You are on page 1of 21

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

LAPORAN KASUS
IMPETIGO KRUSTOSA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hiendarto, Sp.KK
Disusun Oleh :
Martinus Satya Gani

H2A009031

Kepaniteraan Klinik Departemen Kulit dan Kelamin


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
PERIODE 8 JULI 4 AGUSTUS 2013

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


KULIT DAN KELAMIN

Laporan kasus dengan judul :


Impetigo Krustosa

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh :
Martinus Satya Gani

Nama Pembimbing

H2A009031

Telah disetujui oleh Pembimbing :


Tanda Tangan

Tanggal

dr. Hiendarto, Sp.KK


..................................

.................................

Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Kulit dan Kelamin

dr. Hiendarto, Sp.KK


NIP. 197308042009091001

BAB I
PENDAHULUAN

PIODERMA
A. Definisi 1, 2
Ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh kedua duanya
B. Etiologi 1.2
Penyebab yang utama adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B
hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni
normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
C. Faktor Predisposisi 1
1. Higienisitas yang kurang
2. Menurunnya daya tahan : misalnya pada orang yang kekurangan gizi,
anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, DM
3. Telah ada penyakit lain di kulit : Karena terjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
D. Klasifikasi2
- Pioderma primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal, gambaran klinisnya tertentu,
-

penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.


Pioderma sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain, gambaran klinisnya tak
khas dan mengikuti penyakit kulit yang ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut Impetigenisata, skabies impetigenisata.
Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, pustul, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening
regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.

E. Penatalaksanaan 3
A. Sistemik
2

1. Penisillin G prokain dan semisintetiknya


a. Penisillin G prokain, dosisnya 1,2 juta perhari, diberikan secara
im obat ini sudah jarang dipakai.
b. Ampisilin, dosisnya 4 x 500mg
c. Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin tetapi lebih
sering digunakan.
d. Golongan obat penisilin resisten penisilinase : yang termasuk
golongan ini contohnya oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin,
flukoksasilin, golongan obat ini mempunyai kelebihan karena
juga berkhasiat bagi Staphylococcus aureus yang sudah
membentuk penisilinase.
2. Linkomisin dan klindamisin
Dosis linkomisin 3x500 mg / hari, sedangkan klindamisin 4x150
mg / hari.
3. Eritromisin
Dosisnya 4x500 mg / hari
4. Sefalosporin (sefadroksil)
Dosis untuk orang dewasa 2x500 mg / 2x1000 mg / hari
B. Topikal
- Basitrasin
- Neomisin
- Mupirosin
- Teramisin
- Kloramfenikol
IMPETIGO1,2
ialah pioderma superficialis (terbatas pada epidermis), Terdapat dua jenis yaitu
Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa.
IMPETIGO KRUSTOSA1,2
A. Sinonim : Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury fox.
B. Definisi2
Bentuk pioderma yang paling sederhana, Menyerang epidermis, gambaran
yang dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti
madu yang berlapis lapis.
C. Etiologi1,2

Yang paling umum Streptococcus B hemolyticus dan Staphylococcus


aureus koagulase positif.
D. Epidemiologi dan faktor faktor yang mempengaruhi1
Impetigo Krustosa terutama menyerang pada anak anak, frekuensinya
sama antara pria dan wanita, dapat menyerang semua bangsa, lebih sering
di daerah tropis terutama pada cuaca panas dan lembab dan daerah yang
tingkat kebersihanya kurang.
E. Gejala Klinis1
Keluhan utamanya biasanya gatal gatal, tempat yang biasa terserang
adalah di muka terutama di sekitar lubang hidung dan mulut, tetapi bisa
juga di tempat lain, misalnya di tangan maupun kaki. Lesi awal berupa
makula eritematosa berukuran 1 2 mm, dan vesikel yang cepat pecah dan
mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan. Selanjutnya akan
mengering dan membentuk krusta yang berlapis lapis. Krusta mudah
dilepaskan, Jika dilepaskan akan terdapat daerah erosi di bawahnya yang
mengeluarkan sekret sehingga krusta kembali menebal. Sering krusta
menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.
F. Pemeriksaan kulit2
- Lokasi : wajah, tangan, leher, kaki
- Efloresensi : Makula eritematosa miliar sampai lentikular, difus,
anular, sirsinar, vesikel, dan bula lentikular difus, pustula miliar sampai
lentikular, krusta kuning kecoklatan, berlapis lapis dan mudah
diangkat.
G. Gambaran Histopatologi2
Berupa peradangan superficial folikel pilosebasea bagian atas. Terbentuk
bula atau vesikopustula subkornea yang berisi kokus serta debris berupa
leukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan reaksi
peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema dan infiltrasi
PMN.
H. Pemeriksaan Pembantu / Laboratorium3,4
- Laboratorium rutin

Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan


pada 50% kasus pasien dengan impetigo. Pemeriksaan urinalisis perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi glomerulonefritis akut
pasca streptococcus (GNAPS), yang ditandai dengan hematuria dan
proteinuria.
- Pemeriksaan imunologis
Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan
peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
- Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang
berasal dari bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur
bisa memperlihatkan S. pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes
sensitivitas antibiotic dilakukan untuk mengisolasi metisilin resisten S.
aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotik yang sesuai.
Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif.
I. Diagnosis Banding1
1. Varisela, yang membedakan adalah lesi lebih kecil, berbatas tegas,
umbilikasi vesikel. Pada histopastologi yang membedakan adalah
vesikula terdapat dalam epidermis, terbentuk akibat degenerasi balon,
sangat sulit dibedakan dari kelainan histopatologik pada herpes zooster
dan simpleks.
2. Ektima, yang membedakan adalah lesi lebih besar, lebih dalam dan
peradangan lebih berat. Ditutupi krusta yang keras, jika diangkat akan
berdarah secara difus. Yang membedakan dari histopatologinya adalah
peradangan dalam yang diinfeksi kokus, dengan infiltrasi PMN dan
pembentukan abses mulai dari folikel pilosebasea. Pada derms, ujung
pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel PMN.
3. Impetiginasi, merupakan pioderma sekunder, prosesnya biasanya
menahun sering masih tampak penyakit dasarnya.
J. Penatalaksanaan4,5
1. Nonmedikamentosa :
a. Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan Sodium
kloride 0,9%.

b. Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30


menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
c. Jika krusta banyak, dilepas dengan mencuci dengan H2O2 dalam
air, lalu diberi salep antibiotik
d. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan
menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air (kasa) dan

memotong kuku anak.


e. Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya
a. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis
kontak dengan pasien, terutama apabila terkena luka
b. Mandi teratur dengan sabun dan air ( sabun antiseptik dapat
digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang
yang sensitif)
c. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku
jari tetap pendek dan bersih
d. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita.
e. Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera
mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir
f. Cuci pakaian, handuk, dan sprei dari anak dengan impetigo
terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di
bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang
dipakai dapat dicuci dengan desinfektans
g. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal tempat
yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
h. Pada orang yang terinfeksi agar lukanya diperban dengan perban
yang steril (kasa)
i. Penderita sebaiknya tinggal di dalam rumah/ruangan untuk

beberapa hari untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam luka.


2. Medikamentosa :
- Topikal :
a. Mupirocin
o Dewasa : Mupirocin 2% cream/salap 5/10 g
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 3-5 kali /hari, selama 1
minggu, sebelumnya di bersihkan lukanya. Jika penyakit tinbul
kembali atau recurens maka oleskan pada lubang atau cuping hidung
2x/hari untuk 5 hari selama sebulan

o Anak -Anak
Pengobatannya di gunakan sama seperti orang dewasa
b. Retamapulin (Altabax)
c. Retamapulin
o Dewasa
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 5 hari untuk total area
< 100 cm2 ; daerah yang terkena harus ditutup dengan penutup
yang steril setelah pemakaian.
o Anak
Digunakan pada anak umur > 9 bulan; gunakan sama seperti
orang dewasa; total area untuk pengobatan harus < 2% dari
d.

e.
f.
g.

total BSA pada pasien usia 9 bulan sampai 18 tahun.


Fusidic acid
o Dewasa
Fusidic acid 2% cream/salap 5 g 2-3 x sehari selama 7 hari.
o Anak- Anak
Sama seperti orang dewasa
Dicloxacillin
Clindamycin 1% cream, lotion, foam dan gel 10 g 2-3 kali sehari.
Gentamisin 0,1% salap atau krim 10 g 2-3 kali sehari selama 4

minggu.
h. Hidrogen peroksida 1% krim, Obat ini digunakan 2-3 x sehari
selama 3 minggu.
i. Tetrasiklin 3% salep 15 g 1 kali atau lebih per hari.
j. Basitrasin atau Neosporin 250 iu salep 5 g beberapa kali sehari.
k. Neomisin 0,5% krim 5 g 2-3 kali sehari.
-

TERAPI SISTEMIK ATAU SECARA ORAL


a. Penisilin :
o Penisilin V (fenoksimetil penisilin)
Dewasa : 250-500 mg 3-4 x sehari a.c. selama 10 hari
Anak
: 7,5-12,5 mg/dosis 4 kali/hari a.c.
o Penisilin G
Dewasa : 600.000-1,2 juta U IM 1-2 x hari selama 7 hari
Anak
: 25.000-50.000 U IM 1-2 x sehari
o Benzathine penisilin G
Anak-anak < 6 tahun : 600.000 U IM
Anak-anak > 7 tahun : 1,2 juta U
b. Penisilin semisintetik (untuk Staphlococci yang kebal Penisilin)
o Cloxacillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali sehari a.c. selama 10 hari
Anak
: 10-25 mg/kgBB/dosis 4 x sehari a.c.

o Dicloxacillin (Dycill, Dynapen)


Dewasa : 250-500 mg 3-4 kali sehari a.c. selama 10 hari
Anak : 4-8 mg/kg/dosis (neonatus).
<40 kg : 12,5-50 mg/kg/hari
>40 kg : 125-500 mg/hari
c. Aminopenicililins
o Amoksisilin
Dewasa : 250-500 mg 3 kali/hari selama 8 hari.
Anak
: 20 mg/kgBB
o Amoxicillin plus asam klavulanat (-laktamase inhibitor)
Dewasa : 875/125 mg 2 kali/hari selama 10 hari
Anak
: 20 mg/kgBB/hari 3 kali/hari
o Ampicillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari (sejam sebelum makan) selama 710 hari
Anak
: 125-250 mg (5-10 tahun); 125 mg (2-5 tahun) 4
kali/hari.
d. Sefalosporin
o Cephalexin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari selama 10 hari
Anak
: 40-50 mg/kgBB selama 10 hari
o Cephradine
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari selama 7-14 hari; tidak lebih dari
4g/hari.
Anak
: 25-50 mg/kgBB selama 7-14 hari; tidak lebih dari
3g/hari.
o Sefadroksil ( dosis : 2 x 500 mg sehari per os).
o Eritromisin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari p.c. selama 10 hari
Anak
: 30-50 mg/kgBB 4 kali/hari p.c. selama 7-14 hari; dosis
ganda jika penyakit bertambah berat.
o Klindamisin (Cleocin)
Dewasa : 150 mg/hari untuk 3 bulan (profilaksis)
150-300 mg/hari selama 7-10 hari (treatment)
Anak-anak lebih dari 1 bulan : 8-20 mg/kgBB/hari 3-4 kali/hari
selama 10 hari.
e. Antihistamin
o Loratadin (Claritin)
Dewasa : 10 mg/hari po
Anak
: <2 tahun : tidak dianjurkan
2.6 tahun : 5 mg/hari po

>6 tahun : gunakan sama seperti orang dewasa.


o Desloratadin (Clarinex)
Dewasa : 5 mg/hari po
Anak
: <12 tahun : tidak dianjurkan
>12 tahun : gunakan sama seperti orang dewasa.
Cetrizine
Obat ini merupakan long acting selektif histamin H1 reseptor
antagonis.
Dewasa : 5-10 mg/hari po
Anak
: 6 bln-2 tahun : 2,5 mg/hari po
2-5 tahun
: 2,5-5 mg/hari po
6-11 tahun : 5-10 mg/hari po
o Hidroksin
Dewasa : 25-100 mg po
Anak
: <6 tahun : 2 mg/kgBB/hari po dibagi menjadi 3-4 dosis
6-12 tahun : 12,5-25 mg po dibagi menjadi 3-4 dosis.
K. Prognosis1
Baik. Namun dapat timbul komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis,
dan lain lain.

BAB II
LAPORAN KASUS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: an. B
b. Usia
: 7 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat
: Kauman Lor 02/01
e. Agama
: Islam
f. Status
: Belum menikah
g. Suku
: Jawa
h. Pekerjaan
: belum / tidak bekerja
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 13 Juli 2013 pukul 13.00 WIB
a. Keluhan Utama
: Gatal gatal di tangan dan kaki
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pertama datang ke RS pada poli penyakit anak dengan keluhan
demam dan gatal gatal, pasien diminta untuk opname karena keluhan

10

demamnya, kemudian di konsulkan ke poli kulit dan kelamin RSUD


Ambarawa Kabupaten Semarang pada hari sabtu 13 Juli 2013.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal gatal di
kedua lipat kaki dan kedua lipat siku, dan di lipat paha kiri, awal mulanya
timbul bercak bercak kemerahan yang gatal di kedua tangan dan kaki,
beberapa hari kemudian menjadi bintik bintik yang gatal, karena gatal
pasien menggaruknya sehingga bintik bintik pecah dan mengeluarkan
cairan.
Gatal dirasakan terus menerus, tidak bertambah berat saat berkeringat,
selama 1 bulan pasien sudah dibawa ke puskesmas dan mendapatkan
pengobatan hingga keluhan gatal berkurang, tetapi di lipat paha kiri pasien
mengeluh keluhan yang sama.
Pasien juga mengeluh demam, batuk batuk sejak 3 bulan yang lalu.
Nafsu makan pasien menurun dan pasien mengeluh mual dan muntah bila
diberi makan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes Mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Penyakit paru
: Diakui (flek paru)
Maag
: Disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasien tinggal
bersama orang tuanya, ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu adalah ibu
rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh askes
PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 13 Juli 2013 Pukul 13.30
Keadaan Umum
: tampak kesakitan ringan
11

Kesadaran: Compos Mentis


GCS
: 15 (E 4, V 5, M 6)
Vital sign
:
TD : tidak dilakukan
Nadi : 88x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
RR : 23x/menit
Suhu : 37.70C secara aksiler
BB
TB
Status Gizi
Status Generalisata

: 15 Kg
: 100 cm
: kurang
:

Kulit

: sawo matang

Kepala

: Mesosephal

Mata

: Corpusalineum (-/-); konjungtiva : anemis (-/-),


hiperemis (-/-),ikterik (-/-); Reflek cahaya (+/+); Edem
palpebra (-/-); Pupil isokor 3mm/3mm

Hidung

: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga

: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-)

Mulut

: Lembab (+), Sianosis (-),stomatitis (-), hiperemis (-)

Leher

:Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-), otot bantu


pernafasan (-)

Thorax

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, kuat angkat

Perkusi

:
Batas atas jantung: ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid
clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea sternalis dextra

Auskultasi

: Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-),


gallop (-)

12

Pulmo
Dextra
Depan
Inspeksi

Sinistra

Simetris statis &


dinamis, retraksi (-)

Simetris
statis
&
dinamis, retraksi (-)

Palpasi

Stem fremitus normal


kanan = kiri

Stem fremitus normal


kanan = kiri

Perkusi

Sonor seluruh lapang


paru

Sonor seluruh lapang


paru

Auskultasi

SD paru vesikuler (+),


suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-)

SD paru vesikuler (+),


suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-)

Stem fremitus kanan =


kiri
Sonor seluruh lapang
paru
SD paru vesikuler (+),
suara tambahan paru :
wheezing (-), ronki (-)

Stem fremitus kanan =


kiri
Sonor seluruh lapang
paru
SD paru vesikuler (+),
suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-)

Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen datar, massa (-),warna kulit sama


dengan warna kulit sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+),


ascites (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

Status Venerologi

: Tidak dilakukan

Status Dermatologik

13

Lokasi : kedua lipat kaki, lipat siku, dan inguinal sinistra


UKK : makula hiperpigmentasi, makula hipopigmentasi, erosi, krusta

Diagnosis Banding
-

Varisela
Ektima

Diagnosis Kerja
-

Impetigo Krustosa

14

Penatalaksanaan
-

Non medikamentosa : jangan digaruk

Medikamentosa :
o Antibiotik sistemik sesuai dr. Spesialis anak (injeksi cefotaxime
2x400mg)
o Cetirizine 10mg tab sehari
o Gentamisin cream (pagi sore - malam)
o Injeksi dexamethason 3x ampul / hari
o Ibuprofen 3x1 sendok teh

Prognosis
-

Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Fungsionam : Bonam
Quo ad Sanam
: Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : Bonam

Follow Up
1. Pada tanggal 13 Juli 2013
- Keluhan : masih demam, gatal pada lipatan
- Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk
o Medikamentosa :

Antibiotik sistemik sesuai dr. Spesialis anak (injeksi


cefotaxime 2x400mg)

Cetirizine 10mg tab sehari

Gentamisin cream (pagi sore - malam)

Injeksi dexamethason 3x ampul / hari

Ibuprofen 3x1 sendok teh

2. Pada tanggal 15 Juli 2013


- Keluhan : kulit membersih, batuk (+), jika makan mual, nafsu makan
-

menurun, gatal berkurang


Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk

15

o Medikamentosa :

Antibiotik sistemik sesuai dr. Spesialis anak (injeksi


cefotaxime 2x400mg)

Cetirizine 10mg tab sehari

Gentamisin cream (pagi sore - malam)

Injeksi dexamethason 3x ampul / hari

Ibuprofen 3x1 sendok teh

3. Pada tanggal 16 Juli 2013


- Keluhan : Mual (+), batuk (+), nafsu makan mulai meningkat, lesi
-

mulai berkurang
Terapi :
o Non medikamentosa : jangan digaruk
o Medikamentosa :

Antibiotik sistemik sesuai dr. Spesialis anak (injeksi


cefotaxime 2x400mg)

Cetirizine 10mg tab sehari

Gentamisin cream (pagi sore - malam)

Injeksi dexamethason 3x ampul / hari

Ibuprofen 3x1 sendok teh

BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis Impetigo Krustosa pada kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan gambaran klinis berupa status dermatologis.

16

Dari anamnesis didapatkan penderita adalah seorang anak laki laki


berusia 7 tahun dengan keluhan utama gatal gatal di lipatan regio cubiti, lipatan
regio genu, dan inguinal kiri. Kurang lebih 1 bulan yang lali pasien mengeluh
gatal di tempat tersebut. Awal mulanya timbul bercak bercak merah yang gatal.
Beberapa hari kemudian muncul benjolan benjolan yang bila digaruk
oleh pasien akan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna kuning kecoklatan.
Bercak merah yang kemudian diikuti munculnya vesikel kemungkinan besar
merupakan impetigo krustosa. Menurut kepustakaan Impetigo Krustosa adalah
Bentuk pioderma yang paling sederhana, Menyerang epidermis, gambaran yang
dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti madu yang
berlapis lapis. Penyebab yang paling umum adalah Streptococcus B hemolyticus
dan Staphylococcus aureus koagulase positif. Faktor predisposisinya adalah
lingkungan yang higiene sanitasinya kurang, lingkungan yang lembab.
Dari pemeriksaan status dermatologis didapatkan lokasi ada di lipatan
siku, lipatan kaki dan selangkangan kiri. Efloresensinya berupa krusta, erosi,
hiperpigmentas, dan hipopigmentasi.
Diagnosis banding untuk impetigo krusta dengan varisela dapat
disingkirkan karena lesi disini lebih besar dan mudah pecah serta berisi cairan
yang kuning kecoklatan seperti madu. Sedangkan ektima dapat disingkirkan
karena vesikel disini lebih kecil, dan dangkal, serta di impetigo krustosa,
krustanya mudah diangkat.
Pada pasien ini terapi untuk impetigo krustosa adalah dengan antibiotik
sistemik (injeksi cefotaxime 2x400mg), citrizine 10mg tab sehari, gentamicin
cream 3xsehari (pagi sore - malam), injeksi dexamethason 3x ampul /hari, dan
ibuprofen sirup.

17

BAB IV
RESUME
Telah dilaporkan pasien dengan identitas, nama An. B (7 tahun) dengan
diagnosis impetigo krustosa, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik (status dermatologis). Dari hasil anamnesis didapatkan gejala
kulit gatal di kedua lipatan cubiti, kedua lipatan genu, dan inguinal kiri. Pasien

18

telah mengalami gatal gatal sejak 1 bulan yang lalu. Pasien belum pernah
berobat. Pasien juga mengeluh demam dan sering batuk batuk, mual dan
muntah, serta nafsu makannya menurun. Dari pemeriksaan fisik di seluruh tubuh
efloresensisnya kulit makula hiperpigmentasi, makula hipopigmentasi, erosi,
krusta. Pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu cefotaxime, cetrizine,
dexamethasone, ibuprofen, untuk topikalnya diberikan gentamisin cream.
Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam bonam, ad fungsional bonam, ad sanam
dubia ad bonam, ad cosmeticam bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati penyakit kulit. Edisi 2. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Djuanda adhi. 2007. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Ed. 5. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

19

3. Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I, Hipokrates, Jakarta,


2000
4. Mostwaledi M H. 2011. Impetigo in Children: A Clinical Guide and
Treatment Options. S Afr Fam Pract. Volume 53(1): 44-46
5. Cole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo.
American Family Physician. Volume 75(6): 859-864

20

You might also like