
a. Pola BAB
b. Karakter feces
: tidak terjadi
e. Konstipasi
: tidak terjadi
2. BAK
Pola BAK : 4 x / hari tidak inkontinensia.
H. Pola Kegiatan dan Aktivitas
Terbatas karena keadaan penyakit.
I. Pemeriksaan Diagnostik
SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, neutrofil meningkat 75%.
Urinalisis : normal
Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pengerasan material pada apendik
(fekalit), ileus terlokalisir.
23
ANALISIS DATA
No
Simtom
Etiologi
Problem
1 DS : - Mengeluh
nyeri
pada Nyeri akibat dari Gangguan rasa
abdomen kanan bawah
proses inflamasi
nyaman nyeri
- Nyeri akan bertambah pada
posisi yang kurang nyaman/
pada saat mual dan muntah.
- Fungsi skala 3
- Merasakan nyeri tekan
meningkat
- dan nyeri lepas meningkat
DO: - Meringis
- Memegang bagian yang
sakit
- Berjalan agak membungkuk
sambil memegang abdomen
kanan
- Lemah
TTV: TD : 115/80
N : 85 x menit
RR : 20 x / menit
S : 38oC
2
24
Gangguan
mobilitas fisik
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Keperawatan
Rencana Keperawatan
Intervensi
Mandiri :
1. Pantau kualitas, lokasi dan derajat
Agar dapat waspada terhadap
nyeri.
karakteristik ketidaknyaman.
Paraf
Rasional
untuk
mencegah
No
Diagnosa Keperawatan
aktivitas dibantu.
Tujuan Keperawatan
mandiri
Dalam jangka waktu 1 x
24
jam
masalah
kekurangan
volume
cairan teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Kelembaban
membran mukosa.
2. Turgor kulit baik
3. Tanda vital stabil
4. Haluaran
urine
adekuat.
Rencana Keperawatan
Intervensi
3. Pantau tanda-tanda vital
Rasional
Bila terjadi kelebihan beraktivitas
mengidentifikasi
fluktuasi
volume
2. Kaji turgor kulit, dan penghasilan intravaskuler.
kapiler
26
Paraf
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : An. A
Dx. Medis : Apendiksitis
Hari/Tgl/Jam
Kamis,
14-10-2008
08.00 Wib
No.
Dx
1
Implementasi
1.
2.
09.00 Wib
3.
12.00 Wib
4.
5.
Kolaborasi :
1. Memberikan injeksi
- Terfacef : 3 x 1 gram
- Cefotaxim : 2 x 2 gram
- Genta : 2 x 1 amp
- Trifonazan : 3 x 1 rollaf
27
Paraf
Kamis
14-10-2008
08.00 Wib
2
1.
10.00 Wib
2.
12.00 Wib
3.
Kamis
14-10-2008
28
klien
dalam
EVALUASI
Nama Pasien : An. N
Diagnosa Medis : Apendiksitis
No. Dx
Evaluasi
1
S : - Klien mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah
- Nyeri saat ditekan
- Nyeri lepas
- Skala 3
O : - Terlihat meringis
- Masih memegang bagian yang sakit
- Lemah
- TTV :
TD : 115/80 mmHg,
S : 38,5oC
N : 85 x / menit
RR : 20 x / menit
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan
2
29
Paraf
30
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Apendiksitis adalah peradangan dari apendik vermiformil, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki perempuan.
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendik. Oleh
hyperplasia folikel limpola, fekalt, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau necplasma.
5.2.
Saran
Semoga makalah mengenai apendiksitis beserta asuhan keperawatannya
ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan. Setelah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri
Mandiri Sakti Bengkulu, baik di lahan praktek maupun masyarakat nantinya.
31
DAFTAR PUSTAKA
32