Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan
meningkat rata-rata 17% dari berat badan sebelum kehamilan atau kira-kira 12
kilogram. Peningkatan berat badan terjadi akibat penambahan ukuran uterus dan
isinya (uterus 1kg, cairan amnion 1kg, fetus dan plasenta, 4kg), peningkatan
volume darah dan cairan interstitial (masing-masing berkisar 2 kg) dan deposisi
lemak dan protein (berkisar 4 kg). Penambahan berat badan yang normal selama
trimester pertama adalah 1-2 kg, dan 5-6 kg penambahan pada dua trimester
terakhir.4 Curah jantung juga meningkat selama kehamilan. Perubahan ini muncul
pada minggu ke-5 kehamilan, dan terus bertambah sebesar 35%-40% pada akhir
trimester pertama kehamilan. Curah jantung terus meningkat selama trimester
kedua sampai dia mencapai kira-kira 50% lebih tinggi dibanding wanita yang
tidak hamil. Ukuran ini tidak berubah selama trimester ketiga.4
Penambahan volume plasma maternal mulai sejak awal minggu ke enam
kehamilan dan terus meningkat sampai mendekati 50% pada minggu ke-34
kehamilan.4 Peningkatan volume plasma tidak diikuti dengan peningkatan volume
sel darah merah, sehingga menghasilkan anemia fisiologis pada kehamilan.
Terjadi peningkatan volume plasma dari 49 ml/kgbb menjadi 67 ml/kgbb,
peningkatan total volume darah dari 76 ml/kgbb menjadi 94 ml/kgbb, sementara
volume sel darah merah tidak berubah yaitu 27 ml/kgbb. Hipervolemia fisiologis
ini memfasilitasi zat-zat makanan dari ibu ke fetus, melindungi ibu dari terjadinya
hipotensi dan mengurangi resiko akibat terjadinya perdarahan saat melahirkan.
Peningkatan volume plasma ini merupakan suatu respon adaptasi fisiologis yang
membantu untuk mempertahankan tekanan darah saat terjadinya penurunan tonus
pembuluh darah.4
signifikan hingga mencapai 8-35 %.7 Hipotensi akan mempengaruhi tidak hanya
pada ibu namun secara tidak langsung dapat mempengaruhi janin sehingga
terjadinya hipotensi sebisa mungkin harus dicegah. Pencegahan kejadian hipotensi
setelah anestesi spinal telah melahirkan banyak sekali teknik pemberian cairan.3
Khusus untuk pasien obstetrik yang rutin dilakukan adalah pre hidrasi,
memposisikan uterus kekiri (left lateral displacement) dan pemberian obat
vasopressor.5 Pada beberapa penelitian pre hidrasi dengan larutan kristaloid 10-20
ml / kg berat badan atau pemberian kristaloid 500-1000 ml secara intravena
sebelum anestesi spinal efektif mengkompensasi pooling darah di pembuluh darah
vena akibat blok simpatis. 8 Dasarnya adalah peningkatan volume sirkulasi untuk
mengkompensasi
penurunan
resistensi
perifer.
Pemberian
cairan
harus
cairan
pengganti
perdarahan
diberikan
dengan
kurang
terjadi
pengenceran
volume
plasma
sedangkan
kadar
klorida
independen yang akan mempengaruhi konsentrasi ion Hidrogen. Nilai SID pada
wanita hamil lebih rendah dari normal. Hal ini terjadi akibat efek dilusional dari
plasma.10 Gangguan keseimbangan asam-basa pada maternal akan secara
langsung mempengaruhi kondisi asam-basa pada fetus. Apabila terjadi asidosis
pada fetus, kondisi ini akan mempengaruhi sistem kardiovaskularnya.12
O Siggaard, dkk dalam penelitiannya menyatakan gangguan dari status
elektrolit akan secara langsung mempengaruhi status ion hidrogen dimana pada
kondisi tidak terjadi gangguan dalam sistem pernafasan maka ada dua hal yang
relevan dipandang sebagai penentu keseimbangan asam-basa yaitu Strong Ion
Difference dan pH.13 Elektrolit yang dianggap berpengaruh kuat terhadap nilai
SID adalah Na+, K+, Ca2+, Mg dan Cl. 14 Penilaian keseimbangan asam-basa
dengan metode Stewart memiliki kelebihan dibandingkan metode HendersenHasselbalch, dimana kelebihan Stewart terletak pada konsistensi penilaian faktor
kompensasi tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa.10
Saat ini telah mulai banyak dilakukan penelitian yang membahas cairan
paling baik dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit yang menjadi
komponen utama pada SID dimana hal ini adalah salah satu variabel independen
yang menentukan pH dalam keseimbangan asam-basa menurut metode Stewart.
Morgan TJ dkk (2002) dalam penelitiannya terhadap tiga jenis larutan
dengan SID yang berbeda menemukan ada hubungan linear antara kandungan
elektrolit suatu cairan dengan perubahan SID plasma dan hal itu dapat menjadi
lebih progresif apabila diberikan dalam jumlah yang besar.14
Pada penelitian tahun 2006 yang dilakukan oleh Mukhlis Rudi di
menimbulkan
asidosis
metabolik,
dimana
gangguan
terhadap
Ringerfundin.19
Larutan Ringer Asetat Malat ( RAM ) yang dikenal dengan Ringerfundin
merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RAM
yang mengandung Asetat dan Malat berbeda dari larutan RL dimana Laktat
metabolismenya terutama di hati sementara Asetat dimetabolisme pada hampir
seluruh jaringan tubuh terutama di otot. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih
cepat 3 - 4 kali dibanding laktat. Larutan RAM merupakan larutan isotonis yang
mirip dengan cairan tubuh dan dikenal dengan larutan berimbang (balance
solution). Larutan RAM ini mengandung elektrolit yang seimbang dengan
konsentrasi yang mirip dengan yang ditemukan dalam plasma manusia. Larutan
ini dapat digunakan untuk menangani hemostasis cairan pada perioperatif serta
dapat digunakan untuk menggantikan volume intravaskular sementara.20
Galas, dkk (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian
Ringerfundin dihubungkan dengan tampilan elektrolit dan keseimbangan asambasa yang lebih baik dibanding dengan pemberian ringer laktat.21
RL
Na (mmol/L)
145
131
K (mmol/L)
Ca (mmol/L)
2,6
Mg (mmol/L)
128
111
Lactate (mmol/L)
29
Acetate (mmol/L)
24
Malate (mmol/L)
Osmolaritas
(mOsm/L)
309
278
SID
-4,4
-2
Cl(mmol/L)
keseimbangan antar
elektrolit.10