You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Intrauterine Growth Restriction atau pertumbuhan janin terhambat kini merupakan
suatu penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang
ditimbulkan jangka pendek berupa resiko kematian 6 10 kali lebih tinggi jika dibandingkan
dengan bayi normal dan merupakan penyebab kedua terpenting kematian perinatal setelah
persalinan prematuritas . Dalam jangka panjang dapat berupa hipertensi, arteriosklerosis,
stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Hal tersebut dikenal
dengan Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam
uterus. 1
Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta
penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian perinatal menjadi
semakin berkurang, terutama negara maju. Namun insidensi IUGR sebagai penyebab
kematian perinatal cenderung meningkat. Menurut Hellen Kay (2000), sepertiga dari seluruh
kasus bayi dengan berat dibawah 2500 gram mengalami IUGR dan 6-30 % bayi yang lahir
dikategorikan dengan IUGR. 2
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena memberikan
beban ganda. Di negara berkembang, angka kejadian IUGR berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Di Jakarta ditemukan bahwa pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi IUGR lebih tinggi (14 %) jika dibandingkan dengan
golongan ekonomi menengah atas (5 %).1
Penyebab IUGR adalah multifaktor. pada kebanyakan komunitas barat, insufisiensi
plasenta merupakan penyebab utama IUGR, sedangkan asupan gizi maternal yang kurang dan
infeksi malaria memegang peranan yang lebih besar pada negara berkembang. 2
Bayi dengan gangguan pertumbuhan mempunyai resiko untuk terjadinya aspirasi
mekonium, polisitemia, hipoglikemia, masalah pertumbuhan dan perkembangan jangka
panjang. Untuk mengurangi insidensi IUGR diharapkan kita dapat mengenali secara dini
dengan cara skrining pada masa kehamilan melalui pemeriksaan antenatal.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suati bentuk deviasi atau reduksi
pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses patologi yang
menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra Uterine Growth
Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu
berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan
oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat
badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya. 2
Defenisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat
badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang
disesuaikan dengan usia kehamilan. 2
B. KLASIFIKASI2
Terjadinya IUGR dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
1. IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)
Pada IUGR tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran
kecil akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya
proliferasi seluler semua organ janin. IUGR tipe-1 ditandai dengan berat
badan, lingkar kepala dan panjang badan berada dibawah persentil 10.
IUGR simetris ini terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester
ke-2 dan angka kejadian kira kira 20 30 % dari seluruh bari IUGR.
2. IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)
IUGR tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan energi,
sehingga sebagian besar energi digunakan langsung untuk
mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hal
ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris
mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. IUGR tipe-2
memiliki berat badan yang kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran
kepala dan panjang badan normal. IUGR asimetris terjadi pada trimester
terakhir, yang disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan
pertumbuhan.
2

3. IUGR Kombinasi
Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit pengurangan
jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan parah,
janin mungkin akan mengalami kemampuan untuk kompensasi sehingga
terjadi peralihan dari IUGR kombinasi menjadi IUGR tipe simetris.
Simetris
Insidensi 20 30 %
Terjadi pada trimester ke-1 &

Asimetris
Insidensi 70 80 %
Terjadi pada trimester ke-3

ke-2
Semua bagian tubuh kecil
Penyakit genetik, infeksi
Komplikasi neonatus,

Kepala lebih besar dari abdomen


Insufisiensi pembuluh darah plasenta
Biasanya keadaan neonatus agak buruk

prognosis buruk

dan membaik bila komplikasi dihindari


atau diterapi secara adekuat.

Lin dan santolaya Forgas (1998), melaporkan proses pertumbuhan sel sel
secara mitosis cepat pada organ organ janin dan plasenta, dapat dibagi kedalam
3 fase, yakni :
1) Fase hiperplasia atau proliferasi (penambahan jumlah sel)
Terjadi penggandaan sel sel secara mitosis cepat pada organ organ janin
dan peningkatan kandungan DNA. Hal ini terjadi sejal permulaan
perkembangan janin sampai usia kehamilan 16 minggu.
2) Fase Hiperplasia dan Hipertropi
Terjadi penurunan mitosis sel dan peningkatan ukuran sel. Hal ini
berlangsung sampai usia 32 minggu.
3) Fase Hipertropi
Terjadi peningkatan kecepatan pertambahan ukuran sel, akumulasi jaringan
lemak, otot, dan jaringan ikat, dimana puncak kecepatan pertambahan ukuran
sel terjadi pada usia kehamilan 33 minggu.
Fase hiperplasia dimulai pada awal perkembangan janin, kemudian secara
bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertopi. Gangguan pertumbuhan pada malnutrisi
yang terjadi selama fase hiperplasia akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel yang
sifatnya permanen (IUGR simetris). Malnutrisi yang terjadi selama fase hipertropi
akan menyebabkan berkurangnya ukuran sel, yang sifatnya reversibel (IUGR
asimetris). Apabila malnutrisi terjadi pada fase hiperplasia dan hipetropi akan
menyebabkan berkurangnya jumlah dan ukuran sel (IUGR kombinasi).
3

C. FAKTOR RESIKO DAN ETIOLOGI2


1. Faktor Resiko
Lingkungan sosio-ekonomi rendah
Riwayat IUGR dalam keluarga
Riwayat obstetri yang buruk
Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang rendah
Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
Komplikasi medik dalam kehamilan
2. Etiologi
MATERNAL
Gangguan Vaskular

PLASENTAL
Invasi trofoblast

(25-30%)
Hipertensi
Diabetes Melitus
Penyakit Ginjal
Gangguan hiperkoagulasi
Thrombophilia
Sindroma antibodi
Antiphospholipid
Hipoksia persisten
(penyakit paru atau

abnormal
Infark plasenta
Plasenta previa
Plasenta
sirkumvallate
Anomali vaskular
umbilikal plasental
Insersi tali pusat
velamentosa

FETAL
Genetik (20%)
Kelainan kromososm
Kelainan kongenital
Kehamilan ganda (5%)
Infeksi Intrauterine
Cytomegalovirus
Malaria
Parvovirus
Rubella
Toxoplasmosis
Herpes virus
HIV

jantung, anemia yang


berat)
Malnutrisi, toksin (alkohol,
rokok, obat-obatan,dll)
Malformasi uterus atau
adanya massa

D. PATOFISIOLOGI 2
Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu
gangguan fungsi plasenta, faktor ibu ; dimana berkurangnya suplai oksigen atau
asupan gizi, faktor janin; dimana penurun kemampuan janin untuk menggunakan
asupan gizi. Plasenta memainkan peranan penting dalam dua kategori yang
pertama. Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili vili
plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris.
Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi sitotrofoblas yang
dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang abnormal. Kegagalan
invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling desidual distal menyebabkan
4

berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta, hipoksia plasenta setempat yang akan


mengakibatkan terjadinya IUGR. Disfungsi vili plasentayang disebabkan oleh
apoptosis pada trofoblas, stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan
mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta,
sehingga menghambat pemulihan dari plasenta.
E. SKRINING JANIN 3,4,5
Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat secara
tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari IUGR sangat
penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi. Secara umum skrinng
dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan
secara rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (PAN) sejak usia kehamilan 20
minggu sampai aterm.
Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR sebaiknya
dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya. Pemeriksaan
skrining IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester ke-2 (18 minggu
sampai 20 minggu) untuk evaluasi ada tidaknya malformasi, dan kehamilan
multipel. Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu
smpai 32 minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan
asimetris dan retribusi darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan
kelenjar adrenal.
Pengukuran TFU, secara normal dilakukan dalam 3 minggu, pada usia
kehamilan 20 minggu sampai 38 minggu. Jika TFU kurang dari atau sama dengan
3 cm lebih rendah dari yang diharapkan pada usia kehamilan tertentu, maka kita
mulai mencurigai adanya IUGR.
F. DIAGNOSIS2
Diagnosis pasti IUGR baru dapat diketahui setelah janin dilahirkan. Syarat
utama utama untuk mengetahui apakah pertumnuhan janin berjalan normal atau
tidak, adalah keharusan utnuk mnegetahui usia kehamilan secara tepat. Tanpa
diketahui usia kehamilan, ketepatan pertumbuhan janin tidak dapat ditentukan dan
kekeliruan yang serius dalam penatalaksanaan pasien bisa saja terjadi.
Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid terakhir
(HPHT) pada wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum USG berkembang,
IUGR di diagnosa dengan berkurangnya penambahan berat badan ibu dimana
pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau
kurang dari 8 kg pada kehamilan 32 minggu ( untuk ibu dengan BMI kurang dari
5

30) ; pemeriksaan palapsi (leopold), dimana akurasinya terbatas dalam mendeteksi


janin kecil masa kehamilan (KMK) sebesar 30 %, sehingga perlu pemeriksaan
tambahan biometri janin; dan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) yang sampai
saat ini masih bayak digunakan.
TFU akan sesuai dengan jumlah minggu usia kehamilan 22 minggu sampai
32 minggu dengan syarat kandung kemih dalam keadaan kososng. Jika diperoleh
hasil pengukuran tinggi fundus uteri 3 cm lebih rendah dari yang diharapkan
pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, maka perlu dicurigai adanya IUGR.
Namun pengukuran ini tidak dapat dilakukan bila usia kehamilan lebih dari 35
minggu. Hasil pengukuran ini tidak bisa diterapkan pada kehamilan multipel,
hidramnion atau janin dnegan letak lintung, obesitas dan ukuran plasenta yang
besar.
Data yang paling akurat dalam menentukan usia kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 4 minggu sampai 6 minggu,
parameter yang dipakai untuk menetukan usia kehamilan adalah diameter kanting
gestasi. Pada usia kehamilan 7 minggu sampai 12 minggu, parameter yang dipakai
adalah jarak kepala bokong (crown-rump length atau CRL) dengan kesalahan
sekitar 3 0 4 hari.
Pada usia kehamilan 12 minggu sampai 20 minggu, parameter yang
dipakai adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7 hari. Pada
kehamilan trimester ke-2 dan trimester ke-3, penentuan usia kehamilan dapat juga
dilakukan dengan menggunakan parameter biometri lainnya, seperti lingkar
kepala, femur, humerus, dan sebagainya. Penentuan HPHT, pengukuran besar
uterus pada awal kehamilan, dan deteksi DJJ merupakan cara yang paling
bermanfaat dalam menetukan usia kehamilan.
Cara yang paling umum digunakan dalam penetuan pertumbuhan janin
adalah dengan memperkirakan BB janin pada usia kehamilan tertentu. Disini
dianggap bahwa usia kehamilan sudah diketahui dengan tepat. Dugaan IUGR
adalah apabila pada usia kehamilan tertentu BB janin yang diobservasi ternyata
lebih kecil dari BB janin yang diharapkan dalam normogram.

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia


Kehamilan
Taksiran berat badan Janin (TBJ) yang palingbanyak digunakan yakni
pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head sircumference
(HC), abdominal sircumference (AC) dn femur length (FL).
Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis IUGR adalah rasio
berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi dengan lingkar perut
(HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia kehamilan 32 minggu sampai 34
minggu dan kurang dari 1.0 setelah usia kehamilan 34 minggu.
Pada IUGR asimetrikal , HC tetap lebih besar dibanding AC karena otak
merupakan organ yan gpaling sedikit terpengaruh ukurannya oleh hambatan
pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling banyak mengalami
gangguan. Sedangkan IUGR simetrikal, HC dan AC kedua duanya sama sama
lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak membantu, rasio lainnya yang berguna
adalah rasio panjang femur per lingkar perut (FL/AC).
Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata dapat
diperkirakan suati pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner mengatakan bahwa
persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi yakni 98.1 %
dalam mendiagnosa IUGR, sedangkan TBJ mempunyai nilai sensitivitas 85.7%.
G. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah mengenali pasien-pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua
adalah membedakan janin IUGR atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan
7

janin pada pasien-pasien IUGR dan melakukan persalinan di bawah kondisi


optimal.
Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan, karena tidak ada terapi
yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia
dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang
harus dilakukan adalah :
a. Tatalaksana umum :
Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering
direkomendasikan. Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah ke
perifer dan meningkatkan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta, yang
diduga dapat memperbaiki pertumbuhan janin. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Laurin Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit
tidak bermanfaat, tidak terdapat perbedaan berat badan lahir antara pasien

yang dirawat inap dengan rawat jalan.


Suplementasi Nutrisi Ibu
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi ibu memilki
sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori yang berat hingga lebih
kecil 1500 kalori per hari dihubungkan dengan penurunan berat bayi lahir
rata-rata hampir 300 gram. Terdapat data yang menunjukkan bahwa
suplementasi nutrisi dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen
protein memilki sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir.
Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga dihubungkan
dengan IUGR. Walles Dkk. membuktikan bahwa kadar seng pada leukosit
perifer, yang merupakan indikator sensitif keadaan seng jaringan, menurun
pada ibu dengan janin dengan IUGR.3
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan, diduga dapat
meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan dalam pencegahan dan terapi
IUGR. Asam ini bekerja secara kompetisi dengan asam arakhidonat yang
merupakan substrat dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan
A2 (TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator yang
dapat menurunkan aliran uteroplasenta pada IUGR idiopatik. Prostasiklin
merupakan vasodilator, dan tromboksan merupakan vasokonstriktor yang
kuat. Keseimbangan antara dua zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada
uteroplasenta. Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan
8

sintesis tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin. Perubahan


rasio ini akan menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan
aliran darah utreroplasenta dan meningkatkan berat lahir, sehingga berguna
dalam pencegahan dan terapi IUGR.
b. Tatalaksana farmakologis :

Aspirin dan Dipiridamol


Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim siklooksigenase
secara ireversibel. Pemberian aspirin dosis rendah 1-2 mg/kg/hari
menghambat aktifitas siklooksigenase dan menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan. Pemberian aspirin dosis rendah berkaitan dengan peningkatan
berat lahir rata-rata sebesar 516 gram. Juga ditemukan peningkatan yang
bermakna pada berat plasenta.
Dipiridamol, merupakan inhibitor enzim fosfodiesterase, dapat
menghambat penghancuran cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Ini
akan meningkatkan konsentrasi cAMP yang dapat menyebabkan trombosit
lebih sensitif terhadap efek prostasiklin dan juga merangsang sintesis
prostasiklin yang menghasilkan vasodilatasi.

Beta mimetik
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah uteroplasenta. Salah
satunya adalah merangsang adenilat siklase miometrium yang
menyebabkan relaksasi uterus. Relaksasi ini akan menurunkan resistensi
aliran darah uterus dan meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung
pada arteri uterina juga meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini
bermanfaat pada pengobatan IUGR.

Persalinan pada IUGR


Beberapa keadaan dimana janin dengan IUGR harus dilahirkan, adalah :2
1. Janin dengan kromosom normal dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu lengkap
2. Oligohidramnion pada kehamilan 36 minggu atau lebih
3. Deselerasi lambat berulang pada usia kehamilan berapapun
4. Tidak terdapat pertumbuhan pada pemeriksaan USG dalam jangka waktu 3 minggu
Sedangkan pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, persalinan harus dipikirkan
pada keadaan berikut ini :

1. Tidak terdapatnya pertumbuhan janin dalam jangka waktu 3 minggu dan memiliki
paru yang matang
2. Anhidramnion pada kehamilan 30 minggu atau lebih
3. Terdapat AEDF (absent umbilical artery end diastolic flow) dan REDF (reversed
umbilical artery end distolic flow)
4. Pola denyut jantung janin yang abnormal menetap
IUGR Pada Janin Mendekati Aterm
Persalinan secepatnya merupakan cara untuk mendapatkan hasil terbaik bagi janin
yang dicurigai IUGR pada atau mendekati aterm. Persalinan juga harus dilakukan pada
keadaan janin dengan IUGR dengan kromosom yang normal dengan usia kehamilan lebih
dari 36 minggu, terdapat oligohidramnion pada usia kehamilan telah mencapai 34 minggu
atau lebih, gambaran deselerasi lambat berulang denyut jantung janin pada usia kehamilan
berapapun, kehamilan di atas 36 minggu dengan dugaan adanya gangguan tali pusat, atau bila
tidak terdapat pertumbuhan janin pada pemeriksaan USG dalam jarak 3 minggu. Bila
gambaran denyut jantung janin baik, dapat dilakukan persalinan pervaginam. Seringkali janin
dengan IUGR memiliki toleransi yang lebih buruk dibandingkan dengan janin yang tumbuh
normal, sehingga persalinan perabdominam dibutuhkan bila terjadi gangguan pada saat
persalinan.
IUGR Pada Janin Jauh Aterm
Bila IUGR didiagnosis sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu, cairan amnion
dan pengawasan antenatal menunjukkan hasil normal, maka dianjurkan untuk dilakukan
observasi. Pemeriksaan USG dilakukan setiap 2-3 minggu. Selama terdapat pertumbuhan
janin dan evaluasi terhadap janin normal, kehamilan dapat dilanjutkan hingga paru janin
matang. Amniosentesis untuk menilai kematangan paru janin sering menolong untuk
membuat keputusan.
Oligohidramnion merupakan petunjuk penting adanya IUGR, walaupun
volume air ketuban yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan adanya IUGR.
Pada IUGR jauh dari aterm, tidak ada pengobatan khusus yang dapat memperbaiki
kondisi. Tidak terdapat bukti yang cukup yang menunjukkan bahwa istirahat dapat
mempercepat pertumbuhan janin atau memperbaiki keadaan janin dengan IUGR.
Walaupun demikian, para ahli menyarankan istirahat pada posisi miring, dimana
curah jantung dan mungkin juga perfusi plasenta menjadi maksimal
H. KOMPLIKASI
10

1. Anomali janin
2. Asfiksia perinatal
3. Persalinan operatif
4. Kematian perinatal
5. Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
6. Enterokolitis nekrotikan
7. longterm handicap
I. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari IUGR tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah
komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti
nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok,
minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga
teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari
anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun
infeksi yang terjadi harus baik.

BAB III
KESIMPULAN
Intrauterine Growth Restriction tetap menjadi masalah yang menantang bagi dokter
khususnya di Indonesia yang merupakan Negara berkembang karena angka kejadian IUGR
lebih tinggi dari Negara maju. IUGR dipengaruhi oleh beberapa etiologi yaitu ibu, janin dan
plasenta dan juga beberapa faktor resiko lain. Dengan diketahuinya hal hal tersebut maka
kita dapat melakukan pemeriksaan antenatal (PAN) dengan pemeriksaan fisik maupun
dengan pemeriksaan penunjang USG sebagai cara untuk melakukan skrining janin sehingga
11

kita dapat mencegah terjadinya IUGR. Edukasi pasien juga merupakan salah satu hal yang
penting terutama jika sudah mengetahui etiologi dan faktor resiko dari IUGR.
Sampai saat ini belum ada terapi yang paling efektif, namun ada beberapa penanganan
yang dapat dilakukan dengan tujuan dapat melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam
kondisi terbaiknya dan dapat mencegah terjadinya komplikasi. Diharapkan bagi dokter untuk
dapat memahami etiologi, faktor resiko, patofisologi serta PAN yang baik sehingga dapat
melakukan diagnosis yang benar, sehingga dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat pada
IUGR.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi ,Wikojosastro H. Gulardi. Ilmu
Kebidanan, edisi ke 4. Jakarta; Balai Penerbit PT. BINA PUSTAKA SARWANO
PRAWIROHARDJO. 2010: 696 700
2. Hasibuan, Dessy S. Volume dan Sekresi Ginjal pada Pertumbuhan Janin
Terhambat dan Normal dengan Pemeriksaan Ultrasonografi. Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK USU. Medan . 2009

12

3. Cunningham FG, Mac Donald PC et al. Williams Obstetrics. 21st ed. Prentice Hall
Inc, USA, 2001 : 1111-39
4. Karsono B. Pertumbuhan Janin Terhambat. Kursus dasar Ultrasonografi dan
Kardiotokografi. Pra PIT XIII. Malang, Juni 2002.
5. POGI. Panduan pengelolaan kehamilan Dengan Pertumbuhan Janin Terhambat di
Indonesia. Kelompok kerja Penyusunan Panduan Pengelolaan Kehamilan Dengan
pertumbuhan Janin terhambat di Indonesia. Edisi I. Himpunan FM POGI, 2008, 1
24.

13

You might also like