Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ornithologi
yang dibina oleh Ibu Sofia Ery Rahayu S.Pd.,M.Si
Oleh Kelompok 7
Offering G-Z dan H-Z 2012
Aminah Alfiani
120342422476
120342400168
Megawati
120342422462
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan
dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari
burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari
orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 10.200 spesies burung di seluruh
dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Nama kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu yang
mempelajari burung ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis. Meskipun
burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya
terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok
hewan yang disebut Archosauria (Hafez ESE, 2000).
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada
awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu
belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya
untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang
primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan,
kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga
mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara
dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga
udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh (Priel A. 2007).
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui perbedaan antara burung jantan dan betina
1.2.2 Untuk menjelaskan proses pembentukan sperma dan ovum pada burung
1.2.3 Untuk dapat menjelaskan tentang kelompok burung dan bentuk telur
burung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbandingan Sistem Reproduksi Burung Jantan dan Betina
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk
tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Pada burung betina hanya ada
satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan
tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima
ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang
bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit
dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah
ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi
akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk,
ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat
kapur.( Agustina D. 2003)
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk
akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas
dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang
baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri,
serta perlu dibesarkan dalam sarang.
Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada
unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok
unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar.
Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka. Pada unggas organ reproduksi jantan
berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari
satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui
fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada
mamalia.Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi
jantan dan reproduksi betina.Reproduksi jantan terdiri dari :
folikel yang di dalamnya terdapat sel-sel telur (ovum). Medulla berisi jaringan
konektif, serabut saraf, dan pembuluh darah. Secara umum, ovari menerima
inervasi saraf simpatik yang membentuk plexsus adrenalovari. Ovari memperoleh
suplai darah dari aorta dorsalis yang kemudin membentuk arteri gonadoadrenal
(Yuwanta 2004). Ovum berkembang sejak aves dalam fase embrional. Pada hari
kesembilan massa inkubasi, jumlah oosit mencapai 28.000, pada hari ketujuh
belas, jumlah oosit meningkat kira-kira 680.000, dan ketika menetas, jumlah oosit
menurun menjadi 480.000. Ovari anak aves yang belum mencapai dewasa
kelamin terdiri atas sejumlah kecil masa oosit yang berisi sekitar 2.000 oosit yang
dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya 250-500 oosit yang mampu
berkembang secara sempurna menjadi telur yang mengandung kuning telur
setelah aves tersebut dewasa serta mengalami ovulasi sepanjang siklus hidup aves
yang didomestikasi, sedangkan aves yang hidup bebas di alam jumlah sel telur
matang serta dapat diovulasikan lebih sedikit jumlahnya (Hafez 2000).
dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah,
yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun folikel melalui aliran darah
menuju discusgerminalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan
pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian
folikel mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah
yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput
folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang
merupakan mulut dari infundibulum (Nesheim et al. 1979). Menurut Tan dan Lu
(1990) dan Lonergan et al. (1991) ukuran folikel dikelompokan berdasarkan
kriteria yaitu
1). Ukuran kecil : 1-2 mm
2). Ukuran sedang : 2-6 mm
3). Ukuran besar : > 6 mm (dapat dilihat pada gambar 2).
adalah
proses
pembentukan
sel
gamet
jantan
(spermatozoa) yang terjadi di dalam testis. Di dalam testis ada bagian yang
disebut tubulus seminiferus. Pada bagian ini terdapat sel-sel primordium yang
bersifat diploid. Sel-sel primordium akan mengalami pembelahan mitosis secara
berulang
kali.
Salah
satu
hasil
pembelahannya
adalah
terbentunya
dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan
dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom
dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung
enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang
dibutuhkan untuk motilitas.
d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas
defern dan ductus ejakulotorius.
Gambar. Proses spermatogenesis pada aves
Sumber : www.faculty.southwest.th.edu.com
Pematangan sperma terjadi pada epididimis dimana dalam epididimis,
sperma yang telah matang itu kemudian akan diedarkan ke vas deferens yang
selanjutnya akan disalurkan menuju organ genital jantan dan siap untuk
diejakulasikan ke organ genital pada aves betina.
2.2.2
Setelah fertilisasi, ovum yang telah dibuah berjalan menuju oviduk untuk
melengkapi proses pembentukan telur. Menurut Rahayu (2005) menyatakan
bahwa Folikel Stimulating Hormon (FSH) mengatur pembentukan sel-sel gamet
pada testes dalam ovari. Sedangkan Luteinizing hormon (LH) mengatur sekresi
hormon dalam testes dan ovari yang matang dalam ovari. Hormon gonad yaitu
hormon testosteron dan estrogen, secara langsung berkaitan dengan perilaku
reproduksi dan mengontrol perkembangan karakteristik seksual sekunder. Hal ini
diperjelas dengan pernyataan Lestari (2007) tentang reproduksi hewan betina
yakni Menurut Lestari (2007) sel gonadotrophin hypofisa anterior merelease FSH.
FSH ini kemudian menuju ke ovarium dan berikatan dengan oocyt immature
untuk mengawali maturasinya. Begitu oocyt mature atau folikel memproduksi
estrogen, akan timbul feedback negatif untuk menghambat release FSH,
selanjutnya setelah kira-kira 14 hari, satu oocyt akan mature dan merelease
lonjakan
estrogen
terakhir
yang
menyebabkan
hipofisa
gonadotropin
(sekitar 20 menit), telur masuk ke bagian oviduk yang panjang untuk waktu 3
hingga 4 jam dengan kecepatan 2,3 milimeter permenit dan pada periode ini
ditambahkan albumin. Selanjutnya telur dilapisi oleh membran telu dan cangkang
di bagian isthmus dari oviduk selama 1 jam dengan kecepatan 1,4 milimeter
permenit. Akhirnya pembentukan cangkang terjadi dalam uterus selama 19 sampai
20 jam.
Fase akhir dari produksi telur adalah penambahan cangkang keras yang
tersusun sebagian besar oleh kalsium karbonat. Dalam bentuk kristal kalsit dan
proses ini berlangsung di uterus. Magnesium dan fosfat merupakan komponen
yang kadarnya sedikit dalam cangkang telur burung, tetapi sedikit variasi
konsentrasi untuk kedua zat tersebut yang memengaruhi kekuatan dan kekerasan
cangkang telur. Jika sedikit kelebihan zat fosfat maka akan mencegah
pembentukan kalsit dengan menghalangi pengendapan kalsium karbonat,
sebaliknya jika terjadi kelebihan magnesium akan mencegah pertumbuhan kristal
kalsit. Akibat dari kondisi tersebut, cangkang telur menjadi lebih tipis dan mudah
rapuh serta kemungkinan berubahnya keseimbangan gas dan air yang dibutuhkan
embrio. Magnesium biasanya terkonsentrasi pada lapisan yang sangat tipis dari
cangkang sebelah dalam dan berperan dalam pengaturan garam-garam dari
cangkang telur yang dibutuhkan oleh embrio. Setelah penambahan bahan-bahan
selesai, maka telur siap untuk dikeluarkan.
2.3 Kelompok Burung Dan Bentuk Telur Burung
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil,
hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Telur besar dengan kuning telur
yang banyak, fertilisasi internal amnion dan alantois terbentuk selama masa
perkembangan. Pengeraman dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya
di dalam sarang. Setelah menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya
(Suprijatna, 2008).
Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong,
menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai
yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung
ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau
panas bumi menetaskan telur-telur itu. Persis seperti yang dilakukan kebanyakan
reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya
dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari
tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar
sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling
(Anonimous, 2012).
Burung yang hidup di tanah umumnya bersifat omnivora, mengambil
makanan di tanah,dan umumnya mempunyai kaki yang kuat untuk mencakarcakar tanah atau untuk menyimpan makanan. Meskipun Tinamae, dan kebanyakan
Galliformes dan Gruiformes dapat terbang jarak pendek, namun biasanya mereka
menghindari predatornya dengan berlari,kecuali jenis Crane yang dapat
bermigrasi. Burung-burung ini biasanya membuat sarang di tanah seadanya dan
menggunakan sedikit bahan-bahan yang ada di tanah. Umumnya terdapat sexual
dimorfisma dan induk betina berkamuflase untuk mengerami telur. Induk jantan
sedikit sekali peranannya dalam pengeraman telur dan mengasuh anak-anaknya.
Kondisi ini menyebabkan pada umumnya hewan jantan bersifat poligami. Anakanak precocial, bulu-bulunya segera mengering setelah menetas dan dapat segera
meninggalkan sarang untuk mencari makan, sehingga pengasuhan induk sangat
minimal.
Burung-burung aquatik pada umumnya burung aquatik menggunakan
kakinya untuk berenang,atau mempunyai kaki yang panjang untuk berjalan di air
yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan di lingkungan aquatik.
Burung Aquatik cenderung dikategorikan ke dalam tiga kelompok sekalipun
batasnya tidak terlalu tajam. Pertama,adalah burung laut (marine birds) yang
mencari makan di alaut lepas dan kembali ke darat untuk berkembang biak di
pulau karang pantai. Kedua,adalah kelompok yang terutama mengandalkan air
tawar sebagai sumber makanan dan cenderung membuat sarang dekat sumber
makanannya. Ke tiga adalah kelompok burung pantai yang terdiri dari sub ordo
yaitu Charadiiformes.
Burung Laut Beberapa jenis Carinatae beradaptasi penuh dengan
kehidupan laut, jarang pergi kedarat kecuali untuk berkembang biak. Ciri khas
burung laut termasuk pinguin, berkembang biak secara berkelompok di daerah
pantai yang terpencil atau pulau pulau kecil dimana mereka dapat membuat
sarang dengan tenang, bebas dari predator. Dalam kelompok ini terdapat ordo
yang merupakan burung laut sejati yaitu Ordo Procellariiformes (atau Tubinares),
ordo yang cenderung secara progresif menjadi burung air tawar yaitu ordo
Pelecaniformes, dan ordo yang terdiri atas pinguin yang sangat di vergen yaitu
Sphenisciformes. Procellariiformes terdiri atas burung Albatros, shearwater,
storm- petrel, dan diving petrel dan semuanya merupakan burung laut sejati
(Nanbaldov, 1990).
Pengeluran Telur (Oviposisi)
Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika
induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan
dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya,
tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal
(tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi
secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat
bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih
lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga
merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui
aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.
Air menyusun sekitar 45% dari kerabang telur. Isi telur mengandung
sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian yang padat hamper
seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar separuh dari yolk
berupa air, tetapi bagian yang padat tersusun dari sebagian lemak, protein,
vitamin, dan mineral (Suprijatna, 2008).
2.3.1 Kelompok Telur
Kelompok telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan burung betina
selama musim reproduksi. Jumlah telur yang diletakkan di sarang antara spesies
burung yang satu dengan yang lain berbeda. Rata-rata burung air 3-12 butir,
sedangkan untuk kelompok telur dari spesies gallinosa yaitu 2-23 butir. Namun
dapat juga terjadi perbedaan jumlah tersebut mencerminkan perbedaan sifat yang
diwariskan antar individu burung, tetapi faktor umur, tersedianya makanan, dan
musim juga berpengaruh terhadap berapa banyak jumlah telur yang dikeluarkan
oleh burung betina.
Pola bertelur burung dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu (a)
burung dengan jumlah seluruh telur yang dihasilkan dalam satu musim bertelur
adalah tertentu (b) burung dengan jumlah telur yang dihasilkan tidak tertentu
artinya jika telur burung tersebut diambil maka burung akan menggantinya,
contoh ayam petelur dan burung puyuh dapat menghasilkan sebutir telur setiap
hari dalam waktu sepanjang tahun. Sebaliknya kelompok burung dengan jumlah
telur tertentu jika diambil dari sarangnya maka tidak akan diganti (Rahayu, 2005).
2.3.2
Bentuk Telur
Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio dalam telur sampai
telur pecah sampai mengahasilkan individu baru. Penetasan ini dapat dilakukan
secara alami oleh induknya atau secara buatan menggunakan mesin penetasan.
Spesies yang menetas secara alami merupakan cara penetasan yang paling efisien
dan ekonomis. Sedangkan pada penetasan secara buatan masih tergantung pada
beberapa factor, anatara lain telur tetas, mesin tetas, dan tatalaksana penetasan
(Rasyaf, 1992).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.3.1 gonad burung jantan terdiri atas sepasang testis sedangkan pada
burung betina terdiri atas ovarium. Testes berbentuk kacang dan melekat
pada dinding tubuh bagian dorsal, sedangkan ovarium menyarupai anggur.
3.3.2 pembentukan sperma dan ovum diatur oleh sekresi dari hormon FSH
yang mengatur pembentukan sel gamet, sedangkan LH mengatur sekresi
hormon dalam testis dan ovari yang matang. Telur pada aves akan
dibungkus cangkang dan ditambahkan albumin.
3.3.3 kelompok telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan burung
betina selama musim reproduksi, jumlah telur yang dihasilkan diletakkan
dalam sarang bervariasi tergantung spesiesnya.
Daftar Rujukan