Professional Documents
Culture Documents
Teriakan jiwa
Ketika matahari bersinar bagai emas..
Dan tunjukan pancaran sinar senja..
Menampakan bayangku yang nyata..
Ku lihat setiap jejak langkah yang terkandung memori..
Bagaikan lukisan yang mengusik Mataku..
diam terpaku dari kenyataan yg tak terhiraukan..
Ku penjarakan diriku di balik nyatanya jiwa..
Ku kunci hatiku ke dasar kegelapan..
Dan palsukan wajahku dari luka-lukanya..
Aku tertipu dari ketakutan itu..
Mencoba tertawa saat jiwa ku berteriak..
Akankah aku bangun sekali lagi..?
Ku hancurkan kepingan cermin kenangan..
Darah menetes dari setiap jemariku yang gemetar..
Menepis sakit untuk surutkan ketakutan
Ku lihat sosok dari kepingan itu..
Ohh..tidak! Dialah teror dalam mimpiku..
Dialah wajah yang ku sembunyikan..
Aku monster yang mengerikan..
Akulah pencipta kegilaan dalam dosa..
Dan akulah penikmat dari penderitaan mereka..
Aku berlari begitu jauh sepanjang horizon..
Namun darah takan pernah mengering dari tubuhku..
Selamanya Deritaku tiada tara..
Ku lepaskan
Tak ku lihat senyum darimu..
Tak ku dengar lantunan lagu dari suara rindumu..
Tak ku rasa bahagia dan dukamu..
Matamu terpejam menutup cahaya..
Jadikan tubuhmu terdiam dingin mengundang sedih..
Mengungkapkan makna bisu untukku..
Ku dekati dirimu wahai tercinta..
Ku tegapkan kaki dan memulai langkah..
Pandangan ini merasuki kenyataan..
Melody lullaby
Kau datang menyentuh gerbang awan
Tubuhmu berselimutkan percikan cahaya
Lukisan wajahmu getarkan lapisan angkasa
Akulah lelaki penyambutmu
Bunga suciku telah bermekaran
Ribuan Wanginya menyentuh gemulai kulitmu
Inginku wujudkan satu mimpi yang bergejolak
Mimpi yang mengandung ribuan mimpi
mimpi tunggal yang bersembunyi di balik jutaan mimpi
tidurkan aku dalam pelukanmu
lantunkan melodi di bibir manismu
kau peri milikku nyanyikanlah lagu
sembuhkan perih terselimuti rindu
wujudkan mimpi tak terbentuk dan memberontak..
dan kau datang di sampingku
sampaikan melodi berharmoni menutup mata
menutupi yang nyata dengan kegelapan
membuka mimpi dengan cahaya..
ku masuki ruang yang belum terjamah
bahagiaku penuh akan hasrat yang terwujud
inilah inginku
Tapi rasa sakit apa ini?
Sakit ini melampaui batas kematian
Tubuhku terjerat tak ingin lepas
sungguh berat di duduki bukit-bukit kenyataan