You are on page 1of 29

Presentasi kasus

MARASMUS

Penyaji :

Ibrahim Muhammad
Christine Juliana
Karolina Chandra

Pembimbing:

dr. HM. Nazir, Sp.AK

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang
2012

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus yang berjudul


Marasmus

Oleh :
Ibrahim Muhammad
Christine Juliana
Karolina Chandra
sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang
/ Fakultas Kedokteran Unsri.

Palembang, 19 Juli 2012


Pembimbing,

dr. HM. Nazir, Sp.AK

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Segala puji bagi Tuhan YME karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul Marasmus ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. HM. Nazir, Sp.AK sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Palembang, Juli 2012

Penulis

BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama

: By. Fariz M. Ilham

Umur

: 5 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Berat badan

: 3570 gram

Tinggi badan

: 53,5 cm

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Jl. Naskah Sukakarya, Palembang

MRS

: 6 Juli 2012

II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 8 Juli 2012)
Keluhan utama

: BAB cair dan muntah

Keluhan tambahan

: BB turun

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan
frekuensi 10x/ hari, volume gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas,
tidak berlendir, darah pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu,
dengan frekuensi 10x/hari, volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS
mengalami demam naik turun, tetapi tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal,
sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan tertinggi 5200 gram pada saat OS
usia 4 bulan.
B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
GPA
: G1P0A 0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan

Penolong
Tanggal
Berat badan lahir
Panjang badan
Keadaan saat lahir

: Dokter
: 11 Februari 2012
: 2400 kg
: 35 cm
: bayi langsung menangis, warna kemerahan, gerak
aktif

2. Riwayat Makanan
Asi
:Susu Formula
: 0 sekarang (susu formula terkahir : Bebelac dengan
takaran 6 sendok makan + 120 cc air.
3. Riwayat Imunisasi
o BCG
o Polio
o DPT
o Hepatitis B
o Campak

: (+)
: (+) (1 dan 2)
: (+) (1 dan 2)
: (+) (1 dan 2)
: (-)

4. Riwayat Keluarga
Nama
Umur
Agama
Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan

:
:
:
:
:
:

Ayah
Roni
22 Tahun
Islam
Pertama
SMA
Tukang parkir

Penyakit yang pernah diderita:


o Riwayat muntah dalam keluarga disangkal
o Riwayat BAB cair dalam keluarga disangkal
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi Pertama
:Berbalik
: 4 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
:Merangkak
:Berdiri dan Berjalan
:Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal

Ibu
Dwi
21 tahun
Islam
Pertama
SMP
IRT

6. Status Gizi
BB/U = 3,57/7,7 = 46%
TB/U = 57/65 = 87,7%%
BB/TB = 3,57/4,5 = 79,3%
Kesan : Gizi Buruk
(<-3SD)
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat batuk pilek sebelumnya disangkal
Riwayat bronkopneumonia 2 bulan yang lalu
Riwayat telinga keluar cairan 1 bulan yang lalu
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong kurang mampu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak rewel
Kesadaran
: compos mentis
BB
: 3,570 gram
TB
: 53,5 cm
Gizi
: Gizi buruk
Edema umum
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Dyspnoe
: tidak ada
Anemis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Pernapasan
: 54 kali/ menit
Tipe pernafasan : abdomino-thoracal
Turgor
: kembali lambat
Tekanan Darah
: tidak diukur
Nadi
: 140 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu
: 36,4 oC

Keadaan Spesifik
Kulit
Anemis (-), kulit keriput dan kendor, baggy pants (+)
Kepala
Bentuk
UUB

: bulat, simetris, mikrosefali


: datar

Lingkar kepala
Rambut

: 36 cm
: hitam, tidak mudah dicabut

Mata
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil

: mata cekung (+)


: konjungtiva anemis (-), edema (-)
: ikterik (-)
: d= 1,5 mm, refleks cahaya +/+, pupil bulat, isokor

Mulut-Bibir
Bentuk
: tidak ada kelainan
Warna
: sianosis sirkumoral tidak ada
GIGI dan MULUT : dalam batas normal
FARING TONSIL : dinding faring hiperemis, T1-T1
LEHER
: perbesaran KGB tidak ada
Hidung
Telinga

: sekret tidak ada, NCH tidak ada


: sekret tidak ada

Thorax Depan dan Paru


Paru-paru
Inspeksi
: statis dan dinamis simetris, retraksi tidak ada, pernapasan
torakoabdominal, iga manggembung (+)
Palpasi
: stremfremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi
: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi
: pulsasi, iktus cordis dan voussure cardiaque tidak terlihat
Palpasi
: thrill tidak teraba
Perkusi
: jantung dalam batas normal
Auskultasi
: HR= 140 kali/ menit, irama reguler, murmur dan gallop tidak
ada
Bunyi Jantung I dan II normal
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
: lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, Baggy pants (+)

Ekstremitas
Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada

Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis

Tungkai
Kanan
Kiri
Segala arah
Segala arah
+5
+5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-

Fungsi sensorik
Fungsi nervi kraniales
Dejala rangsang meningeal

Lengan
Kanan
kiri
Segala arah
Segala arah
+5
+5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-

: dalam batas normal


: dalam batas normal
: kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig
sign (-)

IV. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM (6 Juli 2012)


Hematologi
Hb
: 7,9 g/dl
Ht
: 26 vol%
Leukosit : 21.200 /mm3
Trombosit : 200.000/mm3
Gambaran Darah Tepi
Diff count : 0/0/1/35/48/15
E : mikrositik, hipokromik
3
Rt
: 4,1 jt/mm
L : meningkat, bentuk normal
MCH
: 19
T : cukup, bentuk normal
MCV
: 62
K: gambaran anemia normositik
MCHC : 31
normokromik disertai leukosit
LED
: 78 mm/jam
Kimia Klinik
BSS
: 94mg/dl
Kolestrol total: 91 mg/dl
Asam urat : 5,3 mg/dl
Ureum
: 50 mg/dl
Kreatinin
: 0,5 mg/dl
Protein total : 7,8 g/dl
Albumin
: 3,1 g/dl
Globulin : 4,7 g/dl

SGOT
SGPT
Na
K
Ca
Cl

: 125 u/l
: 176 u/l
: 152 mmol/l
: 3,9 mmol/l
: 1,7 mmol/l
: 127 mmol/l

V.

PEMERIKSAAN ANJURAN
- Cek ulang darah rutin
- Cek ulang gula darah sewaktu
- Cek ulang elektrolit

VI.

VII.
-

DIAGNOSIS KERJA
Marasmus kondisi III
PENATALAKSANAAN
Berikan kehangatan selimuti anak

Fase stabilisasi awal :


-

Glukosa 10% 50 ml PO

2 jam pertama : Resomal 5 ml/kg BB 17,5 cc per 30 menit NGT

10 jam berikutnya : Resomal 5-10 ml/kgBB 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam
dengan F75 35 cc.

Fase stabilisasi lanjutan :


-

Setelah diare atau muntah berkurang, dan F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 55
cc per3 jam

Setelah tidak ada diare dan muntah, serta F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 75
cc per 4 jam

Evaluasi denyut nadi, laju nafas dan suhu.

Elekmin 1 cc untuk koreksi elektrolit

Vit B complex 1x1 cth

As folat 1x1 mg

Vit C 1x1 tab

Ampisilin 50 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 2 hari

Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari 1x/hari selama 7 hari

Fase transisi:
-

Bila F-75 dapat dihabiskan lanjutkan ke fase transisi

F-75 diganti dengan F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (75ml per 4 jam) dan
pertahankan selama 2 hari

Catat nadi, frekuensi napas dan asupan F-100 setiap 4 jam

Pada hari ke-3, F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (90-130ml per 4 jam)

Pada 4 jam berikutnya dosis F100 dinaikkan 10 cc hingga anak tidak dapat
menghabiskan jumlah F100 yang diberikan.

Pada hari ke-4, F-100 90-130ml per 4 jam dipertahankan sampai hari ke 7-14 sesuai
kondisi anak.

Fase rehabilitasi :
- Makanan terus diberikan sampai tercapai BB/TB-PB
> - 2 SD
I. BB < 7 Kg

F-100

Makanan bayi/lumat

Sari buah

II. BB > 7 Kg

F-100

Makanan anak/lunak

Buah

Fase tindak lanjut di rumah :


1. Makan lebih sering
2. Kontrol teratur
Bulan pertama, tiap minggu
Bulan kedua, tiap 2 minggu
Bulan ketiga, tiap bulan
3. Imunisasi
Campak setelah fase rehabilitasi
Booster imunisasi dasar (BCG, Polio, DPT, Hepatitis B)
4. Vitamin A setiap 6 bulan

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

X. FOLLOW UP
Tanggal
6 Juli 2012

7 Juli 2012

8 Juli 2012

9 Juli 2012

S : muntah, diare, demam (39,2oC)


O : BB = 3450 gram
Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (+)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (+), turgor lambat
S : muntah (-), diare (-), demam (-)
O : BB : 3570 gram
Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (+), turgor lambat
S : muntah (-), diare (-), demam (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (+), turgor lambat
S : muntah (-), diare (+), sesak napas
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)

A : fase stabilisasi kondisi


III
P : - Glukosa 50 ml PO
- Resomal 17,5 cc per
30 menit
NGT
20.00-22.00 WIB
- Resomal 17,5 cc per 2
jam dan diselingi tiap
jam dengan F75 35
cc. 22.00 08.00
WIB

A : perbaikan
P : - susu F75 12 x 35 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Cotrimoxazol 2x2 cc

A : tetap
P : - susu F75 12 x 35 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Cotrimoxazol 2x2cc

A:
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO

10
2012

11
2012

12
2012

Hidung : NCH (-)


Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (+), turgor lambat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba

- Vit B complex 1x1 cth


- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- Resomal 50 ml bila
muntah / diare

A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro

A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro

A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro

13
2012

14
2012

membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat

A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro

A : tetap
P : - susu F75 8 x 75 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

DEFINISI
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami defisiensi energi dan
protein. Ini merupakan salah satu dari tiga bentuk serius kekurangan energi
protein (KEP).
Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan
umur.Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat
dengan menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS (Depkes RI 1999).
a. KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning, atau BB/U 70% - 80% baku median WHO-NCHS
b. KEP Sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis
merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% baku median WHO-NCHS
c. KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS.

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :


Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab

dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut

jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati,
otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

II.

ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi,
malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun,
keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).

III.

EPIDEMIOLOGI
Marasmus adalah masalah serius seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50
juta anak berusia kurang dari 5 tahun. Menurut WHO 49% dari 10,4 juta kematian
pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara-negara berkembang berkaitan
dengan PEM.
Di Indonesia, sebanyak 72% penderita gizi kurang ditemukan di daerah-daerah
kabupaten Indonesia dengan 2 4 dari 10 balita menderita gizi kurang.

IV.

FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu:
-

Kelaparan yang berkepanjangan

Terpajan air yang terkontaminasi

Kekurangan vit lain (vit A, E, K)

Diet yang buruk, tidak seimbang dalam buah, sayur-sayuran, biji-bijian.

Secara garis besar penyebab marasmus, antara lain:


a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan
sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d.

Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut


pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat

e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
V.

MANIFESTASI KLINIS
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok

adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak
lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi,
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit
dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya
longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu
tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Lethargi
4. Irritable
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (pakai celana longgar-baggy pants)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang
8. Malaise

9. Kelaparan
10. Apatis
11. Perut umumnya cekung
12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, piano sign)
13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
14. Diare persisten

VI.

PATOGENESIS
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolik esensial lainnya asam amino untuk kepentingan
homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup
albumin.

v
Sosial ekonomi
rendah

Malabsorbsi,
infeksi, anorexia

Kegagalan melakukan
sintesis kalori dan protein

Intake kurang dari


kebutuhan
Defisiensi protein dan
kalori
Hilangnya lemak di bantalan
kulit
Turgor kulit
menurun dan keriput
Kerusakan integritas
kulit

Daya tahan tubuh


menurun
Keadaan umum
lemah

Asam amino esensial menurun


dan produksi albumin menurun

Atrofi / pengecilan
otot

Resiko infeksi
Resiko infeksi saluran
pencernaan
Anorexia, diare

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan

VII.

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Anamnesis (penyakit & gizi)


o

anamnesis awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:

syok/renjatan

letargis

muntah dan atau diare atau dehidrasi

anamnesis lanjutan Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya


gizi buruk:

riwayat kehamilan & kelahiran

riwayat pemberian makan

riwayat imunisasi & pemberian vit A

riwayat penyakit penyerta/penyulit

riwayat tumbuh kembang

penyebab kematian pada saudara kandung

status sosial, ekonomi dan budaya keluarga

Pemeriksaan fisik (klinis dan antropometri)


o

pemeriksaan fisik awal untuk mengetahui adanya kedaruratan medis

gangguan sirkulasi/syok

gangguan kesadaran

dehidrasi

hipoglikemi

hipotermi

pemeriksaan fisik lanjutan

Pengukuran dan penilaian antropometri


BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut
umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut
tinggi badan.

Tanda klinis gizi buruk

Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak


subkutan dan pengecilan otot. Kulit tampak xerotik, keriput, dan longgar.
Hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan ini.
Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis klinis. Namun, temuan tidak
konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu,
dan fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada
dalam fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari
normal. Kadang-kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai pertumbuhan
rambut lanugo dicatat.

Tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain

Tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/penyulit

Pemeriksaan laboratorium/radiologi
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium
berikut:

Glukosa darah

Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung

Hemoglobin

Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur

Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit

Serum albumin

Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)

Elektrolit

Hasil

Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia


(10-25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam amino esensial,
lipoprotein), dan hipoglikemia.

Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi
insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.

Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit,


terutama kalium dan magnesium, yang habis.

Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat


lipid beredar (terutama kolesterol) yang rendah.

Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan


penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam kedua
kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik
yang hadir.

Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya


pertumbuhan dan penyembuhan luka.

Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan otot


dan dapat dilihat di marasmus.

Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan


hasil negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk
secara akurat menilai untuk TB.

Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan

Analisis diet dan makanan


Riwayat diet rinci kuantitas asupan makanan (Food recall) dan kualitas asupan
makanan (Food frequency)
Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan fisik lengkap
ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-usia atau berat badan-untuktinggi pengukuran kurang dari 95% dan 90% dari yang diharapkan atau lebih besar
dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2
tahun, pertumbuhan kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.

Klasifikasi :

KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).

VIII. PENATALAKSANAAN

Tetapkan Kondisi
Kondisi 1 Tanda Renjatan / Syok + Letargis/tidak sadar + muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 2 Letargis/tidak sadar + Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 3 Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 4 Letargis/tidak sadar
Kondisi 5 Jika tidak ditemukan tanda renjatan / syok + letargis/tidak sadar +
muntah/diare/dehidrasi
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

Penanganan hipoglikemi

Fasilitasi tumbuh kejar

Penanganan hipotermi

Koreksi defisiensi nutrisi mikro

Penanganan dehidrasi

Melakukan stimulasi sensorik dan

Koreksi gangguan keseimbangan


elektrolit

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

perbaikan mental

Perencanaan tindak lanjut setelah


sembuh

Tatalaksana Khusus
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu apabila kadar
glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena itu, setiap anak gizi buruk harus
segera diberi makan atau larutan glukosa/ gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit.
Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila
fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera ditangani sesuai
panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan
kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC. Tatalaksananya :

Segera beri makan F-75, apabila diperlukan, lakukan rehidrasi terlebih dahulu

Pastikan bahwa anak berpakaian, termasuk kepalanya. Tutup dengan selimut

hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di

dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau perut ibunya. Apabila menggunakan
lampu listrik, letakan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak

Beri antibiotik sesuai pedoman


3. Dehidrasi

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan
mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal tersebut disebabkan oleh
sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, yaitu
hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, apabila
gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksananya :

Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan
syok

Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.

Beri 5 mL/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75


dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam

Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar,
dan apakah anak muntah

Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam

Apabila anak masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare

Usia <1 tahun 50-100 ml setiap BAB

Usia 1tahun 100-200 ml setiap BAB

4. Gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Selain itu, pada
anak dengan gizi buruk dapat terjadi kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar
natrium dalam serum mungkin rendah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
edema. Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium yang berlebihan dapat
menyebabkan kematian. Tatalaksananya :

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium yang seudah
terkandung di dalam larutan mineral mix yang ditambahkan dalam F-75, F-100 atau
ReSoMal

Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

Siapkan makanan tanpa menambah garam (NaCl)


5. Infeksi
Pada anak dengan gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam, seringkali tidak ada. Padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi
pada gizi buruk. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami
infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Tanda adanya infeksi berat adalah adanya hipoglikemia dan hipotermia.
Tatalaksananya :
-

Antibiotik spektrum luas

Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari

Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat, maka berikan:

Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan dengan
Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau ampisilin oral
(50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika
anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari
-

Vaksin campak jika berumur 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya,

atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9
bulan. Tunda imunisasi bila syok.

6. Defisiensi zat gizi mikro


Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering
ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal. Tunggu sampai anak mempunyai
nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu
kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi. Berikan setiap
hari selama 2 minggu:
-

Multivitamin

Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selnjutnya 1 mg/ hari)

Seng (2 mg Zn elemenatal/ kgBB/ hari)

Tembaga (0,3 mg Cu/ kgBB/ hari)

Ferosulfat 3 mg/ kgBB/ hari setelah berat badan naik (mulai fase rehibilitasi)

Vitamin A diberikan secara oral pada hari pertama (kecuali apabila telah

diberikan sebelum dirujuk) dengan dosis:

Anak < 6 bulan: 50.000 IU ( kapsul biru)

Anak 6-12 bulan: 100.000 IU (1 kapsul biru)

Anak 1-5 tahun: 200.000 IU (1 Kapsul merah)

Pemberian makanan awal


Sifat utama yang menonjol dari pemberian makanan awal adalah:

Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah
laktosa

Diberikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral

Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus terpenuhi
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Tanda yang menunjukan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:

Kembalinya nafsu makan

Edema minimal atau hilang

Tatalaksana :
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke Formula tumbuh kejar
(F-100) (fase transisi) :
-

Ganti F-75 dengan F-100, dan berikan F 100 dalam jumlah yang sama dengan
F-75 selam 2 hari berturut-turut

Selanjutnya naikan jumlah F-100 sebanyak 10 mL setiap kali pemberian


sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal
tersebut terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 mL/kgBB/hari. Dapat
pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi
sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100

Setelah transisi bertahap, selanjutnya beri anak :

Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai


kemampuan anak)

Energi: 150-220 kkal/ kgBB/ hari

Protein: 4-6 g/ kgBB/ hari

Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan, karena ASI tidak mengandung

cukup energi untuk menunjang tumbuh kejar. Makanan-terpeutik-siap-saji (ready to


use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/ sachet 92
g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

7. Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan
mendapat F-100:
-

Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/ kgBB/ hari

Apabila kenaikan berat badan:

Kurang (< 5g/kgBB/hari) anak membutuhkan penilaian ulang secara lengkap

Sedang (5-10g/kgBB/hari) periksa apakah target asupan terpenuhi, atau


mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi

Baik (>10g/kgBB/hari)

8. Stimulasi sensorik dan emosional


Untuk memberikan stimulasi sensorik dan emosional, lakukan beberapa tindakan
berikut:
-

Ungkapan kasih sayang

Lingkungan yang ceria

Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari

Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat

Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya: menghibur, memberi makan,

memandikan, bermain)
Mempersiapkan pulang dan tindak lanjut di rumah
Apabila telah tercapai BB/TB>-2SD (setara dengan >80%), maka dapat dianggap
anak telah sembuh. Anak mungkin masih memiliki BB/U rendah karena anak
berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah.
Berikan contoh kepada orang tua :
-

Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi
pemberian makan yang sering

Terapi bermain dan terstruktur

Selain itu juga sarankan ibu untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan serta
mengikuti program pemberian vitamin A.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur kenaikan berat badan anak. Kenaikan berat
badan yang diharapkan adalah >50g/kgBB/minggu. Penyebab peningkatan berat
badan yang buruk antara lain:

Pemberian makanan yang tidak adekuat, periksa :

Bilamana pemberian makanan sudah benar

Bilamana target intake energi dan protein tercapai

Teknik pemberian makanan

Kualitas perawatan

Semua aspek penyediaan makanan

Defisiensi nutrien spesifik, periksa :

Keadekuatan komposisi mutivitamin

Penyediaan elektrolit/mineral solution, dan apakah hal ini diresepkan dan dikelola
dengan benar

Infeksi yang tidak diatasi

Ulangi urinalisis untuk sel darah putih

Periksa tinja

Bila memungkinkan, lakukan X-ray dada

HIV/AIDS
Selain memantau berat badan, perlu dilihat pula kondisi anak setelah pemberian

makanan, apakah terjadirefeeding syndrome atau tidak. Tanda refeeding syndrome adalah
timbulnya hipofosfatemia berat setelah uptake fosfat oleh sel selama minggu pertama mulai
refeed. Kadar fosfat dalam serum sebanyak 0,5 mmol/mL dapat menimbulkan kelemahan,
rabdomiolisis, disfungsi neutrofil, kegagalan kardiorespirasi, arritmia, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, atau kematian mendadak. Kadar fosfat harus dipantau selama refeeding,
dan jika rendah, fosfat harus diberikan selama refeeding untuk menangani hipofosfatemia
berat.
IX.

KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A

Dermatosis

Kecacingan

Diare kronis

Tuberkulosis
BAB III
ANALISIS KASUS

Nama

: By. Fariz M. Ilham

Umur

: 5 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Berat badan

: 3570 gram

Keluhan utama

: BAB cair dan muntah

Keluhan tambahan

: BB turun

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi
10x/ hari, volume gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir, darah
pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi 10x/hari,
volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik turun, tetapi
tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan
tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan.

- Kesadaran : Komposmentis
- Denyut Nadi: 140 x/menit
- Laju Pernapasan : 54 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Kulit : Anemis (-), kulit kendor, baggy pants (+), turgor lambat kembali, sianosis (-),
ikterik (-).
- Kepala : Mikrosefali, UUB datar.
- Mata : Anemis (-), ikterik (-), produksi air mata cukup, mata cekung
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-)
- Toraks / paru : Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga menggembung (+)

- Jantung : S1 = S2 tunggal, bising (-)


- Abdomen : Datar, lemas H/L tidak teraba membesar
- Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), sianosis (-)
- Genital, anus : , DBN
- Pemeriksaan neurologis : DBN

Pada kasus ini, anak mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan pernafasannya,
di mana anak sering muntah, diare dan mengalami demam yang turun naik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel, adanya tanda-tanda gizi buruk yaitu anak
tampak sangat kurus tanpa edema, kulit keriput, turgor kembali lambat, mata cekung, iga
menggambang (piano sign), adanya baggy pants. Dan pada pemeriksaan antoprometri
didapatkan :
BB/U = 3,57/7,4 = 48,2% KEP Berat
TB/U = 57/65 = 87,7%%
BB/TB = 3,57/5 = 71,4% (z-score <-3SD) Kesan : Gizi Buruk
Pada pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium didapatkan Hb yang menurun dan
peningkatan leukosit yang merupakan tanda terjadinya anemia dan infeksi yang memang
rentan terjadi pada anak dengan gizi buruk. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, perhitungan
status gizi, dan pemeriksaan penunjang mengarah pada gizi buruk jenis marasmus.
Penderita mengalami diare dan muntah, tetapi tidak mengalami syok ataupun letargi,
sehingga dimasukkan ke dalam kondisi 3. Sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan gizi
buruk kondisi 3 dalam 10 langkah tatalaksana gizi buruk dari Direktorat Bina Gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Arisman, Dr. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.


Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC.

Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK UI.

Direktorat Bina Gizi.2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1, cetakan keenam.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

WHO.2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia.

You might also like