You are on page 1of 8

11.25.

008

BAB II
ISI
2.1

Beberapa cara pandang tentang kawasan pesisir :


a) Demografi dan Kependudukan
Wilayah laut dan pesisir adalah wilayah yang amat penting bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari empat belas juta penduduk
atau sekitar 7,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya
pada kegiatan yang ada di kawasan ini (Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2003). Sepertiga penduduk dunia tinggal di dalam batas 1000 km
dari garis pantai dan dua per tiga tinggal dalam batas 500 km dari batas laut.
Karena itu, dapat diambil suatu simpulan umum bahwa himpunan penduduk
lebih tertarik untuk mendiami wilayah.
Penduduk nelayan pesisir dan pulau-pulau ditandai dengan beberapa
ciri mencolok, yaitu:
a) Menjalankan berbagai bentuk usaha perikanan dengan tipe teknologi
tangkap tradisional dan skala kecil
b) Penerapan model diversivikasi usaha kenelayanan
c) Mengandalkan pengetahuan dan keterampilan informasi
d) Pola permukiman yang kurang tertata dan rawan penyakit dan bencana
e) Kemiskinan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan keterampilan formal
Masyarakat pesisir dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang
tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir,
mereka tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Masyarakat pesisir pada umumnya
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pemanfaatan
sumberdaya

kelautan

(marine

resource

based),

seperti

nelayan,

pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, penambangan pasir,


transportasi laut, buruh nelayan, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat


pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain. Yang harus
diketahui bahwa setiap kelompok memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dalam pemanfaatan sumberdaya laut tersebut.
Tingkat pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah.
Masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan
potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
b) Habitat Flora dan Fauna
Dengan garis pantai sepanjang lebih kurang 108.000 km Indonesia
memiliki keanekaragaman flora dan fauna pada umumnya serta, flora dan
fauna khas kawasan pesisir pada khususnya.
Kondisi fisik habitat wilayah pesisir banyak dipengaruhi oleh
perubahan yang ada di daratan maupun lautan. Wilayah pesisir dalam
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Dahuri (2003: 26- 143) membagi wilayah pesisir secara garis besar ke
dalam dua kelompok ekosistem, yakni ekosistem yang tidak tergenang air
dan ekosistem yang tergenang air.
1) Ekosistem yang tidak tergenang air
a)

Formasi Pescaprae dikenal dengan sebutan gosong pantai


berpasir. Formasi ini didominasi tumbuhan pionir, terutama
kangkung laut (Ipomoea pescaprae). Orang kebanyakan melihat
tumbuhan ini terkadang dianggap mengganggu pemandangan di
pantai, padahal tumbuhan ini berfungsi sebagai pelindung pantai.
yang dapat menahan ombak.

b) Formasi barringtonia ditandai dengan komunitas rerumputan dan


belukar yang ada di pantai berbatu tanpa pasir (gravvel). Formasi

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

ini

ditumbuhi

cemara

laut

(Casuarina

equisitifol)

dan

Callophyllum innophyllum.

2) Ekosistem yang tergenang air


Ekosistem yang tergenang air meliputi (1) terumbu karang (2) padang
lamun (3) hutan mangrove (4) estuaria dan (5) rumput laut.
1) Terumbu karang
Terumbu karang berkembang baik hanya di daerah tropik.
Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama
kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang (filum
Scnedaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga
berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium
karbonat (Nybakken, 1986: 25). Hewan karang termasuk kelas
Anthozoa berarti hewan berbentuk bunga (Antho artinya bunga; zoa
artinya hewan).Adapun yang menjadi parameter ekosistem terumbu
karang yaitu tingkat kejernihan air laut, temperatur, salinitas, sirkulasi
arus dan sedimentasi. Faktor sedimentasi dapat menutupi permukaan
terumbu karang, sehingga berdampak negatif terhadap hewan karang
dan biota yang berasosiasi dengan habitatnya.
2) Padang lamun
Tumbuhan lamun (seagrasses) termasuk tumbuhan berbunga
(Angiospemae) yang telah sepenuhnya beradaptasi hidup terbenam di
dalam laut. Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal, tersusun
atas satu jenis lamun yang tumbuh membentuk padang lebat,
sedangkan vegetasi campuran terdiri dari dua sampai 12 jenis lamun
yang tumbuh bersama-sama pada satu substrat. Spesies lamun yang
tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia henprichii, Enhalus
acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cynmodocea
serrulata, dan Thalassodendrom ciliatum.

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

3) Hutan mangrove
Hutan mangrove ada yang menyebut sebagai hutan pasang surut,
hutan payau atau hutan bakau. Bakau sebenarnya menunjukkan
kepada salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove
yaitu jenis Rhizophora spp. Pemberian istilah hutan bakau dinilai
kurang

tepat,

namun

sebutan

yang

tepat

adalah

hutan

mangrove.Ekosistem hutan mangrove secara ekologis memiliki fungsi


sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara berbagai
macam biota perairan (ikan, udang, dan kerang-kerangan). Hutan
mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai
habitat pokok maupun habitat sementara, penghasil sejumlah detritus,
dan perangkap sedimen. Dari segi ekonomi, vegetasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku
kertas, kayu bakar, arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain,
seperti tannin dan pewarna (Mukkhtasor, 2007: 36).
Hasil

penelitian

MacFarlane

et.

al.

(2003:

139-151)

menunjukkan bahwa akar mangrove spesies Avicennia marina atau


sebutan masyarakat adalah api-api digunakan sebagai indikator
biologis lingkungan yang tercemar logam berat terutama tembaga
(Cu), timbal (Pb), dan seng (Zn) melalui monitoring secara berkala.
Hal ini menunjukkan spesies Avicennia marina memiliki toleransi
yang besar serta mengakumulasi berbagai jenis logam. Sementara
spesies mangrove jenis lainnya kurang toleran terhadap logam berat.
Apabila suatu daerah pesisir yang tercemar logam berat, seperti
yang diuraikan di atas maka hanya mangrove spesies Avicennia
marina saja yang dapat bertahan. Artinya spesies mangrove lainnya
tidak dapat bertahan karena tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan.

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

4) Estuaria
Estuaria adalah wilayah sungai yang ada di bagian hilir dan
bermuara ke laut, sehingga memungkinkan terjadinya pencampuran
antara air tawar dan air laut. Estuaria didominasi oleh substrat lumpur
yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar sehingga
bersatu dengan air laut. Partikel yang mengendap kebanyakan bersifat
organik, substrat dasar estuaria kaya akan bahan organik. Bahan
organik tersebut sebagai cadangan makanan utama, bagi pertumbuhan
mangrove dan organisme lainnya. Komponen fauna estuaria dihuni
oleh biota air laut dan air tawar. Komponen fauna estuaria didominasi
hewan stenohaline dan hewan eurihaline. Hewan stenohaline adalah
hewan yang terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan
salinitas sampai 30 permil. Sedangkan hewan eurihaline adalah hewan
khas laut yang mampu mentolerir penurunan salinitas hingga di bawah
30 permil.
Parameter lingkungan utama ekosistem estuaria antara lain
sirkulasi air, partikel tersuspensi dan kandungan polutan. Dengan
demikian ekosistem estuaria ini sangat sensitif terhadap perubahan
sirkulasi air, tersuspensinya partikel dan polutan.
5) Rumput laut
Rumput laut (seaweed) dapat hidup pada perairan yang cukup
cahaya. Nutrien yang diperlukan oleh rumput laut diperoleh langsung
dari air laut. Rumput laut memiliki produktivitas yang cukup besar,
dan hewan pemangsa

langsung rumput

laut

relatif sedikit.

Diperkirakan produksi bersih rumput laut yang memasuki jaring


makanan melalui pemangsaan hanya 10 %, sisanya 90 % masuk
melalui rantai bentuk detritus atau bahan organik terlarut (Nybakken,
1986: 61).

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

c) Fisik Lingkungan
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau yang
mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 Km (DKP,
2008). Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber
pendapatan masyarakat Indonesia. Secara umum, wilayah pesisir dapat
didefenisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem
laut dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan
yang rentan (Beatly et al, 2002). Menurut Kay dan Alder pesisir adalah
wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir
merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan.
d) Hidro Oseanografi
Banyak definisi mengenai arti dan batasan wilayah pesisir yang telah
dibuat pakar-pakar ilmu kelautan dan pesisir dunia. Diantaranya yang
terkenal yakni yang dirumuskan Sorensen dan McCreary. Dalam karya
mereka Institutional Arrangement for Managing Coastal Resources and
Environments, kawasan pesisir didefinisikan sebagai perbatasan atau
ruang tempat berubahnya dua lingkungan utama, yaitu lautdan daratan.
Lebih lanjut, dalam kenyataannya juga terdapat beberapa definisi kawasan
pesisir yang dipergunakan beberapa negara kelautan yang ada di dunia. Kay
dan Alder menyatakan bahwa terdapat empat cara buat menetapkan
kawasan pesisir:
1) Fixed Distance Definitions
Penentuan kawasan pesisir dihitung dari batas antara daratan dan
air laut, biasanya penghitungan dilakukan dari batas teritorial
pemerintahan. Contoh, dihitung dari batas teritorial laut.

2) Variable Distance Definitions


Penentuan batas kawasan pesisir ditetapkan berdasarkan beberapa
perhitungan/ukuran yang ada di kawasan pesisir, seperti diukur dari batas
air tertinggi. Namun, batas kawasan tidak ditetapkan secara pasti, tetapi
juga tergantung pada variabel-variabel tertentu yang ada di kawasan

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

tersebut, antara lain konstruksi tapalbatas, tanda-tanda alam baik berupa


fisik maupun biologis, dan batas administratif.

3) Definitions According to Use


Penetapan kawasan pesisir ditetapkan berdasarkan definisi apa
yang akan dipakai. Kadang-kadang suatu kawasan ditetapkan sebagai
kawasan pesisir berdasarkan masalah/isu apa yang hendak dipecahkan.
Cara ini biasanya dilakukan oleh negara besar atau lembaga internasional
tertentu.

4) Hybrid Definitions
Teknik ini mengadopsi lebih dari satu definisi atau mencampurkan
lebih dari dua tipe definisi dari kawasan pesisir. Konsep ini umum
dipergunakan oleh pemerintahan. Contoh, pada Pemerintah Australia dan
Amerika Serikat. Beberapa negara bagian di Australia mengukur
kawasan pesisirnya 3 mil dari garis pantai, sedangkan beberapa negara
bagian lainnya menetapkan kawasan pesisirnya termasuk kawasan yang
berada di darat.

2.2

Pemetaan Pulau-Pulau Kecil


a) Batasan Luasan
Pulau kecil adalah pulau dengan luas area < 2.000 km2 dan
pulau sangat kecil adalah pulau dengan luas area < 100 km2 (UU No. 27 Tahun
2007).
Pulau kecil pada awalnya dibatasi sebagai pulau yang luasnya kurang dari 10.000 km
dengan jumlah penduduk 500.000 orang. Hess (1990) dengan jumlah
penduduk sama atau kurang dari 200 000 orang. Alternatif batasan pulau kecil
juga dikemukakan pada pertemuan CSC (1984) yang menetapkan luas pulau
kecil maksimum 5 000 km (Bengen dan R e t r a u b u n 2 0 0 6 ) . Implikasi dari
penentuan batasan pulau kecil bagi pengelolaan pulau-pulau berkelanjutan
adalah dibatasinya peruntukan lahan dan perairan pulau-pulau kecil pada
beberapa kegiatan pemanfaatan.

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11.25.008

b) Ekosistem Laut Sebagai Variabel Utama


Ekosistem laut merupakan salah satu ekosistem alamiah akuatik yang
paling besar di bumi ini. Luas area laut memang mencakup hampir 80%
wilayah bumi. Khusus untuk Indonesia yang merupakan salah satu Negara
kepulauaan, luas territorial didominasi oleh lautan. Dengan demikian, bisa
diasumsikan bahwa ekosistem laut memiliki peranan yang penting bagi
rakyat Indonesia dan juga bagi masyarakat dunia dalam skala yang lebih
besar.
Ekosistem laut sebagai variabel utama dalam pemetaan pulau pulau kecil,
memiliki beberapa manfaat sebagai berikut :

Konservasi

Pendidikan dan Pelatihan

Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Laut

Pariwisata

Usaha dan Industri Perikanan dan Kelautan

Pemetaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

You might also like