You are on page 1of 7

TUGAS II

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA


DAN LINDUNG LINGKUNGAN

NAMA

: MAYLINA CHANDRA PUSPITA

NPM

: 1206212451

JURUSAN : TEKNOLOGI BIOPROSES

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2014

RINGKASAN UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970


Pada tanggal 12 Januari 1970 di Jakarta, Presiden RI yang kedua, Soeharto, dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mencabut Veiligheidsreglement tahun
1910 (Stbl. No.406) dan menetapkan Undang-Undang Tentang Keselamatan Kerja. Dengan
pertimbangan bahwa setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatannya dan setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien, maka perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja yang diwujudkan dalam Undang-Undang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja ialah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
terdapat sumber-sumber bahaya. Undang Undang ini berlaku pada segala tempat kerja, baik
di darat, laut, maupun udara dalam wilayah NKRI. Adanya Undang-Undang ini bertujuan
untuk mencegah, mengurangi dan memberi pertolongan pada kecelakaan; mencegah dan
mengurangi bahaya peledakan; dan memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
Pelaksanaan umum terhadap Undang-Undang ini dilakukan oleh direktur dan pengawasannya
dilakukan secara langsung oleh pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja, sementara,
untuk pengawasan bagi pengusaha diharuskan membayar retribusi menurut ketentuan yang
akan diatur dalam peraturan perundangan.
Undang Undang ini juga mengatur tentang kewajiban dari pengusaha serta hak dan
kewajiban dari para tenaga kerja. Pengusaha memiliki kewajiban untuk memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerjanya; menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya, alat-alat
perlindungan diri bagi dan cara-cara yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja guna meningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja; melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja pada pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja; secara tertulis menempatkan semua syarat
keselamatan kerja, sehelai Undang-Undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan; memasang gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,pada tempat-tempat yang mudah dilihat; dan
menyediakan semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja. Sedangkan

tenaga kerja memiliki kewajiban dan atau hak tenaga kerja seperti, memberikan keterangan
yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja, memakai alatalat perlindungan diri, mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan, meminta pada pengurus agar semua syarat keselamatan dan kesehatan
dilaksanakan dan menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri diragukan olehnya.
TERBAKARNYA KM PAUS DI KEPULAUAN SERIBU
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginformasikan bahwa telah
terjadi kebakaran kapal ferry penumpang KM Paus I di perairan Pulau Gunung Sekati,
Kepulauan Seribu Utara. KM Paus I adalah kapal Ferry yang dioperasikan oleh Dinas
Perhubungan DKI Jakarta yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Kaliadem, Muara
Angke menuju Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan
Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan singkat, insiden tersebut terjadi pada
hari Rabu 27 Agustus 2014 sekitar pukul 11.30 WIB. Kronologis kejadian KM Paus I dengan
Nahkhoda Abdullah (42) dan 11 ABK berangkat dari pelabuhan Kaliadem Muara Angke
menuju Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Utara dengan membawa 67 penumpang. Tiba di
Pulau Untung Jawa pukul 09.00 WIB dan menurunkan 20 penumpang. Tiba di Pulau Pari
pukul 09.45 WIB, menurunkan 27 penumpang.
Pada saat kapal berada sekitar perairan Pulau Gusung Sekati tiba-tiba kapal terbakar
pada bagian mesin, koordinat S.0548.666 ; E.10636.038. Menurut Sutopo, akibat tragedi
tersebut, ada 32 orang penumpang yang mengalami luka bakar dan dirawat di RSUD Pulau
Pramuka. Seluruh korban dibawa ke RSUD Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Utara untuk
mendapat pengobatan. Sementara untuk korban yang mangalami luka bakar cukup serius
mencapai 50 persen atau lebih, dirujuk ke RS Koja, RS Atmajaya dan RSCM. Evakuasi
menggunakan ambulans yang sudah disiapkan di Dermaga Marina sebanyak enam unit dan
Dermaga Kaliadem sebanyak tiga unit. Pada tanggal 28 Agustus 2014 malam tadi, Irwanto,
satu korban yang dirawat di RSCM meninggal dunia. Menurut Kabid Humas Polda Metro
Jaya, Kombes Pol Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Senin 8 September
2014 kejadian ini terjadi karena meteran BBM rusak dan ada tumpahan bahan bakar minyak
yang hanya diberi deterjen, dan ini yang mengakibatkan sambaran listrik saluran kabel yang
terkelupas pada ruang mesin.

Analisa
Menurut saya kejadian ini terjadi karena kelalaian dari pihak pengelola dan operator
pengisian bahan bakar minyak pada kapal motor tersebut. Pengisian bahan bakar minyak
pada kapal motor ini dilakukan dengan menggunakan derigen, karena alat pengukur BBMnya
rusak maka sulit untuk mengecek apakah tangki sudah penuh atau belum, akibatnya ada
BBM yang tumpah dan tumpahan tersebut tidak dilap justru diberi detergen. Bahan bakar
pertamax yang digunakan kapal motor ini tinggi uapnya dan mengendap di bagian ruang
mesin. Pada ruangan ini terdapat kabel yang terkelupas sehingga terjadi konsleting dan
menyambar bahan bakar sehingga terjadi percikan api dan menimbulkan ledakan. Untuk
menanggulangi hal ini harus dilakukan pengecekan berkala dan pemeriksaan kelayakan guna
meminimalisir terjadinya kecelakaan.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) STANDARS
Pada tahun 1970, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat membentuk OSHA, di
bawah Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan. Hal ini dilatar belakangi karena lebih
dari 90juta penduduk Amerika bekerja tanpa ada perlindungan dari bahaya, lebih dari 14000
pekerja meninggal karena kecelakaan dan tingkat kecelakaan mencapai angka 300.000. Misi
dari OSHA adalah mencegah cedera yang berhubungan dengan pekerjaan, penyakit, dan
kematian dengan menerbitkan dan menegakkan peraturan (standar) untuk kesehatan dan
keselamatan kerja. OSHA terdiri dari 29 kode peraturan (29 CFR 1900 1999), dengan
penjabaran bidang masing-masing mengenai keselamatan kerja, diantaranya :

Walking-Working Surface
Tempat kerja harus selalu bersih dan teratur, lantai di daerah kerja harus selalu bersih dan
kering, ada penanda pada jalur dan daerah kerja, tangga harus minimal 22 inc dan dapat

menahan beban setidaknya 1000 pounds dengan kemiringan 30o-50o.


Means Of Egress
Mengatur prosedur jalan keluar dari suatu titik di gedung atau daerah kerja, meliputi:
o cara akses jalan keluar,
o pintu,
o cara keluar yang benar.
Bangunan harus memungkinkan penghuni untuk segera melarikan diri jika terjadi
kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Occupational Health And Environment Control
Meliputi standar: ventilasi, paparan kebisingan, radiasi di area kerja, material berbahaya.
Noise exposure

Di tempat kerja harus disediakan dengan perlindungan telinga jika tingkat suara
melebihi batas kebisingan yang diizinkan.

Fire Protection
a) Kelas A api - kebakaran yang melibatkan bahan mudah terbakar biasa seperti
kertas, kain kayu, karet dan plastik.
b) Kelas B api - api yang melibatkan bahan mudah terbakar seperti cairan, gas yang
mudah terbakar, gemuk dan bahan yang sama dan beberapa karet dan bahan
plastik.
c) Kelas C api - Api yang melibatkan peralatan listrik energi di mana keselamatan
kepada

karyawan

memerlukan

penggunaan

media

pemadam

elektrik

nonconductive.
d) Kelas D api - api yang melibatkan logam mudah terbakar seperti magnesium,

titanium, zirkonium, natrium, lithium dan potasium.


Materials Handling and Storage
semua peralatan yang berhubungan dengan, penyimpanan mengontrol gerakan, dan
perlindungan bahan, barang dan produk di seluruh proses manufaktur, konsumsi
distribusi, dan pembuangan. Peralatan penanganan material adalah peralatan mekanik
yang terlibat dalam sistem yang lengkap.

Welding, Cutting, and Brazing


Welding adalah proses menggabungkan dua atau lebih bagian logam, dengan
peleburan kedua bahan. Spot las dan pengelasan jahitan adalah dua metode yang

sangat populer digunakan untuk bagian-bagian logam lembaran.


Osha Electrical
Beberapa cara untuk mencegah kecelakaan akibat listrik adalah melalui penggunaan
insulasi, pelindung perangkat listrik, dan praktek kerja yang aman. Isolator seperti
kaca, mika, karet, atau plastik yang digunakan untuk mantel logam dan konduktor
lainnya membantu menghentikan atau mengurangi aliran arus listrik. Agar efektif,
isolasi harus sesuai untuk tegangan yang digunakan dan kondisi seperti suhu dan
faktor lingkungan lain

Toxic and Hazardous Chemicals


MSDS adalah daftar suatu material beracun serta efek kesehatan yang dapat hasil dari
paparan.

Perlakukan

semua

bahan

beracun

dengan

baik,

terutama

yang

diklasifikasikan sebagai sangat beracun. Selalu memakai peralatan pelindung pribadi


yang layak (APD).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Undang-Undang Nomor I Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
http://prokum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01-1970.pdf (11 September 2014)
Rochmanuddin. 2014. Kronologi Kebakaran Kapal Paus di Kepulauan Seribu.
http://news.liputan6.com/read/2097408/kronologi-kebakaran-kapal-paus-di-kepulauanseribu (11 September 2014)
Mustakim, Roma. 2014. BNPB: Kapal Fery Dishub DKI Terbakar di Pulau Seribu.
http://infopublik.org/read/88046/bnpb-kapal-fery-dishub-dki-terbakar-di-pulauseribu.html (11September 2014)
Awaludin. 2014. Tumpahan Minyak Ternyata Penyebab Terbakarnya KM Paus I.
http://jakarta.okezone.com/read/2014/09/08/500/1035822/tumpahan-minyak-ternyatapenyebab-terbakarnya-km-paus-i (11 September 2014)
Irwanto,

Deny.

2014.

Kapal

Paus

Terbakar

akibat

Korsleting

Listrik.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/29/284566/kapal-paus-i-terbakar-akibatkorsleting-listrik (13 September 2014)

You might also like