You are on page 1of 11

Ilva Nurhidayatillah

1135030114

AKSIOLOGI
Pengertian
Menurut yang dikutip dari Wikipedia, Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion
(nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:
Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidahkaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihanpilihan moral?
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan normanorma moral dan professional? (filsafat etika).
Menurut
pengetahuan

pandangan
yang

Kattsoff

menyelidiki

aksiologi

tentang

adalah

hakekat

nilai

ilmu
yang

umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.


Sedangkan Barneld berpandangan bahwa aksiologi adalah
cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan

berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di


dalam tingkah laku manusia.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
-Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika.
-Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
-Socio-politcal

life

yaitu

kehidupan

social

politik,

yangakan

melahirkan filsafat social politik.


Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilainilai khususnya etika.
Jadi jika disederhanakan maka Aksiologi adalah cabang ilmu
filsafat yang mempelajari nilai-nilai kegunaan suatu pengetahuan.
\

Nilai Kegunaan
Sebelum membahas kegunaan suatu ilmu atau pengetahuan
ditinjau

dari

berbagai

ahli

maupun

pemikiran,

Tuhan

sudah

berfirman dalam Al-Quran bahwasanya menusia harus menuntut


ilmu,berpikir dan memperoleh ilmu. Sehingga munculah peribahasa
Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China, bukan berarti kita harus
mencari ilmu kenegeri China, namun itulah metafora bahwa ilmu

dan pengetahuan harus dikejar sampai kemanapun, meski ke liang


lahat.
Ilmu, tidak juga baik tidak pula buruk,melainkan bersifat
netral tergantung siapa yang menggunakan. Namun, nilai kegunaan
ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa
filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat
filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan
mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak
menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau
sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya.
Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya
diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat
ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam
menjalani kehidupan.
Filsafat

sebagai

metodologi

dalam

memecahkan

masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada
batui di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita
tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih
enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara

menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai


yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka
biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian
yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang
berkembang dalam kehidupan manusia.
Dalam pemanfaatan aksiologi ilmu dapat dikaitkan juga
dengan kenyataan yang ada di Indonesia saat ini. Bencana-bencana
seperti tak berhenti melanda bumi pertiwi. Yang terakhir paling
hangat dibicarakan adalah bencana alam Wasior, Merapi, dan
Mentawai yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Kecamatan
Wasior di Papua Barat, diterjang longsor dan banjir bandang.
Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat diguncang gempa dahsyat
dan tsunami yang menyapu bersih wilayah di pesisir pulau tesebut.
Gunung merapi di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta,
meletus berulang kali hingga memuntahkan awan panas yang
suhunya mencapai 600o celcius. Tentu ketiga bencana jelas bukan
hanya telah dan akan memakan korban jiwa manusia yang tidak
sedikit, namun juga telah menghantam dan memporak-porandakan
seluruh isi sekitar bencana. Dari contoh diatas dapat kita kaitkan
dengan aspek aksiologi ilmu. Bencana-bencana yang terjadi di
Indonesia terlepas dari kuasa Tuhan YME, ternyata manusia juga
ikut berperan dalam kehancuran bumi. Contoh, dari Wasior yang
dilanda banjir bandang baru-baru ini ditemukan fakta bahwa
penyabab banjir bandang adalah illegal logging atau pembalakan
liar hutan yang seharusnya menjadi tadah air hujan justru tidak
ada.

Kedua,gunung Merapi yang kembali memuntahkan awan


panas. Namun, dari banyak bencana yang terjadi ada point
kesalahan yang dilakukan yaitu adanya kegandaan koordinasi di
lapangan yang mengakibatkan kebingungan pelaksanaan perintah
hingga banyak nyawa dari saudara-saudara kita yang tidak
tertolong

karena

keterlambatan

evakuasi.

Lengkap

sudah

penderitaan dan bencana di negeri ini, dari kesalahan dan


kecerobohan manusia, kini dilengkapi dengan tidak tersalurkannya
bantuan secara tepat sasaran bagi pengungsi kerena tidak ada
sarana untuk menjangkau daerah yang parah karena tsunami di
Mentawai.
Aksiologi akan memberi sebuah pemahaman kepada
kita tentang sebuah keseimbangan antara nilai dan bagaimana
penilaian kita terhadap suatu objek dan dengan keadaan bangsa
saat ini. Dalam aksiologi terdapat nilai-nilai yang terkandung
didalamnnya. Kita dapat menggaris bawahi dari pendapat Drs.
Prasetya : adanya nilai jasmani antara lain nilai hidup, nilai nikmat,
dan nilai guna, nilai hidup dengan keadaan sekarang benar-benar di
prioritaskan. Jika dalam teori nilai hidup merupakan suatu yang
dikejar untuk kelangsungan hidupnya, maka dalam prakteknya
manusia benar-benar memprioritaskan nilai tersebut. Seperti saat
merapi meletus, masyarakat lebih memilih menyelamatkan diri dan
meniggalkan harta benda yang dimiliki. Sedangkan nilai rohani
adalah faham tentang nilai religi akan menjadi prioritas ke depan,
keyakinan teguh yang dipegang untuk pedoman kehidupan di dunia
dan

akhirat.

Kenyataannya,

apabila

manusia

tidak

memiliki

pedoman mengenai suatu keyakinan maka dalam hidupnya seolah

manusia tidak mempunyai tujuan, tidak mengenal Tuhan, dan tidak


mengerti agama.
Dari pernyataan pernyataan diatas dapat kita
simpulkan

bahwa

mengajarkan

cara

aksiologi
tentang

merupakan
bagaimana

suatu

ilmu

manusia

yang
mampu

menyeimbangkan antara pengertian dan pelaksanaan nilai dalam


kehidupan.
Nilai
Istilah nilai dalam bahasan Inggris adalah value atau harga.
Misalnya nilai atau harga dalam perspektif ilmu ekonomi, ilmu
politik, ilmu jiwa dan sebagainya. Maka dalam konteks filsafat nilai
segala sesuatu harus bernilai, misalnya nilai estetik, nilai etik, nilai
sosial dan nilai biologis.Oleh karena itu, maksud filsafat nilai adalah
pembahasan tentang paradigma aksiologis atas segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada sehingga dihubungkannya pada
hakikat fungsional seluruh pengetahuan. sehingga teori tentang
nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama etika
merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti ungkapan saya
pernah belajar etika. Arti kedua merupakan suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan oleh
manusia yang lain.Contoh ia bersifat etis atau ia seorang yang
jujur. Atau contoh lain, pembunuhan merupakan sesuatu yang
tidak susila.

Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang keindahan


yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena
disekelilingnya.

Nilai

itu

objektif

ataukah

subjektif

sangat

tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai


akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam
segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau
eksistensi maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi
subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apa ini
bersifat psikis atau fisik. Dengan demikian, nilai subjektif akan
selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif
selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang. Misalnya, seseorang akan senang melihat matahari
yang sedang terbenam di sore hari. Hal ini menimbulkannya rasa
senang karena melihat betapa indahnya matahari yang terbenam
itu. Inilah yang dikatakan merupakan nilai subjektif dari seseorang
dengan orang lain dan akan memiliki kualitas yang berbeda.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik
penelitian,
Kebebasan

bebas
ini

dalam
yang

melakukan

nantinya

eksperimen-eksperimen.

akan

mengukur

kualitas

kemampuannya. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju


pada proses kerja ilmiahnya dan tujuan agar penelitiannya berhasil
dengan baik. Nilai objektif menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat dengan nilai-nilai subjektif, seperti nilai dalam masyarakat,
nilai agama, nilai adat, dan sebagainya.
Perkembangan

dan

kemajuan

ilmu

pengetahuan

telah

menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Dengan

mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan berkah


dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa
malapetaka dan kesengsaraan. Setelah mempelajari teknologi
pembuatan bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya
sebagai sumber energi bagi keselamatan dan kebutuhan manusia,
tetapi dipihak lain bisa juga bersifat sebaliknya, yakni membawa
manusia kepada malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu
pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana
adanya, mulai mempertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu
dipergunakan? Jawabannya, bahwa ilmu itu berkaitan erat dengan
persoalan nilai-nilai moral.
Masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak para ilmuan terbagi ke dalam dua golongan. Golongan
pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap
nilai-nilai, baik itu secara ontologis maupun aksiologi. Golongan
kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai
hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam
penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral.
Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan
prinsip-prinsip

etis

yang

dapat

dipertanggungjwabkan

secara

rasional dan diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika


keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsipprinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk
ke

dalam

prilaku

keilmuannya,

sehingga

ia

dapat

mempertanggungjawabkan prilaku ilmiahnya.


Nilai moral tidak berdiri sendiri, melainkan berada pada atau
menjadi milik seseorang yang akan bergabung dengan nilai yang

sudah ada seperti agama, hukum, budaya, adat, sosial, dan


sebagainya. Norma moral menentukan apakah seorang berlaku baik
ataukah buruk dari sudut etis.
Penerapan ilmu pengetahuan yang sudah dihasilkan oleh para
ilmuan, baik berupa teknologi maupun teori-teori emansipasi
masyarakat mesti memperhatikan nilai-nilai kemanusian, nilai
agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan
tersebut tidak bebas nilai. Ada kalanya penerapan teknologi
berdampak negatif, misalnya masyarakat menolak atau mengklaim
suatu teknologi yang bertentangan atau tidak sejalan dengan
keinginan dan pandangan-pandangan yang telah ada sebelumnya,
seperti rekayasa genetik (kloning manusia).
Di bidang etika tanggung jawab seorang ilmuan bukan lagi
memberi informasi melainkan menjadi contoh. Dimana ia harus
bersifat objektif, dapat menerima kritik dan pendapat, kukuh dalam
pendirian yang dianggap benar, serta berani mengakui kesalahan.
Semua sifat ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan
kebenaran secara ilmiah.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulakan


sebagai berikut:
Makna aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
kegunaan ilmu dan hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi
berasal dari kata Yunani, yaitu axios berarti nilai dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tantang nilai.
Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha

pemahaman manusia

yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur,


pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-hal yang
diselidikinya (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau oleh pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya,
yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan berfungsi untuk kebutuhan hidup manusia
di dalam berbagai bidangnya. Sedangkan nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang akan dinilai.
Keguanaan

ilmu

secara

moral

harus

ditujukan

untuk

kebaikkan manusia tanpa merendahkan martabat atau merubah


hakikat kemanusiaan. Tiap ilmu terutama dalam implementasinya
selalu terkait dengan aksiologinya.

Reference :
http://goonersepil.blogspot.com/2012/02/aksiologi-dan-nilaipandangan-hidup.html
http://noormaputri.blogspot.com/2012/05/kegunaan-aksiologiterhadap-tujuan-ilmu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologi

You might also like