You are on page 1of 20

SPO Penilaian Risiko Jatuh Bagi Pasien Anak

Pengertian:
1. Merupakan cara mengidentifikasi pasien anak berisiko jatuh untuk menilai
kemungkinan pasien anak jatuh dengan menggunakan Skala Humpty Dumpty.
2.

Pasien Anak adalah pasien yang berumur 0 18 tahun.

Prosedur :
1.

Perawat

melakukan

penilaian

risiko

jatuh

pasien

baru

anak

dengan

menggunakan Skala Humpty Dumpty dalam formulir Pengkajian Keperawatan.


2.

Perawat menerapkan pencegahan jatuh pada pasien sesuai dengan tingkat


risiko

(risiko rendah dan risiko tinggi), termasuk menjelaskan pada pasien dan

keluarga.
3.

Perawat mengkomunikasikan tingkat risiko pasien kepada dokter.

4.

Perawat memasangkan gelang risiko jatuh warna kuning pada pasien dengan risiko
tinggi dan memberi tanda peringatan warna kuning pada tempat tidur pasien.

5.

Perawat melakukan penilaian ulang bila terjadi perubahan


pengobatan dalam Form Penilaian Risiko Jatuh Pasien Anak.

6.

Perawat/

petugas

melaporkan

insiden

pasien

jatuh

ke

kondisi

Tim

atau

Keselamatan

Pasien Unit Kerja menggunakan formulir Insiden Keselamatan Pasien (Lihat SPO
Pelaporan Insiden).
7.

Tim Keselamatan Pasien


bulan ke Tim
Keselamatan Pasien RSCM (UPJM).

Unit

Kerja

melaporkan

secara

periodik

setiap

DEPARTEMEN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
RSUP

NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO


Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta

Telp 3918301,3190808 (Hunting)

Kotak Pos 1086

Fax 3148991

CHECKLIST PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK


Skala Humpty Dumpty Pasien Rawat Inap

Parameter
Umur

Jenis Kelamin
Diagnosa

Gangguan
Kognitif

Faktor
Lingkungan
Respon Terhadap
Operasi/ Obat
Penenang/ Efek
Anestesi
Penggunaan
Obat

Kriteria
Di bawah 3
3 - 7 tahun
7 - 13 tahun
> 13 tahun
Laki-laki
Perempuan
Kelainan Neurologi
Perubahan dalam oksigenasi
Nafas.
Dehidrasi,
Anemia,
Sinkop/sakit kepala, dll)
Kelainan Psikis/
Diagnosis

Tanggal:

Nama:

No Rekam
Medik:

Tidak Sadar Terhadap Keterbatasan


Lupa Keterbatasan
Mengetahui Kemampuan
Skor 7-11:
Riwayat jatuh dari tempat tidur
Pasien menggunakan alat bantu
Risiko Rendah
mebel.
Untuk
Pasien berada di tempat tidur
Jatuh
Di luar ruang
Skor 12:
Dalam 24
Dalam 48
Risiko
> 48 jam

RSCM

Tinggi Untuk
Jatuh

Bermacam-macam obat yang


Skor
sedatif
(kecuali pasien ICU yang menggunakan
dan paralisis) , Hipnotik, Barbiturat,
Antidepresan, Laksans/ Diuretika,Narkotik
Salah satu dari pengobatan
Pengobatan

Minimal : 7

Protokol Pencegahan Pasien Jatuh Pasien Anak:

Standar Risiko Rendah (Skor 7 - 11):

1.
2.
3.

Orientasi ruangan

4.
5.
6.

Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan

7.
8.
9.
10.

Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung risiko.

Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya


Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman. Mempunyai luas tempat tidur yang cukup
untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian tubuh lain terjepit
Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi & bantu bila dibutuhkan
Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau. Terangkan kepada pasien mengenai fungsi
alat tersebut.
Penerangan lampu harus cukup.
Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia.
Dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada tempatnya.

Standar Risiko Tinggi (skor 12):

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.

9.
10.
11.
12.
13.

Evaluasi terapi yang sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan ke luar ruangan.

Terdapat tanda peringatan pasien risiko jatuh


Penjelasan pada pasien atau orang tuanya tentang protokol pencegahan pasien jatuh
Cek pasien minimal setiap satu jam
Temani pasien pada saat mobilisasi
Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien.
Pertimbangkan penempatan pasien yang perlu perhatian diletakkan dekat nurse station.
Perbandingan pasien dengan perawat
memadai.

1 : 3, libatkan keluarga pasien sementara perbandingan belum

Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur.


Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan ruang isolasi.
Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada pasien yang ditunggu keluarga.
Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan.

SPO Penilaian Risiko Jatuh Pasien Dewasa Dengan Skala Jatuh Morse
Pengertian :
Merupakan cara mengidentifikasi pasien-pasien berisiko jatuh dengan Skala Jatuh Morse
yang merupakan cara cepat dan sederhana menilai kemungkinan pasien jatuh.
Prosedur :
1.

Perawat melakukan penilaian risiko jatuh pasien baru dewasa


menggunakan Skala Morse dalam Formulir Pengkajian Keperawatan.

2.

Perawat menerapkan pencegahan jatuh pada pasien sesuai dengan tingkat


risiko (risiko rendah dan risiko tinggi), termasuk menjelaskan pada pasien dan
keluarga.

3.

Perawat mengkomunikasikan tingkat risiko pasien kepada dokter.

4.

Perawat memasangkan gelang risiko jatuh warna kuning pada pasien dengan risiko
tinggi dan memberi tanda peringatan warna kuning pada tempat tidur pasien.

5.

Perawat melakukan penilaian ulang bila terjadi perubahan


pengobatan dalam Form Penilaian Risiko Jatuh Pasien Dewasa.

6.

Perawat/ petugas melaporkan insiden pasien jatuh ke Tim Keselamatan Pasien


Unit Kerja menggunakan formulir Insiden Keselamatan Pasien (Lihat SPO Pelaporan
Insiden).

7.

Tim Keselamatan Pasien Unit Kerja melaporkan


bulan ke Tim Keselamatan Pasien RSCM (UPJM).

secara

dengan

kondisi

periodik

atau

setiap

DEPARTEMENKESEHATAN
DIREKTORATJENDERALBINA PELAYANAN
MEDIK

RSCM

Jl.Diponegoro
No.71Jakarta
KotakPos1086

Telp
3918301,3190808
(Hunting
)
Fax3148991

PENILAIAN
RISIKO
JATUH
PASIEN
DEWASA
SKALA JATUH MORSE (MORSE FALL SCALE/ MFS)

Risiko

Skala

Skoring

1.
Riwayat jatuh, yang baru atau
dalam 3 bulan terakhir

Tidak
0
25

Ya

2.

Tidak
0
15

Ya

Diagnosis Medis Sekunder > 1

3.

Tanggal:

-----------

Nama:
-----------

Alat bantu jalan:

4.

Bed rest/ dibantu perawat

Furnitur
Memakai terapi heparin lock/ iv

5.

0
15
30

Penopang, tongkat/ walker

Tidak
0
25

No Rekam Medik:
-----------

Ya
-----------

Cara berjalan/ berpindah

6.

Normal/ bed rest/ imobilisasi


0
15
30

Lemah
Terganggu

-----------

Status mental:

Orientasi
diri

Lupa keterbatasan diri

sesuai

kemampuan
0 15

-----------

1. Cara melakukan skoring:

a.

Riwayat jatuh:

Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada riwayat jatuh fisiologis
karena kejang atau gangguan gaya berjalan menjelang dirawat.

Skor 0 bila tidak pernah jatuh.


Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25.

b.

Diagnosis sekunder:

c.

Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien. Skor 0 jika tidak.

Bantuan berjalan:

Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat bantu/ dibantu, menggunakan kursi roda, atau tirah baring dan
tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali.

Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker.

Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan ciri berjalan dengan kepala tegak, lengan terayun bebas di
samping tubuh, dan melangkah tanpa ragu-ragu.
Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengakat kepala saat berjalan
tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek-pendek dan mungkin diseret.
Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan bangkit dari kursi, berupaya
bangun dengan mendorong lengan kursi atau dengan melambung (menggunakan beberapa kali
upaya untuk bangkit). Kepala tertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien buruk,
beliau menggenggam furnitur, orang, atau alat bantu jalan dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan. f.
Status mental:

Skor 30 jika pasien berjalan mencengkeram furnitur untuk topangan. d. Heparin lock /IV :

Skor 20 jika pasien memakai heparin intravena.


e. Gaya berjalan/ transfer:

Skor 0 jika tidak.

Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal. Tanyakan pada pasien, Apakah
Bapak dapat pergi ke kamar mandi sendiri atau perlu bantuan? Jika jawaban pasien menilai dirinya
konsisten dengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal.

2.

Skor 15 jika respon pasien tidak sesuai dengan kemampuan ambulasi atau jika respon pasien tidak
realistis, dan pasien over estimate kemampuan dirinya dan lupa keterbatasannya.
Tingkat risiko ditentukan sebagai berikut:
Tingkat
Risiko:
Tidak berisiko
Risiko Rendah
Risiko Tinggi

Skor MFS

Tindakan

0-24
25-50
51

Perawatan yang baik


Lakukan intervensi jatuh standar
Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi

Intervensi Jatuh Standar:

1.
2.
3.

Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.


Keselamatan lingkungan: hindari ruangan yang kacau balau, dekatkan bel dan telepon, biarkan pintu
terbuka, gunakan lampu malam hari serta pagar tempat tidur.
Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya tiap 2 jam): tawarkan ke belakang (kamar kecil)
secara teratur.

4.
5.
6.

Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau transfer.

1.
2.
3.

Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.

4.
5.
6.
7.

Pasien ditempatkan dekat nurse station.

Gunakan alat bantu jalan (walker, handrail).

Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin.
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi:
Intervensi jatuh standar
Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti analisa cara berjalan sehingga
dapat ditentukan intervensi spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis terbaru
untuk membantu mobilisasi.
Handrail mudah dijangkau pasien dan kokoh.
Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur: alat bantu jalan, komod,
Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjuran menggunakan tempat duduk
kamar mandi saat pasien mandi.

di

8.

Dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan pasien. 9. Jangan tinggalkan pasien sendiri di kamar,
samping tempat tidur atau toilet.

SPO Penilaian risiko jatuh bagi pasien geriatri


Pengertian :
Merupakan cara mengidentifikasi pasien geriatri berisiko jatuh untuk menilai kemungkinan
pasien jatuh.
Prosedur :
1.

Perawat melakukan
Pengkajian
Keperawatan.

penilaian

risiko

jatuh

pasien

baru

geriatri

dalam

formulir

2.

Perawat menerapkan pencegahan jatuh pada pasien sesuai dengan tingkat risiko
(risiko rendah dan risiko tinggi), termasuk menjelaskan pada pasien dan keluarga.

3.

Perawat mengkomunikasikan tingkat risiko pasien kepada dokter.

4.

Perawat memasangkan gelang risiko jatuh warna kuning pada pasien dengan risiko tinggi
dan memberi tanda peringatan warna kuning pada tempat tidur pasien.

5.

Perawat melakukan penilaian ulang bila terjadi perubahan kondisi atau pengobatan
dalam Form Penilaian Risiko Jatuh Pasien Geriatri.

6.

Perawat/ petugas melaporkan insiden pasien jatuh ke Tim Keselamatan Pasien


Unit Kerja menggunakan formulir Insiden Keselamatan Pasien (Lihat SPO Pelaporan
Insiden).

7.

Tim Keselamatan Pasien Unit Kerja melaporkan secara periodik setiap bulan
ke Tim Keselamatan Pasien RSCM (UPJM).

DIREKTORAT

DEPARTEMEN KESEHATAN
JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta


Kotak Pos 1086

RSCM

Telp 3918301,3190808 (Hunting


Fax 3148991

PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN GERIATRI

No
1

Tingkat Risiko

Tanggal:

Gangguan
gaya
berjalan
(diseret, menghentak, berayun)
Pusing/ pingsan pada posisi tegak

Kebingungan setiap saat

Nokturia/ Inkontinen

Kebingungan intermiten

Kelemahan umum

Obat-obat berisiko tinggi (diuretik,


narkotik, sedatif,
anti
psikotik,
laksatif,
vasodilator, antiaritmia,
antihipertensi,
obat
hipoglikemik,
antidepresan, neuroleptik, NSAID)
Riwayat jatuh dalam waktu 12
bulan sebelumnya.
Osteoporosis.

8
9
10
11

Gangguan
pendengaran
atau penglihatan.
Usia 70 tahun ke atas

Nama:

No Rekam
Medik:

dan

Jumlah

1.

Cara melakukan skoring:

2.

pasien.
Tingkat risiko dan tindakan yang disarankan ditentukan sebagai berikut:

Jumlahkan semua angka di belakang faktor risiko yang ada pada

Tingkat
Risiko
Risiko Rendah

Risiko Tinggi

Skor
13

Tindakan

1.
2.
3.

Nilai kembali risiko jatuh setiap 12 jam.

1.
2.

Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.


Komunikasikan risiko jatuh pasien pada anggota tim
interdisiplin.
Komunikasikan risiko jatuh pasien pada pasien/ keluarga
berikan Brosur Edukasi Jatuh.
Dorong
partisipasi
keluarga
dalam
keselamatan
pasien, gunakan pengasuh.

3.
4.

Berikan pasien/ keluarga Brosur Edukasi Jatuh.


Intervensi jatuh standar (seperti pada dewasa muda).

5.
6.

Pasien ditempatkan dekat nurse station.


Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya
tiap 2 jam):
tawarkan ke belakang (kamar kecil) secara teratur.

7.
8.

Handrail mudah dijangkau pasien dan kokoh


Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur: alat bantu jalan,
komod,
9. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin,
serta anjuran menggunakan tempat duduk di kamar
mandi saat pasien mandi.
10. Keselamatan lingkungan: hindari ruangan yang kacau
balau, dekatkan bel dan telepon, biarkan pintu terbuka,
gunakan lampu malam hari serta pagar tempat tidur.
11. Jangan tinggalkan pasien sendiri di kamar, samping
tempat tidur atau toilet.
12. Gunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin.

13. Konsul ke:

Unit

kerja
Farmasi untuk
mencari
kemungkinan interaksi obat,

Rehabilitasi Medik untuk masalah mobilitas atau


aktivitas harian/ ADL yang baru.
14. Gunakan aktivitas pengalihan untuk mencegah pasien
keluyuran
15. Gunakan walker untuk membantu stabilitas berjalan.

16. Gunakan alat pengikat yang lembut untuk berjaga-jaga.


17. Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau transfer.
18. Intervensi keselamatan lainnya.

Tes Timed Up & Go untuk Asesmen

Risiko Jatuh
Pasien Rawat Jalan
Dokter diminta untuk setiap tahun mengkaji seluruh pasien berusia 65
tahun atau lebih menggunakan Tes Timed Up & Go
Tes Timed Up & Go
1.
2.
3.

Pasien dalam posisi duduk


Letakkan objek yang terlihat pasien berjarak 2 meter
Mintalah pasien untuk kembali berdiri, berjalan mengitari objek, dan kembali duduk.

Biarkan pasien berlatih sekali.


Kemudian hitung waktunya sebanyak 3 kali tes.

Skor lebih dari 8,5 detik memiliki risiko tinggi untuk jatuh pada usia dewasa
tua di masyarakat.

SPO Penatalaksanaan Pasien Jatuh


Pengertian:
1.
2.

Merupakan tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan bila terjadi


kasus pasien jatuh
Meliputi seluruh kasus jatuh untuk pasien anak, dewasa, dan geriatric
3.
Jatuh adalah :
a. Kejadian seseorang secara tidak sengaja dan tiba-tiba terjatuh dari posisi
berdiri, duduk atau berbaring ke tingkat yang lebih rendah. Dikecualikan dari
definisi ini adalah perubahan posisi tersebut disebabkan oleh kekuatan besar
(misalnya didorong)
b. Pasien yang dibantu oleh staf berdiri dari lantai (dan akan jatuh tanpa
bantuan staf) juga akan diidentifikasi sebagai jatuh.

Prosedur:
1.

Penanggulangan pasien jatuh terdiri dari dua hal utama, yaitu penilaian awal setelah jatuh
dan dokumentasi dengan follow-up.

2.

Penilaian awal setelah jatuh dilakukan dengan mengutamakan pemeriksaan terhadap


pasien untuk menemukan cedera/ luka dan mengumpulkan informasi mengenai apa
yang telah terjadi. Informasi yang diperlukan adalah:
a.

Tanggal/ waktu jatuh.

b.

Deskripsi pasien mengenai kejadian jatuh (bila memungkinkan)


-

Apa yang sedang dilakukan pasien saat terjatuh.

Di mana lokasi pasien saat terjatuh.

c.

Pemberitahuan kepada keluarga / wali.

d.

Pemeriksaan tanda vital (suhu, nadi,


posisi berbaring, duduk, dan berdiri).

e.

Pengobatan yang sedang diterima (apakah


apakah ada obat yang diberikan ganda).

f.

Pemeriksaan pasien:

pernapasan,
semua

g.

tekanan
obat

darah

telah

dalam

diberikan,

Cedera.
Kemungkinan penyebab jatuh.
Kondisi komorbid (misalnya demensia, penyakit jantung, neuropati, dll).
Faktor risiko (misalnya gangguan keseimbangan/ cara berjalan). Penilaian ulang risiko jatuh.
Faktor-faktor lain:
Apakah pasien menggunakan alat bantu jalan? Bila ya, jenis apa?
-

Apakah pasien mengenakan alas kaki yang tepat?

Apakah terdapat pakaian yang terserak di lantai?

Apakah pasien
bantu dengar).

Lingkungan

menggunakan

alat bantu sensorik?

(kacamata, alat

1.

Ranjang pada posisi tinggi atau rendah?

2.

Roda pada ranjang terkunci?

3.

Kursi roda terkunci?

4.

Lantai basah?

5.

Pencahayaan cukup?

6.

Bel perawat terjangkau?

7.

Meja di sisi ranjang dapat terjangkau?

8.

Lokasi tidak terdapat barang-barang yang berserakan?

9.

Siderail digunakan? Bila ya, berapa banyak? Berapa yang terdapat


pada ranjang?

Apakah rencana pengobatan intervensi diikuti? Bila tidak, mengapa


demikian?

3.

Perawat melaporkan kepada DPJP dan membantu evakuasi

4.

Perawat/ petugas melaporkan insiden pasien jatuh ke Tim Keselamatan Pasien


Unit Kerja menggunakan formulir Insiden Keselamatan Pasien (Lihat SPO Pelaporan
Insiden).

5.

Tim Keselamatan

Pasien

Unit Kerja

melaporkan

ke Tim Keselamatan Pasien RSCM UPJM).

secara

periodik

setiap

bulan

Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap

Pengkajian awal pasien rawat inap dilakukan dalam 24 jam pertama dan meliputi
11 hal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nyeri
Risiko jatuh
Status nutrisi
Status fungsional
Risiko dekubitus
Psikologis
Sosial
Obat-obatan
Alergi
Pendidikan
Bahasa

Akses & Kontinuitas Pelayanan


Kriteria Pasien Masuk Unit Perawatan Khusus
Kriteria Pasien Masuk perawatan ICCU adalah:
1.

Sindrom Koroner Akut

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Edema Paru Akut


Gagal Jantung Akut
Aritmia Maligna atau dengan Gangguan Hemodinamik
Post Cor Angio
Post TPM/ PPM
Syok Kardiogenik

Kriteria Pasien Masuk Perawatan ICU adalah:


1.

Kriteria pasien masuk medical


a. Prioritas 1

Pasien kritikal, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan monitor yang tidak dapat dilakukan
diluar ICU. Biasanya terapi ini termasuk support ventilator, pemberian obat vasoaktif secara infus
kontinyu, dll.
b. b. Prioritas 2
Pasien yang memerlukan monitor invasive dan secara potensial mmerlukan intervensi segera. c.
c. Prioritas 3
Pasien tidak stabil dalam keadaan kritis tetapi kemungkinan pulih kecil atau berkurang oleh karena
kondisi penyakit primernya atau kondisi akutnya.
d. Prioritas 4
i. Pasien dengan manfaat rawat ICU kecil atau tidak ada

ii.
2.

Pasien dengan penyakit terminal atau ireversibel yang menghadapi kematian.

Kriteria Masuk ICU Pasien Paska Bedah/ Surgikal

a.
b.

Prioritas 1
Pasien yang mungkin membutuhkan bantuan ventilator, obat vasoaktif, dll.
Prioritas 2
Pasien yang idealnya mendapat monitor intensive di ICU, tetapi mungkin dapat step down
seperti ruang rawat HCU/ HDU. Merupakan pasien dengan ko-morbiditas multiple atau
memerlukan monitor ketat setelah menjalani operasi high risk.

c.

Prioritas 3
Pasien dengan penyakit akut tetapi kondisi premorbid yang buruk mungkin tidak mendapat
manfaat dari terapi intensif.

d.

Prioritas 4
Merupakan pasien stabil atau dengan kondisi terminal atau penyakit irreversible.

Kriteria Pasien Keluar Ruang ICU


1.

Apabila kondisi fisiologik pasien telah stabil dan kebutuhan untuk monitor ICu dan ICU-care tidak diperlukan
lagi.

2.

Apabila kondisi fisiologik pasien telah memburuk dan intervensi aktif tidak direncanakan lagi, lebih tepat
dipindahkan ke lower level of care.

TRANSFER PASIEN KE LUAR RSCM


PEMERIKSAAN dan TINDAKAN MEDIS

untuk

PINDAH

RAWAT

atau

Prosedur:
1.

Dokter menginformasikan pasien dan keluarganya tentang rencana kepindahan


pasien ke rumah sakit lain.
2. Perawat menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien (untuk dirawat atau
tindakan dan pemeriksaan medis).
3. Dokter mengisi dan menandatangani formulir Transfer Pasien Keluar RSCM atau
formulir Permintaan Pemeriksaan dengan lengkap.
4. Penanggung jawab pasien (perawat primer dan DPJP) menentukan petugas
pendamping (perawat/ dokter) pasien transfer yang sesuai dengan kebutuhan
klinis pasien dan menghubungi Ambulans.
5. Perawat mencatat nama petugas pendamping dan nomor ambulans ke dalam Form
Transfer Pasien.
6. Dokumen-dokumen (Form transfer, foto copy hasil-hasil pemeriksaan penunjang)
transfer pasien diberikan kepada pendamping.
7. Selama dalam proses transport, perawat/ dokter melakukan pemantauan tanda-tanda
vital; didokumentasikan ke dalam lembar pemantauan.
8. Setibanya di rumah sakit tujuan (penerima), pendamping yang menemani pasien
secara resmi menyerahkan perawatan pasien ke petugas penerima secara lisan
dan formulir Transfer Pasien Pindah RS
9. Petugas penerima menandatangani, menulis nama jelasnya serta membubuhi stempel
resmi rumah sakit
10. dan satu copynya diberikan kepada petugas pendamping untuk dimasukkan ke dalam
rekam medis pasien.
11. Setelah kembali dari rumah sakit penerima transfer, petugas pendamping menyerahkan
form Transfer yang sudah dibubuhi tandatangan, nama jelas penerima dan stempel
rumah sakit kepada kepala ruang rawat untuk dimasukkan ke dalam berkas rekam
medis pasien.

TRANSFER PASIEN ANTAR RUANG

Kebijakan:
1.

2.

3.
4.

5.

Keputusan dan otorisasi untuk mentransfer pasien antar ruang dilakukan oleh
dokter yang merawat pasien dengan persetujuan dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP)
Keputusan untuk mentransfer pasien agar mempertimbangkan mental,
kondisi
fisik (stabil/ tidaknya keadaan pasien), kesiapan ruang penerima
pasien dan kesiapan tenaga medis di tempat pasien akan ditransfer
Dokter
pelaku rawat wajib memberikan penjelasan mengenai alasan
pemindahan pada pasien sebelum pemindahan pasien sebelumnya
Pendamping pasien dengan perhatian khusus misal status infeksi dan
isolasi perlu diberitahukan sebelumnya mengenai hal ini sebelum
proses pemindahan pasien dilakukan
Pasien-pasien
yang
memerlukan
pemantauan
tanda
vital
secara
berkesinambungan (EKG, tekanan darah, saturasi oksigen) dan peralatan
resusitasi lengkap termasuk defribilator perlu mendapat perhatian khusus. Pada
pasien-pasien ini dokter pelaku rawat
wajib menemani selama proses pendampingan pasien

Prosedur :
1.
2.
3.

4.
5.

Dokter memberikan penjelasan pada pasien mengenai alasan dilakukannya


pemindahan ke ruang rawat lain (terkecuali pada pasien yang tidak sadar)
Dokter menginformasikan pada keluarga pasien tentang rencana kepindahan
pasien ke ruang rawat lain.
Dokter menghubungi unit rawat yang dituju agar tenaga medis di tempat
tersebut
menyediakan ruang rawat dan peralatan rawat sesuai dengan kebutuhan pasien
Dokter memeriksa keadaan pasien 30 menit terakhir sebelum pasien
dipindahkan dan mengisi formulir transfer pasien antar ruang dengan lengkap
Dokter pelaku rawat melaporkan pada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) mengenai kondisi pasien saat akan pindah dan meminta
persetujuan dilakukannya proses pemindahan pasien ke ruang rawat selanjutnya

6.

Setelah mendapat persetujuan,


dokter meminta perawat untuk memeriksa
kelengkapan peralatan dan obat pasien sebelum proses pemindahan dilakukan
7. Setelah mendapat kepastian bahwa unit perawatan yang dituju siap
menerima pasien ,dokter memimpin jalannya proses pemindahan pasien
8. Seluruh obat, peralatan yang menyertai pasien dan hasil pemeriksaan diagnostik
(x-ray, laboratorium, EKG,dll) disertakan dalam proses pemindahan pasien. Halhal ini dibawa oleh perawat yang diberi manadat oleh dokter pelaku
rawat
untuk
melakukan pendampingan dalam proses transfer pasien antar
ruang
9. Selama proses pemindahan, pendamping pasien mengevaluasi keadaan
pasien dan memastikannya tetap stabil
10. Setiba di ruang rawat tujuan, perawat yang mendampingi pasien
menghubungi dokter pelaku rawat di unit tersebut dan memastikan pasien
diserahkan ke tangan yang tepat
11. Perawat yang melakukan pendampingan meminta tanda tangan dokter pelaku
rawat di unit tujuan.
12. Selanjutnya perawat memastikan kembali formulir transfer antar ruang masuk ke
dalam rekam medis pasien dan menghubungi dokter di unit perawatan
selanjutnya untuk menginformasikan bahwa proses pemindahan pasien telah
selesai dan pasien kini telah di bawah tanggung jawab dokter pelaku rawat di unit
rawat yang bersangkutan

PENERIMAAN PASIEN MASUK


Seluruh pasien dengan kondisi apapun diterima masuk ke rawat jalan, dan harus melalui
admission sesuai tempat pasien tersebut akan berobat. Daftar pintu masuk pendaftaran yang
ada di RSCM adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

RSCM Kirana
RSCM Kencana
P3RN
IGD
PJT
Radioterapi
Radiologi
Rehabilitasi Medik
URJT
UPPJ
Poliklinik Geriatri
Laboratorium URJT
Laboratorium 24 jam
Hemodialisis
Fetomaternal
Endoscopy
ESWL
Patologi Anatomik

Daftar Pintu Masuk Fisik RSCM:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pintu gerbang RSCM Kencana


Pintu Gerbang RSCM Kirana
IGD
Pintu gerbang Utama RSCM
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Poliklinik Geriatri
Pintu Gerbang Jalan Kimia

SPO DISCHARGE PLANNING


Prosedur:

1.

Segera setelah pasien terdiagnosa pada visit pertama di ruang rawat inap, DPJP
dapat mengetahui perkiraan LOS berdasarkan clinical pathway nya atau
sesuai dengan
Pedoman Pelayanan Medis (PPM)*.
2. Tim DP menentukan perencanaan kebutuhan pasien pulang setelah
berkoordinasi dengan pihak terkait.
3. Bila pada perkembangannya terjadi perubahan diagnosis atau timbul komplikasi,
DPJP terus
memberikan
update
terbaru
kepada
Tim
DP, mengenai
perkiraan LOS dan perencanaan pulang.
4. Perawat primer mengidentifikasi kebutuhan edukasi, perawatan pasien setelah keluar
dari rumah sakit. Mengidentifikasi kebutuhan non medis pasien terkait
kepulangan seperti
penyelesaian jaminan (Jaminan, UPPJ, dan ASKES), keluarga/ Panti Rehabilitasi
(Departemen Sosial), akses layanan home care terdekat, dan sebagainya
5. Case manager/ MOD/ HN menyiapkan kebutuhan medis dan non medis
pasien sehubungan dengan transfer/ mutasi pasien, dan tata laksananya.
6. Dokter melakukan visit dan menyatakan pasien untuk pulang
7. Perawat merekonfirmasi dan kemudian menghubungi pihak administrasi,
menginformasikan rencana pulang pasien.
8. Perawat menginformasikan rencana pulang tersebut kepada pasien dan keluarganya.
9. Penata rekening di bagian administrasi/ keuangan ruang rawat inap akan
menginput (posting) biaya rawat inap ke dalam EHR.
10. Dokter menyiapkan resume pulang dan resep obat pulang; serta menetapkan
waktu kontrol pasien di rawat jalan.
11. Perawat menghubungi farmasi untuk menyiapkan obat pulang sesuai resep obat
pulang dari dokter.
12. Head Nurse mengumpulkan informasi non medis terkait kepulangan pasien.
13. Tim DP melakukan rekonfirmasi untuk validitas data dengan cara:

Nurse Officer memastikan transportasi (ambulans, dinas sosial, dll),


dan melakukan identifikasi potensi masalah yang dapat menghambat
kepulangan pasien,

Head
nurse
memastikan
kebutuhan
perawatan
lanjutan
telah
terpenuhi/ disampaikan kepada keluarga pasien (misalnya keperluan edukasi
gizi). DPJP memberikan informasi mengenai kelanjutan perawatan pasien.
14. Petugas DP menghubungi pihak-pihak terkait sesuai kebutuhan pasien pulang,
dan membuat laporan harian dan bulanan.
15. Pasien diantar menggunakan kursi roda sampai dengan gerbang RSCM yang dipilih.

You might also like