You are on page 1of 114

ANALISA PENURUNAN ELASTIS PONDASI TIANG

PANCANG
PROYEK PEMBANGUNAN RUSUNAWA MEDAN AREA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas


Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

oleh:
BOYCKE MARBUN
030424007

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA PENURUNAN ELASTIS PONDASI TIANG PANCANG
PROYEK PEMBANGUNAN RUSUNAWA MEDAN AREA

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat
untuk MenempuhUjian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh :

BOYCKE MARBUN
030 424 007
Pembimbing :

Dr. Ir. M. Sofian Asmirza S., M.Sc,


NIP. 131 419 811

Penguji I

Penguji II

Penguji III

Dr. Ir. Roesyanto, MSCE


NIP. 131 419 761

Ir. Faizal Ezeddin, MS


NIP. 130 878 007

Ir. Rudi Iskandar, MT


NIP. 131 945 813

Mengesahkan
Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Ing.- Johanes Tarigan


NIP. 130 905 362

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK

Dalam merencanakan pondasi tiang pancang, disamping harus sanggup


memikul beban kostruksi di atasnya, juga harus mampu mengantisipasi keamanan
terhadap penurunan tiang pancang yang mungkin akan terjadi adalah juga
merupakan permasalahan pokok. Mengingat bahaya yang terjadi akibat penurunan
tiang menimbulkan resiko yang sangat buruk.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menganalisa besarnya
penurunan tiang pancang beton dengan spesifikasi ditentukan pada proyek
Pembangunan Rusunawa Universitas Medan Area. Tujuannya adalah untuk
menganalisa perhitungan penurunan pondasi tiang pancang tunggal berdasarkan
data melalui pengujian di lapangan dengan menggunakan metode elastic
settlement dan tidak meninjau penurunan kelompok tiang.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah meninjau teori-teori yang
berkaitan dengan tiang pancang, selanjutnya melakukan peninjauan lokasi serta
mengumpulkan data-data mencakup parameter tanah dan uji pembebanan.
Tahapan akhir mengadakan analisa perhitungan.
Dari hasil perhitungan dan pengolahan data disimpulkan serta
digambarkan grafik hubungan antara penurunan tiang dan daya dukung.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul ANALISA PENURUNAN
PONDASI TIANG PANCANG PROYEK PEMBANGUNAN RUSUNAWA
MEDAN AREA ini disusun guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan
jenjang pendidikan Program Strata satu (S-1) di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan
dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. M. Sofian Asmirza S., M.Sc, selaku dosen pembimbing utama
yang telah membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini;
2. Bapak Dr. Ing. Johanes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MSc, selaku Koordinator Program Pendidikan
Ekstension;
4. Seluruh Dosen dan pegawai Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Teknik Sipil yang telah mendidik dan membina penulis sejak
awal hingga akhir perkuliahan;
5. Pimpinan dan seluruh Staff Medan GeoTech UNIKA St. Thomas; Pelaksana
Penyelidikan Tanah, Tarumanegara Bumiyasa; Pelaksana Pengujian PDA, PT.
PAESA; Pelaksana Konstruksi dan PT. YUDHA KARYA (Persero);

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Konsultan Pengawas untuk Proyek Pembangunan RUSUNAWA Universitas


Medan Area, yang telah memberi bimbingan kepada penulis;
6. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orangtua
tercinta; Ibunda Helmina Pangaribuan dan Ayahanda Marangkup Marbun,
yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta selalu memberikan
dukungan baik moral, material, maupun doa yang tidak henti-hentinya mereka
mohonkan

kepada

Tuhan

Yesus

Kristus,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini. Begitu juga kepada keluarga yang telah
memberikan seni kehidupan dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini;
7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan temanteman yang

memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

Tugas Akhir ini.


Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini kemungkinan belum sempurna,
untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, sekali lagi penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dan semoga atas bimbingan serta bantuan moral dan
material yang penulis terima mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan,

Februari 2009

Penulis,
BOYCKE MARBUN
030 424 007

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

ABSTRAK....................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR NOTASI.......................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah ............................................................

1.2.

Maksud dan Tujuan ...................................................................

1.3.

Pembatasan Masalah ..................................................................

1.4.

Sistematika Penulisan .................................................................

BAB II TEORI DASAR


2.1

Pengertian Umum .......................................................................

2.2

Jenis dan Kriteria Pemakaian Tiang Pancang ..........................

2.2.1 Tiang Pancang Berdasarkan Pemindahan Beban ke dalam


Tanah ..........................................................................................

11

2.2.2 Tiang Pancang Berdasarkan Bahan yang Digunakan ..............

11

2.3

Defenisi, Jenis dan Keadaan Tanah Pendukung Pondasi .........

12

2.3.1 Defenisi Tanah ............................................................................

12

2.3.2 Jenis-jenis Tanah Pendukung Pondasi ......................................

12

2.3.3 Keadaan Tanah Pendukung Pondasi .........................................

14

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

2.3.3.1 Konsolidasi dan Penurunan pada Tanah Pendukung Pondasi

15

2.3.3.2 Normally Consolidated dan Over Consolidated .........................

16

2.3.3.3 Pengukuran Konsolidasi...........................................................

16

2.3.3.4 Besarnya Penurunan ................................................................

16

2.3.3.5 Hasil Percobaan Konsolidasi ....................................................

16

2.3.3.6 Perhitungan Tegangan .............................................................

19

2.3.3.7 Kecepatan Penurunan ..............................................................

20

2.4

Penyelidikan Tanah (Soil Investigation) ....................................

24

2.4.1 Sondering Test (Cone Penetration Test, CPT) ............................

26

2.4.2 Standard Penetration Test (SPT) ...............................................

28

2.5

Pengujian Tiang..........................................................................

33

2.5.1 Metode Kalendering ...................................................................

34

2.5.2 Pengujian Pembebanan Tiang (Loading Test) ...........................

36

2.5.3 Pengujian Tiang dengan Metode Pile Dynamic Analysis (PDA)

41

2.5.3.1 Prosedur Pengujian Daya Dukung Tiang dengan PDA ..........

42

2.5.3.2 Efisiensi Tumbukan Hammer ...................................................

45

2.5.3.3 Tegangan Tiang ........................................................................

45

2.5.3.4 Daya Dukung Tiang..................................................................

45

2.5.3.5 Langkah Analisis, Pengambilan Kesimpulan & Rekomendasi 45


2.6

Penurunan Tiang (Pile Settlement).............................................

46

2.6.1 Perkiraan Penurunan Tiang Tunggal........................................

48

2.6.2 Penurunan Diijinkan ..................................................................

54

2.7

55

Faktor Keamanan (Safety Factor) ..............................................

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Data Umum.....................................................................................

57

3.2 Data Teknis Tiang Pancang ...........................................................

57

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................

60

3.4 Cara Analisis ..................................................................................

60

3.5 Lokasi Titik Sondir, Bor dan Kalendering ....................................

61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi ..............................................................

63

4.2 Gambaran Umum Gedung Utama (Bangunan RUSUNAWA) ....

63

4.3 Hasil ...............................................................................................

63

4.3.1

63

Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang ..........

4.3.1.1 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari


Data Sondir .............................................................................

65

4.3.1.1.1Pada Titik 1 (S-01) ..................................................................

65

4.3.1.1.2Pada Titik 2 (S-03) ..................................................................

67

4.3.1.1.3Perhitungan Pada Titik 1 (S-01).............................................

70

4.3.1.1.4Perhitungan Pada Titik 2 (S-03).............................................

71

4.3.1.2 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari


Data SPT .................................................................................

73

4.3.1.2.1Perhitungan Pada Titik 1 (BH-01) .........................................

73

4.3.1.3 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Data


Kalendering.............................................................................

74

4.3.1.3.1 Perhitungan pada Titik 1 (AS B-113)....................................

74

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

4.3.1.3.2 Perhitungan pada Titik 1 (AS B-114)....................................


4.3.2

75

Menghitung Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile) dan


Penurunan Diijinkan ............................................................

76

Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile) ...............................

76

4.3.2.1.1 Penurunan Tiang Elastis As 11. B-113 .................................

78

4.3.2.1.2 Penurunan Tiang Elastis As 11. B-114 .................................

80

4.3.2.1.3 Penurunan Tiang Elastis Dari Data Sondering S-01 ...........

81

4.3.2.1.4 Penurunan Tiang Elastis Dari Data Sondering S-03 ...........

83

4.3.2.2

Penurunan Diijinkan ............................................................

83

4.4

Pembahasan ..........................................................................

85

4.3.2.1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .....................................................................................

89

5.2 Saran ...............................................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1

Macam-macam tipe pondasi berdasarkan kualitas material ..................

2.2

Faktor Empirik Fb ............................................................................... 27

2.3

Hubungan Dr, dan N dari pasir (Peck, Meyerhof) ............................ 28

2.4

Hubungan Dr, dan N dari pasir ........................................................ 28

2.5

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N ............ 29

2.6

Hubungan antara angka pentrasi standar dengan sudut geser dalam dan
kepadatan relatif pada tanah pasir ........................................................ 31

2.7

Hubungan antara N dengan berat isi tanah ........................................... 31

2.8

Effisiensi jenis alat pancang ................................................................ 35

2.9

Koefisien Empiris untuk jenis tanah dengan jenis tiang ....................... 41

2.10 Fakor Pengaruh Im (Lee, 1962) dan Ip (Schleicher, 1962) ..................... 47


2.11 Perkiraan Modulus Elastisitas (E) ........................................................ 48
2.12 Perkiraan angka poisson ( )................................................................ 52
2.13 Faktor Aman Yang Disarankan (Reese & ONeill, 1989) .................... 56
4.1

Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 1 (S-01) ................. 71

4.2

Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 3 (S-03) ................. 72

4.3

Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 1 (BH-01).............. 74

4.4

Perkiraan penurunan tiang tunggal....................................................... 78

4.5

Perbandingan Hasil Perhitungan Penurunan ........................................ 81

4.6

Perhitungan Penurunan berdasarkan Data Sondir S-01 ........................ 84

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

4.7

Perhitungan Penurunan berdasarkan Data Sondir S-03 ........................ 85


DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1

Macam-macam tipe pondasi ...............................................................

2.2

Macam-macam tipe pondasi berdasarkan teknik pemasangannya ........

2.3

Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile ................................ 10

2.4

Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya ..................................... 11

2.5

Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile).................... 11

2.6

One dimentional consolidation ............................................................ 15

2.7

Grafik Percobaan Konsolidasi pada undisturbed .................................. 17

2.8

Uji Konsolidasi pada Normally Consolidated ...................................... 18

2.9

Uji Konsolidasi Over-consolidated ...................................................... 18

2.10 Perhitungan Tegangan di bawah Pondasi persegi ................................. 19


2.11 Perhitungan Tegangan di bawah Pondasi bulat .................................... 20
2.12 Teori Konsolidasi ................................................................................ 20
2.13 Perbandingan Uji Konsolidasi dengan Garis Teoritis ........................... 22
2.14 Harga t90 dari Hasil Laboratorium........................................................ 23
2.15 Daya dukung ujung batas tiang bor pada tanah pasiran ........................ 32
2.16 Tahanan geser selimut tiang bor pada tanah pasiran ............................. 33
2.17 Susunan sistem pembebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik ditahan oleh
penahan yang terletak di atas tiang ...................................................... 36
2.18 Sistem penbebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik ditahan oleh penahan
di atas tiang......................................................................................... 37
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

2.19 Sistem pembebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik ditahan oleh tiang
angker .................................................................................................. 38
2.20 Arloji pengukur ................................................................................... 38
2.21 Laptop PDA ........................................................................................ 43
2.22 Model PAX .......................................................................................... 43
2.23 StrainTransducer&Accelerometer ....................................................... 43
2.24 Pemasangan Strain Transducer dan Accelerometer PDA pada tiang .... 44
2.25 Grafik PDA hasil analisis CAPWAP .................................................... 46
2.26 Faktor penurunan Io ............................................................................. 49
2.27 Koreksi kompresi, Rk ........................................................................... 50
2.28 Koreksi kedalaman, Rh ........................................................................ 50
2.29 Koreksi angka Poisson, R ................................................................... 50
2.30 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb ............................................ 51
2.31 Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi sepanjang
tiang tertanam ke dalam tanah ............................................................. 54
3.1

Skema Alur Penelitian ......................................................................... 60

4.1

Grafik CPT Test S-01 .......................................................................... 65

4.2

Perkiraan nilai qca(base) S-01.............................................................. 65

4.3

Nilai qc(side) pada titik sondir 1 (S-01) ............................................... 66

4.4

Grafik CPT Test S-03 .......................................................................... 67

4.5

Perkiraan nilai qca(base) S-03.............................................................. 68

4.6

Nilai qc(side) pada titik sondir 2 (S-03) ............................................... 69

4.7

Nilai qc(side) pada titik sondir 1 (S-01) ............................................... 76

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

4.8

Kurva Evaluasi Hubungan Beban Penurunan S-01............................ 88

4.9

Evaluasi Hubungan Beban Penurunan S-03 ...................................... 90

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR NOTASI

JP

= Jumlah Perlawanan (kg/cm2)

PK

= Perlawanan Konus (kg/cm2)

= Tahapan Pembacaan (setiap kedalaman 20 cm)

= Faktor Alat (10)

= Kedalaman (m)

Qult

= Kapasitas daya dukung tiang

qb

= Tahanan ujung sondir.

Ap

= Luas penampang tiang

qca (base)

= Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D


dibawah ujung tiang; Fb: faktor empirik

Fb

= Faktor empirik, tergantung pada tipe tanah

= Kekuatan geser tanah (kg/cm2)

= Kohesi tanah (kg/cm2)

= Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm2)

= Sudut geser tanah ()

Ap

= Luas penampang tiang bor (m2).

qp

= Tahanan ujung per satuan luas (ton/m2).

Qp

= Daya dukung ujung tiang (ton)

= Nilai rata-rata SPT

= Tahanan satuan skin friction (ton/m2).

Li

= Panjang lapisan tanah (m).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

= Keliling tiang (m).

Qs

= Daya dukung selimut tiang (ton)

= Faktor adhesi.

cu

= Kohesi tanah (ton/m2)

K0

= 1 sin .

= Tegangan vertikal efektif tanah (ton/m2)

Pu

= Kapasitas daya dukung ultimate tiang

= Efesiensi alat pancang

= Energi alat pancang yang digunakan

= Banyaknya penetrasi per pukulan

= Luas penampang tiang pancang

Ep

= Modulus elastis tiang

Pijin

= Daya dukung ijin tiang pancang

= konstanta

= konstanta

eh

= Efesiensi baru

Eb

= energi alat pancang

= Banyaknya penetrasi pukulan, dari data kalendering di

lapangan
SF

= Faktor keamanan (3)

= Penurunan (Settlement) untuk tiang tunggal

s1

= Penurunan elastis / segera

s2

= Penurunan konsolidasi primer

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

s3

= Penurunan konsolidasi sekunder

= Beban yang bekerja

Io

= Faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat

Rk

= Faktor koreksi kemudah mampatan tiang

Rh

= Faktor koreksi ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras

= Faktor koreksi angka Poisson,

Rb

= Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

= Kedalaman total lapisan tanah; ujung tiang ke muka tanah.

= Diameter tiang

= Faktor kekakuan tiang.

Ep

= Modulus elastisitas dari bahan tiang.

Es

= Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.

Eb

= Modulus elastisitas tanah didasar tiang

Qwp

= Kapasitas daya dukung ujung tiang

Qsp

= Kapasitas daya dukung tahanan kulit

= Koefisien dari skin friction

Ap

= Luas penampang tiang

Ep

= Modulus elastisitas material tiang

= Panjang tiang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan era perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini, banyak
ditemukan jenis-jenis kontruksi dengan berbagai spesifikasi dan fungsi serta
pemanfaatannya, seperti bangunan-bangunan tingkat tinggi, jalan layang (fly
over), jembatan, bendungan dan kontruksi lainnya dengan fungsi berbeda-beda,
yang menggunakan pondasi tiang pancang sebagai penopang utama. Tiang
pancang yang umum digunakan adalah tiang pancang beton prategang
(prestressed concrete pile) dan tiang pancang besi (steel pile). Tiang pancang
seperti ini telah dipakai secara luas sebagai suatu elemen struktur bagian bawah
yang serba guna.
Penggunaan tiang pancang prategang lebih disukai karena kelebihannya
dalam menahan tegangan tarik pada waktu proses pengangkutan serta pada
pelaksanaan pemancangannya. Tiang pancang pretegang merupakan jenis tiang
pancang yang paling umum digunakan pada pelaksanaan pemancangan untuk
pondasi serta paling sesuai untuk diproduksi secara massal, seperti tiang pancang
beton silinder prategak (presstressed spon concrete pile) yang dibuat dengan
menggunakan beton dan baja berkekuatan tinggi, melalui metode-metode
perencanaan yang akurat, sehingga tiang jenis ini dapat memberikan penghematan
atau efisiensi dalam hal pembiayaan pelaksanaan yang cukup besar serta
penggunaan yang lebih teliti dan meningkatkan kekuatan tiang pancang tersebut.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan penggunaan tiang pancang akan


dibahas pada bab berikutnya, terutama yang berkaitan dengan penurunannya, yang
dipengaruhi oleh kondisi tanah dan batuan tempatnya berada. Skripsi ini
mengupayakan suatu analisa tiang pancang yang berkaitan dengan kondisi tanah
dari bangunan RUSUNAWA Universitas Medan Area, Pancing, Medan, Sumatera
Utara.
Rencana anggaran biaya yang telah dialokasikan untuk pelaksanaan
penyelidikan tanah (soil investigation) dalam hal untuk menyediakan data teknis
kepada perencana kontruksi sebenarnya cukup besar, antara lain dengan
melakukan investigasi tanah dengan boring, pengujian di laboratorium, uji SPT
(Standard Penetration Test), sondir (Sondering, Cone Penetration Test, CPT).
Pada kenyataan di lapangan, walaupun sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi
telah dilakukan berbagai pengujian untuk perencanaan serta persiapan
pelaksanaan seperti uji SPT dan sondir, masih juga dilakukan pengujian dinamis
(Pile Dynamic Analysis, PDA) pada titik dimana dilakukan pelaksanaan pekerjaan
pemancangan untuk memberikan keyakinan yang lebih bagi perencana konstruksi
dan bagi pelaksana kontruksi, dan juga memberikan analisis perbandingan
perhitungan dari hasil masing-masing metode yang dipakai guna mendapatkan
informasi yang akurat tentang penurunan dan hubungannya dengan kondisi
geologi tanah.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk melakukan analisa besarnya
penurunan pondasi tiang pancang tunggal yang berkaitan dengan aspek-aspek

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

geologi tanah menggunakan

metode elastic settlement pada bangunan

RUSUNAWA Universitas Medan Area, Pancing, Medan, Sumatera Utara.


1.3. Pembatasan Masalah
Umumnya telah diketahui bahwa banyak jenis pondasi tiang pancang yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi dan berbagai permasalahan yang terjadi
dalam hal pelaksanaan pekerjaan pemancangannya. Pada skripsi ini disampaikan
pembahasan tentang

besarnya penurunan tiang pancang tunggal yang

dipancangkan secara tegak lurus yang terjadi atau yang akan mungkin terjadi.
Dalam analisa perhitungan penurunan pondasi tiang pancang yang
dilakukan, hanya mempertimbangkan perhitungan penurunan pondasi tiang
pancang tunggal berdasarkan data yang diperoleh melalui pengujian di lapangan
dengan menggunakan metode elastic settlement dan tidak meninjau penurunan
terhadap kelompok tiang.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan
penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II

TEORI DASAR
Bab ini berisi tentang uraian pondasi, jenis, karakteristik dan keadaan
tanah sebagai media pendukung pondasi, penyelidikan tanah (soil
investigation), pengujian tiang dinamis PDA, penurunan (settlement)
pondasi tiang pancang dan faktor aman.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian lokasi pengambilan data, proses pengumpulan
data, cara atau metode menganalisis data dan penguraian data dari
penyelidikan tanah yang dilaksanakan.

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan perhitungan daya dukung tiang berdasarkan data
sondir, kalendering dan SPT; penurunan (settlement) tiang tunggal
berdasarkan metode elastic settlement serta hubungannya terhadap
daya dukung dan kedalaman pondasi tiang yang diuraikan dalam tabel
dan grafik / kurva. Juga menguraikan pembahasan dari hasil analisa
yang diperoleh.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini akan menyimpulkan hasil analisa sesuai dengan pembatasan
masalah, maksud dan tujuan penulisan serta memberikan saran
terhadap hal-hal yang telah dibahas dan dilakukan dalam penulisan
tugas akhir ini.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1

Pengertian Umum
Konstruksi yang direncanakan secara keteknikan dibangun bertumpu pada

tanah, harus didukung oleh pondasi, saat ini berkembang menuju konstruksi yang
lebih ekonomis dengan perencanaan dan penggunaan bahan berkekuatan tinggi.
Pondasi ialah bagian dari sistem rekayasa yang meneruskan beban yang
ditopang oleh pondasi (struktur atasnya, upper structure, bagian sistem yang
direkayasa, yang membawa beban ke pondasi (struktur bawah) melalui bidang
antara interface/tanah) serta berat sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak
di bawahnya (Braja M. Das, 1941). Tergantung pada berat bangunan, fungsi
bangunan, besar beban yang akan dipikul, keadaan tanah serta hal non teknis yaitu
biaya pengerjaannya dibandingkan dengan biaya bangunan di atasnya.
Pondasi tiang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke
sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan, dibuat menjadi satu kesatuan yang
monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi,
dengan tumpuan pondasi (Sosrodarsono-K. Nakazawa, 1983). Daya dukung tiang
adalah kombinasi tahanan selimut dan tahanan ujung tiang, untuk mendukung
konstruksi, bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam, juga untuk mendukung
bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama bangunan tingkat yang
dipengaruhi gaya-gaya penggulingan akibat beban angin (Hardiyatmo, 2002).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Maksud dan tujuan penggunaan pondasi tiang pancang adalah untuk


meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke tanah
pendukung yang kuat, dimana letaknya relatif sangat dalam; untuk meneruskan
beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu sehingga bangunan
mampu memberikan dukungan yang cukup atas beban dan oleh gesekan dinding
tiang dengan tanah sekitarnya; untuk mengikat bangunan atas yang dipengaruhi
oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan;
untuk menahan gaya horizontal dan gaya arah miring; untuk memadatkan tanah
pasir, sehingga kapasitas dukung tanah bertambah; untuk mendukung pondasi
bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air, sebagai faktor keamanan
tambahan pada jembatan terhadap erosi (Hardiyatmo, 2002).
2.2

Jenis dan Kriteria Pemakaian Tiang Pancang


Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:

1. Pondasi dangkal (shallow foundation)


Adalah pondasi dengan perbandingan kedalaman dan lebar telapak kurang dari
satu (D/B 1 ), disebut juga pondasi alas, pondasi telapak-tersebar (spread
footing) dan pondasi rakit. Terbuat dari beton dan memakai tulangan yang
berguna memikul momen lentur yang bekerja. Pondasi dangkal mendukung:
1. Pondasi telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom (Gambar 2.1b).
2. Pondasi memanjang: digunakan mendukung sederetan kolom berjarak
dekat, dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lainnya (Gambar 2.1a).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

3. Pondasi rakit (raft foundation): digunakan di tanah lunak atau susunan


jarak kolomnya sangat dekat disemua arahnya, bila memakai telapak,
sisinya berhimpit satu sama lainnya (Gambar 2.1c).
2. Pondasi dalam (deep foundation)
Perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari empat (D/B 4 ),
meneruskan beban ke tanah keras atau batu, terletak jauh dari permukaan;
contoh: tiang pancang, V pile, bore pile:
1. Pondasi sumuran (pier foundation); peralihan pondasi dangkal dan pondasi
tiang (Gambar 2.1d), dipakai bila lapisan tanah kuat letaknya relatif jauh.
2. Pondasi tiang (pile foundation); digunakan bila lapisan tanah di kedalaman
normal tidak mampu mendukung bebannya dan lapisan tanah kerasnya
sangat dalam (Gambar 2.1e), terbuat dari kayu, beton dan baja. Diameter
lebih kecil dan lebih panjang dibanding pondasi sumuran (Bowles, 1991).

(a)

(b)

(c)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

(d)

(e)

Gambar 2.1 Macam-macam tipe pondasi: (a) Pondasi memanjang, (b) Pondasi
telapak, (c) Pondasi rakit, (d) Pondasi sumuran, (e) Pondasi tiang
(Hardiyatmo, 1996)
Pada perencanaannya digunakan beberapa jenis pondasi. Pemilihan jenis
pondasi yang akan digunakan didasarkan pada: fungsi konstruksi atas; beban dan
berat konstruksi atas (termasuk berat sendiri); pembandingan kondisi tanah.
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. Tiang Perpindahan Besar (large displacement pile).
Tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup, dipancangkan ke tanah dan
selama pemancangan terjadi perpindahan volume tanah relatif besar, contoh:
tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja bulat (ujung tertutup).
2. Tiang Perpindahan Kecil (small displacement pile)
Hampir sama seperti kategori pertama, bedanya pada volume tanah yang
dipindahkan saat pemancangan, contoh: tiang beton berlubang ujung terbuka,
tiang beton prategang berlubang ujung terbuka, tiang baja bulat ujung terbuka.
3. Tiang Tanpa Perpindahan (non displacement pile)
Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara digali atau dibor.
Contoh: tiang bor: tiang beton dicoor langsung dalam lubang hasil pengeboran
(pipa baja diletakkan dalam lubang dan dicoor) (Hardiyatmo, 2002).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 2.1 Macam-macam tipe pondasi berdasarkan kualitas material dan


cara pembuatan (Sosrodarsono-K. Nakazawa, 1983)
Pondasi tiang berdasarkan teknik pemasangannya dapat dilihat pada gambar 2.2:

Gambar 2.2 Macam-macam tipe pondasi berdasarkan teknik pemasangannya


(Sosrodarsono-K. Nakazawa, 1983)
Jenis tiang pancang yang umum digunakan pada pelaksanaan konstruksi adalah:
A. Cetak ditempat (cast in place); tiang jenis ini terdiri atas tipe:
1. Franki Piles
2. Solid-Point Pipe Piles ( Closed-end Piles)
3. Open-end Steel Piles
4. Raymond Concrete Pile
5. Simplex Concrete Pile
6. Base-driven Cased Piled

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

6. Dropped-in Shell Concrete Pile


7. Dropped-in Shell Concrete Pile with compressed base sections
B. Pondasi Precast
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Tiang yang dicetak dan dicoor dalam acuan beton (bekisting), setelah
cukup keras dan kuat, lalu diangkat dan dipancang. Tegangan tarik beton kecil
(dianggap = 0), berat sendirinya besar, maka diberi tulangan yang cukup kuat
untuk menahan momen lentur saat pengangkatan dan pemancangan. Dapat
memikul beban yang besar (>50 ton, tergantung dimensinya). Pada
perencanaannya, panjang tiang harus dihitung dengan teliti, jika panjangnya
kurang, terpaksa harus disambung, hal ini sulit dan perlu banyak biaya.
Keuntungannya: mempunyai kuat tekan yang besar; tahan lama, serta tahan
terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang korosif, asalkan beton
dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya; tidak memerlukan
galian tanah yang banyak untuk poernya.
Kerugiannya: karena berat sendiri besar, biaya transportnya mahal; bila
diperlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama; sukar penyambungannya dan memerlukan alat
penyambung khusus.
Bentuk penampangnya: persegi (square pile); segi delapan (octagonal pile);
lingkaran (circular pile); segitiga (V-pile, lebih pendek dari jenis lainnya).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.3 Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile, Bowles (1991)
2.2.1 Tiang Pancang Berdasarkan Pemindahan Beban ke dalam Tanah
Memindahkan beban ke dalam tanah melalui tahanan ujung (Point Bearing
Pile), melalui tahanan kulit (Friction Pile) dan tahanan lekatan (Adhesive Pile).
Point Bearing Pile adalah tiang pancang dengan tahanan ujung dipancang sampai
ke lapisan tanah keras, digunakan pada tanah lunak. Friction Pile adalah tiang
yang meneruskan beban ke dalam tanah melalui gesekan kulit (skin friction).
Pemakaian tiang ini dilakukan pada tanah berbutir halus dan sukar menyerap air.
Adhesive Pile adalah tiang yang dipancangkan pada dasar tanah yang memiliki
nilai kohesi tinggi, beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan
antara tanah disekitar dan permukaan tiang. Saat ini, dijumpai jenis tiang yang
merupakan kombinasi dari Point Bearing Pile dengan Friction Pile, ini karena
tanah merupakan kombinasi tanah berbutir kasar dengan tanah berbutir halus.

Gambar 2.4 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya ( Hardiyatmo, 2002)
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

tiang

tanah
berkohesif
tinggi

Gambar 2.5

Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)

2.2.2 Tiang Pancang Berdasarkan Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan pada pembuatan tiang pancang antara lain: tiang
pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang
komposit. Pemakaian dari keempat tiang pancang ini berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan, sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan
tidak menutup kemungkinan untuk mengkombinasikannya pada pelaksanaan.
2.3

Defenisi, Jenis dan Keadaan Tanah Pendukung Pondasi

2.3.1 Defenisi Tanah


Tanah adalah kumpulan partikel dengan ukuran beranekaragam (butiran
padat disertai air dan udara yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel
padat); hasil pelapukan batuan secara fisik, mekanis dan kimiawi, diberi nama
khusus seperti kerikil, lanau, lempung; teknik sipil digunakan untuk membedakan
jenisnya; campurannya dipakai sebagai nama dibelakang unsur utamanya
(lempung berlanau: lempung mengandung lanau, material utamanya lempung).
Tanah terdiri dari 3 unsur: udara, air dan bahan padat. Udara dianggap
tidak mempunyai pengaruh teknis; air sangat mempengaruhi sifat teknis tanah.
Bila rongga terisi air seluruhnya, disebut kondisi jenuh (fully saturated). Bila
rongga terisi udara dan air, disebut kondisi jenuh sebagian (partially saturated).
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tanah kering tidak mengandung air (kadar airnya sama dengan nol). Hubungan
antara kadar air, angka pori, porositas, berat volume sangat diperlukan dalam
praktik perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi (Hardiyatmo, 1996).
2.3.2 Jenis-jenis Tanah Pendukung Pondasi
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi atau
pengelompokan jenis tanah secara umum, yang dapat membantu dalam
memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan. Metode-metode yang
telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam perancangan
pondasi dan riset-riset. Tanah yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat
diprediksi perilakunya, didasarkan pada pengalaman di lokasi lain yang memiliki
jenis tanah kira-kira sama.
Dalam perencanaannya, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal
dalam memprediksi kelakuan tanah. Tanah berbutir kasar dapat diidentifikasikan
berdasarkan ukuran butiran. Menurut

MIT (Massachusetts Institute of

Technology) nomenclature, kerikil adalah butiran dengan diameter lebih besar


dari 2 mm. Pasir adalah butiran yang ukurannya kurang dari 2 mm, masih dapat
dilihat oleh mata. Tanah pasir disebut pasir kasar jika diameter butiran berkisar
0,6 s/d 2 mm, pasir sedang jika diameter butirannya 0,2 s/d 0,6 mm, pasir halus
bila diameter butirannya 0,06 s/d 0,2 mm. Tanah berbutir halus terdiri dari fraksifraksi tanah mikroskopis yang mengembangkan plastisitas atau kohesi disebut
lanau. Lempung adalah kumpulan butiran mineral kristalin bersifat mikroskopis
dan berbentuk serpihan-serpihan atau pelat-pelat, butiran lempung lebih halus dari

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

lanau. Di lapangan merupakan kombinasi dari salah satu unsur secara parsial dan
atau perpaduan/kombinasi semua unsur secara keseluruhan (Hardiyatmo, 1996).
Dengan mengetahui bahwa tanah memiliki sifat yang beragam,
dikombinasikan dengan beban yang tidak diperhitungkan sebelumnya, gerakan
tanah yang akan terjadi (misal oleh gempa), dapat menyebabkan penurunan
(settlement), menjadi masalah bagi perencana dan pelaksana konstruksi, karena
hanya sedikit mempunyai kemampuan dalam perhitungan dan pengendaliannya.
Faktor lain mempersulit perencanaan adalah parameter tanah diperoleh sebelum
dan pada waktu pondasi sudah terpasang, kenyataannya pondasi itu terletak pada
tanah dengan sifat-sifat yang mungkin sudah berubah dari keadaan aslinya atau
disebabkan oleh ketergangguan oleh pekerjaan konstruksi lainnya.
2.3.3 Keadaan Tanah Pendukung Pondasi
Tanah sebagai pendukung pondasi memiliki karakteristik berbeda-beda
sesuai jenis dan keadaannya. Untuk perencanaan, perlu diketahui susunan lapisan
tanah riil pada suatu tempat, juga hasil pengujian laboratorium dari sampel tanah
yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah (Braja M. Das, 1941).
Parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah: ukuran butiran, berat
jenis, kadar air, kerapatan, angka pori dan sebagainya, diketahui dari penyelidikan
dan percobaan di laboratorium. Air pori tanah jenuh air dialirkan agar penyusutan
pori sesuai dengan perubahan struktur butir tanah terdeformasi. Kemampuan
mengalirkan air tanah kohesif lebih kecil dari tanah pasir, butuh waktu lama.
Untuk deformasi tetap diperlukan waktu lama, disebut deformasi konsolidasi.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Sifat kemampatan tanah lebih besar dari baja atau beton karena memiliki
pori yang besar, bila dibebani pondasi dan berat bangunan di atasnya,
mengakibatkan perubahan struktur tanah (deformasi secara vertikal) dan terjadi
penurunan. Beda dengan bahan lainnya, tanah didominasi oleh karakteristik
mekanisnya, seperti kekuatan geser dan permeabilitasnya. Kemampatan butir
tanah atau air secara teknis sangat kecil, maka proses deformasi tanah secara
vertikal akibat beban luar dianggap sebagai gejala penyusutan pori. Jika beban
bekerja kecil, deformasi terjadi tanpa pergeseran titik-titik sentuh antara butir
tanah. Deformasi pemampatan tanah memperlihatkan gejala elastis, sehingga bila
beban ditiadakan, tanah kembali ke bentuk semula, deformasi elastis. Umumnya
beban yang bekerja besar, menyebabkan pergesaran titik-titik sentuh antara butir
tanah, deformasi pemampatan atau deformasi plastis, bila beban ditiadakan, tanah
tidak akan kembali ke bentuk semula.
Kuat geser tanah menunjukkan besar daya dukung tanah, dipengaruhi oleh
kohesi dan sudut geser tanah. Bila gaya geser bekerja pada massa tanah, juga
tegangan normal (), maka tegangan geser () membesar akibat deformasi sampai
mencapai batas. Bila dihubungkan dengan tegangan normal () yang berbeda,
diperoleh suatu garis lurus. Nilai c dan diketahui melalui uji geser tanah di
laboratorium. Tanah dibagi menjadi kohesif (cohesive) dan non kohesif (non
cohesive). Tanah non kohesif adalah pasir dengan nilai c = 0.
2.3.3.1 Konsolidasi dan Penurunan pada Tanah Pendukung Pondasi
Bila suatu lapisan tanah mengalami penambahan beban di atasnya, maka
air pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan volumenya menjadi lebih kecil,

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

akan terjadi konsolidasi. Konsolidasi ini berlangsung dalam satu jurusan saja,
jurusan vertikal, karena lapisan yang ditambah beban tidak dapat bergerak dalam
jurusan horizontal (ditahan tanah disekelilingnya) dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 One dimentional consolidation, (L. D. Wesly, 1977)


Dalam hal ini pengaliran air berjalan dalam jurusan vertikal saja,
onedimensional consolidation. Saat konsolidasi berlangsung, bangunan di atas
lapisan tersebut akan menurun (settle). Tanah lempung (high compressibility),
penurunan akan besar. Tanah pasir (low compressibility), penurunan akan kecil.
Penurunan pada lempung waktunya lama, karena daya rembesan sangat rendah.
Pada pasir berjalan cepat hingga sewaktu pembangunan di atas pasir selesai maka
penurunan dapat dianggap sudah selesai. Hanya penurunan pada lempung yang
diperhitungkan, dan teori konsolidasi dimaksudkan untuk lempung.
2.3.3.2 Normally Consolidated dan Over Consolidated
Untuk menggambarkan sifat yang penting dari lapisan lempung endapan
(sedimentary clays), setelah pengendapannya akan mengalami konsolidasi dan
penurunan akibat tekanan dari lapisan yang mengendap di atasnya. Suatu saat
lapisan bawah dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan yang berlaku di atasnya saat ini,

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

overconsolidated. Lapisan yang belum mengalami tekanan diatasnya lebih tinggi


dari tekanan yang berlaku saat ini, normally consolidated.
2.3.3.3 Pengukuran Konsolidasi
Untuk mengukur konsolidasi di laboratorium dipakai alat konsolidasi
(consolidated apparatus atau oedometer), Tekanan diberikan sampai penurunan
selesai. Sesudah itu diberi tambahan beban, sampai penurunan berhenti dan
seterusnya. Beban ditambah per 24 jam dengan harga tegangan berikut: 0,25; 0,5;
1,0; 2,0; 4,0; 8,0 kg/cm2. Mencapai 8 kg/cm2 beban dikurangi sampai 0,25 kg/cm2,
didapat rebound curve.
2.3.3.3 Besarnya Penurunan
Penurunan yang terjadi pada setiap tegangan diambil dari pembacaan arloji
penunjuk yang terakhir untuk tegangan itu. Angka penurunan ini dipakai untuk
membuat grafik penurunan-tegangan sebagai absis dan angka pori sebagai ordinat.
2.3.3.4 Hasil Percobaan Konsolidasi
a) Undisturbed, dicampur air sehingga menjadi cair (slurry sample). Ditambah
beban sedikit demi sedikit, dengan membiarkan konsolidasi berjalan sampai
selesai setiap penambahan beban. Tebal akan menurun akibat konsolidasi,
penurunan diketahui setiap saat dari pembacaan arloji. Angka pori dapat
dihitung, dengan kadar air diketahui. Grafik penurunan-tegangan gambar 2.7.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.7 Grafik Percobaan Konsolidasi pada undisturbed, (L. D. Wesly, 1977)
Jika tegangan ditambah sampai Po maka didapat garis AB. Garis AB hampir
lurus, disebut virgin consolidation curve. Saat lapisan lempung mengendap di
lapangan, suatu proses yang sama akan berjalan. Jika tegangan dan penurunan
ditentukan, diperoleh grafik seperti garis AB. Juga jika tegangan sekarang
dikurangi lagi menjadi P1 maka tebal contoh menjadi lebih besar sedikit,
menurut garis BC. Jika tegangan ditambah sampai sebesar P, didapat garis
CDE. Garis DE terusan dari garis AB, yaitu ABE: garis konsolidasi asli.
b) Normally consolidated, diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.8. Po =
tegangan efektif di atas tanah ini di lapangan, dan eo = angka pori asli. Titik A
menunjukkan keadaan tanah setempat. Sebelum tegangan mencapai Po,
penurunan di laboratorium kecil, tapi saat tegangan melebihi Po, penurunan
menjadi besar. Jika tanahnya undisturbed, setelah tegangan Po dilampaui,
penurunan adalah menurut garis konsolidasi asli, garis AB.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.8 Uji Konsolidasi pada Normally Consolidated, (L. D. Wesly, 1977)
c) Pada over-consolidated
Hasil uji konsolidasinya akan seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Uji Konsolidasi Over-consolidated, (L. D. Wesly, 1977)


Po = tegangan efektif awal di atas contoh ini dilapangan. Pada masa lalu tanah
ini pernah mengalami tekanan sebesar Po, disebut over consolidation atau pre
consolidation pressure.
d) Residual soil (tanah dari lapisan di bawahnya, pembentukannya berlangsung
di tempat asal dan tidak mengalami pemindahan atau pengendapan). Normally
overconsolidated tidak dipakai secara tepat untuk residual soil karena
pembentukannya

tidak

seperti

cara

pembentukan

lapisan

endapan

(sedimentary soils), dengan arti belum pernah mengalami tekanan di atasnya


lebih tingi dari yang berlaku pada saat ini. Cara pembentukannya
menyebabkan residual soils memiliki sifat seolah overconsolidated.

2.3.3.5 Perhitungan Tegangan


Untuk menghitung besar penurunan harus diketahui tegangan semula (Po)
pada lapisan bersangkutan dan tegangan sesudah pembangunan selesai (P). Cara
menghitung kedua tegangan ini adalah:
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

a) Po (Tegangan efektif semula)


Tegangan akibat berat tanah sendiri, dapat dihitung langsung, dengan
mengetahui berat isi tanah dan dalamnya muka air tanah.
b) P (Tegangan efektif setelah pembangunan selesai)
P = tambahan tegangan akibat adanya bangunan, dihitung memakai teori
elastik
Gambar 2.10 dan 2.11, menghitung tekanan di bawah pondasi bulat dan
persegi. Po dan P tidak konstan harganya tergantung kedalamannya. Untuk
menghitung penurunan, perlu membagi lapisan menjadi lapisan yang cukup
tipis sehingga Po dan P cukup tepat.

Gambar 2.10 Perhitungan Tegangan di bawah Pondasi persegi, (L. D. Wesly 1977)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.11 Perhitungan Tegangan di bawah Pondasi bulat, (L. D. Wesly, 1977)
2.3.3.6 Kecepatan Penurunan
Mengetahui kecepatannya, yaitu apakah akan cepat selesai atau akan terus
berjalan bertahun-tahun lamanya. Kecepatan penurunan tergantung pada:
1. Daya rembesan air tanah. Ini menentukan kecepatan air mengalir dari tanah.
2. Compressibility tanah. Ini menentukan banyaknya air yang herus mengalir.
Lapisan lempung diantara dua lapisan pasir, seperti terlihat pada gambar 2.12

Gambar 2.12 Teori Konsolidasi, (L. D. Wesly, 1977)


Jika diberi beban P maka tegangan pada saat diberikan dipikul seluruhnya oleh air
pori; tegangan air pori akan naik menjadi P. Pengaliran air akan cepat mulai
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

berjalan sehingga tegangan air pori akan menurun. Besarnya tegangan air pori
pada waktu t1, t2, t3, Gambar 2.12. Tegangan air pori sama seperti sebelum
tambahan tegangan diberikan, selama konsolidasi berlangsung menurut rumus
Terzaghi, berdasarkan pada anggapan:
1. Derajat kejenuhan tanah 100 %.
2. Tidak terjadi perubahan isi pada air atau butir tanah.
3. Konsolidasi, yaitu pengaliran air serta perubahan isi berlangsung vertikal.
4. Rumus Darcy berlaku.
5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.
Perubahan isi ini disebabkan perubahan tegangan efektif pada elemen tersebut.
Cv: coefficient of consolidation (cm2/det). Selama konsolidasi berlangsung, harga
Mv dan K menjadi lebih kecil dengan akibat besarnya Cv tidak banyak berubah.
Dari persamaan Terzaghi diketahui u pada setiap titik, setiap waktu pada
lapisan tersebut. Bukan u yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan,
melainkan besar penurunan pada waktu tertentu, disebut derajat konsolidasi
(degree of consolidation).
Derajat konsolidasi U =

Penurunanpadawaktut
............................. (2.1)
Penurunansetelahselesai (t = )

Menghitung waktu sampai penurunan 90 % selesai maka ambil T untuk U = 90 %


Yaitu

t 90

Ct
= 0,848 = v 290 maka
H

t 90

0,848.H 2
.................................... (2.2)
=
Cv

Dimana:
t90 = waktu sampai penurunan 90 % selesai

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

H = jalan air terpanjang

Perbandingan Hasil Percobaan Laboratoriun dengan Teori Konsolidasi


Pada Gambar 2.13, grafik derajat konsolidasi-akar dua waktu. Garis
teoritis sampai kira-kira U = 70 % adalah garis lurus. Setelah itu garis teoritis ini
menyimpang dari garis lurus tersebut sehingga menyinggung garis U = 100 %
pada waktu angka terhingga. Garis hasil uji laboratorium

penurunan tetap

berjalan sesudah tidak ada lagi tegangan air pori. Teori konsolidasi Terzaghi
berdasar pada anggapan bahwa penurunan adalah akibat pengaliran air dari tanah,
dan kecepatan penurunan ditentukan oleh proses pengaliran air itu. Penurunan
dianggap terdiri dari dua bagian:
1. Primary settlement: penurunan yang berjalan akibat pengaliran air dari tanah,
adalah akibat perobahan tegangan efektif.
2. Secondary settlement: penurunan yang masih berjalan setelah primary
settlement selesai, yaitu setelah tidak terdapat lagi tegangan air pori.
Secondary settlement terjadi pada tegangan efektif yang konstan, umumnya kecil
dibanding dengan primary settlement, tidak perlu diperhatikan dalam perhitungan.

Gambar 2.13 Perbandingan Uji Konsolidasi - Garis Teoritis, (L. D. Wesly, 1977)
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Penentuan Harga Cv Pada Percobaan Konsolidasi


Uji konsolidasi dilakukan dengan menambah beban pada setiap 24 jam.
Setiap kali beban ditambah, pembacaan diambil pada jangka-jangka waktu 0,25;
1; 4; 9; 16 menit dan seterusnya, sesudah beban diberikan. Grafik penurunan-akar
dua waktu, Gambar 2.14, dipakai menghitung Cv (coefficient of consolidation). Cv
dihitung dari bagian grafik laboratorium yang mengikuti garis teoritis.

Gambar 2.14 Harga t90 dari Hasil Laboratorium, (L. D. Wesly, 1977)
Harga t90 (waktu sampai primary concolidation 90 % selesai), dipakai untuk
menghitung Cv. t90 dapat dilihat pada gambar 2.14.
Dapat satu harga Cv pada tiap pembebanan. Harga Cv tidak banyak berbeda. Pada
Gambar 2.14, harga sebagai ordinat langsung dari pembacaan arloji, tidak perlu
dijadikan penurunan atau derajat penurunan, karena bentuk grafik masih sama.
Perhitungan Kecepatan Penurunan di Lapangan
Jika Cv uji laboratorium, maka untuk menghitung kecepatan penurunan di
lapangan tinggal masukkan harga Cv ke dalam rumus: t =

T .H 2
Cv

2.3.3.7 Perbandingan Penurunan Dihitung dengan Penurunan di Lapangan

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Dari uji konsolidasi di laboratorium kita mendapat:


a) Grafik penurunan terhadap tegangan; dipakai menghitung besar penurunan.
b) Harga Cv; dipakai untuk menghitung kecepatan penurunan.
Pengukuran penurunan di lapangan, didapat perbandingan antara penurunan
terjadi dengan yang dihitung. Hasil pengukuran menunjukan umumnya besar
penurunan di lapangan tidak selalu sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari angka
dihitung. Ketidaksesuaian penurunan dapat disebabkan hal-hal berikut:
1. Contoh tanah tidak benar-benar asli.
2. Alat konsolidasi kurang sempurna.
3. Tegangan yang dihitung menurut teori elastik kurang tepat.
Kecepatan penurunan di lapangan lebih cepat dari dihitung disebabkan karena:
1. Harga Cv yang diukur dilaboratorium lebih kecil dari yang berlaku dilapangan.
Karena tanah tidak seragam dan mengandungan retakan atau lapisan pasir.
2. Pengaliran air tidak vertikal saja. Jika lapisan lempung mengandung lapisan
pasir tipis (permeability horizontal lebih besar dari permeability vertikal).
2.4

Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)


Kegiatan bidang geoteknik untuk memperoleh sifat dan karakteristik

tanah, untuk kepentingan rekayasa. Ada dua jenis penyelidikan tanah:


penyelidikan lapangan (in site test) dan penyelidikan laboratorium (laboratory
test). Dapat memberikan gambaran tentang kondisi lapisan dan sifat-sifat fisik
tanah dalam arah vertikal, dimana perencana dituntut mampu menggambarkan
profil lapisan tanah yang ditinjau.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban bangunan,


tingkat keamanan direncanakan, kondisi lapisan tanah dan biaya untuk
penyelidikan. Karena itu untuk bangunan sederhana atau beban ringan, kadang
tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena kondisi tanahnya dapat diketahui
berdasarkan pengalaman setempat (Hardiyatmo, 1996).
Penyelidikan lapangan (in situ test) umumnya terdiri atas: machinery
boring test, SPT (Standard Penetration Test), CPT (Cone Penetration Test) atau
sondir, DCP (Dynamic Cone Penetration), PMT (Pressure Meter Test), DMT
(Dilato Meter Test), Field Permeability, dan lainnya. Penyelidikan laboratorium
terdiri dari index properties (water content, specific gravity, atterberg limit, sieve
analysis, unit weight), engineering properties (direct shear test, consolidation
test, triaxial test, permeability test, compaction test, CBR test).
Tanah asli adalah tanah yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah
yang ada dan tidak mengalami perubahan dalam strukturnya, kadar air dan
susunan kimianya. Digunakan untuk percobaan properties index, yaitu: Atterberg
Limits; Berat Jenis (specific gravity); Analisa Saringan (sieve analysis).
Pengujian tergantung jenis konstruksi yang dikerjakan, pengujian akan
berbeda untuk bangunan tinggi, galian dalam (deep excavation), timbunan (fill),
terowongan (tunneling), jalan raya (highway).
Hasil penyelidikan tanah (soil investigation) dapat menentukan:
a. Jenis pondasi yang akan digunakan dan kedalamannya dengan memperoleh
daya dukung pondasi dangkal dan pondasi dalam, berdasarkan parameter kuat
geser tanah dari in site test.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

b. Evaluasi besar penurunan akibat beban kerja; penurunan segera (immediately


settlement), penurunan konsolidasi (consolidation settlement) maupun
penurunan setempat (differential settlement.
c. Posisi muka air tanah.
d. Parameter kuat geser tanah di lapangan berdasarkan korelasi empirik terhadap
CPT (Cone Penetration Test). (Soil Investigation Rusunawa UMA Medan,
Medan GeoTechnic, UNIKA St. Thomas, 2008)

2.4.1 Sondering Test (Cone PenetrationTest, CPT)


Pengujian yang cepat, sederhana, ekonomis dan dapat dipercaya di
lapangan

melalui

pengukuran

terus-menerus

dari

permukaan

tanah.

Dipertimbangkan pada perencanaan untuk mengklasifikasi lapisan tanah;


memperkirakan kekuatan dan karakteristik tanah, diperlukan untuk menentukan
kapasitas daya dukung dan kapasitas daya dukung ultimit tiang.
Alat sondir ada dua, yaitu: sondir ringan (2 ton); mengukur tekanan konus
sampai 150 kg/cm2, atau kedalaman maks 30 m, untuk uji tanah yang terdiri dari
lempung, lanau dan pasir halus) dan sondir berat (10 ton, mengukur tekanan
konus sampai 500 kg/cm2 atau kedalaman maks 50 m, untuk uji tanah yang terdiri
dari lempung padat, lanau padat dan pasir kasar). Jumlah perlawanan (JP),
perlawanan konus (PK), dan Hambatan Lekat (HL) dihitung sebagai berikut:
-

Hambatan Lekat (HL)


HL = (JP PK) x A/B ............................................................. (2.3)

Jumlah Hambatan Lekat (JHL)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

JHL = HL .......................................................................... (2.4)


a =0

Jumlah Hambatan Setempat (JHS)


JHS = HL/10 .......................................................................... (2.5)

Dimana:

JP =

Jumlah Perlawanan (kg/cm2)

PK =

Perlawanan Konus (kg/cm2)

A =

Tahapan Pembacaan (setiap kedalaman 20 cm)

B =

Faktor Alat (10)

Kedalaman (m).

Aoki dan Alencar merumuskan kapasitas dukung ultimit dari data Sondir:
Qult = (qb x Ap) .................................................................................. (2.6)
dimana: Qult = Kapasitas daya dukung tiang
qb

= Tahanan ujung sondir.

Ap

= Luas penampang tiang.

Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut:


qb =

qca (base)
.................................................................................. (2.7)
Fb

dimana:
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang; Fb: faktor empirik
Fb

= Faktor empirik, tergantung pada tipe tanah, dari tabel 2.2.


Tabel 2.2 Faktor empirik Fb
Tipe Tiang Pancang

Fb

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tiang Bor

3,5

Baja

1,75

Beton Pratekan

1,75

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, didapat dengan cara kapasitas


ultimit dibagi faktor keamanan tertentu.
-

Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan d < 2 m


Qa =

Qu
............................................................................................ (2.8)
2,5

Untuk dasar tiang tanpa pembesaran dibagian bawah


Qa =

Qu
............................................................................................ (2.9)
2

2.4.2 Standard Penetration Test (SPT)


Pengujian lapangan dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan split
spoon ke dalam tanah, bertujuan mengetahui kekuatan tanah pada setiap lapisan
tanah. Diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah ( )
berdasarkan nilai jumlah pukulan (N), dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Hubungan Dr, dan N dari pasir (Peck, Meyerhof)
Sudut Geser Dalam
Nilai N
Kepadatan Relatif (Dr)
Menurut Peck
Menurut
Meyerhoff
04
0,0 0,2
Sangat lepas
< 28,5
< 30
4 10

0,2 0,4

Lepas

28,5 30

30 35

10 30

0,4 0,6

Sedang

30 36

35 40

30 50

0,6 0,8

Padat

36 41

40 45

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

> 50

0,8 1,0

Sangat padat

> 41

> 45

(Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono, 1983)


Tabel 2.4 Hubungan Dr, dan N dari pasir (Terzaghi)
Relative Density (Dr)
N
Very Soft / Sangat Lunak
<2
Soft / Lunak

24

Medium / Kenyal

48

Stiff / Sangat Kenyal

8 15

Hard / Keras

15 30

Padat

> 30

(Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono, 1983)


SPT pada tanah kohesif berbutir halus atau tanah dengan permeabilitas rendah,
mempengaruhi perlawanan penetrasi, memberikan harga SPT yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah dengan permeabilitas tinggi untuk kepadatan sama.
Mungkin terjadi bila jumlah tumbukan N>15, maka koreksi Terzaghi & Peck
(1948) menghasilkan
terjadi: No = N

harga N,

merupakan

jumlah tumbukan N yang

50
........................................................................... (2.10)
1 + 2 + 10

Dimana adalah tegangan efektif berlebih, tidak lebih dari 2,825 kg/cm2.
Melalui SPT, angka N dari suatu stratigrafi (sistem pelapisan tanah di
lokasi) dapat diketahui (N SPT > 50: tanah pasir & N SPT > 30: tanah lempung),
dan dari angka itu didapat karakteristik suatu lapisan tanah seperti pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N.


Klasifikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Hal yang perlu


dipertimbangkan secara
menyeluruh dari hasilhasil sebelumnya

Unsur

tanah,

variasi

daya

dukung

vertikal

(kedalaman permukaan dan susunannya), adanya


lapisan lunak (ketebalan lapisan yang mengalami
konsolidasi atau penurunan), kondisi drainase dan
lain-lain
Berat isi, sudut geser
Tanah pasir (Tidak

Hal-hal yang perlu

kohesif)

dalam,

ketahanan

terhadap penurunan dan


daya dukung tanah

diperhatikan langsung

Keteguhan, kohesi, daya


Tanah lempung (Kohesif) dukung dan ketahanan
terhadap hancur

(Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono, 1983)


Walau hasil penyelidikan sondir telah diperoleh, masih diperlukan
pengetahuan tentang tanah lebih teliti, penyelidikan tanah dilengkapi dengan
pengambilan contoh tanah (untuk menentukan sifat fisis dan mekanis lapisan
tanah melalui uji laboratorium). Pengambilan contoh tanah ada dua macam, yaitu:
tidak terganggu (undisturbed sample), contoh tanah asli dan tanah terganggu
(disturbed sample). Boring untuk mengetahui kedalaman muka air tanah (ground
water level) di lapangan dan memperoleh stratigrafi.
N dari SPT untuk menghitung daya dukung tanah, dimana tergantung pada
kuat geser tanah. Rumus kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb, yaitu:

= c + tan .................................................................................. (2.11)


Dimana:
= Kekuatan geser tanah (kg/cm2)
c = Kohesi tanah (kg/cm2)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

= Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm2)

= Sudut geser tanah ().


Harga sudut geser dari tanah tidak kohesif (pasiran); dipakai rumus
Dunham (1962):
-

Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir
bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser sebesar:

= 12 N + 15 ................................................................................. (2.12)

= 12 N + 50 ................................................................................. (2.13)
-

Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudur gesernya adalah:

= 0.3N + 27 .................................................................................. (2.14)


Angka penetrasi sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan untuk
memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan penetrasi standar dengan sudut
geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir, dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Hubungan antara angka pentrasi standar dengan sudut geser
dalam dan kepadatan relatif pada tanah pasir
Angka penetrasi
Kepadatan Relatif ,
Sudut geser
standar, N

Dr (%)

dalam ()

05

05

26 30

5 -10

5 30

28 35

10 30

30 60

35 42

30 50

60 65

38 46

(Mekanika Tanah, Braja M. Das Noor Endah, 1985)


Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Hubungan harga N dengan berat isi riil hampir tidak mempunyai arti
karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel 2.6). Harga berat isi yang dimaksud
sangat tergantung pada kadar air.
Tabel 2.7 Hubungan antara N dengan berat isi tanah
< 10
10 30
Harga N
Tanah tidak
kohesif

Tanah kohesif

30 50

> 50

Berat isi KN/m3

12 16

14 18

16 20

18 23

Harga N

<4

4 15

16 25

> 25

Berat isi KN/m3

14- 18

16 - 18

16 18

> 20

(Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono, 1983)


Tanah non kohesif, daya dukung sebanding dengan berat isi; tinggi muka air tanah
mempengaruhi daya dukung tanah pasir. Tanah di bawah muka air tanah memiliki
berat isi efektif yang berat isi tanah di atas muka air tanah. Tanah dengan
daya dukung baik, dinilai dari ketentuan berikut: Lapisan kohesif memiliki nilai
SPT, N > 35; Lapisan kohesif memiliki harga kuat tekan (qL) 34 kg/cm2 atau
harga SPT, N > 15. Jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai, N1 tidak
dihitung, karena tanah dianggap sudah terganggu. Nilai N2 dan N3 diambil dari
jumlah pukulan pada lapisan berikutnya, nilai N = N2 + N3 dan jika nilai N > 15
maka: N = 15 + 1 2 ( N '15) ........................................................................... (2.15)
Kapasitas daya dukung pondasi tiang pada tanah pasir dan silt didasarkan
pada data SPT, ditentukan dengan perumusan berikut :
1.

Daya dukung ujung tiang (end bearing), (Reese & Wright, 1977).
Qp

= Ap . qp ................................................................................... (2.16)

dimana:
Ap

= Luas penampang tiang bor, m2.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

qp

= Tahanan ujung per satuan luas, ton/m2.

Qp = Daya dukung ujung tiang, ton.


Untuk tanah kohesif:

qp = 9 cu ........................................................ (2.17)

Untuk tanah tidak kohesif: korelasi antara qp dan NSPT seperti Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Daya dukung ujung batas tiang bor pada tanah pasiran
(Reese & Wright, 1977)
untuk N < 60 maka qp = 7 N (t/m2) < 400 (t/m2)

dimana:

untuk N > 60 maka qp = 400 (t/m2)


N
2.

Nilai rata-rata SPT

Daya dukung selimut tiang (skin friction), (Reese & Wright, 1977).
Qs = f . Li . p ................................................................................. (2.18)
dimana:

= Tahanan satuan skin friction, ton/m2.

Li

= Panjang lapisan tanah, m.

= Keliling tiang, m.

Qs

= Daya dukung selimut tiang, ton.

Pada tanah kohesif:


f

= . cu ..................................................................................... (2.19)

dimana: = Faktor adhesi.


- Berdasarkan penelitian Reese & Wright (1977) = 0.55
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

cu = Kohesi tanah, ton/m2.


Pada tanah non kohesif:

N < 53 maka f = 0,32 N (ton/m2)

53 < N < 100 maka f : dari korelasi langsung dengan NSPT (Reese & Wright).

Gambar 2.16 Tahanan geser selimut tiang bor pada tanah pasiran
(Reese & Wright, 1977)
Nilai f juga dapat dihitung dengan formula:
f

= K0 . v . tan ......................................................................... (2.20)

dimana:

K0

= 1 sin .

v = Tegangan vertikal efektif tanah, ton/m2.


2.5

Pengujian Tiang
Umumnya uji beban tiang dilaksanakan untuk tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan grafik hubungan beban dan penurunan, terutama
pada pembebanan di sekitar beban rencana yang diharapkan.
2. Sebagai percobaan guna menyakinkan bahwa keruntuhan pondasi tidak
akan terjadi sebelum beban yang ditentukan tercapai. Nilainya
bebarapa kali dari beban kerja yang dipilih dalam perancangan. Nilai
pengali tersebut, kemudian dipakai sebagai faktor aman.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

3. Untuk menentukan kapasitas utimit yang sebenarnya, yaitu untuk


mengecek data hasil hitungan kapasitas tiang yang diperoleh dari
rumus-rumus statis dan dinamis. (H. C. Hardiyatmo, 2002)
2.5.1 Metode Kalendering
Ada 2 (dua) metode untuk perencanaan daya dukung tiang didasari hasil
kalendering yaitu: metode Danish Formula (untuk menentukan tiang pancang
tunggal telah cukup mencapai daya dukung pada kedalaman tertentu, walau pada
praktiknya kedalaman dan daya dukung tiang telah direncanakan) dan metode
Gates (formula ini sederhana dan dapat digunakan dilapangan dengan cepat).
Cara memperoleh grafik data kalendering hasil pemancangan tiang adalah:
1. Kertas grafik ditempelkan pada dinding tiang pemancang sebelum tiang
tertanam keseluruhan dan proses pemancangan belum selesai.
2. Kemudian alat tulis diletakkan diatas sokongan kayu dengan tujuan agar alat
tulis tidak bergerak pada saat penggambaran grafik penurunan tiang kekertas
grafik ketika berlangsung pemancangan tiang.
3. Pengambilan data ini diambil pada saat kira-kira penurunan tiang pancang
mulai stabil
Hasil kalendering pemancangan tiang yang diambil pada 10 pukulan terakhir,
kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh penetrasi titik perpukulan (s).
Kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Danish Formula adalah:

Pu =

dimana:

Pu

E
EL
s+
2 AE
p

0.5

....................................................... (2.21)

= Kapasitas daya dukung ultimate tiang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

= Efesiensi alat pancang

= Energi alat pancang yang digunakan

= Banyaknya penetrasi per pukulan

= Luas penampang tiang pancang

Ep

= Modulus elastis tiang


Tabel 2.8 Effisiensi jenis alat pancang
Jenis Alat pancang

Effesiensi

Pemukul jatuh (drop hammer)

0,75 1

Pemukul aksi tunggal (single acting hammer)

0,75 - 0,85

Pemukul aksi dobel (double acting hammer)

0,85

Pemukul diesel (diesel hammer)

0,85 1

(Teknik Pondasi I, H. C. Hardiyatmo, 2002)


Metode Gates ini digunakan dengan rumus:
Pu = a eh.Eb(b log s ) ...................................................................... (2.22)
Pijin =

Pu
........................................................................................ (2.23)
SF

dimana:
Pu

= Daya dukung ultimate tiang pancang

Pijin = Daya dukung ijin tiang pancang


a

= konstanta

= konstanta

eh

= Efesiensi baru

Eb = energi alat pancang


S

= Banyaknya penetrasi pukulan, dari data kalendering dilapangan

SF = Faktor keamanan (3)


Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

2.5.2 Pengujian Pembebanan Tiang (Loading Test)


Umumnya dilaksanakan dengan maksud:
1. Menentukan grafik hubungan beban dan penurunan, terutama pada
pembebanan di sekitar beban rencana yang diharapkan.
2. Sebagai percobaan guna meyakinkan bahwa keruntuhan pondasi tidak akan
terjadi sebelum beban ditentukan tercapai. Nilainya beberapa kali beban
rencana. Nilai pengali tersebut, dipakai sebagai faktor aman.
3. Menentukan kapasitas ultimit riil, mengecek hasil hitungan kapasitas tiang
yang diperoleh dari rumus statis dan dinamis (Hardiyatmo, 2002).
Beberapa sistem pembebanan yang digunakan pada pengujian tiang, yaitu:
1. Suatu landasan (platform) yang dibebani dengan beban yang berat dibangun
diatas

tiang

uji

(Gambar

2.17).

Cara

ini

mengandung

resiko

ketidakseimbangan beban yang dapat menimbulkan kecelakaan yang serius.

Gambar 2.17 Susunan sistem pembebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik


ditahan oleh penahan yang terletak diatas tiang (Hardiyatmo, 2002)
2. Gelagar reaksi yang dibebani dengan beban berat, dibangun melintasi tiang
yang diuji. Sebuah dongkrak hidrolik (hydraulic jack), berfungsi memberikan
gaya ke bawah dan pengukur beban (load gauge atau proving ring) diletakkan
di antara kepala tiang dan gelagar reaksi. Untuk memperkecil pengaruh
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

pendukung gelagar reaksi terhadap penurunan tiang, pendukung gelagar


disarankan berjarak lebih besar 1,25 m dari ujung tiang (Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Sistem pembebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik ditahan oleh
penahan diatas tiang (Hardiyatmo, 2002)
3. Gelagar reaksi diikat pada tiang-tiang angker yang dibangun di kedua sisi
tiang. Dongkrak hidrolik dan alat pengukur besar gaya diletakkan diantara
gelagar reaksi dan kepala tiang (Gambar 2.19). Tiang angker harus berjarak
paling sedikit 3 kali diameter tiang yang diuji, diukur dari masing-masing
sumbunya dan harus lebih besar dari 2 m. Jika tiang uji berupa tiang yang
membesar ujungnya, jarak sumbu angker ke sumbu tiang harus 2 kali diameter
atau 4 kali diameter badan tiang, dipilih mana yang lebih besar dari keduanya.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.19 Sistem pembebanan dengan reaksi dongkrak hidrolik ditahan oleh
tiang angker (Hardiyatmo, 2002)
Pada cara (2) dan (3), disarankan untuk menggunakan proving ring atau
alat pengukur beban lainnya. Jika tidak, beban dapat diukur langsung tekanan cair
di dalam dongkrak, dimana tekanannya harus telah dikalibrasi terlebih dahulu
dengan mesin yang biasa digunakan untuk penujian (testing machine).
Penurunan kepala tiang dapat diukur dari penurunannya terhadap suatu
titik referensi atau dari arloji pengukur yang dihubungkan dengan tiang. Arloji
pengukur dipasang pada sebuah gelagar yang didukung oleh dua angker (fondasi)
yang kokoh, yang tidak dipengaruhi oleh penurunan tiang (Gambar 2.20)

Gambar 2.20 Arloji pengukur (Hardiyatmo, 2002)


Uji beban sering dilakukan dengan beban desak, walau uji beban tarik dan
beban lateral juga kadang dilaksanakan. Terdapat 4 metode pengujian, yaitu:

1. Slow Maintained Test Load Method (SM Test)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Direkomendasikan oleh ASTM D1143-81 (1989), metode uji standart ASTM;


umum digunakan pada penelitian di lapangan sebelum dilakukan pekerjaan
selanjutnya, terdiri atas:
a. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama (yaitu 25 %, 50%, 75%,
100%, 125%, 150%, 175%, dan 200%) hingga 200% beban rencana.
b. Setiap penambahan beban harus mempertahakan laju penurunan harus
lebih kecil 0,01 in/jam (0,25 mm/jam).
c. Mempertahankan 200% beban selama 24 jam
d. Setelah waktu dibutuhkan diperoleh, lepaskan beban dengan pengurangan
sebesar 25% dengan jarak waktu 1 jam diantara waktu pengurangan.
e. Setelah beban diberikan dan dilepas keatas, bebani tiang kembali untuk
pengujian

beban

dengan

penambahan

50%

dari

beban

desain,

menyediakan waktu 20 menit untuk penambahan beban.


f. Kemudian tambahkan beban dengan penambahan 10% beban desain.
2. Quick Maintained Load Test Method (QM Test)
Direkomendasikan oleh Departemen Perhubungan Amerika serikat, Pengelola
Jalan Raya dan ASTM 1143-81 (opsional), terdiri atas:
a. Bebani tiang dalam penambahan 20 kali hingga 300% dari beban desain
(masing-masing tambahan adalah 15% dari beban desain).
b. Pertahankan tiap beban selama 5 menit, bacaan diambil tiap 2,5 menit
c. Tambahkan peningkatan beban hingga jacking continue dibutuhkan untuk
mempertahankan beban uji atau uji telah dicapai.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

d. Setelah interval 5 menit, lepaskan atau hilangkan beban penuh dari tiang
dalam empat pengurangan dengan jarak diantara pengurangan 5 menit.
Metode ini lebih cepat dan ekonomis, lebih mendekati suatu kondisi. Waktu
ujinya 3-5 jam. Metode ini tidak dapat digunakan untuk estimasi penurunan
karena metode cepat.
3. Constant rate of Penetration Test Method (CRP Test)
Metode ini disarankan oleh Komisi Pile Swedia, Departemen Perhubungan
Amerika Serikat, dan ASTND1143-81 (opsional). Terdiri atas:
a. Kepala tiang didorong untuk settle pada 0,05 in/memit (1,25 mm/menit).
b. Gaya yang dibutuhkan untuk mrncapai penetrasi akan dicatat.
c. Uji dilakukan dengan total penetrasi 2-3 in (50-75 mm).
Keuntungan utama dari metode ini adalah lebih cepat (2-3) jam dan ekonomis.
4. Swedish Cyclic Test Method (SC Test).
Metode ini dianjurkan oleh Komisi Pile Swedia, terdiri atas:
a. Bebani tiang hingga sepertiga beban desain.
b. Lepaskan beban hingga seperenam beban desain. Ulangi pembebanan dan
pelepasan beban dalam siklus 20 kali.
c. Peningkatan beban dengan sebesar 50% dengan langkah (a) dan
pengulangan seperti langakah (b).
d. Lanjutkan hingga kegagalan tercapai.
Metode ini membutuhkan waktu dan siklus perubahan perilaku tiang sehingga
tiang berbeda dengan aslinya. Hanya direkomendasikan atas proyek khusus
dimana beban siklus dianggap sangat penting.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tiang yang sebaiknya terletak pada lokasi di dekat titik bor saat
penyelidikan tanah dilakukan, dimana karakteristiknya telah diketahui dan pada
lokasi yang mewakili kondisi tanah paling jelek di lokasi rencana bangunan.
(Hardiyatmo, 2002)
2.5.3 Pengujian Tiang dengan Metode Pile Dynamic Analysis (PDA)
Tujuan pengujian dinamis ini adalah untuk mengetahui besarnya daya
dukung ultimate tiang pancang tunggal yang dilakukan di lapangan dengan
berbagai dimensi dan karakteristik tiang yang telah ditentukan melalui
perencanaan sebelumnya, baik untuk pemilihan tiang maupun lokasinya.
Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang,
akan menimbulkan regangan pada tiang dan pergerakan relatif (relative
displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah sekitarnya, menimbulkan
gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin besar kekuatan tanah,
semakin kuat gelombang perlawanan yang timbul. Gelombang aksi maupun reaksi
akibat perlawanan tanah akan direkam. Dari hasil rekaman, karakteristik
gelombang-gelombang ini dianalisa untuk menentukan daya dukung statik tiang
diuji, berdasarkan Theory of Stress Wave Propagation on Pile (Case Method).
Saat ini pengujian PDA banyak dilakukan untuk pondasi tiang pancang
seperti precast piles, steel piles dan spun piles, menggunakan palu dari alat
pancangnya sendiri, sehingga sangat praktis dan ekonomis pengerjaannya.
Pengujian PDA untuk tiang berdiameter besar dan daya dukung besar sangat
menguntungkan, karena proses pengujian sangat singkat (dari persiapan sampai
selesai hanya berlangsung selama 1 - 3 jam).

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Untuk menghasilkan beban dinamik pada tiang, digunakan palu yang


berfungsi sebagai alat tumbuk. Berat minimum dari palu yang akan digunakan
ditentukan sebesar 1 % dari perkiraan daya dukung ijin tiang. Sebagai contoh:
untuk daya dukung ijin tiang direncanakan sebesar 500 ton, dan diambil daya
dukung batasnya 200 % dari daya dukung ijinnya, sebesar 1000 ton, maka berat
minimum palu adalah 10 ton. Tinggi jatuh palu diambil antara 1 m sampai 2 m,
dipilih ketinggian minimum berapa yang sudah menghasilkan output daya dukung
batas tiang. Pengujian dilakukan 2 sampai 5 kali tumbukan, sedangkan besarnya
daya dukung tiang ditentukan dengan dari rekaman 1 gelombang tumbukan saja.
Terbatasnya berat palu yang dipakai untuk pengujian tiang dengan PDA,
menyebabkan pengujian tersebut banyak diragukan berbagai pihak. Tetapi dengan
digunakannya palu berbobot sangat besar yaitu 11,50 ton (tersedia juga bobot 25
ton) untuk berbagai proyek menyebabkan hasil pengujian menjadi lebih akurat.
2.5.3.1 Prosedur Pengujian Daya Dukung Tiang Tunggal dengan PDA
1. Gelombang akibat tumbukan (impact wave)
Pengujian dinamis PDA dilakukan dengan menginterpretasikan gelombang
satu dimensi (one dimentional wave) yang merambat pada media yang diuji.
Gelombang ini didapat dengan tumbukan (impact) pada tiang uji, sehingga
menghasilkan gelombang sesuai dengan kebutuhan pengujian. Pengujian PDA
tiang pancang tunggal menggunakan alat tumbuk Drop Hammer 1,5 ton.
2. Instrumen PDA
a. Strain Transducer dan Accelerometer

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Untuk mengukur regangan dan percepatan selama perambatan gelombang


akibat tumbukan yang diberikan pada tiang, strain transducer dan
accelerometer (dipasang masing-masing 2 buah di kedua sisi tiang untuk
mencegah tidak bekerjanya instrument pada saat penumbukan), berfungsi
merubah regangan dan percepatan menjadi sinyal elektronik, melalui kabel
penghubung akan direkam oleh alat PDA. Dipasang atau dilekatkan pada
permukaan bagian atas tiang dengan jarak lebih besar dari 1,5W 2W dari
ujung atas kepala tiang. Dimana W = lebar penampang tiang, untuk
mendapatkan hasil rekaman yang baik.

Gambar 2.21 Laptop PDA, (Pile Dynamics Inc., 2008)


b. Computer Laptop PDA
Hasil pengukuran direkam dengan alat Computer PDA type PAK dari GRL
USA di lapangan dan dianalisa dengan program CAPWAP.

Gambar 2.22 Model PAX

Gambar 2.23 StrainTransducer&Accelerometer

3. Pemasangan Instrumen PDA

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Sesuai ketentuan ASTM D 4945-96 maka pemasangan instrumen Strain


Transducer harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari pengaruh
yang akan terjadi selama penumbukan. Sehingga pengaruh faktor momen
dapat diabaikan, untuk mendapatkan nilai N aksial sebesar mungkin.
4. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pengujian dilaksanakan, telah dilakukan persiapan untuk PDA
dengan mencatat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pengeboran lubang
pada tiang pancang untuk pemasangan Strain Transducer dan Accelerometer .

Gambar 2.24 Pemasangan Strain Transducer dan Accelerometer PDA pada tiang
5. Pelaksanaan Pengujian PDA
Tiang pancang uji diberi beberapa kali tumbukan, penumbukan dihentikan jika
telah diperoleh mutu rekaman cukup baik pada komputer dan energi tumbukan
(EMX) relatif cukup tinggi. Kualitas rekaman yang baik tergantung dari
beberapa faktor, yaitu:
a. Pemasangan instrumen terpasang dengan cukup kuat pada tiang beton;
b. Sistem elektronik komputer dan efisiensi hammer yang digunakan.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Saat

pengujian

secara

temporer

dilakukan

pengecekan/pengencangan

instrumen strain transducer dan accelerometer. Nilai EMX tergantung nilai


efisiensi hammer yang dipakai. Hasil uji dinamis PDA dianalisis lebih lanjut
dengan program CAPWAP, didapat perbandingan kekuatan daya dukung tiang
pancang di lapangan termasuk distribusi kekuatan friksi tanah di setiap lapisan
tanah, tahanan ujung, tegangan tiang, dan lainnya.
2.5.3.2 Efisiensi Tumbukan Hammer
Dari beberapa tumbukan pada tiang yang diuji, efisiensi transfer energi
hammer mencapai 50% sampai dengan 63% dari energi potensial yang tersedia.
2.5.3.3 Tegangan Tiang
Tegangan tekan maksimum (CSX) dan tegangan tarik maksimum (TSX)
yang terjadi pada tiang pancang yang diuji, diukur dekat kepala tiang pada saat
pelaksanaan pengujian dilaksanakan.
2.5.3.4 Daya Dukung Tiang
Dari hasil pengujian dinamis pada kondisi restrike, analisis daya dukung
tiang pancang diperoleh dengan menggunakan program CAPWAP pada tiang uji.
2.5.3.5 Langkah Analisis, Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil rekaman gelombang akibat tumbukan palu dianalisa lebih jauh
dengan menggunakan Case Pile Wave Equation Analysis Program (CAPWAP),
satu paket dengan PDA. Kombinasi rambatan gelombang pada tiang hasil
rekaman PDA dan modelisasi tanah serta parameternya (Dumping factor, Quake,
Material tiang) dan secara iterasi menentukan parameter tanah lainnya, sehingga

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

grafik gelombang hasil iterasi (signal matching) memiliki korelasi yang baik
dengan gelombang yang dihasilkan.
Analisa dengan CAPWAP akan menghasilkan kurva penurunan tiang S
versus beban dan distribusi gaya gesek dan tahanan ujung tiang. Kualitas
pengujian PDA dapat dibandingkan melalui daya dukung ultimatenya dan melalui
kurva penurunan tiang versus beban dari uji beban statik. (CAPWAP, 2008)

Gambar 2.25 Grafik PDA hasil analisis CAPWAP, (CAPWAP, 2008)


Setelah daya dukung ultimate diperoleh melalui analisis CAPWAP, perlu
diingat bahwa daya dukung ultimate tiang pancang tersebut adalah daya dukung
ultimate tanah pendukung tiang pancang tunggal, pada saat pengetesan dilakukan.
Daya dukung ijin rencana harus disesuaikan dengan daya dukung ijin bahan tiang
yang digunakan. Karena hasil pengujian ini hanya untuk tiang pancang tunggal
maka efisiensi kelompok tiang pancang harus diperhitungkan sesuai dengan
jumlah, jarak dan susunan kelompok tiang pancang yang terpasang. Penurunan
total dan perbedaan penurunan (differential settlement) secara long term perlu
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

dihitung lebih mendalam sesuai toleransi diijinkan untuk fungsi bangunan atasnya
(Laporan Uji PDA Rusunawa UMA Medan, Tarumanegara Bumiyasa, 2008).
2.6

Penurunan Tiang (Pile Settlement)


Terdapat dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, yaitu:

a. Besarnya penurunan yang akan terjadi.


b. Kecepatan penurunan.
Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik
tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan
yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.
Selain dari kegagalan daya dukung (bearing capacity failure) tanah, setiap
proses penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan di
dalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,
umumnya ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo, 1996).
Penurunan pondasi yang terletak pada tanahberbutir halus yang jenuh
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) komponen. Penurunan total adalah jumlah dari
ketiga komponen penurunan tersebut, yaitu:
S = s1 + s2 + s3 ................................................................................. (2.24)
Dengan:
S

= Penurunan total

s1

= Penurunan segera

s2

= Penurunan konsolidasi primer

s3

= Penurunan konsolidasi sekunder

Tabel 2.10 Fakor Pengaruh Im (Lee, 1962) dan Ip (Schleicher, 1962)


Bentuk Pondasi
Fleksibel (Ip)

Kaku

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Pusat
1.00

Sudut
0.64

Rata-rata
0.85

Ip
0.88

1.12

0.36

0.95

0.82

3.70

L/B = 1.5

1.36

0.68

1.20

1.06

4.12

2.0

1.53

0.77

1.31

1.20

4.38

5.0

2.10

1.05

1.83

1.70

4.82

10.0

2.52

1.26

2.25

2.10

4.93

100.0

3.38

1.69

2.96

3.40

5.06

Lingkaran
Bujur sangkar

Im

Empat persegi panjang

(Teknik Pondasi I, H. C. Hardiyatmo, 2002)


Tabel 2.11 Perkiraan Modulus Elastisitas (E)
Jenis Tanah
Lempung
Sangat Lunak

E (kN/m2)
300 300

Lunak

2000 4000

Sedang

4500 9000

Keras

7000 20000

Berpasir

30000 42500

Pasir
Berlanau

5000 20000

Tidak padat

10000 25000

Padat

50000 100000

Pasir dan kerikil


Padat

80000 200000

Tidak Padat

50000 140000

Lanau

2000 20000

Loess

15000 60000

Serpih

140000 1400000

(Bowles, 1977; Hardiyatmo, 1996)


2.6.1 Perkiraan Penurunan Tiang Tunggal

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk


pondasi tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat
konsolidasi dari tanah relatif kecil. Ini dikarenakan pondasi tiang direncanakan
terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari
keduanya (Hardiyatmo, 2002).
Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan:
a. Untuk tiang apung atau tiang friksi
S=

Q.I
.............................................................................................. (2.25)
Es.D

dimana:

I = Io . Rk . Rh . R

b. Untuk tiang dukung ujung (end bearing)


S=

Q.I
.............................................................................................. (2.26)
Es.D

dimana:

I = Io . Rk . Rb . R

dengan:
S

= Penurunan untuk tiang tunggal.

= Beban yang bekerja

Io

= Faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat


Gambar 2.26

Rk

= Faktor koreksi kemudah mampatan tiang Gambar 2.27

Rh

= Faktor koreksi ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras


Gambar 2.28

= Faktor koreksi angka Poisson, Gambar 2.29

Rb

= Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung Gbr 2.30

= Kedalaman total lapisan tanah; ujung tiang ke muka tanah.

= Diameter tiang.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.26 Faktor penurunan Io (Poulos dan Davis)

Gambar 2.27 Koreksi kompresi, Rk (Poulos dan Davis)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.28 Koreksi kedalaman, Rh (Poulos dan Davis)

Gambar 2.29 Koreksi angka Poisson, R (Poulus dan Davis); ( Hardiyatmo, 2002)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.30 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb (Poulos dan Davis)


Pada Gambar 2.26, 2.27, dan 2.28, K adalah suatu ukuran kompresibilitas
relatif dari tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan:
K=

dimana:

E p .RA
Es
RA =

...................................................................................... (2.27)

Ap
1 .d 2
4

dengan:
K

= Faktor kekakuan tiang.

Ep

= Modulus elastisitas dari bahan tiang.

Es

= Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.

Eb

= Modulus elastisitas tanah didasar tiang.

Perkiraan angka Poisson () dapat dilihat pada Tabel berikut ini.


Tabel 2.12 Perkiraan angka Poisson ( )
Macam Tanah

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Lempung jenuh

0,4 0,5

Lempung tak jenuh

0,1 0,3

Lempung berpasir

0,2 0,3

Lanau

0,3 0,35

Pasir padat

0,2 0,4

Pasir kasar

0,15

Pasir halus

0,25

Batu (tergantung dari macamnya)

0.1-0.4

Loess

0.1-0.3

(Bowles, 1968; Hardiyatmo, 1996-2002)


Berbagai metode menentukan nilai modulus elastisitas tanah (Es), antara
lain dengan percobaan langsung di tempat, dengan menggunakan data hasil
pengujian krucut statis (sondir). Karena nilai laboratorium dari Es tidak sangat
baik dan pembiayaannya mahal untuk mendapatkannya (Bowles, 1977).
Persamaan hasil dari pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), yaitu:
Es

= 3qc

(untuk pasir) ................................................. (2.28a)

Es

= 2 sampai 8qc (untuk lempung) .........................................(2.28b)

qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada tiap lapisan sepanjang tiang.


Dari analisa yang dilakukan secara detail oleh meyerhof, untuk modulus
elastisitas tanah dibawah ujung tiang (Eb) kira-kira 5 sampai dengan 10 kali harga
modulus elastisitas tanah di sepanjang tiang (Es).
c. Untuk tiang elastis; Penurunan Segera/ Elastis (Immediate/Ellastic Settlement)
Penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan
terjadi pada volume konstan. Termasuk penurunan pada tanah-tanah berbutir

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tidak jenuh, karena penurunan terjadi
segera setelah terjadi penerapan beban.
Persamaan penurunan segera atau penurunan elastis dari pondasi yang
diasumsikan terletak pada tanah yang homogen, elastis dan isotropis pada media
semi tak terhingga, dinyatakan dengan:

(Q

s1 =

+ Q ws )L

wp

Ap E p

.......................................................................... (2.29)

Dimana:
Qwp = Kapasitas daya dukung ujung tiang
Qsp = Kapasitas daya dukung tahanan kulit

= Koefisien dari skin friction

Ap

= Luas penampang tiang

Ep

= Modulus elastisitas material tiang

= Panjang tiang

Nilai tergantung kepada unit tahanan friksi (kulit) alami (the nature of
unit friction resistance) pada sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai =
0,5 adalah dimana bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami nya berbentuk seragam
atau simetris, seperti persegi panjang maupun parabolik seragam, umumnya pada
tanah lempung dan atau lanau. Nilai = 0,67 adalah jika bentuk unit tahanan friksi
(kulit) alami nya berbentuk segitiga, umumnya pada tanah pasir.
=0.5

=0.5

=0.67

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
(a)
(c)
Area, 2009.
USU Repository 2009

(b)

Gambar 2.31 Variasi jenis bentuk unit tahanan friksi (kulit) alami terdistribusi
sepanjang tiang tertanam ke dalam tanah (Bowles, 1993)
Penurunan bergantung pada karakteristik tanah dan penyebaran tekanan
pondasi ke tanah di bawahnya. Penurunan pondasi bangunan dapat diestimasi atau
diperkirakan dari hasil pengujian di laboratorium pada contoh tanah tak terganggu
(undisturbed) yang diambil dari pengeboran, atau dari persamaan-persamaan
empiris yang dihubungkan dengan hasil pengujian di lapangan.
2.6.2 Penurunan Diizinkan
Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan, dan fungsi
bangunan, serta besar dan kecepatan penurunan serta distribusinya. Jika
penurunan berjalan lambat, semakin besar kemungkinan struktur untuk
menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan
strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Karena itu, dengan alasan tersebut,
kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan pada tanah lempung berbeda.
Karena penurunan maksimum dapat diprediksi dengan ketepatan yang
memadai, umumnya dapat diadakan hubungan antara penurunan diizinkan dengan
penurunan maksimum.
Dimana syarat perbandingan penurunan yang aman yaitu:
Stotal Sizin
Sizin = 10 % . D ................................................................................. (2.30)
dimana: D

Diameter tiang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

2.7

Faktor Keamanan (Safety Factor, SF)


Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, diperoleh melalui kapasitas ultimit

dibagi dengan faktor aman tertentu. Faktor aman perlu diberikan dengan maksud:
a. Memberi keamanan atas ketidakpastian metode hitungan yang digunakan.
b. Memberi keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.
c. Meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
d. Meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian beban
tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang
(600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil
dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Thomlinson, 1977).
Beban yang bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu)
dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai.
Variasi faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan
pondasi tiang pancang, sebagai berikut:
Qa =

Qu
.......................................................................................... (2.31)
2,5

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 2.13 Faktor Aman Yang Disarankan (Reese & ONeill, 1989)
Klasifikasi
struktur
Monumental
Permanen
Sementara

Kontrol
baik
2,3
2
1.4

Faktor keamanan ( F )
Kontrol
Kontrol
normal
jelek
3
3,5
2,5
2,8
2
2,3

Kontrol
sangat jelek
4
3,4
2,8

( Teknik Pondasi 2, Hardiyatmo, 1996)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Data Umum
Data umum dari proyek Pembangunan Rusunawa Universitas Medan Area

adalah sebagai berikut :


1. Nama Proyek

: Proyek Pembangunan Rusunawa (Rumah Susun


Sederhana Sewa) Universitas Medan Area

2. Lokasi Proyek

: Universitas Medan Area, Pancing, Medan

3. Sumber Dana

: Pemerintah

Daerah

Dinas

Pemukiman

dan

Prasarana Wilayah dengan Anggaran Pendapatan


Negara (APBN) pada tahun 2007
4. Pekerjaan

: Pengawasan,

Manajemen

dan

Pelaksana

Konstruksi.
a. Perusahaan

: PT. PAESA PASINDO ENGINEERING

b. Alamat

: Jalan Ahmad Yani RT 015/014 No. 17

c. Nilai Kontrak : Rp. 9.800.000.000,- (Sembilan miliar delapan ratus


juta rupiah)
5. Pekerjaan

3.2.

: Perencanaan

a. Perusahaan

: PT. YUDHA KARYA (Persero)

b. Alamat

: Jl. D. I. Panjaitan, Medan Baru, Medan

Data Teknis Tiang Pancang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Data ini diperoleh dari lapangan menurut perhitungan dari pihak konsultan
perencana dengan data sebagai berikut:
1. Panjang Tiang Pancang

: 20.4 m

2. Dimensi Tiang Pancang

: 250 mm x 250 mm

3. Mutu Beton Tiang Pancang : K-500


4. Denah Poer dan Sloof

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

5. Denah Titik Tiang Pancang Pile Cap

6. Denah Titik Pancang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

3.3.

Metode Pengumpulan Data


Untuk meninjau kembali perhitungan perencanaan pondasi tiang pancang

pada proyek pembangunan Rusunawa Universitas Medan Area ini yang terletak di
Pancing, penulis memperoleh data dari Kontraktor PT. Paesa Pasindo Engineering
diperoleh data beban struktur, uji beban lapangan (PDA, Pile Dynamic Analysis).
Dari Konsultan
(Persero) melalui

Pengawas Manajemen Konstruksi PT. YUDHA KARYA


Geotechnic and Structure Engineering Centre Unika St.

Thomas Medan diperoleh berupa data hasil sondir, hasil SPT, hasil kalendering.
3.4.

Cara Analisis
Perencanaan pondasi tiang pancang dilakukan sebagai berikut :

1. Menghitung kapasitas daya dukung maksimum tiang pancang yang ditinjau


2. Menghitung penurunan tiang tunggal (single pile) dan penurunan izin.
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

a. Dari data PDA test (Pile Dynamic Analysis)


b. Dengan menggunakan metode elastic dan consolidation settlement
PENENTUAN MAKSUD DAN TUJUAN
SERTA RUANG LINGKUP

PENGUMPULAN
ANALISIS DATA
a. Menghitung kapasitas dukung;
b. Menghitung Penurunan elastis

PERHITUNGAN & PEMBAHASAN


KESIMPULAN
Gambar 3.1 Skema alur penelitian
3.5.

Lokasi Titik Sondir, Bor dan Kalendering


Sondir (CPT, Cone Penetration Test) yang dilaksanakan pada Gedung

Utama RUSUNAWA Universitas Medan Area, Pancing, Medan, Sumatera Utara


terdiri dari 3 (tiga) titik, sedangkan bor (SPT, Standard Penetration Test)
dilakukan pada 1 (satu) titik, dan uji lapangan PDA (Pile Dynamic Analysis),
yaitu:
1. Lokasi Titik Sondir & SPT

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

2. Lokasi Titik PDA test

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

3. Lokasi Titik Kalendering

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Lokasi


Pada tugas akhir ini penelitian dilakukan pada Proyek Pembangunan

RUSUNAWA Universitas Medan Area, Pancing, Medan dengan luas 3,5 Ha di


Jl. Prof. M. Yamin No. 72. Pada Proyek ini selain terdapat Gedung Utama
(Bangunan RUSUNAWA), terdapat beberapa konstruksi pendukung seperti pagar
disekitar gedung, kantin, jalan menuju ke rusun tersebut.
4.2.

Gambaran Umum Gedung Utama (Bangunan RUSUNAWA)


Bentuk dari Gedung Utama tergolong simpel, karena bangunan tersebut

menggunakan beton pracetak (precast), dimana balok, kolom serta pelat lantai
dicetak terlebih dahulu kemudian konstruksi disusun dan dirakit, mempunyai atap
yang terbuat dari seng metal dengan lantai berjumlah 5 (lima).
Data yang diperoleh pada Proyek ini antara lain:
1. Data hasil penyelidikan sondir, CPT;
2. Data hasil SPT;
3. Data Kalendering;
4.3.

Hasil

4.3.1.

Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang


Kemampuan tiang terhadap kekuatan bahan tiang:
Data tiang pancang:
Dimensi tiang (D)

= 25 cm x 25 cm

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Keliling tiang pancang (O)

= (2 x 25) + (2 x 25) cm

= 100 cm

Luas tiang pancang (Ab)

= D x D = D2 = 25 x 25 = 252 = 625 cm2

Mutu Beton

= K500

bk

= 500 kg/cm2

fc

= 0,1 x bk

= 1 kg/cm2 = 0,1 MPa

= 0,1 x 500

= 50 MPa

(SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.3.1-5, Dasar Dasar Perencanaan Beton


Bertulang / CUR, hal.49, W. C. Vis Gideon Kusuma, 1991)
bahan

= 0.45 x bk
= 225 kg/cm2

= 0.45 x 500
Kekuatan Tiang diijinkan:
Ptiang

= Atiang x tiang
= 625 x 225
= 140625 kg
= 140,625 ton

Kemampuan tiang terhadap kekuatan tanah:

Qtiang =

Atiang xp
3

= (625 x 150) / 3

= 31250 kg
= 31,250 ton

Berat sendiri tiang

= A x L x tiang
= 625 x 10-4 x 20,4 x 2,4
= 3,06 ton

Beban netto yang dipakai pada tiang:


Qnetto

= Qtiang Berat tiang

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

= 31,250 3.06
= 28,190 ton
4.3.1.1.

Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data sondir

Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode Aoki


dan De Alencar di lapangan pada titik 1 (S-01) dan titik 2 (S-03).
4.3.1.1.1 Pada titik 1 (S-01) diperoleh data sondir, yaitu:
CPT-Test
qc

50

(kg/cm2)

100

150

200

250

qc

5
tsf

Depth (m)

10

15

20

25
0

100

200

300

400

tsf

500

600

700

800

900

1000

(kg/cm)

Gambar 4.1 Grafik CPT Test S-01 (Soil Investigation, 2008)

Tiang Pancang

a. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qb)


Kedalaman

Perlawanan konus

(meter)

(kg/cm2)

20.40

152

20,60

162

20,80

179

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

21,00

190

21,20

200

Gambar 4.2 Perkiraan nilai qca(base)


Nilai qca diambil rata-rata seperti dalam gambar 4.2
Dari persamaan (2.7), kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb):
qb =

qca (base)
(Nilai Fb dari Tabel 2.2, beton precast = 1,75)
Fb

qb =

176,60
= 100,914 kg/cm2
1,75

Kapasitas dukung ujung tiang (Qb):


Qb = qb x Ab
Qb = 100,914 x 625

= 63071,25 kg = 63,07125 ton

b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

20,80 Meter

0,00 Meter

Pasir (SW)
qc (side) = 43,846 kg/cm2

- 21,00 m
20cm

- 21,20 m
20cm

Limerock

- 21,40 m
- 21,60 m

20cm
20cm

- 21,80 m
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 4.3 Nilai qc(side) pada titik sondir 1 (S-01)


Pada titik sondir 1 (S-01), pasir bergradasi baik (SW-Well graded sand)
Kapasitas dukung kulit persatuan luas (f):
f = qc (side)

f = 43,846 .

s
Fs

(Nilai Fs dari Tabel 2.2)

0,03
= 0,376 kg/cm2
3,5

Kapasitas dukung kulit (Qs):


Qs = f . As
= 0,376 . 100 . 2080

= 78208 kg

= 78,208 ton

Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang (Qu):


Qu = Qb + Qs = 63,07125 + 78,208 = 141,27925 ton
Dari persamaan (2.6), kapasitas ijin tiang (Qa):
Qa =

Qu
SF

141,27925
2,5

= 56,5117 ton

4.3.1.1.2 Pada titik 2 (S-03) diperoleh data sondir, yaitu:

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

CPT-Test
qc

50

(kg/cm2)

100

150

200

250

qc
tsf

Depth (m)

10

15

20

25
0

200

400

600

tsf

800

1000

1200

(kg/cm)

Gambar 4.4 Grafik CPT Test S-03 (Soil Investigation, 2008)

Tiang Pancang

a. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qb)

Kedalaman
(meter)
21,00

Perlawanan konus
(kg/cm2)
143

21,20

144

21,40

179

21,60

190

21,80

195

Gambar 4.5 Perkiraan nilai qca(base)

Nilai qca diambil rata-rata seperti dalam gambar 4.3


qca = 170,2
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Dari persamaan (2.7), kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb):


qb =

qca (base)
(Nilai Fb dari Tabel 2.2, beton precast = 1,75)
Fb

qb =

170,20
= 97,257 kg/cm2
1,75

Kapasitas dukung ujung tiang (Qb):


Qb = qb x Ab
Qb = 97,257 x 625

= 60785,625 kg = 60,786 ton

b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

21,4 Meter

0,00

Pasir (SW)
qc (side) = 49,159 kg/cm2

- 21,00 m
20cm

- 21,20 m
Limerock

20cm

- 21,40 m
20cm

- 21,60 m
- 21,80 m

20cm

Gambar 4.6 Nilai qc(side) pada titik sondir 2 (S-03)


Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Pada titik sondir 2 (S-03), pasir bergradasi baik (SW-Well graded sand)
Kapasitas dukung kulit persatuan luas (f):
f = qc (side)

f = 49,159 .

s
Fs

(Nilai Fs dari Tabel 2.2)

0,03
= 0,4214 kg/cm2
3,5

Kapasitas dukung kulit (Qs):


Qs = f . As

= 0,4214 . 100 . 2140 = 90179,6 kg = 90,1796 ton

Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang (Qu):


Qu = Qb + Qs = 60,786 + 90,1796

= 150,9656 ton

Kapasitas ijin tiang (Qa):


Qa =

Qu
SF

150,9656
2,5

= 60,386 ton

Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode


Meyerhoff pada titik 1 (S-01) dan titik 2 (S-03).
4.3.1.1.3 Perhitungan pada titik 1 (S-01):
Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal (Qult):
Qult = (qc . Ap) + (JHL . K11)
= (41,00 . 625) + (32,00 . 100)

= 28825 kg

= 28,825 ton

Dari persamaan (2.5), kapasitas daya dukung ijin pondasi (Qijin):


Qijin =
=

qc xAc JHLxK11
+
3
5
41,00 x625 32,00 x100
+
3
5

= 9181,667 kg

= 8541,667 + 640

= 9,182 ton

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik:


Tult = JHL . K11 = 32 . 100

= 640 kg

= 0,640 ton

Daya dukung ijin tarik:


Qijin =

Tult
3

0,640
3

= 0,2133 ton = 213,3 kg

Daya dukung terhadap kekuatan bahan:


Ptiang = beton . Atiang

= 0,45 . bahan

= 0,45 . 500 kg/cm2 . 625 = 140625 kg = 140,625 ton

Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 1 (S-01)
Kedalaman
(Meter)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

PPK
Ap
(qc)
(cm2)
Kg/cm2
0
625
41
625
8
625
39
625
32
625
63
625
14
625
34
625
120
625
36
625
12
625
12
625
45
625
15
625
28
625
18
625

JHL
K11
(Kg/cm) (cm)
0
32
74
112
152
196
234
274
332
338
410
448
486
524
562
600

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Qwp
(ton)
0,000
25,625
5,000
24,375
20,000
39,375
8,750
21,250
75,000
22,500
7,500
7,500
28,125
9,375
17,500
11,250

Qws
Qult
Qijin
(ton)
(ton)
(ton)
0,000
0,000 0,000
3,200 28,825 9,182
7,400 12,400 3,147
11,200 35,575 10,365
15,200 35,200 9,707
19,600 58,975 17,045
23,400 32,150 7,597
27,400 48,650 12,563
33,200 108,200 31,640
33,800 56,300 14,260
41,000 48,500 10,700
44,800 52,300 11,460
48,600 76,725 19,095
52,400 61,775 13,605
56,200 73,700 17,073
60,000 71,250 15,750

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

16
17
18
19
20
21
21,2

27
17

625
625
625
625
625
625
625

75

94
120
190
200

640
682
732
788
850
932
952

100
100
100
100
100
100
100

16,875
10,625
46,875
58,750
75,000
118,750
125,000

64,000
68,200
73,200
78,800
85,000
93,200
95,200

80,875
78,825
120,075
137,550
160,000
211,950
220,200

18,425
17,182
30,265
35,343
42,000
58,223
60,707

4.3.1.1.4 Perhitungan pada titik 2 (S-03):


Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal (Qult):
Qult = (qc . Ap) + (JHL . K11)

= (5,00 . 625) + (28,00 . 100)


= 5925 kg

= 5,295 ton

Kapasitas daya dukung ijin pondasi (Qijin):


Qijin =

qc xAc JHLxK11
+
3
5

5,00 x625 28,00 x100


+
3
5

= 1041,667 + 560
= 1601,667 kg = 1,602 ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik:
Tult = JHL . K11 = 28,00 . 100 = 2800 kg

= 2,800 ton

Daya dukung ijin tarik:


Qijin =

Tult
3

2,800
3

= 0,933 ton

= 933 kg

Daya dukung terhadap kekuatan bahan:


Ptiang = beton . Atiang

= 0,45 . bahan

= 0,45 . 500 kg/cm2 . 625 = 140,625 ton


Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 1 (S-03)

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Kedalaman
(Meter)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
21,8

4.3.1.2

PPK
Ap
(qc)
(cm2)
Kg/cm2
0
625
5
625
39
625
37
625
52
625
96
625
97
625
23
625
134
625
36
625
24
625
26
625
38
625
62
625
46
625
39
625
92
625
47
625
625
81
88
625
129
625
143
625
195
625

JHL
K11
(Kg/cm) (cm)
0
28
66
108
156
208
270
312
378
434
472
512
554
600
650
696
740
790
840
898
962
1022
1092

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Qwp
Qws
Qult
(ton)
(ton)
(ton)
0,000
0,000
0,000
3,125
2,800
5,925
24,375
6,600 30,975
23,125 10,800 33,925
32,500 15,600 48,100
60,000 20,800 80,800
60,625 27,000 87,625
14,375 31,200 45,575
83,750 37,800 121,550
22,500 43,400 65,900
15,000 47,200 62,200
16,250 51,200 67,450
23,750 55,400 79,150
38,750 60,000 98,750
28,750 65,000 93,750
24,375 69,600 93,975
57,500 74,000 131,500
29,375 79,000 108,375
50,625 84,000 134,625
55,000 89,800 144,800
80,625 96,200 176,825
89,375 102,200 191,575
121,875 109,200 231,075

Qijin
(ton)
0,000
1,602
9,445
9,868
13,953
24,160
25,608
11,032
35,477
16,180
14,440
15,657
18,997
24,917
22,583
22,045
33,967
25,592
33,675
36,293
46,115
50,232
62,465

Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Data SPT


Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dari data SPT memakai

metode Meyerhoff dan data diambil pada titik 1 (BH-01)

4.3.1.2.1 Perhitungan pada titik 1 (BH-01):


Menghitung Kapasitas DDTp (Daya Dukung Tiang Pancang) dari data
SPT pada titik 1 (BH-01) dengan rumus Meyerhof.
qe = 40 . N-SPT . L/D . Ab
= 40 . 6 . 40/0,25 . 0,0625 = 15 kN
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Untuk tahanan geser selimut tiang adalah:


Qs = 2 . N-SPT . p . Li= 2 . 6 . 1 . 1

= 12 kN

fs = 0,204 x N

= 0,204 x 6

= 1,224

As = D . . L

= 0,3184 .3,14 .2

=2m

N'=

N 0 + N1
n

0+6
1

=6

Qs =

N '.As
5

6.2
5

= 2,4 ton

Qu = Qp + Qs
Qa =

Qu
FS

= 15 ton + 2,4 ton


=

17,4
3

= 17,4 ton
= 5,8 ton

Tabel 4.3 Perhitungan daya dukung tiang pancang pada titik 1 (BH-01)
Depth
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20

N
0
6
13
25
28
3
16
6
6
11
14

N'
0.00
6.00
9.50
14.67
18.00
15.00
15.17
13.86
12.88
12.67
12.80

As
(m)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00

Ap
(m2)
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625

Qp
(ton)
0.00
15.00
32.50
62.50
70.00
7.50
40.00
15.00
15.00
27.50
35.00

Qs
(ton)
0.00
2.40
7.60
17.60
28.80
30.00
36.41
38.81
41.22
45.61
51.20

Qu
(ton)
0.00
17.40
40.10
80.10
98.80
37.50
76.41
53.81
56.22
73.11
86.20

Qa
(ton)
0.00
5.80
13.37
26.70
32.93
12.50
25.47
17.94
18.74
24.37
28.73

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

22
24
26
28
30
32
34
36
38
40

3.3.1.2

33
13
43
47
50
50
50
54
18
18

14.64
14.50
16.69
18.86
20.93
22.75
24.35
26.00
25.58
25.20

22.00
24.00
26.00
28.00
30.00
32.00
34.00
36.00
38.00
40.00

0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625
0.0625

82.50
32.50
107.50
117.50
125.00
125.00
125.00
135.00
45.00
45.00

64.42
69.60
86.79
105.62
125.58
145.60
165.58
187.20
194.41
201.60

146.92
102.10
194.29
223.12
250.58
270.60
290.58
322.20
239.41
246.60

48.97
34.03
64.76
74.37
83.53
90.20
96.86
107.40
79.80
82.20

Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Data


Kalendering
Dengan menggunakan Danish Formula, dilakukan pada dua titik pondasi,

yaitu pondasi tiang pancang pada titik 1 (As B-11 ; nomor titik pancang 113) dan
pondasi tiang pancang pada titik 2 (As B-11 ; nomor titik pancang 114).

3.3.1.2.1 Perhitungan pada titik 1 (AS B-11 ; nomor titik pancang 113):
Effisiensi alat pancang ( )

= 85 % (diambil dari Tabel 2.8)

Energi alat pancang (E)

= 701760 kg/cm

Panjang tiang pancang (L)

= 14 m = 1400 cm

Modulus Elastisitas tiang(Ep) = 4700 .

f 'c

= 33234,019 Mpa

= 4700 .

50

= 332340,19 kg/cm2

a. Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate tiang pancang


Kapasitas daya dukung ultimate tiang (Pu ):
Pu =

xE
xExL

S +
2 x A x Ep

0.5

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

0,85 x 701760
0,85 x 701760 x 1400

1,1 +
2 x 625 x 332340,19

= 236909,6311 kg
0.5

= 236,909 ton
b. Perhitungan kapasitas daya dukung ijin tiang pancang
Pa =

Pu
SF

236,909
3

= 78,969 ton

3.3.1.2.2 Perhitungan pada titik 2 (AS B-11 ; nomor titik pancang 114):
Effisiensi alat pancang ( )

= 85 % (diambil dari Tabel 2.8)

Energi alat pancang (E)

= 701760 kg/cm

Panjang tiang pancang (L)

= 21 m = 2100 cm

Modulus Elastisitas tiang(Ep) = 4700 .

= 4700 .

f 'c

= 33234,019 Mpa

50

= 332340,19 kg/cm2

a. Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate tiang pancang


Kapasitas daya dukung ultimate tiang (Pu):
Pu =

xE
xExL

S +
2
x
A
x
Ep

0.5

0,85 x 701760
0,85 x 701760 x 2100

0,9 +
2 x 625 x 332340,19

= 226248,0812 kg
0.5

= 226,248 ton
b.

Perhitungan kapasitas daya dukung ijin tiang pancang


Pa =

Pu
SF

226,248
3

= 75,416 ton

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

4.3.2. Menghitung Penurunan Tiang Tunggal dan Penurunan Ijin


4.3.2.1 Penurunan tiang tunggal (single pile) dengan Rumus Poulus-Davis

20,80 Meter

0,00 Meter

Pasir (SW)
qc (side) = 43,846 kg/cm2

- 21,00 m
20cm

- 21,20 m
20cm

Limerock

- 21,40 m

20cm

- 21,60 m
20cm

- 21,80 m

Gambar 4.7 Nilai qc(side) pada titik sondir 1 (S-01)


Dari persamaan (2.30a), Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (Es):
Es = 3 . qc
= 3 . 43,846 kg/cm2

= 131,538 kg/cm2

= 13,1538 Mpa

Menentukan modulus elastisitas tanah didasar tiang:


Eb = 10 . Es

= 10 . 13,538 Mpa = 131,538 Mpa

Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang:


Ep = 4700 .
RA =

f 'c

= 4700 .

50 = 33234,019 Mpa

Ap
1 .d 2
4

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

625
1 .40 2
4

= 625 / 490,625

= 1,275

Menentukan faktor kekakuan tiang:


K =

E p .RA
Es

3234,019.1,275
13,1538

= 3221,379

Untuk

db
25
=
= 1, diameter ujung dan atas sama
25
d

Untuk

L
2400
=
= 96
25
d

Dari masing-masing grafik didapat:


Io

= 0,03

(untuk

db
L
= 96,
= 1)
d
d

Rk

= 1,42

(untuk

L
= 24, K = 3221,379)
d

= 0,92

(untuk s = 0,3 , K = 3221,379)

Rh

= 0,23

(untuk

h
L
= 96,
= 1)
d
L

Rb

= 0,82

(untuk

L
Eb
= 96,
= 10)
Es
d

a. Untuk tiang apung atau tiang tiang friksi


I = Io . Rk . Rh . R
S =

Q.I
Es.D

= 0,03 . 1,42 . 0,23 . 0,82


=

= 0,009

105800 kg . 0,009
131,538 kg / cm 2 . 25 cm

= 0,286 cm

= 2,86 mm

b. Untuk tiang dukung ujung


I = Io . Rk . Rb . R

= 0,03 . 1,42 . 0,82 . 0,92

= 0,032

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Q.I
Es.D

105800 kg . 0,032
131,538 kg / cm 2 . 25 cm

= 1,029 cm

= 10,29 mm
c. Untuk penurunan tiang elastis
S =

(Q + Qs ) L
A.Ep

(105800 + (0,67 .952)) . 2400


625 . 332340,19

= 1,229 cm

= 12,29 mm

Hasil perhitungan perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dilihat Tabel 4.2.
Tabel 4.4 Perkiraan penurunan tiang tunggal
No.

Bentuk penurunan

Penurunan tiang (S)

Untuk tiang apung atau tiang friksi

2,86 mm

Untuk tiang dukung ujung

10,29 mm

Untuk penurunan tiang elastis

12,29 mm

Diasumsikan bahwa tiang pancang yang ditinjau adalah tiang elastis, besar
penurunan yang terjadi adalah 12,29 mm.
4.3.2.1.1 Penurunan Tiang Elastis As 11. B-113
S = s1 + s2 + s3
a. s1 =

(Q

wp

+ Q ws )L
Ap E p

Qwp

= 63,07125 ton

= 63071,25 kg (Hasil Sondir S-01)

Qws

= 78,208 ton

= 78208 kg

= 0,67

Ap

= 625 cm2

= 0,0625 m2

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Ep

= 33234,019 MPa

= 2400 cm

s1 =

= 332340,19 kg/cm2

(63071,25 + 0,67.78208)2400
625.332340,19

= 1,334 cm = 13,34 mm
b. s 2 =

Qwp C p

qp

Cp

= 0,02

= sisi tiang

s2 =

D.q p

(Qwp + Qws )
SF

63071,25.0,02
25.5651,17

(63071,25 + 78208)
2,5

= 5651,17 kg/cm2

= 25 cm
= 0,0089 cm = 0.089 mm

c. s 3 =

Q ws C s
L.q p

Cs

= Konstanta Empiris = 0.93 + 0.16 L / D C p

= 0.93 + 0.16 2400 / 25 0,02 = 0,05

s3 =

78208.0,05
= 0,0162 cm
2400.100,914

Maka Total Penurunan terhitung (S):


S = s1 + s2 + s3 = 1,334 + 0,0089 + 0,0162 = 1,359 cm = 13,59 mm
4.3.2.1.2 Penurunan Tiang Elastis As 11. B-114, menurut Sharma Jossie
a. Penurunan Elastis (Immediate /Ellastic Settlement) I
Qwp

= 60,786 ton = 60786 kg

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Qws

= 90,1796 ton = 90179,6 kg

= 0,67

Ap

= 625 cm2

= 0,0625 m2

Ep

= 33234,019 MPa

= 332340,19 kg/cm2

= 2400 cm

s1 =

(60786 + 0,67.90179,6)2400
625.332340,19

= 1,4005 cm = 14,0 mm

b. Penurunan Elastis (Immediate /Ellastic Settlement) II

(Qwp + Qws )

qp

Cp

= 0,02

= sisi tiang

s2 =

SF

60786.0,02
25.60386,24

(60786 + 90179,6)
= 60386,24 kg/cm2
2,5

= 25 cm
= 0,0008 cm = 0,008 mm

c. Penurunan Elastis (Immediate /Ellastic Settlement) III

= Konstanta Empiris = 0.93 + 0.16 L / D C p

Cs

= 0.93 + 0.16 2400 / 25 0,02 = 0,05

s3 =

90179,6.0,05
2400.97,2576

= 0,193 cm

Maka Total Penurunan terhitung (S):


S = s1 + s2 + s3

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

= 1,4005 + 0,0008 + 0,193


= 1,594 cm

= 15,94 mm

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan Penurunan


Tiang
Sel
Kalendering
Sondir
(cm)
B-113
B-114

1.359
1.594
1.197
1.385

S-01
S-03

4.3.2.1.3 Dari data Sondering S-01,


Penurunan Elastis (Immediate/Ellastic Settlement) I
a. Untuk kedalaman 0 2 m
Qwp

= 5 ton

= 5000 kg

Qws

= 7,4 ton

= 7400 kg

= 0,5 (tanah lempung)

Ap

= 625 cm2

= 0,0625 m2

Ep

= 33234,019 MPa

= 332340,19 kg/cm2

= 200 cm

s1, 0 2 =

(5000 + 0,5.7400)200
625.332340,19

= 0,0084 cm = 0,084 mm

b. Untuk kedalaman 2 5 m
Qwp

= 39,38 ton

= 39380 kg

Qws

= 19,60 ton

= 19600 kg

= 0,67 (tanah pasir)

= 300 cm

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

(39380 + 0,67.19600)300

s1, 25 =

625.332340,19

= 0,0756 cm = 7,56 mm

c. Untuk kedalaman 5 6 m
Qwp

= 8,75 ton

= 8750 kg

Qws

= 23,4 ton

= 23400 kg

= 0,5 (tanah lempung)

= 100 cm

(8750 + 0,5.23400)100

s1,56 =

625.332340,19

= 0,0098 cm = 0,098 mm

d. Untuk kedalaman 6 9 m
Qwp

= 22,5 ton

= 22500 kg

Qws

= 3,78 ton

= 3780 kg

= 0,67 (tanah pasir)

= 300 cm

(22500 + 0,67.3780)300

s1, 69 =

625.332340,19

= 0,0652 cm = 0,652 mm

e. Untuk kedalaman 9 10 m
Qwp

= 7,5 ton

= 7500 kg

Qws

= 41 ton

= 41000 kg

= 0,5 (tanah lempung)

= 100 cm

s1,910 =

(7500 + 0,5.41000)100
625.332340,19

= 0,0135 cm = 0,135 mm

Perhitungan per lapisan / kedalaman lebih rinci diuraikan pada Tabel 4.6

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

4.3.2.1.4 Dari data Sondering S-03,


Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan dari data sondering S01, maka diperoleh perhitungan penurunan berdasarkan data sondir S-03
menggunakan metode elastic settlement, ditampilkan pada Tabel 4.7.

4.3.2.2

Penurunan yang diijinkan (Sijin)


Dari persamaan (2.33), Penurunan yang diijinkan (Sijin):
Sijin = 10 % . D
= 10 % . 25
= 2,50 cm = 25 mm

Penurunan total tiang tunggal < Penurunan ijin.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan
Area, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 4.6 Perhitungan Penurunan berdasarkan Data Sondir S-01


Depth

PPK

Ap

Qwp

JHL

Kel

Qws

(cm)

(qc)

(cm2)

(Kg)

Kg/cm

(cm)

(Kg)

qp

(cm)

(cm)

s1
L/D

Ep

Cp

Cs

(cm)

Kg/cm2

625

0 100

25

200

625

5000

74 100

7400

4960

200

25

500

63

625 39375

196 100 19600 23590

300

25

600

14

625

8750

234 100 23400 12860

100

25

900

36

625 22500

338 100 33800 22520

300

25

1000
1060

12
17

625 7500
625 10625

410 100 41000 19400


434 100 43400 21610

100
60

25
25

1080

20

625 12500

442 100 44200 22680

20

25

1100

11

625

6875

448 100 44800 20670

20

25

1120

15

625

9375

454 100 45400 21910

20

25

1260

18

625 11250

512 100 51200 24980

140

25

1280

16

625 10000

518 100 51800 24720

20

25

1320

12

625

7500

530 100 53000 24200

40

25

1340

26

625 16250

538 100 53800 28020

20

25

1440

17

625 10625

578 100 57800 27370

100

25

1500

18
20

625 11250
625 12500

600 100 60000 28500


952 100 95200 43080

60
620

25
25

2120

0,000 33234,019 0,00 0,00 0,00 0,0000


2,828 33234,019 0,02 0,03 0,50 0,0838
3,464 33234,019 0,02 0,03 0,67 0,7584
2,000 33234,019 0,02 0,03
3,464 33234,019 0,02 0,03
2,000 33234,019 0,02 0,03
1,549 33234,019 0,02 0,02

0,67 0,6520
0,50 0,1348
0,50 0,0934

0,894 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,0406


0,894 33234,019 0,02 0,02 0,50 0,0282
0,894 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,0383
2,366 33234,019 0,02 0,03 0,50 0,2484
0,894 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,0430
1,265 33234,019 0,02 0,02 0,50 0,0655
0,894 33234,019 0,02 0,02
2,000 33234,019 0,02 0,03
1,549 33234,019 0,02 0,02
4,980 33234,019 0,02 0,03

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area, 2009.
USU Repository 2009

0,50 0,0985

0,67 0,0504
0,50 0,1903
0,67 0,1486
0,67 2,2770

Tabel 4.7 Perhitungan Penurunan berdasarkan Data Sondir S-03


Depth
(cm)

PPK

Ap

Qwp

JHL

K11

Qws

qp

(qc)

(cm2)

(Kg)

Kg/cm

(cm)

(Kg)

(Kg/cm2)

(cm)

(cm)

25

s1
L/D

Ep

Cp

Cs

(cm)

Kg/cm2

625

100

200

39

625

24375

66

100

6600

12390 200

25

500

96

625

60000

208

100

20800

32320 300

25

600

97

625

60625

270

100

27000

35050 100

25

900

36

625

22500

434

100

43400

26360 300

25

1000
1040

24
17

625
625

15000
10625

472
488

100
100

47200
48800

24880 100
23770 40

25
25

1600

92

625

57500

740

100

74000

52600 560

25

1760

80

625

50000

820

100

82000

52800 160

25

1800

81

625

50625

840

100

84000

53850

40

25

1820

90

625

56250

850

100

85000

56500

20

25

1840

112

625

70000

860

100

86000

62400

20

25

1880

104

625

65000

886

100

88600

61440

40

25

1900

88

625

55000

898

100

89800

57920

20

25

1920

109

625

68125

910

100

91000

63650

20

25

1940
1960

100
120

625
625

62500
75000

922
934

100
100

92200
93400

61880
67360

20
20

25
25

0,894 33234,019 0,02 0,02


0,894 33234,019 0,02 0,02
0,894 33234,019 0,02 0,02
0,894 33234,019 0,02 0,02

2180

195

625

121875 1092

100

109200

92430 220

25

2,966 33234,019 0,02 0,03 0,67 2,0658

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area, 2009.
USU Repository 2009

0,000 33234,019 0,00 0,00 0,00 0,0000


2,828 33234,019 0,02 0,03 0,67 0,2773
3,464 33234,019 0,02 0,03 0,67 1,0679
2,000 33234,019 0,02 0,03
3,464 33234,019 0,02 0,03
2,000 33234,019 0,02 0,03
1,265 33234,019 0,02 0,02

0,67 0,3790
0,67 0,7449
0,67 0,2245
0,50 0,0674

4,733 33234,019 0,02 0,03 0,67 2,8869


2,530 33234,019 0,02 0,03 0,67 0,8083
1,265 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,2059
0,894 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,1090
0,894 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,1229
1,265 33234,019 0,02 0,02 0,67 0,2395
0,67 0,1109
0,67 0,1243
0,67 0,1197
0,67 0,1325

4.4

Pembahasan
Maka untuk beberapa perhitungan, besarnya penurunan tiang pancang yang telah
dilakukan dapat diberikan suatu keputusan tentang aman tidaknya suatu
konstruksi. Hasil dari analisa perhitungan penurunan tiang:
1. Berdasarkan

perhitungan

penurunan

elastis

tiang

tunggal

dengan

menggunakan rumus Poulus dan Davis (1980);


Penurunan elastis tiang tunggal: 12,29 mm < 25 mm
Maka, perkiraan penurunan tiang tunggal memenuhi syarat aman.
2. Berdasarkan perhitungan penurunan elastis tiang dengan menggunakan data
dari kalendering B-113;
Penurunan elastis total tiang tunggal: 13,59 mm < 25 mm
Maka, perkiraan total tiang tunggal memenuhi syarat aman.
3. Berdasarkan perhitungan penurunan elastis tiang dengan menggunakan data
dari kalendering B-114;
Penurunan total tiang tunggal: 15,94 mm < 25 mm
Maka, perkiraan total tiang tunggal memenuhi syarat aman.
4. Berdasarkan perhitungan penurunan elastis tiang dengan menggunakan data
dari sondir S-01;
Ditampilkan pada Tabel 4.6.
Maka, perkiraan total tiang tunggal memenuhi syarat aman.
Dari hasil perhitungan elastis tiang, secara umum semakin besar beban
ultimate yang diperoleh, maka besar penurunan juga semakin besar.
Hubungan dengan pembebanan dan kedalaman, diuraikan pada Gambar 4.8.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

Gambar 4.8 Kurva Evaluasi Hubungan Beban Penurunan S-01

5. Berdasarkan perhitungan penurunan elastis tiang dengan menggunakan data


dari sondir S-03;
Ditampilkan pada Tabel 4.7.
Maka, perkiraan total tiang tunggal memenuhi syarat aman.
Dari hasil perhitungan elastis tiang, secara umum semakin besar beban
ultimate yang diperoleh, maka besar penurunan juga semakin besar.
Hubungan dengan pembebanan dan kedalaman, diuraikan pada gambar 4.9.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

Gambar 4.9 Kurva Evaluasi Hubungan Beban Penurunan S-03

6. Perhitungan Daya Dukung dengan menggunakan pengujian sondering S-01


ditampilkan pada Tabel 4.1.
7. Perhitungan Daya Dukung dengan menggunakan pengujian sondering S-03
ditampilkan pada Tabel 4.2.
8. Perhitungan Daya Dukung dengan menggunakan pengujian SPT BH-01
ditampilkan pada Tabel 4.3.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.4.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisa perhitungan kapasitas daya dukung dihubungkan dengan perhitungan


penurunan elastis dimuat pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7.
2. Pada saat perencanaan pondasi, penghitungan mencari kapasitas daya dukung tiang
pancang menggunakan hasil uji sondir dengan metode Aoki dan De Alencar,
sedangkan hasil dari data SPT memakai metode Meyerhoff, dimana digunakan
untuk mendapatkan kapasitas daya dukung tiang pancang, dalam rangka perhitungan
besarnya penurunan.
3. Berdasarkan hasil perhitungan penurunan elastis (elastic settlement) tiang tunggal
yang telah dilakukan, penurunan elastis total tiang tunggal yang terjadi adalah 2,27
mm dengan beban ultimate maksimum 43,08 ton untuk tiang uji S-01; 2,07 mm
dengan beban ultimate maksimum 92,43 ton untuk tiang uji S-03 dan dengan
penurunan ijin 25 mm, maka penurunan total tiang telah memenuhi syarat-syarat
yang diijinkan.

4.5.

Saran
Dari hasil perhitungan dan kesimpulan diatas penulis memberi saran yang

diharapkan dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

1. Sebelum melakukan perhitungan hendaknya perlu kita melakukan persiapan dengan


memperoleh data teknis yang lengkap, karena data tersebut nantinya akan sangat
menunjang dalam membuat rencana analisa perhitungan, sesuai dengan standar dan
syarat-syaratnya.
2. Pada saat perencanaan pondasi lebih baik memakai hasil dari data sondir dengan
memakai metode Aoki dan De Alencar, sedangkan hasil dari data SPT lebih baik
memakai metode Meyerhoff, dimana hasil perhitungan yang didapat akan menjadi
acuan dalam perhitungan besarnya penurunan elastis tiang pancang direncanakan.
3. Untuk mempercepat perhitungan dan mendapatkan hasil yang akurat hendaknya
menggunakan bantuan Microsoft Excel.

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA

Das, M. B., 1941, Principles of Foundation Engineering Fourth Edition, Library of


Congress Cataloging in Publication Data.
Poulos, H. G. & Davis, E. H. 1968, The Settlement Behaviour of Single Axially Loaded
Incompressible Piles and Piers, Geotechnique, Hardiyatmo, H. C.
Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Cetakan VI, Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
Jakarta
Sosarodarsono, S. dan Nakazawa, K., 1983, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
W. C. Vis Kusuma, Gideon, 1991, Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang /
CUR, Erlangga, Jakarta.
Bowles, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Bowles, J. E., 1993, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Hardiyatmo, H. C., 1996, Teknik Pondasi 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hardiyatmo, H. C., 2002, Teknik Pondasi 2, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
, Februari 2008, Soil Investigation Report, Project Rusunawa Medan, Geotechnic &
Structure Engineering Centre, Civil Engineering Department, UNIKA St.
Thomas SU, Medan
, Juni 2008, Laporan Pengujian Dinamis PDA Pembangunan Rusunawa UMA,
Tarumanegara Bumiyasa, Jakarta
www.capwap.co.us
Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area,
2009.
USU Repository 2009

You might also like