You are on page 1of 6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa,


berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya ganguan
elektrolit (Sari dkk, 2005).
Uji enzim serum seperti Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan
alanin aminotransferase (ALT / SGPT) merupakan enzim intrasel yang terutama
berada di jantung, hati, dan jaringan skelet yang dilepaskan dari jaringan yang
rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan permeabilitas sel dan akan
meningkat pada kerusakan hati. Nilai normal AST / SGOT dan ALT / SGPT : 5-35
unit/ml. Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam
empedu, kadarnya akan meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya :
30-120 IU/L atau 2-4 unit/dl.
ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi) Pemeriksaan ini
memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada
saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah
kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi
percabangan bilier.Pemeriksaan darah
-

Kenaikan serum kolesterol


Kenaikan fosfolipid
Penurunan ester kolesterol
Kenaikan protrombin serum time
Kenaikan bilirubin total, transaminase
Penurunan urobilirubin
Peningkatan sel darah putih
Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utama
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakan diagnosa ileus

obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi

datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat
batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi
sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak (Sari dkk, 2005).
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air
fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi
usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas
dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran masa dapat terlihat. Pada
gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukan gambaran
seperti pigura dari dinding abdomen (Sari dkk, 2005).
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksan
bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitf dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi (Suton 2003).
GAMBARAN RADIOLOGI
Untuk menegakan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksan foto
abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tingi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
- junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring apearance
- Hering bone apearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step lader sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti leus obstruksi letak tingi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
-

abdomen
Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus
paralitk

gambaran

radiologi

ditemukan

dilatasi

usus

menyeluruhdari gaster sampai rectum.


Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitk :

yang

Gambar 1. Ileus Obstruktif .Tampak coil spring dan hering bone apearance (Suton
2003).

Gambar 2. Ileus Paralitk. Tampak dilatasi usus keseluruhan (Suton 2003).


PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
rumah sakit (Sjamsuhidajat, 2003).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien

dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk


perbaikan keadan umum. Setelah keadanoptimum tercapai barulah
dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen
dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan

sesegera

mungkin.

Tindakan

bedah

dilakukan

bila

:-Strangulasi- Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan


dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen
dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup.Perlu dingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadan paralitk (Sjamsuhidajat, 2003).
Laparatomy
a. Pengertian
Laparatomy disebut juga laparatomy eksplorasi adalah suatu pembedahan
pada rongga abdomen yang dilakukan untuk memeriksa nyeri pada
abdomen yang belum diketahui penyebabnya atau pada trauma abdomen
dan perlu didiagnosa.
b. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami
trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui
sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
c. Indikasi
Indikasi dilakukannya laparotomy diantaranya yaitu :
- Kanker pada organ abdomen (seperti pada ovarium, kolon, pancreas,
-

atau hati)
Peritonitis appendicitis
Kolelitiasis, kolesistitis
Pankreatitis akut atau kronik
Abses retroperitoneal, abdominal, atau pelvis (kantong/benjolan yang

infeksi)
Divertikulitis (inflamasi kantong usus)

- Adhesi (perlengketan jaringan pada abdomen)


- Perforasi usus
- Kehamilan ektopik (kehamilan di luar uterus)
- Perdarahan internal
- Trauma abdomen
d. Perawatan post operasi secara umum antara lain :
- Memantau tanda-tanda vital
- Mempertahankan volume sirkulasi adekuat
- Memantau keadaan luka terhadap tanda-tanda infeksi (kemerahan,
-

nyeri sekitar insisi, bengkak), dan keadaan drainase


Melakukan perawatan luka secara rutin
Meredakan rasa nyeri
Memperbaiki status nutrisi secara bertahap
Membantu meningkatkan aktivitas secara bertahap

DAFTAR PUSTAKA

Midlemis, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means


of DirectRadiography. Volume XXI No. 253.
Sari, Dina Kartika dk. 2005. Chirurgica .Yogyakarta : Tosca Enterprise. p : 32-26.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah .Edisi 2.
Jakarta :EGC. Hal: 623.
Suton, David. 2003. Textbok of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7.
London :Churchil Livingstone.

You might also like