You are on page 1of 6

Ileus Obstruksi adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum karena

hambatan ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar
(Abdus Sjukur, 1994).
Ileus Obstruksi adalah usus mengalami gangguan pengosongan isi oleh karena
ada sumbatan pada usus ( Buku Mata Kuliah, 2003).
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua :
1.

Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan usus, hernia,
neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang
lain, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula
kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), steiktur,
fibrokistik dan hematoma.
2.

Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di


setiap bagian kolor terapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah
karsinoma, volvulus, kelainan di vertikular, inflamasi, tumor jinak, impkasi fekal
atau pemadatan dan lain-lain.
B.
-

C.

PENYEBAB
Perletakan-perletakan pada usus

Streng Ileus.

Adanya tumor, Ascariasis atau penyakit karena infeksi cacing gelang.


Hernia tercepit

Hernia incar cerata.

Invaginasi atau melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain.
Puntiran segmen usus

Volvulus.

MANIFESTASI KLINIK

Tidak bisa BAB dan flatus

Muntah-muntah

Keluhan pasien didahului oleh karena nyeri perut hilang timbul.

Kembung (Meteorismus)

D.

ANATOMI FISIOLOGI

Obstruksi usus menyebabkan rektif hiperperistaltik (gerakan meliuk-liuk saluran


cerna yang meningkat), distensi lumen usus oleh gas dan cairan dan

pertumbuhan kuman-kuman. Dan terjadi kolik atau distensi(tindakan


meregangkan) sehingga menjadi obstruksi proksinal muntah terjadi lebih dini,
sedang pada obstruksi distal muntah terjadi lebih lambat. Dan obstruksi disertai
dengan strangulasi (tercepit) sehingga terjadi nyeri hebat yang terlokalisir dan
gangguan eliminasi alvi. Dan dilakukan tindakan medis (laparotomi) sehingga
timbul gangguan rasa nyaman nyeri dan gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi akibat dari anoreksia.

BATU GINJAL
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal
dan matriks organik.
(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau
pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.

B. KOMPOSISI DAN JENIS BATU YANG TERDAPAT DALAM GINJAL


Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
Jenis Batu dalam Ginjal
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 7580% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan,
soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat
dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme
endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi
pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan
thiazide dalam jangka waktu lama.

5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat


timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera
splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus)
yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis
urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium,
fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita
gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone,
thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar
untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:
urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
C. ETIOLOGI
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada
banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat
meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadangkadang dapat pula disebabkan oleh infeksi
bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa
albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
D. MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik.
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang.

Kolik.
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
kolik ureteralb. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
retensi urined. Obstruksi

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan
terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti
pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing
saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih.
Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi
yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
F. KOMPLIKASI

1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.


2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan
batu ginjal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak
boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,
pengobatan metformin, dan myelomatosis.
CT Scan
IVP

Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :


Retrograde atau antegrade pyelography
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
Scintigraphy
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan
demam.
Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
H. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah
batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan
secara spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal.
Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.

Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat
Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan
secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui
ureter atau selang nefrostomi.
c. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam
ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari
diit, kalium fosfat asam ( 3 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine,
suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4
kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 5 gram kalium fosfat asam
setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus
dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali
sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada
penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut
Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian
terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa

You might also like