Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang ICU merupakan ruang perawatan untuk pasien kritis salah satunya
pasien yang mengalami gagal nafas, pasien yang mengalami gagal nafas
dilakukan pemasangan endotrakeal tube dan ventilator mekanik. Pasien
masuk ke ruang Intensif juga memerlukan pemantauan intensif invasif dan
non invasif. Intensive Care Unit (ICU) merupakan tempat atau unit tersendiri
di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit,
trauma atau komplikasi penyakit lain. Peralatan standar di Intensive Care Unit
(ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui
endotracheal tubes (Murdiyanto, 2009).
Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan
pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melaluI mulut. Tindakan Intubasi
baru dapat di lakukan bila pasien mengalami gagal nafas, Pasien dengan
operasi tekhik hemodilusi, Post Trepanasi dengan black out dan Respiratory
Arrest. Pelapasan endotracheal tube (ETT) dilakukan setelah pasien diamati
dalam 30 menit tidak memiliki memiliki ventilasi pernafasan yang baik
dengan kepatenan jalan jalan nafas yang baik, kemudian pasien tidak
menunjukan keletihan untuk bernafas maka alat bantu endotracheal tube akan
dilepaskan. Setelah pelepasan endotracheal tube (ETT) pasien tetap harus
diberikan oksigen untuk mendukung pernafasan spontan klien.
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup
udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh
menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.
Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANALISA JURNAL
Pembahasan dalam jurnal ini menggunakan population, intervation,
comparation dan outcome.
1. Population
Populasi pada penelitian ini terdiri
pemasangan nasal canul
penelitian ini semua pasien dewasa dengan umur lebih dari 18 tahun,
pasien rawat inap selama tahun 2009-2010 tanpa tracheotosmi dan
penyakit paru kronis. Pasien post pelepasan endotracheal tube dan
ventilaror diambil dalam penelitian ini.
Penelitan ini juga memiliki kriteria ekslusi yaitu pasien dengan
penyakit paru obstruktif kronik, COPD, pasien apneu, pasien yang
memliki
asma,
pasien
yang
meninggal
sebelum
pelesapasan
pasca
ekstubasi
dan
kemudian
disesuaikan
untuk
4. Outcome
Table. I Demographic data
P <0,05),
kesimpulan
nya
ada
signifikansi
oksigenasi
B. Pembahasan
Kegagalan ekstubasi merupakan masalah terbesar bagi pasien
kritis yang dilkukan intubasi (Alia i et al, 2000). Memilih perangkat
oksigenasi
yang
sesuai
untuk
dukungan
pernafasan
dapat
dengan
kelompok
(10%-18%).
Adanya
hubungan
dengan
penyakit
komplek
maka
akan
menyebabkan
kejadian
untuk
dilakukan
intubasi
ulang.
Boubaker