Professional Documents
Culture Documents
kadar AFP serum juga meningkat, walaupun tidak pernah mendekati kadar pada masa janin.
Apabila terjadi multiplikasi berlebihan, seperti pada karsinoma hepatoseluler, kadar AFP
dapat meningkat sampai beberapa ribu nanogram per mililiter. Aktivitas regenerasi yang lebih
rendah , seperti pada sirosis aktif, hepatitis aktif kronis , fase pemulihan pada hepatitis virus
atau toksik, menyebabkan peningkatan kadar AFP sampai sekitar 500 ng / ml.
30 % sampai 50 % pasien di Amerika dengan kanker hati tidak memperlihatkan kadar AFP
dalam sirkulasi mereka, ini kemungkinan karena variasi tumor yang tidak menghasilkan
AFP atau menghasilkan AFP yang secara antigenis tidak bereaksi dengan antibodi yang
digunakan untuk immunoassay.
Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat besar sebagai indeks kekambuhan penyakit. Pada
pasien karsinoma hepatoselular yang diterapi, hilangnya AFP mengisyaratkan eliminasi selsel ganas, dan peningkatan kadar mencerminkan rekurensi kanker.
Setelah intervensi terapeutik, pengukuran AFP sebaiknya diulang setiap satu bulan untuk
memberikan waktu agar AFP yang sudah ada dapat dibersihkan dari sirkulasi.
Menetapnya AFP setelah interval tersebut mengisyaratkan sintesis yang berkelanjutan oleh
tumor , karena kadar AFP serum proporsional dengan massa tumor.
Penderita dengan sirosis atau hepatitis B kronis, sebaiknya dimonitor AFP nya secara reguler
karena mempunyai resiko menjadi kanker hati . Jika penderita sudah terdiagnosa sebagai
kanker hepato seluler AFP harus diperiksa secara periodik untuk membantu mengetahui
respon terapinya.
Disamping berperan sebagai suatu petanda yang bermanfaat untuk kanker hati, AFP juga
berperan sebagai petanda adanya kanker testikular, dan tumor-tumor sel germinal tertentu
pada ovarium. AFP juga meningkat pada penyakit hati jinak dan dalam persentase yang kecil
dari kanker paru dan gastrointestinal.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil tes :
Kontaminasi dari darah fetus, Yang dapat terjadi saat ammiocentesis.
Perokok.
Gestational diabetes.
Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radio aktif dalam waktu 2 minggu
sebelumnya.
Keadaan abnormal yang sering dijumpai
Peningkatan kadar serum AFP maternal dijumpai pada :
Kehamilan multipel
Fetal distres
Fetal death
DAFTAR PUSTAKA :
1.
2.
3.
Kathleen Deska Pagana, PhD, RN. Timothy J.Pagana, MD,FACS. Alphafetoprotein. Dalam Diagnostic and Laboratory Test Reference, Eighth Edition,
Mosbys Elsevier, 2007. Hal : 47 49.
yang lebih besar dari yang lain. Bentuk massif unifokal berupa tumor berukuran besar
menempati salah satu lobus. Bentuk difus jarang ditemukan dan amat sulit dibedakan dengan
gambaran sirosis. Gambaran mikroskopik kebanyakan berbentuk trabekuler atau sinusoid.
Bentuk lain seperti pseudoglanduler atau asiner jarang ditemukan. Bentuk fibrolamelar
biasanya ditemukan pada penderita muda.
Tumor menyebar melalui 4 jalur, yakni:
1.
Anoreksia
Pada pemeriksaan fisik umumnya ditemukan pembesaran hepar yang berbenjol, keras dan
kadang nyeri tekan. Karena karsinoma ini kebanyakan berhubungan dengan sirosis maka
sering pada penderita ini didapatkan pula tanda sirosis misal caput medusae, spider nevi,
splenomegali, eritema palmaris dan ginekomasti.
Auskultasi diatas benjolan kadang menemukan suara bising aliran darah (bruit) karena
hipervaskularisasi tumor. Gejala ini menunjukan fase tumor sudah lanjut.
Nyeri perut, kehilangan berat badan serta massa pada perut merupakan tanda yang paling
sering ditemukan. Pada lebih dari separuh pasien anak, tanda awal adalah tumor abdomen.
Adanya nyeri mendadak, hemoperitoneum dan/atau syok tanpa adanya riwayat trauma
mengindikasikan ruptur tumor. 3-5% pasien datang dengan tanda-tanda peritonitis oleh
karena tumor ruptur secara spontan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan gangguan tes fungsi hepar berupa peningkatan
bilirubin serum, alkali fosfatase dan gamma glutamyltranspeptidase. SGOT dan SGOT
bahkan meningkat 2-3 kali di atas normal. Rata-rata pasien datang dengan anemia. Jika
terdapat nekrosis tumor dan demam, leukosit akan mengalami peningkatan.
Alfa fetoprotein (AFP) dan Protein Induced by Absence of Vitamin K or by antagonist II
(PIVKA-II) merupakan tumor marker spesifik untuk hepatoseluler karsinoma.
AFP merupakan protein yang diproduksi hepar, memiliki berat molekul 65.000 dengan
susunan asam amino yang mirip dengan albumin. Protein ini dulunya berperan penting dalam
pengaturan tekanan koloid osmotik janin dan sebagai pengikat estrogen. Protein ini normal
ada pada fetus namun menghilang beberapa minggu setelah lahir. Pada orang dewasa normal,
kadar AFP normalnya kurang dari 10-20 ng/ml. Pasien dengan hepatoseluler karsinoma
berukuran kecil biasanya hanya mengalami sedikit ataupun tidak ada peningkatan kadar AFP.
Peningkatan kadar lebih 400 ng/ml biasanya ditemukan pada tumor-tumor yang besar atau
tumor yang pesat pertumbuhannya dan kadar yang besarnya lebih dari 3000 ng/ml hampir
selalu dapat memastikan diagnosis tumor ini. Kenaikan kadar AFP yang ringan ditemukan
pada penderita sirosis tanpa keganasan. Peningkatan sementara AFP juga ditemukan pada
pasien dengan penyakit hepar atau sirosis. Pengukuran kadar AFP digunakan dalam
memonitor rekurensi tumor sebab kadarnya seharusnya menurun setelah reseksi tumor. Studi
terakhir juga menunjukkan adanya korelasi antara peningkatan kadar AFP, stadium tumor dan
prognosis. Pada orang dewasa, kadar AFP yang tinggi (> 500 ng/ml) juga dapat ditemukan
pada keadaan:
neural
Wanita hamil terutama dengan janin yang memiliki kelainan defek saluran
Sensitifitas AFP untuk karsinoma hepatoseluler adalah berkisar 60%, kepustakaan lain
menyebut angka 65-75%. Sensitifitas PIVKA-II berkisar 55-62%. Pengukuran kadar AFP dan
PIVKA-II saling melengkapi satu sama lain dalam menegakkan diagnosis hepatoseluler
karsinoma.
Tumor marker lain yang sedang diselidiki kaitannya dengan tumor ini adalah des-gammacarboxyprothrombin (DCP) yang merupakan varian enzim gamma-glutamyltransferase dan
varian enzim lainnya, misal alpha-L-fucosidase.
RADIOLOGI
ULTRASONOGRAFI
USG merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis yang tidak mahal, non invasif dan paling
sering digunakan. Lewat USG, tumor tampak hipoekoik dan kapsula fibrosa menghasilkan
acoustic shadow. Pada seorang yang ahli, USG sangat akurat, lesi yang berukuran kurang dari
1 cm dapat terdeteksi. USG juga sangat berguna dalam menentukan stadium tumor
khususnya dalam menentukan keterlibatan tumor dengan struktur vaskuler. Kemampuan USG
dalam menampakkan tumor dalam berbagai arah sesuai penempatan transducer membuat alat
ini mampu melokalisir tumor dengan akurat khususnya dalam hubungan tumor dengan
pembuluh darah. USG memiliki sensitifitas dan spesifitas sebanding dengan CT Scan dalam
mendeteksi lesi kecil namun lebih unggul dalam skrining pada daerah insidens tinggi.
CT SCAN
CT scan dapat menentukan ukuran tumor, perluasan tumor dan mampu mendeteksi tumor
berukuran kecil. Ia memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, non-operator dependen
dan merupakan pemeriksaan penunjang pilihan dalam mendeteksi karsinoma hepatoseluler.
MRI
MRI memiliki sensitivitas tinggi dan juga dapat menampilkan hubungan tumor dan pembuluh
darah besar. MRI sangat berguna dalam membedakan karsinoma hepatoseluler dengan tumor
lain bahkan pada pasien dengan sirosis hepatis, misalnya haemangioma dan nodul
regenerative.
ANGIOGRAFI
Angiografi dulunya merupakan metode paling akurat dalam mendiagnosis hepatoseluler
karsinoma namun saat ini perannya sudah terganti oleh pemeriksaan penunjang non invasif.
Saat ini angiografi sering dikombinasi dengan CT Scan atau sebagai penunjang dalam
transcatheter arterial embolisation (TACE).
GRADING Ca. HCC American Joint Commite on Cancer (AJCC) 1998:
Tumor primer (T):
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti adanya tumor
T1 Tumor soliter 2 cm tanpa invasi vaskuler
T2 Tumor tunggal 2 cm dengan invasi vaskuler; atau tumor multiple 2 cm, terbatas pada
satu lobus tanpa invasi vaskuler; atau tumor tunggal >2 cm, tanpa invasi vaskuler
T3 Tumor tunggal >2 cm dengan invasi vaskuler; atau tumor multiple > 2 cm, terbatas pada
satu lobus dengan/tanpa invasi vaskuler
T4 Tumor multiple pada lebih dari satu lobus; atau tumor pada cabang besar vena
porta/hepatica
Limfonodus regional (N)
Nx
N0
N1
Stadium I
T1 N0 M0Pengelompokan stadium:
Stadium II
T2 N0 M0
Stadium IIIa
T3 N0 M0
untuk tumor ini adalah reseksi baji, segmentektomi, lobektomi dan trisegmentektomi. Kriteria
tumor unresektabel adalah:
Ekstensi tumor hanya sedikit hepar yang dapat disisakan setelah reseksi
regenerasi sisa hepar tidak adekuat pada pasien dengan sirosis hepatic
Perdarahan
Sepsis
Ulkus peptik
TRANSPLANTASI HEPAR
Penanganan HCC dengan cara transplantasi telah diperdebatkan oleh karena kemampuan
viabilitas organ donor dan rekurensinya setelah ransplantasi yang diduga akibat sel-sel tumor
yang bersirkulasi yang kemudian merusak donor. Pasien sebelum transplantasi harus
menjalani pemeriksaan lengkap khususnya CT Scan dan USG abdomen untuk mengeksklude
metastasis atau adanya limfonodus yang terkena. Gugenheim dkk melaporkan rerata
rekurensi post transplantasi hepar pada tumor ukuran diameter < 5cm dan jumlah tumor 3
nodul 11,1% namun ukuran diameter > 5cm dan jumlah tumor 3 nodul mencapai 100%.
KEMOTERAPI
Kemoterapi sistemik baik tunggal maupun kombinasi hanya memiliki sedikit efek terapi.
Kemoterapi sistemik yang pertama digunakan adalah fluorouracil yang berespon 0-10% dan
median survival 3-5 bln. Fluorouracil ini kemudian dikombinasi dengan asam folat dosis
tinggi namun tetap tidak mempengaruhi hasil terapi. Respon lebih baik dengan penggunaan
Epirubicin dan Cisplatin. Obat kemoterapi yang diyakini paling aktif adalah doxorubicin
dengan rerata respons 19%. (3-32%). Indikasi pemberian kemoterapi untuk tumor ini adalah:
Saat ini beragam kemoterapi regional diuji terutama melalui infus intra arteri hepatika setelah
sebelumnya dilakukan laparotomy atau angiography. Agen dapat diberi sekali, infus kontinu
lewat syringe pump atau dengan kateter port untuk injeksi jangka panjang. Alasan pemberian
intraarteri adalah:
KRIOTERAPI
Terapi ini berupa pembekuan tumor pada batas 1 cm dari jaringan hepar yang sehat dengan
menggunakan nitrogen cair yang diinjeksi melalui cryopobe vakum dibawah bimbingan USG
atau selama laparoskopi atau laparotomi. Hanya ada data terbatas dalam penggunaannya.
Zhou dan Tang dkk melaporkan 37,9 % 5 year survival rate pada 191 pasien dan 53,1% pada
56 pasien dengan tumor lebih kecil dari 5 cm. Terapi lanjut dengan ablasi alkohol setelah
krioterapi dapat digunakan dalam penanganan sisa tumor dan mengontrol rekurensi.
Komplikasi lanjut adalah kerusakan struktur berdekatan, terutama vena porta dan vena
hepatica, paru serta dapat terjadi gagal hepar.
TERAPI IMUN
Agen imunologi secara teori berguna dalam penanganan tumor ini. Interferon yang diketahui
memegang peranan dalam reproduksi virus misal hepatitis B/C dan aktifitas sel-sel
lymphokine activated killer (LAK) berkurang pada pasien dengan tumor ini. Saat ini,
imunoterapi dilaporkan belum menunjukkan dampak signifikan pada survival dan beberapa
komplikasi berat telah dilaporkan. Agen yang telah dipelajari adalah interferon-(IFN- ) dan
dikombinasi dengan doxorubicin atau fluorouracil.
TERAPI HORMONAL
Terapi sistemik lain adalah dengan manipulasi endokrin. Penelitian dengan terapi hormonal
misal dengan antiestrogen dan antiandrogen dilaporkan terus menunjukkan hasil menjanjikan.
Saat ini terapi hormonal yang paling sering digunakan adalah tamoxifen. Terapi hormonal
dilakukan berdasarkan penyelidikan:
- Jaringan tumor mengandung reseptor estrogen dan androgen
- Predominansi tumor pada pria
- Kesuksesan dengan terapi hormonal pada tumor lain
RADIOTERAPI
Radioterapi eksternal memiliki keterbatasan dalam penanganan HCC. Dosis aman untuk
hepar mendekati 30 Gy. Radioterapi dapat berguna dari segi paliatif dan untuk
menghilangkan gejala. Sebagai alternatif lain, sejumlah radiasi lokal dapat diberi dengan
memberi infus Lipiodol intraarteri atau dengan antibodi antiferritin yang diperkuat dengan
yodium radioaktif.
TERAPI LAINNYA
Pilihan terapi lain adalah terapi gen, termoterapi, intra-arterial radiotherapy dan yttrium-90
Proton therapy. Retinoic acid, flavinoid quercitin, octreotide dan herbal medicine Inchin-koto juga dilaporkan memiliki efek pada tumor.
PROGNOSIS
Prognosis tumor ini adalah buruk karena sifat tumor yang sangat ganas dan kebanyakan
pasien datang dengan stadium lanjut sewaktu diagnosis ditetapkan. Prognosis yang lebih
disukai yakni jika pasien usia muda, jenis kelamin wanita, kadar AFP rendah, stadium awal,
tidak disertai sirosis, diameter tumor lebih kecil dari 5 cm, tindakan dan jika tumor soliter.
Mortalitas intraoperatif saat ini dilaporkan kurang dari 5% bahkan di Hongkong dilaporkan
0%. Pada pasien non sirosis, hepatektomi parsial dihubungkan dengan 5 year survival 30%
dan bahkan pernah dilaporkan mencapai 68%. Pada pasien sirosis, 5 year survival mendekati
25-30% bahkan ada peneliti yang melaporkan 0%. Rekurensi tumor post reseksi dilaporkan
bervariasi antara 20-70% dalam 2 tahun dan mendekati 83% dalam 5 tahun. Rekurensi tumor
amat ditentukan oleh ukuran, jumlah dan batas positif reseksi tumor. Resiko rekurensi tumor
besar (>5 cm) dilaporkan hampir dua kali dari tumor kecil.