Professional Documents
Culture Documents
MARASMUS
Penyaji :
Ibrahim Muhammad
Christine Juliana
Karolina Chandra
Pembimbing:
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Ibrahim Muhammad
Christine Juliana
Karolina Chandra
sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang
/ Fakultas Kedokteran Unsri.
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Tuhan YME karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul Marasmus ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. HM. Nazir, Sp.AK sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama
Umur
: 5 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Berat badan
: 3570 gram
Tinggi badan
: 53,5 cm
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
MRS
: 6 Juli 2012
II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 8 Juli 2012)
Keluhan utama
Keluhan tambahan
: BB turun
Penolong
Tanggal
Berat badan lahir
Panjang badan
Keadaan saat lahir
: Dokter
: 11 Februari 2012
: 2400 kg
: 35 cm
: bayi langsung menangis, warna kemerahan, gerak
aktif
2. Riwayat Makanan
Asi
:Susu Formula
: 0 sekarang (susu formula terkahir : Bebelac dengan
takaran 6 sendok makan + 120 cc air.
3. Riwayat Imunisasi
o BCG
o Polio
o DPT
o Hepatitis B
o Campak
: (+)
: (+) (1 dan 2)
: (+) (1 dan 2)
: (+) (1 dan 2)
: (-)
4. Riwayat Keluarga
Nama
Umur
Agama
Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
:
:
:
:
:
:
Ayah
Roni
22 Tahun
Islam
Pertama
SMA
Tukang parkir
Ibu
Dwi
21 tahun
Islam
Pertama
SMP
IRT
6. Status Gizi
BB/U = 3,57/7,7 = 46%
TB/U = 57/65 = 87,7%%
BB/TB = 3,57/4,5 = 79,3%
Kesan : Gizi Buruk
(<-3SD)
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat batuk pilek sebelumnya disangkal
Riwayat bronkopneumonia 2 bulan yang lalu
Riwayat telinga keluar cairan 1 bulan yang lalu
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong kurang mampu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak rewel
Kesadaran
: compos mentis
BB
: 3,570 gram
TB
: 53,5 cm
Gizi
: Gizi buruk
Edema umum
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Dyspnoe
: tidak ada
Anemis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Pernapasan
: 54 kali/ menit
Tipe pernafasan : abdomino-thoracal
Turgor
: kembali lambat
Tekanan Darah
: tidak diukur
Nadi
: 140 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu
: 36,4 oC
Keadaan Spesifik
Kulit
Anemis (-), kulit keriput dan kendor, baggy pants (+)
Kepala
Bentuk
UUB
Lingkar kepala
Rambut
: 36 cm
: hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Mulut-Bibir
Bentuk
: tidak ada kelainan
Warna
: sianosis sirkumoral tidak ada
GIGI dan MULUT : dalam batas normal
FARING TONSIL : dinding faring hiperemis, T1-T1
LEHER
: perbesaran KGB tidak ada
Hidung
Telinga
Ekstremitas
Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Tungkai
Kanan
Kiri
Segala arah
Segala arah
+5
+5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-
Fungsi sensorik
Fungsi nervi kraniales
Dejala rangsang meningeal
Lengan
Kanan
kiri
Segala arah
Segala arah
+5
+5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-
SGOT
SGPT
Na
K
Ca
Cl
: 125 u/l
: 176 u/l
: 152 mmol/l
: 3,9 mmol/l
: 1,7 mmol/l
: 127 mmol/l
V.
PEMERIKSAAN ANJURAN
- Cek ulang darah rutin
- Cek ulang gula darah sewaktu
- Cek ulang elektrolit
VI.
VII.
-
DIAGNOSIS KERJA
Marasmus kondisi III
PENATALAKSANAAN
Berikan kehangatan selimuti anak
Glukosa 10% 50 ml PO
10 jam berikutnya : Resomal 5-10 ml/kgBB 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam
dengan F75 35 cc.
Setelah diare atau muntah berkurang, dan F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 55
cc per3 jam
Setelah tidak ada diare dan muntah, serta F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 75
cc per 4 jam
As folat 1x1 mg
Fase transisi:
-
F-75 diganti dengan F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (75ml per 4 jam) dan
pertahankan selama 2 hari
Pada hari ke-3, F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (90-130ml per 4 jam)
Pada 4 jam berikutnya dosis F100 dinaikkan 10 cc hingga anak tidak dapat
menghabiskan jumlah F100 yang diberikan.
Pada hari ke-4, F-100 90-130ml per 4 jam dipertahankan sampai hari ke 7-14 sesuai
kondisi anak.
Fase rehabilitasi :
- Makanan terus diberikan sampai tercapai BB/TB-PB
> - 2 SD
I. BB < 7 Kg
F-100
Makanan bayi/lumat
Sari buah
II. BB > 7 Kg
F-100
Makanan anak/lunak
Buah
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
Tanggal
6 Juli 2012
7 Juli 2012
8 Juli 2012
9 Juli 2012
A : perbaikan
P : - susu F75 12 x 35 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Cotrimoxazol 2x2 cc
A : tetap
P : - susu F75 12 x 35 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Cotrimoxazol 2x2cc
A:
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO
10
2012
11
2012
12
2012
A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro
A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 12 x 50 cc +
elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro
A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro
13
2012
14
2012
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)
O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT
Thorax : simetris, retraksi (-), iga
gambang (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
membesar
Ekstremitas : akral hangat
Baggy pants (-), turgor cepat
A : Perbaikan marasmus
kondisi V
P : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro
A : tetap
P : - susu F75 8 x 75 cc
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 3 x 120 mg
- Gentamisin 2 x 8,5 mg
- IVFD D5 + NS gtt 6
mikro
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami defisiensi energi dan
protein. Ini merupakan salah satu dari tiga bentuk serius kekurangan energi
protein (KEP).
Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan
umur.Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat
dengan menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS (Depkes RI 1999).
a. KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning, atau BB/U 70% - 80% baku median WHO-NCHS
b. KEP Sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis
merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% baku median WHO-NCHS
c. KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS.
jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati,
otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
II.
ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi,
malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun,
keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
III.
EPIDEMIOLOGI
Marasmus adalah masalah serius seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50
juta anak berusia kurang dari 5 tahun. Menurut WHO 49% dari 10,4 juta kematian
pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara-negara berkembang berkaitan
dengan PEM.
Di Indonesia, sebanyak 72% penderita gizi kurang ditemukan di daerah-daerah
kabupaten Indonesia dengan 2 4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
IV.
FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu:
-
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
V.
MANIFESTASI KLINIS
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok
adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak
lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi,
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit
dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya
longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu
tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Lethargi
4. Irritable
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (pakai celana longgar-baggy pants)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang
8. Malaise
9. Kelaparan
10. Apatis
11. Perut umumnya cekung
12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, piano sign)
13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
14. Diare persisten
VI.
PATOGENESIS
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolik esensial lainnya asam amino untuk kepentingan
homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup
albumin.
v
Sosial ekonomi
rendah
Malabsorbsi,
infeksi, anorexia
Kegagalan melakukan
sintesis kalori dan protein
Atrofi / pengecilan
otot
Resiko infeksi
Resiko infeksi saluran
pencernaan
Anorexia, diare
Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
VII.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
anamnesis awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:
syok/renjatan
letargis
gangguan sirkulasi/syok
gangguan kesadaran
dehidrasi
hipoglikemi
hipotermi
Pemeriksaan laboratorium/radiologi
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium
berikut:
Glukosa darah
Hemoglobin
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
Elektrolit
Hasil
Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi
insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
Klasifikasi :
VIII. PENATALAKSANAAN
Tetapkan Kondisi
Kondisi 1 Tanda Renjatan / Syok + Letargis/tidak sadar + muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 2 Letargis/tidak sadar + Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 3 Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 4 Letargis/tidak sadar
Kondisi 5 Jika tidak ditemukan tanda renjatan / syok + letargis/tidak sadar +
muntah/diare/dehidrasi
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
perbaikan mental
Tatalaksana Khusus
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu apabila kadar
glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena itu, setiap anak gizi buruk harus
segera diberi makan atau larutan glukosa/ gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit.
Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila
fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera ditangani sesuai
panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan
kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC. Tatalaksananya :
Segera beri makan F-75, apabila diperlukan, lakukan rehidrasi terlebih dahulu
hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di
dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau perut ibunya. Apabila menggunakan
lampu listrik, letakan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan
mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal tersebut disebabkan oleh
sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, yaitu
hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, apabila
gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksananya :
Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan
syok
Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar,
dan apakah anak muntah
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium yang seudah
terkandung di dalam larutan mineral mix yang ditambahkan dalam F-75, F-100 atau
ReSoMal
Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat, maka berikan:
Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan dengan
Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau ampisilin oral
(50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika
anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari
-
atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9
bulan. Tunda imunisasi bila syok.
Multivitamin
Ferosulfat 3 mg/ kgBB/ hari setelah berat badan naik (mulai fase rehibilitasi)
Vitamin A diberikan secara oral pada hari pertama (kecuali apabila telah
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah
laktosa
Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus terpenuhi
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Tanda yang menunjukan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Tatalaksana :
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke Formula tumbuh kejar
(F-100) (fase transisi) :
-
Ganti F-75 dengan F-100, dan berikan F 100 dalam jumlah yang sama dengan
F-75 selam 2 hari berturut-turut
Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan, karena ASI tidak mengandung
7. Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan
mendapat F-100:
-
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/ kgBB/ hari
Baik (>10g/kgBB/hari)
memandikan, bermain)
Mempersiapkan pulang dan tindak lanjut di rumah
Apabila telah tercapai BB/TB>-2SD (setara dengan >80%), maka dapat dianggap
anak telah sembuh. Anak mungkin masih memiliki BB/U rendah karena anak
berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah.
Berikan contoh kepada orang tua :
-
Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi
pemberian makan yang sering
Selain itu juga sarankan ibu untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan serta
mengikuti program pemberian vitamin A.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur kenaikan berat badan anak. Kenaikan berat
badan yang diharapkan adalah >50g/kgBB/minggu. Penyebab peningkatan berat
badan yang buruk antara lain:
Kualitas perawatan
Penyediaan elektrolit/mineral solution, dan apakah hal ini diresepkan dan dikelola
dengan benar
Periksa tinja
HIV/AIDS
Selain memantau berat badan, perlu dilihat pula kondisi anak setelah pemberian
makanan, apakah terjadirefeeding syndrome atau tidak. Tanda refeeding syndrome adalah
timbulnya hipofosfatemia berat setelah uptake fosfat oleh sel selama minggu pertama mulai
refeed. Kadar fosfat dalam serum sebanyak 0,5 mmol/mL dapat menimbulkan kelemahan,
rabdomiolisis, disfungsi neutrofil, kegagalan kardiorespirasi, arritmia, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, atau kematian mendadak. Kadar fosfat harus dipantau selama refeeding,
dan jika rendah, fosfat harus diberikan selama refeeding untuk menangani hipofosfatemia
berat.
IX.
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
Diare kronis
Tuberkulosis
BAB III
ANALISIS KASUS
Nama
Umur
: 5 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Berat badan
: 3570 gram
Keluhan utama
Keluhan tambahan
: BB turun
- Kesadaran : Komposmentis
- Denyut Nadi: 140 x/menit
- Laju Pernapasan : 54 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Kulit : Anemis (-), kulit kendor, baggy pants (+), turgor lambat kembali, sianosis (-),
ikterik (-).
- Kepala : Mikrosefali, UUB datar.
- Mata : Anemis (-), ikterik (-), produksi air mata cukup, mata cekung
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-)
- Toraks / paru : Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga menggembung (+)
Pada kasus ini, anak mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan pernafasannya,
di mana anak sering muntah, diare dan mengalami demam yang turun naik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel, adanya tanda-tanda gizi buruk yaitu anak
tampak sangat kurus tanpa edema, kulit keriput, turgor kembali lambat, mata cekung, iga
menggambang (piano sign), adanya baggy pants. Dan pada pemeriksaan antoprometri
didapatkan :
BB/U = 3,57/7,4 = 48,2% KEP Berat
TB/U = 57/65 = 87,7%%
BB/TB = 3,57/5 = 71,4% (z-score <-3SD) Kesan : Gizi Buruk
Pada pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium didapatkan Hb yang menurun dan
peningkatan leukosit yang merupakan tanda terjadinya anemia dan infeksi yang memang
rentan terjadi pada anak dengan gizi buruk. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, perhitungan
status gizi, dan pemeriksaan penunjang mengarah pada gizi buruk jenis marasmus.
Penderita mengalami diare dan muntah, tetapi tidak mengalami syok ataupun letargi,
sehingga dimasukkan ke dalam kondisi 3. Sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan gizi
buruk kondisi 3 dalam 10 langkah tatalaksana gizi buruk dari Direktorat Bina Gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK UI.
Direktorat Bina Gizi.2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1, cetakan keenam.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.