Professional Documents
Culture Documents
hambatan ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar
(Abdus Sjukur, 1994).
Ileus Obstruksi adalah usus mengalami gangguan pengosongan isi oleh karena
ada sumbatan pada usus ( Buku Mata Kuliah, 2003).
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua :
1.
Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan usus, hernia,
neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang
lain, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula
kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), steiktur,
fibrokistik dan hematoma.
2.
C.
PENYEBAB
Perletakan-perletakan pada usus
Streng Ileus.
Invaginasi atau melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain.
Puntiran segmen usus
Volvulus.
MANIFESTASI KLINIK
Muntah-muntah
Kembung (Meteorismus)
D.
ANATOMI FISIOLOGI
BATU GINJAL
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal
dan matriks organik.
(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau
pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.
Kolik.
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
kolik ureteralb. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
retensi urined. Obstruksi
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi
beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan
terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti
pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing
saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih.
Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi
yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
F. KOMPLIKASI
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak
boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,
pengobatan metformin, dan myelomatosis.
CT Scan
IVP
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat
Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan
secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui
ureter atau selang nefrostomi.
c. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam
ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari
diit, kalium fosfat asam ( 3 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine,
suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4
kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 5 gram kalium fosfat asam
setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus
dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali
sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada
penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut
Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian
terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa