You are on page 1of 20

JOURNAL

READING

Rinosinusitis. Analisis retrospektif


gejala klinis dan hasil
pengobatan di barat laut Nigeria
Oleh : Sari Wahyuni Putri
Pembimbing : Dr. H. Denny P. Machmud,

Sp. THT

Latar belakang
Rinosinusitis

adalah proses peradangan


melibatkan mukosa hidung dan 1 atau >
rongga sinus.
Mukosa hidung dan sinus merupakan satu
kesatuan, oleh karena itu penumpukan
lendir di rongga sinus terkait penyakit
utamanya
yaitu
peradangan
pada
mukosa hidung.
Rinosinusitis virus akut sering disebut
common cold, ini adalah infeksi virus
yang paling sering dihadapi oleh dokter
umum, dokter paru dan dokter THT di
seluruh dunia.

Diperkirakan

antara 30%-50% dari


semua pasien dilihat oleh dokter
umum memiliki rinosinusitis dalam
berbagai bentuk.
Kondisi kasus yang paling sering
dilaporkan sekitar 14% (30 juta) di
departemen
Sensus
AS
pada
perkiraan
biaya
pengobatan
5780000000 dolar setahun.
Orang
dewasa
rata-rata
2-5
serangan/tahun,
anak-anak
6-10
serangan/tahun dengan usia puncak

akut (ARS) 7 hari


rinosinusitis (SRS)

Rinosinusitis
Subakut

minggu
Rinosinusitis akut berulang (RARS)>
4 episode ARS dlm 1 thn.
Rinosinusitis kronis (CRS) 12
minggu,
Eksaserbasi akut rinosinusitis (AECRS):
kondisi tiba-tiba memburuknya CRS
dengan kembali ke gejala awal.

The

European position paper on


rhinosinusitis and nasal polyps
in 2007 mendefinsikan rinosinusitis
dari 3 bidang utama :
- definisi klinis
definisi yang digunakan dalam
praktek
umum
dan
studi
epidemiologi
- definisi untuk penelitian
Untuk studi epidemiologi, definisi ini
didasarkan
pada
gejala
tanpa
pemeriksaan THT atau radiologi.

ARS

: kemunculan tiba-tiba dari 2 atau >


gejala : salah satunya harus berupa
hidung tersumbat / rhinoroe (ante/poste
nasal drip) , nyeri pada wajah dgn/tanpa
penekanan, hipo/anosmia < 12 minggu
CRS : ada dua/>gejala salah satunya
harus berupa hidung tersumbat / rhinoroe
(ante/poste nasal drip) , nyeri pada wajah
dgn/tanpa penekanan, penurunan/ hilang
kemampuan untuk mencium > 12 minggu
Kriteria Dx 2 gejala mayor atau 1 gejala
mayor + 2 minor

GEJALA DAN TANDA


MAYOR
pada wajah
tanpa/dgn penekanan
Rasa penuh pada
wajah
Hidung tersumbat
(terus menerus/
hilang timbul)
nasal
discharge/purulen,
hiposmia/anosmia,
Demam (ARS saja)

GEJALA MINOR

Nyeri

Sakit

kepala
Demam
halithosis,
lemas,
Sakit gigi
Batuk
Nyeri telinga/nyeri
tekan/rasa penuh

Selain dari gejala lokal yang


tercantum, ada gejala jauh dan
umum.
Gejala-gejala jauh :
- Iritasi faring, laring dan trakea
menyebabkan tenggorokan sakit,
disfonia, dan batuk
Gejala umum : mengantuk,
malaise dan demam

Etiologi
Rinosinusitis

disebabkan oleh
predisposisi genetik seperti :
- gg. mukosilia klerens (sindrom
Kartegener)
- meningkatnya lendir (kistuk
fibrosis)
- infeksi bakteri, virus, jamur,
protozoa, alergi, septum deviasi,
neoplasma, trauma fisik atau
fraktur

Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari
ialah obstruksi dari drainase
sinus di kompleks
osteomeatal oleh karena,
edema, gangguan mukosilia
klerens diikuti oleh stasis
eksudat + infeksi sekunder.

Diagnosis
Gejala

klinis
Radiologi konvensional /
endoskopi

Materi dan Metode


Semua

pasien baru dengan


rinosinusitis untuk jangka waktu
2 tahun sejak bulan Juli 1999 - Juli
2001 dianalisa untuk gejala klinis,
temuan radiologi konvensional,
dan pemantauan modalitas terapi
untuk jangka waktu tiga tahun

Kriteria Inklusi

Tercatat

sebagai pasien baru yang


didiagnosa rinosinusitis
Usia 7 bulan 70 tahun
Mengikuti pengobatan tiap bulan
Setiap kunjungan mereka menanggapi
pertanyaan yang ditujukan untuk
mengetahui efektivitas pengobatan
"mereka merasa perubahan yang
lebih baik, lebih buruk atau tidak
dengan status mereka pra-dan
pengobatan pasca-"? Ada keluhan dari
tindakan pengobatan?

Hasil
Gejala

dan tanda :
- Rhinorrhea (84,9%),
- sumbatan hidung (24,7%),
- epistaksis (22,0%) dan
- bersin (20,6%).
Durasi gejala bervariasi dari hari sampai
sekitar 10 tahun ,
24 (16,4%) adalah
kasus akut, 122 (83,6%) adalah kasus
kronis memberikan prevalensi sebesar
1,4% dan 7,3% , berturut-turut.
Yang disebabkan oleh
Infeksi 67,1%
kasus ,diikuti oleh alergi (28,8%).

Keterlibatan sinus

sinus

maksilaris (58,9%) yang


paling sering
Ada 46 kasus (28,8%)
peradangan seluruh sinus
(pansinusitis) dan
> satu sinus (multisinusitis)
8,9% dari kasus.

Temuan

Radiologi
menggunakan radiografi
konvensional, opacity dan penebalan
signifikan dari lendir terdeteksi
dalam 64 kasus (43,8%) ,Airfluid
level terdeteksi pada 5,5% pasien,
sedangkan pada 26 kasus (17,8%)
radiografi normal dan 48 kasus
radiologi tidak dilakukan.

komplikasi

pada
21
kasus
(14,4%)
dengan
keterlibatan
orbital
(33,3%)
menjadi
komplikasi yang paling sering.
pengobatan medis (86,3%), dan
operasi konvensional dilakukan
dalam 13,7% kasus.
paresthesia
wajah
adalah
komplikasi operasi paling sering,
meskipun
hasil
pengobatan

Kesimpulan
Rinosinusitis

di wilayah ini lebih banyak yang


kronis (83,6%) dibanding yang akut (16,4%)
Etiologi
infeksi (67,1%) dan alergi (28,8%)
adalah yang paling sering.
Sekitar (86,3%) yang bisa dilakukan pengobatan
dan 13,7% kasus diperlukan perlakuan bedah.
Rinosinusitis harus dikelola secara medis terlebih
dahulu sebelum beralih ke tindakan bedah dalam
kasus-kasus tertentu.
Operasi sinus dengan menggunakan endoskopi
lebih diinginkan sesuai dengan tren global saat
ini dalam pengobatan rinosinusitis, tetapi di
mana fasilitas tidak tersedia, tindakan bedah
konvensional dapat digunakan

References

Fokkens W, Lund V, Mullol J; European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps group.
European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps 2007. Rhinol Suppl 2007;20:1-136.

Report of the Rhinosinusitis Task Force Committee Meeting. Alexandria, Virginia, August 17,
1996. Otolaryngol Head Neck Surg 1997;117:S1-68.

Lanza DC, Kennedy DW. Adult rhinosinusitis defined. Otolaryngol Head Neck Surg 1997;117:S17. []

Benninger MS, Ferguson BJ, Hadley JA, Hamilton DJ, Jacobs M, Kennedy DW, et al. Adult chronic
rhinosinusitis: Definitions, diagnosis,epidemiology and pathophysiology. Otolaryngol Head Neck
Surg 2003;129:S1-32.

Benninger MS. Rhinosinutis. In: Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, et al. editors.
Scott-Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7 th ed. Vol 2, London: Hodder
Arnold; 2008. p. 1439-47.

Mackay IS, Lund VJ. Classification and differential diagnosis of rhinosinutis In: Gleeson M,
Browning GG, Burton MJ, Clarke R, et al. editors. Scott-Brown's Otorhinolaryngology, Head and
Neck Surgery 7 th ed. Vol 2. London: Hodder Arnold; 2008. p. 1439-47.

Wald ER. Epidemiology, pathophysiology and etiology of sinusitis. Pediatr Infect Dis 1985;S513.

Ray NF, Baraniuk JN, Thamer M, Rinehart CS, Gergen PJ, Kaliner M, et al. Health care
expenditures for sinusitis in1996: Contributions of asthma, rhinitis, and other airway disorders. J
Allergy Clin Immunol 1999;103:408-14.

Ezeanolue BC, Aneke EC, Nwagbo DF. Correlation of plain radiological diagnostic features with
antral lavage results in chronic maxillary sinusitis. West Afr J Med 2000;19:16-8.

You might also like