You are on page 1of 3

KREMIAN (Oxyuris Vermicularis & Enterobius Vermicularis)

Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang
berukuran besar seperti cacing perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi
(pinworm). Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah
parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis.
Oleh awam, kita sering mendengar, Kremian.
Morfologi dan Siklus Hidup
Cacing betinanya berukuran 8-13 mm sedangkan jantan 2-5 mm. Cacing dewasa hidup di
sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan sekum. Mereka memakan isi
usus penderitanya.
Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum.
Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang
mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal)
untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam
waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat
hidup sampai 13 hari.
Infeksi dan Penularan
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak anak menggaruk daerah
sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari jarinya
ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan
telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun
pakaian yang terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal
kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik sampai sekum
dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai : autoinfeksi
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga
telur yang ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi
dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.

Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah
panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang
mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya
hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu
keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti
asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau
kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di
berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi,
telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet
seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada
berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa
kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun
yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.
Gejala Klinis
Kremi-an relatif tidak berbahaya. Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa gatal
(pruritus ani) mulai dari rasa gatal sampai timbul rasa nyeri. Akibat garukan akan
menimbulkan iritasi di sekitar anus, kadang sampai terjadi perdarahan dan disertai infeksi
bakteri. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari. Hal ini akan menyebabkan
gangguan tidur pada anakanak (insomnia) oleh karena rasa gatal, anak akan kurang tidur dan
badannya pun menjadi lemah serta lebih cengeng atau sensitif. cepat marah, dan gigi
menggeretak. Kondisi yang tidak mengenakkan ini membuat nafsu makan anak berkurang.
Berat badannya serta merta berkurang. Untuk mengatasi kegelisahannya, biasanya anak akan
sering berkemih/kencing (enuresis) dan masturbasi.

Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai
ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut.
Cacing sering ditemukan di apendiks (usus buntu) tetapi jarang menyebabkan appendisitis.
Pada beberapa kasus dilaporkan adanya migrasi cacing betina pada penderita wanita bisa
sampai ke vagina-rahim-akhirnya ke tuba fallopi dan menimbulkan radang saluran telur atau
salpingitis.
Adanya cacing dewasa pada mukosa usus akan menimbulkan iritasi dan trauma sehingga
dapat menyebabkan ulkus kecil. Jumlah cacing yang banyak dalam rectum dapat
menyebabkan rectal kolil (rasa nyeri hebat pada usus besar).
Dapat sembuh sendiri
Cacingan itu tidak perlu diobati, yang penting kita putus mata rantainya dia akan sembuh
sendiri. Ya, infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tak ada
pengobatanpun infeksi dapat berakhir asalkan kita melakukan pencegahan dan peningkatan
kebersihan. Misalnya kuku selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan.
Anak yang cacingan sebaiknya memakai celana panjang ketika tidur, pakaian dan sprei dicuci
bersih dan diganti secara teratur. Makanan dihindarkan dari debu dan tangan yang kotor.

Diagnosis
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada
waktu malam hari.
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil
dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari
sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).

Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus,
telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca
benda dan dibubuhi sedikit toluen untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan 3 hari berturut-turut.

Pengobatan dan prognosis


Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan
bila ditemukan salah seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis
tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat badan (anak-anak), sangat efektif bial
diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga obat sampai ke sekum dan kolon. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.

Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan atau
mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol efektif
terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan pipreazin dosis
tunggal tidak efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknya diulang 2-3 minggu
kemudian.
Pengobatan secara periodik memberikan hasil yang baik.

You might also like