You are on page 1of 24

BAB I

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. TM

Umur
Status

: 22 tahun
: Belum Menikah

Alamat
: Cikal 05/02 Tuntang, Kab. Semarang
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMU
Kelompok pasien : Umum
Tanggal masuk : 06 Februari 2014
No. CM
: 052626 2013
II. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu, tanggal 12


Februari 2014 jam 12.00 WIB.
Keluhan utama :
Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri perut bagian bawah dirasakan sudah 2bulan yang lalu, dirasakan
hilang timbul setelah beraktivitas berat. Perut dirasakan semakin
membesar, mual dan muntah disangkal. BAB dan BAK dalam batas

normal.
Riwayat haid :
Menarche usia 13 tahun, siklus teratur (28 hari), lama 7 hari.
Riwayat nikah :
Pasien belum menikah.
Riwayat penyakit dahulu :
-

Riwayat penyakit asma

: disangkal

Riwayat penyakit hipertensi

: disangkal

Riwayat penyakit diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat operasi diabdomen

: disangkal

Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu

: disangkal

Riwayat memelihara hewan peliharaan

: disangkal

III.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Pribadi
-

Merokok

: disangkal

Minum Alkohol : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di VK Bougenville tanggal 12 Februari 2014 jam
12.00:

Keadaan umum : Baik, composmentis

Vital sign

TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

RR

: 22 x / menit

Suhu

: 36,5 0C

Status internus :
-

Kepala

: kesan mesocephal

Mata

: konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (2 mm / 2 mm).


-

Telinga

: normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

Hidung

: simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),

septum di tengah, concha hiperemis (-/-).


-

Mulut

: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),

faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).


-

Leher

: pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening

membesar (-)
-

Thoraks

Cor

:
2

Inspeksi
Palpasi

: ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis

sinistra, nyeri tekan (-)


Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo
:
Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

Abdomen : nyeri tekan di supra simpisis, hepar lien tidak teraba

Ekstremitas :
Edema
Akral dingin
Refleks fisiologis
Refleks patologis

IV.

Superior
-/-/+N/+N
-/-

Inferior
-/-/+N/+N
-/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Darah Rutin (WB
EDTA)
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCHC
MCH
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Limfosit %
Monosit %
Eosinofil %
Basofil %
Neutrofil %
PCT

Nilai

Nilai normal

10,1 L
33 L
12,8 H
326
3,80
93,9
33,9
31,8
13,8
10
3,4
1,4
0,1
0,0
26,1
7
2
0,2
62,0
0,3

11.5 14.5
37 - 45
4,0 10,0
150 440
3,8 5,4
82 98
32 36
27
10 16
7 11
1,0 4,5
0,2 10
0,04 0,8
0 0,2
25 40
28
24
01
50 70
0,2 0,5

Clothing time
Bleeding time
Golongan darah
HbsAg
Kimia klinik
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT

3,30
2,00
O
Non reaktif

35
13
Non reaktif

Nilai
7,9 L
0,65
40
58

Nilai normal
10 50
0,45 0,75
0 35
0 35

Hasil USG

V. DIAGNOSIS
P0 A0 dengan kistoma ovarii
VI.

PENATALAKSANAAN
-

Informed consent tentang keadaan keluarga dan rencana terapi yang akan

dilakukan.
Pasien dirawat inap dan tirah baring
Infus RL 20 tpm
Spasmolit 3x1tab
Suprafenid
Pasang kateter untuk monitoring cairan
Rencana Laparotomy (kistektomi)
4

VII.

FOLLOW UP
1. Tanggal 13 Februari 2014 pukul 06.00
Keluhan : nyeri perut suprasimfisis
KU : baik, compos mentis
Vital Sign :
- TD : 120/110 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 370C
Mata : CA -/-

SI -/-

Thoraks : dbn
Abdomen : BU (+) NT(+)
Ekstremitas : edema (-)

TERAPI Post OP H0
- Terapi puasa 24jam
- Procepine 2x1 gr
- Promoba infus 2x1
- Supreafenit rectal supp 4x1
- Intalnex inj 3x12hari
Tanggal 14 Februari 2014 pukul 06.00
S: Keluhan :tidak ada keluhan
O: KU: baik, kesadaran : compos mentis
TD: 100/60

N: 84x/m

RR: 20x/m

S: 36,2

Mata : CA-/-

SI-/-

Thoraks : dbn
Abdomen : BU(+)
Ekstremitas : edema (-)
A: post kistektomi H1
5

Tanggal 15 Februari 2014 pukul 06.00


S: Keluhan : mual, pusing, perut penuh (kembung)
O: KU: baik, kesadaran : compos mentis
TD: 100/60

N: 84x/m

RR: 20x/m

S: 36,7

Mata : CA-/-

SI-/-

Thoraks : dbn
Abdomen : BU(+)
Ekstremitas : edema (-)
A: post kistektomi H2

Tanggal 16 Februari 2014 pukul 06.00


S: Keluhan : mual, perut penuh (kembung)
O: KU: baik, kesadaran : compos mentis
TD: 100/60

N: 84x/m

RR: 20x/m

S: 36,2

Mata : CA-/-

SI-/-

Thoraks : dbn
Abdomen : BU(+)
Ekstremitas : edema (-)
A: post kistektomi H3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kista ovarium adalah sebuah kantong yang berisi cairan atau semi cairan
yang timbul dalam ovarium.1
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik.2
Kista ovarium adalah kantung berisi bahan cairan atau setengah padat
yang berkembang di dalam atau di permukaan ovarium. 3
Kista ovarium yang timbul dari proses normal di ovarium disebut dengan
kista fungsional dan selalu bersifat jinak. 1
2.2 Epidemiologi
Kista ovarium fungsional ditemukan pada setiap usia, paling banyak
ditemukan pada masa reproduksi.1 Di Amerika, kista ovarium ditemukan pada
7

sonogram transvaginal dalam hampir semua perempuan premenopause dan sekitar


18%pada perempuan postmenopause . 4
Sebagian besar kista ini bersifat jinak. Kista teratoma atau dermoid
ditemukam pada lebih dari 10% dari seluruh neoplasma ovarium. Insidens
karsinoma ovarium diperkirakan 15 kasus per 100.000 wanita per tahun.
4

.
Di seluruh dunia, sekitar 7% dari perempuan memiliki kista ovarium di

beberapa titik dalam hidup mereka.


2.3. Etiologi
2.3.1 Kista fungsional
Siklus menstruasi rata-rata berlangsung 28 hari, dimulai dengan
hari pertama menstruasi dan berakhir tepat sebelum periode menstruasi
berikutnya. Variabel pertama setengah dari siklus ini disebut fase folikular
dan ditandai oleh peningkatan follicle-stimulating hormone (FSH)
produksi, yang mengarah ke pemilihan folikel dominan yang akan
dikeluarkan dari ovarium.
Dalam ovarium berfungsi normal, produksi estrogen simultan dari
folikel dominan menyebabkan lonjakan hormon luteinizing (LH),
mengakibatkan ovulasi dan pelepasan folikel dominan dari indung telur
dan memulai fase LH ovulasi.
Setelah ovulasi, sisa-sisa folikel membentuk korpus luteum, yang
memproduksi progesteron. Hal ini, pada gilirannya, mendukung ovum
dilepaskan dan menghambat FSH dan LH produksi. Sebagai degenerasi
luteal terjadi karena tidak adanya kehamilan, tingkat progesteron menurun,
sedangkan tingkat FSH dan LH mulai naik sebelum terjadinya menstruasi
berikutnya.
2.3.1.1. Kista Folikuler
Berbagai jenis kista ovarium fungsional dapat terbentuk
selama siklus ini. Pada fase folikuler, kista folikel mungkin akibat
dari kurangnya pengeluaran fisiologis sel telur karena stimulasi
FSH yang berlebihan atau kurangnya lonjakan LH normal pada
8

pertengahan

siklus

sebelum

ovulasi.

Stimulasi

hormonal

menyebabkan kista ini untuk terus tumbuh. Kista folikel biasanya


lebih

besar

dari

2,5

cm

dan

bermanifestasi

sebagai

ketidaknyamanan panggul dan berat. Sel granulosa yang melapisi


folikel juga dapat bertahan, menyebabkan produksi estradiol yang
berlebih, yang, pada gilirannya, menyebabkan penurunan frekuensi
menstruasi dan menorrhagia.
2.3.1.2. Kista Korpus Luteal
Dengan tidak adanya kehamilan, umur dari korpus luteum
adalah 14 hari. Jika ovum dibuahi, korpus luteum akan terus
mensekresi progesteron selama 5-9 minggu, sampai akhirnya akan
degenerasi pada umur 14 minggu. Kegagalan pembubaran terjadi
dapat mengakibatkan kista luteal corpus, yang didefinisikan
sebagai korpus luteum yang tumbuh sampai 3 cm. Kista dapat
menyebabkan nyeri panggul unilateral dan yang apabila ruptur
akan menyebabkan nyeri akut dan kehilangan darah mungkin
besar.
2.3.1.3. Kista Teka-Luteal
Teka-kista lutein disebabkan oleh luteinisasi dan hipertrofi
dari teka interna lapisan sel dalam menanggapi rangsangan yang
berlebihan dari human chorionic gonadotropin (hCG) Kista ini
cenderung untuk torsi, perdarahan, dan pecah.
Teka-lutein kista dapat terjadi dalam pengaturan penyakit
trofoblas gestasional (Mola hidatidosa dan koriokarsinoma),
kehamilan multipel, atau eksogen hiperstimulasi ovarium.
Kista ini berhubungan dengan kelebihan androgen ibu pada
30% kasus tetapi biasanya sembuh secara spontan sebagai tingkat
hCG jatuh. Teka-kista lutein biasanya bilateral dan mengakibatkan
pembesaran

ovarium

besar,

hyperreactio luteinalis
2.3.2. Luteoma
9

karakteristik

kondisi

disebut

Sebuah luteoma hasil kehamilan terjadi ketika parenkim ovarium


digantikan oleh proliferasi sel stroma lutein yang mungkin menjadi aktif
dan memproduksi hormon androgen. Virilisasi ibu dapat terjadi pada 30%
kasus, dengan risiko 50% dari virilisasi pada janin perempuan, dan janin
laki-laki tidak akan terpengaruh. Luteoma kehamilan muncul sebagai
dalam bentuk kompleks, heterogen,dan berupa massa hypoechoic pada
ultrasonografi. Setelah selesai kehamilan, massa biasanya mengecil
dengan sendirinya dan kadar testosteron akan kembali normal.
2.3.3. Kista Neoplastik
Kista neoplastik timbul melalui pertumbuhan sel ovarium yang
berlebihan dan dapat bersifat jinak ataupun ganas. Neoplasma maligna
dapat muncul dari semua jenis sel dan jaringan ovarium, dengan insidensi
tertinggi adalah malignansi yang timbul dari epitel permukaan
(mesothelium); sebagian besar adalah lesi kistik parsial. Kista beningna
dari jenis ini adalah cystadenomas serosa dan mucinosa. Tumor ovarium
ganas lainnya juga dapat terdiri dari bagian yang kistik, termasuk tumor
sel granulosa dari sex cord sel stroma dan tumor sel germinal dari sel
germinal primordial.

Gambar 1. Penampang dari karsinoma ovarium. Terdapat ruang kistik


bercampur dengan daerah padat.
2.3.4. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis(jaringan mirip
dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di
10

ovariumdan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga


sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.
Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan
nyeri haid dan nyeri senggama. Penyebabnya bisa karena infeksi
kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga
kuman- kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung
telur.
2.3.5. Teratoma
Teratoma adalah bentuk tumor sel germinal , mengandung unsurunsur dari 3 lapisan embrio kuman, yaitu, ektoderm, endoderm, dan
mesoderm. Sebuah teratoma kistik yang matang ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2. Sebuah kista dermoid ( teratoma kistik yang telah matang)


2.3.5. Endometrioma
Endometrioma adalah kista berisi darah yang timbul dari ektopik
endometrium. Endometrioma yang berhubungan dengan endometriosis,
yang menyebabkan trias klasik berupa menstrusasi yang nyeri dan banyak
serta dispareunia.
2.3.6. Sindrom Polikistik Ovarium

11

Pada sindrom polikistik ovarium, ovarium berisi beberapa folikel


kistik 2-5 mm.
2.4. Klasifikasi
Tumor ovarium diklasifikasikan sebagai jinak (neoplastik dan
nonneoplastic),premaligna, atau ganas. Berikut ini adalah klasifikasi tumor
ovarium secara luas.

12

Gambar 3. Klasifikasi Tumor Ovarium


Pada kasus Ny. N, pada hasil patologi anatomi didapatkan hasil
berupa kista yang berisi cairan berwarna coklat, dengan mikroskopis
berupa jaringan dinding kista yang dibatasai oleh jaringan granulasi. Pada
stroma terdapat jaringan endometrium dan tidak tampak tanda-tanda
keganasan. Kemudian didiagnosis sebagai kista endometriosis. Sehingga
kasus tersebut masuk ke dalam kista non neoplastik.
2.5 Gejala Klinis
Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih
kecil. Kista yang jinak akan memberikan gejala ketika ukurannya semakin
membesar. Sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan
sebagai hasil infiltrasi atau metastasis ke jaringan sekitar Untuk memastikan
penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan
setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejalanya antara lain:perut terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada
dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul
yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan
13

paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip
seperti pada saat hamil.
Pada kasus Ny. N, pasien mengeluhkan terdapat benjolan yang semakin
membesar sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya pasien tidak mengeluhkan apa-apa
kecuali terdapat benjolan tersebut. Tetapi, setelah 4 tahun, pasien mengeluhkan
nyeri di perut bagian bawah, pasien juga merasakan sakit hingga ke tungkai
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

2.6 Tatalaksana
Kista ovarium yang berukuran kecil atau tidak menimbulkan gejala, tidak
memerlukan tatalaksana tertentu. Tetapi apabila kista tersebut sudah menimbulkan
gejala, maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa kistektomi.
Pada kasus Ny. N, kista tersebut semakin membesar dan menimbulkan
gejala hingga membatasi aktivitas keseharian dari pasien, sehingga dilakukan
tindakan operatif berupa kistektomi. Ketika dilakukan tindakan operasi,
ditemukan bahwa massa kista cukup besar dan tidak tampak banyak sisa ovarium
yang normal, pada akhirnya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba, yang
disebut dengan salpingo-ooforektomi. Pada Ny. N ovarium yang terkena adalah
ovarium dextra.
2.7 Prognosis
Prognosis untuk kista nonneoplastik umumnya baik. Tetapi untuk kista
yang dapat berkembang menjadi kanker ovarium, angka kelangsungan hidupnya
adalah 5 tahun pada penderita kanker ovarium stadium lanjut (20-3-%).

14

BAB III
AFTER CARE PATIENT

III.1. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Biologik
Pasien seorang perempuan berusia 22 tahun yang masih dalam masa
reproduksi.
2. Fungsi Psikologik

15

Pasien tinggal bersama orangtua (ayah berusia 65 tahun dan ibu


berusia 63 tahun) dan satu kakak laki-laki berusia 31 tahun. Aktivitas
sehari-hari pasien adalah merawat ibu yang mengalami sakit kronik sejak
tahun 2006, mengerjakan pekerjaan sehari-hari dirumah, dan membantu
ayah berjualan buah, sedangkan kakak pasien bekerja menjual makanan
kecil di sekolah dasar. Pasien sering berkumpul dengan keluarga. Hubungan
pasien dengan masing-masing anggota keluarga dekat dan baik. Hubungan
pasien dengan tetangga baik. Terkadang pasien merasa jenuh dan bosan
dengan aktivitas sehari-harinya.
3. Fungsi Ekonomi
Pasien bekerja membantu ayah nya setiap harinya. Pendapatan perharinya tidak menentu, berkisar Rp.500.000,00 per hari dan belum
termasuk biaya untuk modal dihari berikutnya. Kakak pasien bekerja
menjual makanan kecil di sekolah dasar dengan pendapatan berkisar
Rp.30.000,00 Rp.40.000,00. Yang bertanggung jawab dalam keuangan
untuk kebutuhan sehari-hari di rumah adalah ayah pasien.
4. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien dan suami pasien adalah SMA. Pendidikan
terakhir ayah dan ibu pasien adalah SD. Pendidikan terakhir kakak pasien
adalah STM.
5. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga adalah seorang muslim yang cukup taat. Pasien
terkadang mengikuti acara pengajian yang diadakan di lingkungan
rumahnya setiap minggunya.
6. Fungsi Sosial dan Budaya

16

Pasien merupakan warga desa biasa. Pasien mengaku cukup dekat


dengan tetangganya. Sesekali pasien mengikuti kegiatan arisan yang
diadakan di lingkungan rumahnya
III.2. POLA KONSUMSI MAKANAN PASIEN
Pasien mengatakan bahwa dalam sehari, pasien dan keluarganya makan
sehari tiga kali dengan nasi, lauk pauk berupa tempe, tahu, dan lebih sering
dengan sayur yang ditumis. Selain itu, pasien juga menyukai cemilan berupa
gorengan, dalam sehari pasien bias 2-3 kali mengkonsumsi gorengan.
III.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
1. Faktor Perilaku
Kesadaran pasien tentang PHBS cukup baik. Meskipun pasien sempat
menolak dilakukan tindakan untuk pengangkatan kistanya saat bulan Juli
lalu. Pasien mengaku bahwa pasien takut untuk menjalani operasi dan masih
ingin mencari alternatf pengobatan untuk menyembuhkan kista tersebut,
sehingga pasien memilih untuk tetap membiarkan kista tersebut.

2. Faktor Non-Perilaku
Pelayanan kesehatan terletak cukup jauh dari rumah pasien. Pasien
memilih berobat ke RSUD Ambarawa yang berjarak sekitar 30 menit dari
rumah pasien. Keadaan jalan sekitar rumah pasien terlihat tidak terlalu
baik, dan tidak ada angkutan umum, sehingga pasien harus menggunakan
kendaraan pribadinya berupa sepeda motor untuk berobat ke rumah sakit.
III.4. Identifikasi Keadaan Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di kawasan yang cukup padat, dengan kedua orang tua
pasien. Lingkungan sekitar rumah pasien berupa persawahan. Rumah pasien

17

berdinding tembok, dengan lantai keramik, dan atap genteng. Terdapat tiga kamar
tidur, satu kamar mandi, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, dan dapur.
Rumah tersebut termasuk dalam kategori rumah sehat. Dengan
pencahayaan yang cukup baik, ventilasi dan jendela yang cukup. Kebersihan
rumah dan lingkungan rumah juga cukup terjaga. Pasien memiliki jamban sendiri,
dan memiliki tempat sampah untuk membuang sampah sehari-hari. Untuk
keperluan mandi, air berasal dari air keran. Untuk air minumnya, pasien membeli
air minum di toko. Tidak terdapat genangan air di sekitar rumah pasien, terdapat
saluran pembuangan air yang bermuara di parit.
III.5 Diagnosis Fungsi Keluarga
A. Fungsi Biologis : Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
B. Fungsi Psikologis : Hubungan dengan tiap anggota keluarga baik.
C. Fungsi Religius dan Sosial Budaya : sering beribadah bersama di masjid.
D. Fungsi Ekonomi : Tidak ada masalah.
E. Faktor Perilaku :Keluarga pasien terus memotivasi pasien supaya pasien
mau untuk menjalani tindakan operatif.
F. Faktor Non Perilaku : Pelayanan kesehatan cukup jauh dari rumah pasien
dan tidak ada angkutan umum, menjadi kendala tersendiri untuk mencapai
ke tempat pelayanan kesehatan.
III.6 Rencana Pembinaan Keluarga
I. Terhadap Pasien
a. Pemantauan vital sign pada saat kunjungan.
b. Pemeriksaan luka bekas operasi.

18

c. Edukasi mengenai perawatan luka bekas operasi.


d. Edukasi mengenai diet makanan tinggi protein.
e. Edukasi untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat dan istirahat yang
cukup.
2. Terhadap Keluarga
Pemberian edukasi tentang penyakit kista ovarium, tanda dan gejala, serta
pemahaman bahwa jangan sampai menunggu kista hingga membesar. Dan
meyakinkan keluarga pasien bahwa penanganan kista dengan tepat dan
cepat adalah pilihan yang terbaik. Memberitahu bagaimana cara merawat
luka bekas operasi, dan mengganjurkan supaya mengkonsumsi makanan
tinggi protein.
III.7 Langkah Untuk Mencapai Tujuan Pembinaan
1. Tindakan Terhadap Pasien (dilakukan saat berkunjung ke rumah
pasien)
a. Membina hubungan baik dengan pasien.
b. Pemeriksaan fisik umum.
c. Edukasi mengenai perawatan luka bekas operasi.
d. Edukasi mengenai diet tinggi protein.
2. Tindakan Terhadap Keluarga (dilakukan saat berkunjung ke rumah
pasien)
a. Membina hubungan baik dengan keluarga.
b. Dilakukan pertemuan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku terhadap penyakit kista ovarium, bagaimana

19

pentingnya dilakukan tindakan operatif sedini mungkin jika sudah ada


indikasinya.

Tanggal
Subjektif
Objektif
Sabtu, 22- Gatal pada KU/KES : baik/CM

Assesment
Post

Planning
Edukasi perawatan luka.

2-2014

daerah

TD : 120/70 mmHg

Salpingo-

Konsumsi

makanan

bekas

Nadi : 80x/menit.

ovorectomi

tinggi protein.

operasi

RR : 20x/menit

kanan-kiri.

Motivasi psikologis.

Yang

Hasil

Rabu, 22- Pemeriksaan vital sign

terlibat
Post

Pemeriksaan vital sign

2-2014

Pemeriksaan bekas luka operasi.

Salpingo-

stabil.

Edukasi perawatan luka post operasi.

ovorectomi

Pemeriksaan

Edukasi diet tinggi protein.

kanan-kiri,

operasi,

hari VII

rembesan darah.

Suhu : 36.4 C
Status Generalis : dbn
Status Lokalis Abdomen:
Terdapat bekas jahitan
dengan rembesan darah
(-)

Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

bekas

tidak

Pasien

ada

memahami

bagaimana cara merawat


bekas operasi.
Pasien
20

memahami

tentang diet tinggi kalori

BAB IV
KESIMPULAN
Kista ovarium adalah sebuah kantong yang berisi cairan atau semi cairan
yang timbul dalam ovarium. Kista ovarium yang timbul dari proses normal di
ovarium disebut dengan kista fungsional dan selalu bersifat jinak. Kista neoplastik
timbul sebagai akibat dari pertumbuhan sel yang berlebihan. Neoplasma ganas
dapat terjadi pada semua jenis sel.

21

Gejala klinis kista ovarium, bervariasi, bisa asimptomatik hingga


menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri di bagian abdomen, haid tidak teratur,
rasa tidak nyaman di bagian abdomen, gangguan miksi dan defekasi, maupun
perdarahan pervaginam.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan terdapat benjolan pada abdomen.
Pemeriksaan penunjang seperti USG sangat membantu untuk mengetahui asal
tumor, ukuran dan konsistensinya.
Tatalaksana kista ovarium sangat tergantung dari umuran dan gejala klinis
yang ditimbulkan. Pada kista yang berukuran kecil dan asimptomatik, tidak
diperlukan tatalaksana, sedangkan pada kista yang sudah meninmbulkan gejala,
walaupun ukurannya masih kecil, perlu untuk dilakukan tatalaksana secepat
mungkin. Pada kista yang ukurannya sudah sangat membesar, prosedur operatif
merupakan pilihan yang baik untuk dilakukan.
Pada pasien, ditemukan kista dengan ukuran yang cukup besar dan telah
menimbulkan gejala, sehingga tindakan operatif merupakan pilihan yang tepat
untuk dilakukan. Pada saat dilakukan pembedahan, diketahui bahwa sel normal
ovarium yang masih dapat berfungsi hampir tidak ada, dikarenakan ukuran kista
yang cukup besar, maka dilakukan tindakan salpingo-ooforektomi.
Pada pasien, keterlambatan pengobatan diakibatkan karena kurangnya
pengetahuan pasien mengenai penyakit kista ovarium. Sehingga pasien merasa
takut untuk melakukan pengobatan. Gejala yang ditimbulkan kista ovarium pada
pasien, semakin parah hingga mengganggu aktivitas pasien. Hingga akhirnya,
dengan adanya motovasi dari keluarganya, akhirnya pasien memberanikan diri
untuk melakukan tindakan tersebut.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Berek J.S, Benign Disease of the Female Reproductive Track, in Novaks
Gynecology, 12th Edition, Williams and wilkins 1996.
2.

Wiknjosastro,H.,1999,Ilmu Kandungan,Jakarta,Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Prawirohardjo FKUI;380-388.

3. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Ovarian+Cysts
4. C William Helm, MBBCh, MA, FRCS(Edin). Ovarian Cyst diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0156
23

5. Pernoll, Martin. Benson & Pernoll Handbook of Obstetrics and Gynecology.

Edisi 10, The McGraw-Hill Companies. 2001.

24

You might also like