You are on page 1of 6

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Pengaruh Teori Belajar Kognitif Serta Peran


Orangtua Dalam Kecerdasan dan Keaktifan Anak

Disusun

oleh:

Gita

Lestari

(06121003007)
Dosen Pengampu:
Dra. Evi Ratna Kartikawati, M.Pd.

Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajara yang sering disebut
sebagai model perceptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori kognitif ini sangat besar pengaruhnya dalam proses
pembelajaran, akibatnya pembelajaram Indonesia pada umumnya lebih cenderung
kognitif

oriented

(berorientasi

pada

intelektual/kognisi).

Implikasinya

lulusan/output pendidikan atau pembelajaran kaya inteletual tetapi miskin moral


kepribadian. Mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan
antara pesan kognisi dengan peran afeksi, sehingga lulusan pedidikan memiliki
kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.
Pengertian teori kognitif menurut para ahli
a. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang atau siswa adalah suatu
proses yang bersifat genetik. Artinya proses belajar itu didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan system syarat. Oleh sebab itu makin
bertambahnya umur seorang siswa, mengakibatkan kompleksnya susunan selsel syaraf dan juga semakin meningkatkan kemampuannya khususnya dalam
bidang kualitas intelektual (kognitif).
b. Jerome S Bruner adalah seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori
kognitif, hal ini didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran adalah proses
untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada
dalam diri siswa.
c. Ausubel, teori kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam
ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsure-unsur pengetahuan yang
terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.
B. Manfaat
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Menjadikan siswa tidak hanya cerdas, tapi juga aktif dan berkepribadian yang
baik
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Membantu guru untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan


efisien.
Membantu guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
Membantu guru membangun karakter pada diri siswa

BAB II
PEMBAHASAN
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perceptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori ini mangatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat
diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau
upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh
orang lain.
Teori pembelajaran ini adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung
melakukan praktek-praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik.
Sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah suatu realitas system. Artinya, keberhasilan

pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/ factor saja, tetapi lebih
ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai factor yang ada. Di
dalam proses pembelajaran teori kognitif ini tidak diperlukan adanya berbagai
paksaan dengan dalil membentuk kedisiplinan. Pengembangan materinya pun
harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas
kehidupan peserta didik. Proses belajar juga tidak harus didalam ruangan atau
gedung. Wilayah pembelajaran bisa di mana saja selama peserta didik mampu
melakukan proses untuk mengembangkan daya analisis terhadap realitas.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam teori pembelajaran ini tidak
harus dilakukan secara monoton, sehingga metode yang bervariasi merupakan
tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses
aimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar
makna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa. Pembelajaran harus
memperhatinkan perbedaan individual siswa, factor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi,
kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Proses pembelajaran di kelas melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa
sebagai pelajar. Seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan, pendidikan
Indonesia saat ini menginginkan pembelajaran yang menempatkan guru tidak lagi
sepenuhnya sebagai sumber dari segala sumber belajar, namun guru diharapkan
menjadi fasilitator bagi proses belajar siswa. Siswa tidak lagi mencawan akan apa
yang disampaikan guru, tapi sebaliknya siswa sebagai individu aktif.
Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi
kemampuan /intelegensi, suku/ras, agama, kehidupan ekonomi dan social, latar
belakang kelauarga, dan lain-lain. Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi jurang
perkembangan siswa di sekolah, namun sebaliknya perbedaan ini membutuhkan
penanganan khusus dari guru baik secara klasikal, maupun individual. Guru
diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang
memungkinkan siswa untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan/potensi

yang ada dalam dirinya, baik dari segi kemampuan intelegensi(IQ), emosional
(EQ)siswa, dan spriritual (SQ).
Untuk menjadikan anak yang tidak hanya cerdas, tetapi juga aktif dan
memiliki kepribadian yang baik tidak hanya dipengaruhi dari proses pembelajaran
yang di dapat oleh anak dari sekolahnya, akan tetapi juga dipengaruhi dari
partipasi orangtua dalam mendidik anak itu. Peran orangtua juga sangat penting
dalam mendidik anak.
Siapa tak bangga memiliki anak yang cerdas. Tetapi tak hanya cerdas,
dalam pertumbuhannya juga harus aktif dan juga memiliki kepribadian yang baik.
Oleh karena itu, kebiasaan yang baik harus ditanamkan orangtua kepada anak
sejak dini. Memang sulit untuk memisahkan anak dari televise dan game
elektronik yang ada di rumah. Tetapi hal ini dapat dimulai dari mendorong anak
untuk aktif dan bermain diluar rumah. Misalnya seperti berlari-lari dan bermain
main petak umpet dapat melatih tubuh anak atau dengan kegiatan indoor yang
menggerakkan seluruh fisik.
Selain itu dapat juga dengan cara agar orangtua dapat mengajak anak
beraktivitas di luar ruangan dan menurutkan inaktivitasnya seperti menonton atau
bermain game elektronik. Orangtua harus menentukan aturan tertentu seperti
bangun pagi tidak boleh menyalakan televisi.
Orangtua juga harus menerapkan pola hidup sehat dengan membiasakan
pada anak untuk memulai hari dengan berolahraga minimal 1 kali dalam
seminggu yang bisa dilakukan bersama orangtua. Orang tua juga harus
memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Sehingga dapat menghasilkan anak yang tidak hanya cerdas
intelektual, baik dalam pertumbuhannya serta memiliki kepribadian yang baik.

Daftar pustaka
Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Ibrahim, R., Nana Syaodin, S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka
Cipta.
Kabar Sumatera. 28 Mei, 2013. Tak Hanya Cerdas, Anak Juga Harus Aktif Secara
Fisik, hlm. 14.
Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang. Rasail
Sumatera Ekpress. 9 November, 2013. PG-TK Super Champ Mendidik Anak
untuk Jadi Juara, hlm. 7.
Wilis, D. Ratna .2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

You might also like