You are on page 1of 6

Perubahan (Amandemen) Terhadap UUD 1945

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 49 ayat, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 21 bab, 37 pasal, 170 ayat, 3 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.

Perubahan UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga
dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD
1945

Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945

Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD
1945

Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD
1945

addendum : MPR sebagai perwakilan rakyat ideal dalam mewakili kedaulatan rakyat, demokrasi
Pancasila adalah perwakilan, bukan mob-ruling democray seperti perlu penulis ketengahkan
bahwa Aristoteles telah kemukakan lebih dari 2 milenia lampau bahwa ; kelanjutan suatu Negara
terikat kepada ruh Undang-Undang Dasarnya dan bentuk pemerintahan Polity atau Repubik
(Negara yang dipimpin oleh perwakilan banyak orang yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan) dalam laju dinamikanya jika tidak dapat mempertahankan cita-cita berbangsa dan
kepentingan unum maka derajad suatu pemerintahan Polity atau Republik akan menurun menjadi
pemerintahan Demokrasi yang hanya didasarkan kepada angka terbanyak. mari kita kembali ke
jati diri bangsa UUD 1945 yang disahkan PPKI pada 18-Agustus 1945, janganlah kita silau akan
intervensi pembodohan Neo-Kolonialisme (Neo-Kolim) - Abdul Azis Arjoso
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga
dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945 Sidang
Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945 Sidang
Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945.

Arti Penting Amandemen UUD 1945


Secara etimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris : TO AMEND diartikan sebagai
TO MAKE BETTER, TO REMOVE THE FAULTS. Selanjutnya amandement diartikan sebagai
A CHANGE FOR THE BETTER, A CORRECTION OF ERROR.
Sementara itu, dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US Convention) amendment adalah
an addition to, or a change of a constitution or an organic act which is a pendent to the
document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher 1966:14).
Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang
serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau berpendapat bahwa konstitusi
di negara kita belum sepenuhnya sempurna. Jika ingin menyempurnakan konstitusi satu-satunya
pilihan ialah amandemen. Dari beberapa referensi di atas amandemen haruslah dipahami sebagai
penambahan, atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari naskah aslinya, dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut
adalah amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi
lain, amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan
merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara, dasar
negara, maupun bentuk pemerintahan. Dalam amandemen UUD 1945 kiranya jelas bahwa tidak
ada maksud-maksud mengganti dasar negara Pancasila, bentuk negara kesatuan, maupun bentuk
pemerintahan presidensiil. Salah satu bentuk komitmen untuk tidak melakukan perubahan
terhadap hal-hal mendasar diatas adalah kesepakatan untuk tidak melakukan perubahan atas
Pembukaan UUD 1945. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus mendasari Amandemen
UUD 1945 adalah semangat menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan
melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap
hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.

2.2 Alasan Dan Kesepakatan Amandemen UUD 1945


Alasan dilakukan amandemen
1. Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.

2. Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif
dan kekuasaan legislatif)
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM
5. Segi Historis (Pembuatan UUD 1945 ditetapkan dalam suasana tergesa gesa)
6. Segi Substansi dan isi UUD 1945 (UUD 1945 memiliki keterbatasan dan kelemahan)
7. Segi Sosiologis (Amanat dari rakyat untuk melakukan amandemen)
Kesepakatan Amandemen UUD 1945 :
Dilakukan antar fraksi MPR.
terdiri dari pembukaan dan batang tubuh mempunyai kedudukan berlainan, namun terjalin
dalam hubungan bersifat kausal organis.
kesepakatan antara fraksi MPR dalam amandemen UUD 1945, antara lain :
1. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945
2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Tetap mempertahankan system presidesiil
4. Bagian penjelasan UUD 1945 yang normatif, dimasukan dalam batang tubuh
5. Perubahan addendum : satu kesatuan antara perubahan yang diubah dengan yang tidak
diubah

2.3 Sejarah Amandemen UUD 1945 di Indonesia


Amandemen I
Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 atas dasar SU MPR
14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari 9 pasal, yakni:
Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21.
Inti dari amandemen pertama ini adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu
kuat (executive heavy).
Amandemen II

Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan disahkan melalui sidang
umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan pada 5 Bab dan 25 pasal. Berikut ini
rincian perubahan yang dilakukan pada amandemen kedua.
Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E,
pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G,
pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36B, pasal 36C.
Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps. 36A ;
Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi
Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.
Amandemen III
Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan disahkan melalui ST MPR 1-9
November 2001. Perubahan yang terjadi dalam amandemen ketiga ini terdiri dari 3 Bab dan 22
Pasal. Berikut ini detil dari amandemen ketiga.
Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal 7C, pasal 8, pasal 11, pasal 17,
pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G,
pasal 24, pasal 24A, pasal24B, pasal24C.
Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA.
Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan
Negara,

Kewenangan

MPR,

Kepresidenan,

Impeachment,

Keuangan

Negara,

Kekuasaan Kehakiman.
Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002
melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri
dari 2 Bab dan 13 Pasal.
Pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32,
pasal 33, pasal 34, pasal 37.
BAB XIII, Bab XIV.
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang,
perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian
nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD.

2.4 Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan dari amandemen UUD 1945 adalah untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada agar
tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun amandemen yang dilakukan bertujuan untuk
membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik lagi di berbagai bidang dengan
senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
UUD 1945 memiliki keterbatasan dan kelemahan yang tidak dapat dipakai maka UUD 1945
sebagai landasan konstitusional telah mengalami beberapa amandemen :
Amandemen ke I disahkan 19 Oktober 1999
Amandemen ke II disahkan 18 agustus 2000
Amandemen ke III disahkan 10 November 2001
Amandemen ke IV disahkan 10 Agustus 2002
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada agar tetap
sesuai dengan perkembangan zaman dan untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang
lebih baik lagi di berbagai bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat.

Saran
proses pembuatan UUD 1945 harus lebih memperhatikan hal-hal dari segi teknis dan
substansinya serta lebih teliti dalam menyikapi perkembangan masyarakat Indonesia yang
dinamis.

You might also like