You are on page 1of 2

Sabtu, 24 Desember 2011 (Berita Lawas, tapi relevan)

Banda Aceh Hukum bagi orang muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat nonmuslim
masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah
Muhammadiyah (DPW) Aceh, Prof. Dr. Aliyasa Abubakar, kalau sekedar mengucapkan saja
untuk menjaga keakraban itu boleh-boleh saja, asal jangan mengikuti seremonial mereka seperti
doa, misa, dan jamuan natal, itu haram hukumnya.
Perayaan natal dibagi dua; yang agama/ibadat dan perayaan biasa. Untuk yang pertama seperti
misa/doa/jamuan natal, haram diikuti oleh umat Islam. Sedangkan yang kedua seperti ucapan
selamat natal boleh diucapkan oleh umat Islam,ujar Alyasa kepada The Globe Journal, Sabtu
(14/12).
Sementara dalil yang membolehkan ucapan natal biasa, Alyasa menjelaskan, untuk menjaga
silaturrahim, ada ayat dan hadis, seperti perintah berbuat baik pada orang tua dan keluarga,
tetangga, serta sahabat lain yang beda agama.
Sementara dalil yang haram mengikuti seremonial mereka atau untuk tidak mengikuti ibadat
agama lain serta mencampur ibadat dengan ibadat agama lain, ada ayat Alquran dan Hadis,
seperti surat Alkafirun.
Seperti yang dilansir eramuslim.com tahun 2008, diantara tema yang mengandung perdebatan
setiap tahunnya adalah ucapan selamat Hari Natal. Para ulama kontemporer berbeda pendapat
didalam penentuan hukum fiqihnya antara yang mendukung ucapan selamat dengan yang
menentangnya. Kedua kelompok ini bersandar kepada sejumlah dalil.
Meskipun pengucapan selamat hari natal ini sebagiannya masuk didalam wilayah aqidah, namun
ia memiliki hukum fiqih yang bersandar kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang
rinci terhadap berbagai nash-nash syari.
Ada dua pendapat didalam permasalahan ini, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para
pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaiminsemoga Allah merahmati mereka
serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa
mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian
dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hambaNya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai)
dengan mereka dan ini diharamkan.
Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh : 1. Ikut serta didalam hari raya tersebut. 2. Mentransfer
perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.
Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari
sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk
menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong seorang muslim didalam menyerupai perayaan
hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan
berbagai nama dan istilah khusus didalam ibadah mereka.

Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal. Di antaranya


Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang
menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan
pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al
Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non
muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi
apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti :
kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam
berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah.
Sumber: http://theglobejournal.com/hukum/alyasa-abubakarucapan-selamat-natal-boleh-bolehsaja/index.php

You might also like