You are on page 1of 4

INTOLERANSI PROTEIN SUSU SAPI

Definisi:
Cows milk protein sensitive enteropathy (CMPSE), adalah sindrom klinik akibat sensitisasi
seseorang terhadap protein susu sapi yang diabsorpsi melalui mukosa usus halus yang
permeabel. Sindrom ini ditandai dengan gejala yang khas yaitu: muntah, diare kronis,
malabsorpsi, gangguan pertumbuhan (failure to thrive) dan pada biopsi usus halusnya
ditemukan mukosa yang abnormal.
Komponen alergen pada air susu sapi:
Komponen yang paling sering menyebabkan alergen adalah glikoprotein dengan berat
molekul 20.000 40.000. Air susu sapi mengandung lebih dari 20 fraksi protein yang
alergenik untuk manusia. Dikatakan bahwa seneitivasi terhadap beta-laktoglobulin (BLG)
terjadi pada 82% penderita, terhadap Casein 43%, terhadap alfa-laktalbumin (ALA) 41% dan
Bovine Serum Albumin (BSA) pada 18% penderita. Dari beberapa fraksi protein tadi Casein,
BLG, dan ALA merupakan antigenik aktif pada semua susu formula, karena paling stabil
terhadap pemanasan.
Patogenesis:
Protein susu sapi sebagian besar terdiri dari beta laktoglobulin dan sedikit imunoglobulin,
sedangkan ASI sebaliknya, kaya akan imunoglobulin A dan tidak terdapat betalaktoglobulin.
Hal inilah yang menjadi penyebab timbulnya intoleransi protein susu sapi.
Secara klinis dapat dijumpai 2 macam sindrome intoleransi protein susu sapi:
Sindrome primer diduga disebabkan oleh gangguan primer dari sistem imunologik lokal
yang menyangkut kontol dari antigen terutama dalam hal kemampuan eksklusinya.
Sindrome sekunder dimungkinkan disebabkan oleh kerusakan mukosa usus akibat
gasrtoenteritis yang memungkinkan masuknya antigen secara berlebih. Hal ini mungkin pula
disertai dengan ketidakmampuan respon tubuh untuk mengontrol antigen.
Baik sindrom primer maupun sekunder, keduanya akhirnya akan terjadi sensitisasi dari
mukosa usus terhadap protein susu sapi. Reaksi lokal pada mukosa usus yang kemudian
terjadi diduga berlandaskan reaksi hipersensitivitas tipe I, tipe III, dan tipe IV.
Patologi:
Terjadi perubahan arsitektur usus, mulai dari edema sampai mukosa usus yang mendatar.
Dan pada lamina propia terdapat sebukan eosinofil.
Gejala Klinis:
1. Diare kronik
Merupakan gejala yang predominan dan diare dapat berbentuk cair dan dapat pula
mengandung mukus.
2. Muntah
Merupakan gejala yang sering pada intoleransi protein susu sapi
3. Gangguan pertumbuhan (failure to thrive)
Hampir semua penderita CMPSE mengalami gangguan pertumbuhan. Kemungkinan
gangguan pertumbuhan ini terjadi karena:

Ada gangguan absorpsi berbagai nutrien


Kehilangan protein dan darah dari saluran pencernaan
Efek sistemik interaksi antigen-antibodi
4. Hipoproteinemia

Kriteria Diagnostik:
1. Gejala-gejala menghilang sesudah eliminasi susu sapi
2. Gejala-gejala tampak kembali setelah 48 jam pemberian susu sapi
3. Reaksi-reaksi tersebut harus terjadi 3 kali berturut-turut dengan gejala klinis yang
sama baik mengenai masa timbulnya maupun lama sindromnya.
Hal diatas tersebut berkaitan dengan uji provokasi terhadap pasien.
Terapi:
A. Pengelolaan diet
ASI
Diet bebas air susu sapi
Subtitusi susu:
a. Susu kedelai
b. Susu kambing/domba
c. Air tajin
B. Hiposensitisasi
Deberikan susu sapi dengan dosis kecil yang kemudian dinaikkan perlahan-lahan.
C. Pengobatan Simptomatis

Sistem pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,


usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Lapisan saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam, yaitu :


1. Tunika Mukosa, terdiri dari epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar,
pembuluh darah dan pembuluh limfe, kelenjar pencernaan, jaringan limfoid), dan
tunika muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah tunika mukosa dan
submukosa).
2. Tunika Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh
limfe, jaringan limfoid, kelenjar pencernaan, dan pleksus submukosa Meissner.
3. Tunika Muskularis, terdiri dari otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal
(bagian luar). Diantara lapisan tersebut terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus
mienterikus Auerbach.
4. Tunika Serosa/Adventisia, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh
darah dan sel-sel adipose dan mempunyai epitel squamosa simpleks. Adventisia
merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.
Usus Halus
Usus halus mempunyai panjang 5 m. Ciri khasnya terdapat plika sirkularis kerkringi,
vili intestinalis, dan mikrovili. Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa (dengan
inti submukosa) permanen. Vili intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari pada

lamina propia ke arah lumen diisi lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan
juluran sitoplasma (striated brush border). Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal
lieberkuhn, didasarnya terdapat sel paneth (penghasil lisozim-enzim antibakteri pencerna
dinding bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba usus halus) dan sel enteroendokrin
(penghasil hormone-gastric inhibitory peptide,sekretin dan kolesistokinin/pankreozimin).
1. Duodenum
- Tunika Mukosa, terdiri dari epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat
vili intestinalis dan sel goblet. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal
-

lieberkuhn.
Tunika Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal
Brunner (ciri utama pada duodenum yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat).

Terdapat plak payeri (nodulus lymphaticus agregatia/ gundukan sel limfosit)


Tunika Muskularis. terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal

(bagian luar). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.


Tunika Serosa, merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks,

yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.


2. Jejunum dan Ileum
Secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar
duodenal brunner.

You might also like