You are on page 1of 4

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan pada model konseptual Sister Callista Roy
adalah membantu klien untuk beradaptasi terhadap perubahan fisiologis
konsep diri, fungsi peran & hubungan interdependensi selama sehat & sakit.
Tujuan asuhan keperawatan tercapai ketika stimulus fokal berada dalam
suatu area adaptasi yang adaptif. Ketika stimulus fokal berada pada area
tersebut, manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau berespons
adaptif. Hal tersebut membebaskan individu dari koping yang tidak efektif
dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi
tersebut pada akhirnya dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis juga ditujukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap perubahan fisologisnya yaitu membantu
secara keseluruhan (total care) maupun sebagian (partial care) dengan
mendorong klien untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan hubungan interpendensi. Jadi peningkatan
adaptasi dapat dilakukan dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri,

fungsi peran dan,interdependensi, pada kasus ini penulis

membantu meningkatkan adaptasi fungsi fisiologis klien.


B. Klien
MAR (Model Adaptasi Roy) memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output dan proses
umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah
sistem

adaptif

dengan

aktivitas

kognator

dan

regulator

untuk

mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi,


konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

41

42

Asuhan keperawatan pada An. B dengan Close Fraktur Femur Sinistra


1/3 Distal dengan menggunakan model adaptasi Roy dirasakan tepat. Roy
menekankan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus
yang didapatkan. Kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal pada An.B
merupakan kasus yang dapat menimbulkan banyak perubahan pada diri klien,
namun model adaptasi yang dikembangkan oleh Roy, merupakan salah satu
proses yang dapat digunakan oleh individu untuk berada pada kondisi
terkontrol. Sebagai sistem terbuka, An. B akan selalu mendapatkan stimulus
baik fokal, kontekstual maupun residual. Untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus tersebut, maka penulis berupaya meningkatkan koping yang dimiliki
An. B tersebut dengan berbagai intervensi untuk berupaya meningkatkan
regulator dan kognator. Pada akhirnya diharapkan An. B dapat beradaptasi
secara penuh (integrity), compensatory, maupun adaptasi pada tingkat
compromised.
C. Peran Perawat
Perawat dalam Model Adaptasi Roy berperan sebagai fasilitator untuk
meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam menghadapi tantangan yang
berhubungan dengan sehat-sakit, meningkatkan penyesuaian diri pasien
menuju adaptasi dan dalam menghadapi stimulus (Roy, 1991).
Peran penulis terhadap An.B Kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3
Distal adalah memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
memanipulasi stimulus yang datang dari lingkungan yang akhirnya
menimbulkan koping yang positif sebagai hasil dari adaptasi dan respon
negatif dideskripsikan sebagai respon yang maladaptif.

D. Masalah Keperawatan
MAR memandang masalah keperawatan adalah ketika seseorang tidak
mampu beradaptasi dengan baik terhadap stimulus yang datang. Berdasarkan
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II

yang dilakukan pada An. B

dengan kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal ditemukan dua masalah

43

keperawatan yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan kerusakan integritas


kulit, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake peroral. Maka langkah penulis selanjutnya adalah dengan menetapkan
tujuan dan intervensi sesuai dengan kondisi klien.
E. Fokus Intervensi
Menurut Roy & Andrews (1999) dalam Alligood & Tomey (2006) tujuan
dari intervensi keperawatan adalah mempertahankan dan mempertinggi
perilaku adaptif serta merubah perilaku tidak efektif menjadi perilaku adaptif.
Intervensi direncanakan untuk mengelola stimulus. Sebagai stimulus,
intervensi berfokus bagaimana tujuan dapat dicapai. Fokus intervensi adalah
mengarah pada suatu stimulus yang mempengaruhi suatu perilaku. Pada
kasus An. B, penulis melakukan pengelolaan stimulus meliputi merubah,
meningkatkan,

menurunkan,

memindahkan,

menghilangkan

masalah

keperawatan klien seperti yang tertulis pada bab sebelumnya. Penulis


berusaha untuk merubah stimulus, memperkuat kemampuan mekanisme
koping An.B untuk berespon secara positif dan hasil yang penulis harapkan
adalah perilaku adaptif.
F. Cara Intervensi
Menurut MAR, langkah dalam menyusun intervensi keperawatan
meliputi penetapan atas empat hal yaitu 1) apa pendekatan alternatif yang
akan dilakukan; 2) apa konsekuensi yang akan terjadi; 3) apakah mungkin
tujuan tercapai oleh alternatif tersebut; dan 4) nilai alternatif itu diterima atau
tidak. Intervensi keperawatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan orang
lain (pasien, keluarga dan tim kesehatan).
Pada kasus yang dialami An. B, penulis mencoba mengaplikasikan
langkah dalam melakukan intervensi dengan beberapa metode yang telah
disebutkan, namun antara intervensi dan implementasi terdapat kesenjangan,
tidak semua intervensi yang telah ditetapkan dapat dilakukan, penulis tidak
dapat mencapai hasil yang maksimal oleh karena ketersediaan waktu penulis
yang tidak memadai. Namun pada dasarnya jika langkah tersebut dilakukan
oleh perawat yang bekerja di rumah sakit, penulis meyakini perawat akan

44

mendapatkan hasil yang maksimal dari intervensi yang telah dilaksanakan


karena perawat ruangan dapat selalu berdampingan dengan klien dan
keluarga.
G. Konsekuensi Intervensi
Menurut MAR, jika pengkajian, diagnosa, intervensi dan implementasi
keperawatan dapat dilakukan secara benar dan komprehensif maka akan
berdampak pada meningkatnya kemampuan adaptasi klien dan begitu juga
sebaliknya.
An.B dengan kasus Close Fraktur Femur Sinistra 1/3 Distal dalam masa
perawatannya merupakan masa yang cenderung susah beradaptasi terhadap
perubahan fisiologisnya, jika intervensi tidak dilakukan secara benar dan
komprehensif maka akan berdampak pada penurunan kemampuan adaptasi
klien, karena pada masa ini selain timbulnya rasa nyeri akibat fraktur, klien
tidak mampu bergerak sebagaimana selayaknya. Oleh karena itu kondisi ini
memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan untuk mengarahkan kedalam
proses adaptasi sesuai dengan konsep sehat dan sakit yang dianjurkan.

You might also like