Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Retina merupakan membran yang sangat tipis dan transparan. Ketertarikan
untuk mengenal anatomi retina akhir-akhir ini semakin besar karena pentingnya
fungsi retina terhadap sistem penglihatan. Retina pertama kali diperkenalkan oleh
Herophilus of Chalcedon (300 tahun SM), nama retina diberikan oleh Rufos of
Ephesus (110 M). Dinamakan demikian oleh karena penampakannya yang
berbentuk jala yang menangkap vitreus. Meskipun pada awalnya Galens
menggambarkan adanya kemiripan retina dengan otak, dimana perhatian lebih
menekankan pada vaskularisasi dan hubungannya dengan nervus optik, namun
Kepler (1608) pada akhirnya memperkenalkan retina sebagai jaringan fotoreseptor
primer pada mata. Pada akhir tahun 1600, Antoni van leeuwanhoek
menggambarkan sel globular dan pembuluh darah pada retina bovine.1
Korpus vitreous menempati sekitar 80% dari volume bola mata yaitu sekitar
4 ml dengan berat 4 g dan berat jenis 1,0053-1,0089. Pada bagian anterior korpus
vitreus berbatasan dengan korpus ciliaris, zonula,dan lensa,sedangkan pada bagian
posterior berbatasan dengan retina. Korpus vitreus memiliki beberapa fungsi
fisiologis, namun sebagai dasar untuk memahami fisiologi dan patofisiologi dari
korpus vitreus tersebut kita harus memahami anatomi, biokimiawi dan biofisika
dari korpus vitreus.2,3,4,5
Pemeriksaan dari korpus vitreus baik struktur maupun fungsinya dihambat
oleh dua hal yang sangat mendasar sehingga menyulitkan untuk memahami
fisiologi dan patofisiologi dari korpus vitreus tersebut. Yang pertama, adanya
kesukaran dalam memvisualisasikan morfologi dari korpus vitreus mengingat
1
strukturnya yang invisible. Yang kedua, berbagai tehnik yang telah dicoba untuk
menggambarkan struktur dari korpus vitreus yang dikombinasi dengan berbagai
artifact
ternyata
memberikan
interpretasi
yang
sulit
untuk
dibuktikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI RETINA
Retina merupakan jaringan transparan yang melekat pada dinding
posterior bola mata. Retina melebar dari makula di posterior hingga pada sekitar 5
mm dari ekuator anterior yakni ora serrata dimana jaringan retina menyatu
dengan epitel tak berpigmen dari pars plana silia. Jaringan retina melekat longgar
dengan lapisan RPE dibawahnya dan dapat dengan mudah dipisahkan pada
specimen postmortem. Retina melekat kuat pada daerah diskus optikus dan ora
serrata. Retina juga melekat pada vitreus base.1
Topografi Retina
Ketebalan retina bervariasi pada setiap bagian, sekitar 0,1 mm 0,5 mm.
Hal ini sangat penting diketahui dalam aplikasi klinis.6
1. Area sentralis-Makula
Macula lutea atau bintik kuning merupakan bagian dari retina yang banyak
mengandung pigmen xantophil atau pigmen kuning. Daerah macula, secara
histologis digambarkan sebagai area yang terdiri atas 2 atau lebih lapisan ganglion
dengan diameter 5-6 mm dan berada ditengah antara arcade vascular nasal dan
temporal. Makula lutea 1 mm ke lateral, 0.8 mm ke atas dan di bawah fovea, 0.3
mm dibawah meridian horizontal serta 3.5 mm ke arah tepi nervus optik.6
2. Fovea
Daerah sentral dari macula, berukuran 1,5 mm di sebut sebagai fovea atau
fovea sentralis, yang secara anatomis dan komposisi sel fotoreseptornya
3. Parafovea
Di sekitar lingkaran fovea, terdapat area dengan lebar sekitar 0.5 mm dan
diameter total sekitar 2.5 mm disebut area parafoveal. Mengandung akumulasi
neuron terbesar, terdapat lapisan sel ganglion, lapisan inti dalam, dan lapisan
pleksiform luar yang tebal. Di daerah ini pula lapisan plexiform luar mengalami
penebalan, yang disebut lapisan Henle, dibentuk oleh berlapis-lapis axon
fotoreseptor dari foveola. Pada bagian ini sudah mulai terlihat adanya rods 1,6
4. Perifovea
Diluar zona tersebut terdapat lingkaran dengan ukuran 1.5 mm yang kenal
dengan perifoveal zone, merupakan lingkaran terluar dari area sentralis. Daerah
ini dimulai pada titik dimana lapisan sel ganglion mulai memiliki empat baris
nucleus dan berakhir diperifer dimana sel ganglion hanya terdiri dari satu lapis
sel. Dari pemeriksaan funduskopi, daerah perivofea merupakan lingkaran dengan
lebar 1,25- 2,75 mm dari foveola, dengan diameter horizontal 5.5 mm. Daerah
perifovea ini berbeda dengan parafovea dikarenakan daerah ini memiliki sel
kepadatan sel cones yang jarang. 1
5.
Diskus
optik
Nervus
optik
cahaya
funduskopi, diskus optik terlihat sebagai daerah berwarna pink pucat, lebih pucat
dari daerah di sekitarnya.7
6. Ora Serrata
basalis, produksi
berperan dalam transport aktif materi- materi yang masuk dan keluar dari RPE.7
Seperti sel epitel dan endotel lainnya, sel- sel RPE juga terpolarisasi.
Permukaan basalnya berlekuk- lekuk dan menyediakan permukaan yang luas
sebagai tempat melekatnya lamina basalis yang membentuk lapisan dalam dari
membran Bruch. Apeksnya mempunyai tinjolan vili- vili yang berbatasan dengan
segmen luar lapisan fotoreseptor, ditautkan oleh matriks mukopolisakarida
(matriks inferoreseptor) yang mengandung kondroitin -6- sulfat, asam sialat dan
asam hyaluronat. Terpisahnya lapisan RPE dan lapisan neurosensori retina disebut
ablasi retina.7
Gambar 7.
Retinal Pigmen
Epithelium
(RPE)
(13)
Sel sel RPE melekat satu dengan lainnya melalui pertautan interseluler
kompleks. Zonula okludens dan zonula adheren tidak hanya berfungsi
mempertahankan bentuk dan stabilitas dari struktur RPE, tetapi juga memainkan
peranan penting dalam menjaga keseimbangan sawar darah retina bagian luar.
Zonula okludens terdiri dari membran plasma yang bersatu membentuk pita
sirkular atau sabuk antara satu sel dengan yang lain. Pada ruang interseluler
terdapat zonula adherens.7
Sel- sel neurosensori dan sel RPE memiliki perbedaan penting pada daerahdaerah tertentu. Sel- sel neurosensori paling tebal pada daerah papillomacular
bundle dekat dengan saraf optik (0.23 mm) dan paling tipis pada foveola (0.10
mm) dan ora serrata (0.11 mm). Sel- sel RPE mempunyai diameter yang
bervariasi antara 10-60 um. Dibandingkan dengan sel- sel RPE yang terletak di
daerah perifer, sel- sel RPE di fovea lebih tinggi dan lebih tipis serta mengandung
melanosom yang lebih banyak dan lebih besar. Sel sel RPE yang terletak
diperifer lebih pendek, lebar dan kurang mengandung pigmen. Tidak terlihat
proses mitosis dari sel- sel RPE pada mata dewasa normal.7
Sitoplasma dari sel- sel RPE mengandung granula-granula pigmen yang
bulat dan oval (melanosom). Organel- organel ini berkembang selama
pembentukan optic cup dan terlihat pertama kali sebagai non melanin
premelanosom. Sitoplasma dari sel-sel RPE juga mengandung mitokondria ,
pembentuknya
Merupakan lapisan yang ditempati oleh nukleus dan badan sel rod dan
cones. Di daerah parafovea lapisan ini mengandung 8-10 lapisan
nucleus
10
Cones
Used for day vision
At least 1/10th of the rods light
scattered
light
(have
more
light
Loss causes legal blindness
High visual acuity; better spacial
resolution
Concentrated in fovea
Fast
response to light, can
Stacks of membrane-enclosed
stimuli
Disks are
membrane
attached
to
outer
of
photosensitive
1. Elemen neuronal
Perbandingan
struktur sel
rod dan cones
Tabel
4. Perbedaan
struktur Rod
membrane
20 times more rods than cones in
the retina
One type
Gambar 5.
dan cones
Three
types
of
photosensitive
11
12
ke
13
Gambar 11. Rod spherule dan cone pedicle di lapisan plexiform luar(11)
Gambar 12.A.
Gambar 12.B.
Pedikel
Spherule(11)
Rod
Cone
Dendrit dari sel bipolar lainnya dari basal atau superfisial mengadakan
kontak pada tiap bagian terminal invaginasi, yang kemudian disebut invaginating
midget bipolar cell dan flat midget bipolar cell.
banyak invaginasi. Pada bagian sentral retina dimana pedikel lebih kecil sebanyak
15 sampai 25 invaginasi terdapat pada setiap terminal.7
INTERNEURONS
14
Sel bipolar, horizontal, dan sel amakrin disebut interneurons, dimana badanbadan sel ini membentuk lapisan inti dalam. Nukleus dari sel Muller juga
ditemukan dilapisan ini.6
Gambar 13. Skematik diagram tipe sel dan lapisan histologi retina(10)
Sel Bipolar
Sel bipolar membawa sinyal dari sel fotoreseptor ke sel ganglion atau sel
amakrin, terdapat 2 kelas utama sel bipolar, yaitu Rod bipolar cells, yang
berhubungan dengan spherule rod dan Cone bipolar cells dan yang berhubungan
dengan pedikel cone, terdiri atas midget cone bipolar cells dan diffuse cone
bipolar cells.7
15
Dendrit
dari
diffuse
cone
bipolar
cells
bersinaps dengan satu pedikel cone dan satu akson mengadakan kontak dengan
satu sel ganglion. Pada dasarnya, midget cone bipolar cells berhubungan dengan
satu sel cone ke serat saraf optik. Sebaliknya, diffuse bipolar cell mempunyai
lebih banyak jalur input dan output. Nucleus dari sel bipolar membentuk lapisan
inti dalam. Baik rod bipolar cells maupun cone bipolar cell menggunakan
glutamate untuk proses neurotransmisi.8
Sel Horizontal
Sel-sel horizontal (dan sel amakrin) dianggap sebagai local-circuit neurons.
Neurit sel horizontal berakhir pada pedikel cone. Satu buah cabang sinaps neurit
bersinaps baik dengan spherule rods maupun pedikel cone. Sinaps ini terjadi pada
lapisan plexiform luar dan distribusi aksonal mengindikasikan bahwa sel
horizontal berintegrasi dengan sel rod dan cone pada area yang berbatasan pada
retina.7
16
Gambar
15.
Sel
horizontal
Terdapat 2 tipe sel horizontal, yairu sel horizontal tipe 1 yang ditandai
dengan adanya dendrite yang besar yang mengadakan kontak hanya dengan sel
cones dan sebuah akson panjang yang berakhir pada terminal akson yang hanya
berhubungan dengan sel rod. Sel horizontal menggunakan GABA sebagai
neurotransmitter. Horizontal tipe 2 hanya kontak dengan cone dengan cabang
dendrite yang kecil serta axon yang pendek.6,7
Sel Amakrin
Sebagian besar sel amakrin berlokasi pada bagian proksimal dari lapisan inti
dalam. Sel ini memodulasi sinyal pada lapisan pleksiform dalam. Sel amakrin
dapat diklasifikasikan berdasarkan dendritic field diameter menjadi : narrow
field(30-150um), small field (150-300 um) dan medium field (300-500 um).
17
Berdasarkan distribusi dendrit pada lapisan pleksiform dalam, sel amakrin dapat
diklasifikasikan sebagai stratified atau diffuse cell. Substansi neuroaktif yang
terdapat pada sel amakrin yaitu glisin, GABA, asetilkolin, serotonin, dopamine,
nitit oxide, neurotensin, enchepalin, somatostatin, substansi P, vasoactive
intestinal peptide(VIP), dan glucagon.
Sel Ganglion
Sel ganglion terletak diantara lapisan pleksiform dalam dengan lapisan
serabut saraf. Di daerah sekitar fovea sentralis terdapat 5-7 lapis sel- sel ganglion
dan merupakan lapisan sel ganglion yang paling tebal (80um) dan lapisan sel
ganglion paling tipis terdapat pada daerah perifer retina (10um). Terdapat satu sel
ganglion untuk setiap 100 sel rod dan satu sel untuk setiap 5 sel kerucut. Sel- sel
ganglion memiliki 2 jenis sinaps intersel. Dendritnya bersinaps dengan akson selsel bipolar dan amakrin.7
Akson-akson dari sel-sel ganglion melingkar untuk membentuk permukaan
dalam dari retina secara paralel, dimana akson- akson ini membentuk lapisan
serabut saraf yang nantinya bersatu pada diskus saraf optik.7
Setiap satu saraf optik memiliki lebih dari 1 juta serabut saraf. Serabutserabut saraf yang berasal dari temporal berjalan melengkung mengelilingi macula
untuk memasuki daerah superior dan inferior diskus saraf optik. Serabut- serabut
saraf papillomakular dan fovea berjalan lurus kedalam diskus saraf optik. Serabutserabut dari nasal berjalan secara radier. Serabut- serabut ini dapat dievaluasi
dengan menggunakan iluminasi sinar hijau (red free) pada oftalmoskop. 7
Elemen- elemen pada neuron pada
kompleks. Banyak tipe sel- sel bipolar, amakrin dan sel ganglion lain yang
berperan. Elemen- elemen neuron dimana lebih dari 120 juta sel rod dan 6 juta sel
cone saling berhubungan satu sama lain dan proses pengiriman sinyal antara
neurosensori retina sangat penting 7
2. Elemen Glial
Sel Muller
18
Sel- sel Muller adalah sel- sel glial yang berjalan secara vertikal dari
membran limitans eksterna menuju membran limitans interna. Nukleusnya berada
pada lapisan inti dalam. Sel- sel Muller, bersama elemen- elemen glial lainnya
(astrosit dan microglia) merupakan penunjang bagi retina.6
Beberapa studi terbaru memperlihatkan peranan akan pentingnya sel-sel
muller ini dalam perkembangan dan metabolisme retina. Imunohistokimia
memperlihatkan bahwa sel-sel ini mengandung retinaldehid binding protein ,
glutamine, taurin dan glutamine sythetase. Sel-sel muller juga berperan dalam
degradasi neurotransmitter GABA. Adanya RNA messenger yang mengkode
carbonic anhydrase II menunjukkan bahwa sel- sel ini juga penting dalam
menahan karbondioksida bebas yang dilepaskan ke ruang ekstraseluler oleh
elemen-elemen neurosensori retina. Produksi insulin dan faktor- faktor
pertumbuhan dari sel- sel muller ini juga sangat penting dalam metabolisme
retina.
Sel muller juga diduga menunjuang metabolisme neuron- neuron retina, oleh
karena sel muller ini merupakan tempat utama penyimpanan glikogen. Pada
kondisi stress metabolik yang tinggi, seperti hipoglikemia, pemecahan glikogen
19
pada sel muller ini dapat menyediakan metabolit- metabolit penting, seperti asam
laktat untuk digunakan oleh neuron yang rusak. Penelitian metabolisme glukosa
pada hewan coba menunjukkan bahwa hasil utama glikolisis adalah laktat.9
Fungsi lain dari Sel Muller adalah berperan dalam mempercepat adaptasi
gelap dari sel cones, peranannya diduga membantu RPE dalam siklus daur ulang
sel cones. Hal ini dibuktikan dengan percobaan pada hewan coba,
dengan
mengangkat lapisan RPE pada hewan tersebut, ternyata sel cones masih terus
dapat bekerja, peran RPE digantikan oleh sel- sel Muller ini.9
Astrocyte
Astrocyte tidak muncul dari neuroepithelium tetapi berimigrasi ke retina.
Permukaan astrocyte ditandai dengan adanya interaksi contac-spacing antar sel.6
Mikroglia
Mikroglia merupakan makrofag retina, berasal dari mesodermal, dari
monosit darah dan memasuki retina selama perkembangan pembuluh darah.
Ditemukan pada lapisan serabut saraf dan lapisan pleksiform dalam dan luar.6
B. FISIOLOGI RETINA
Kelangsungan fotoreseptor dan koriokapiler tergantung pada RPE. Jika
RPE mengalami gangguan, baik secara kimiawi maupun mekanik, maka
fotoreseptor dan koriokapiler akan mengalami atrofi. RPE memproduksi sitokin,
termasuk basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) yang mempertahankan
kelangsungan fotoreseptor. Akan tetapi sampai saat ini masih belum jelas berbagai
senyawa yang dihasilkan oleh RPE dalam mendukung kelangsungan fotoreseptor
dan koriokapiler in vivo.
20
FUNGSI IMUN
Fungsi lain dari retina adalah sebagai regulator respon imun lokal. Hal ini
dijalankan oleh barrier pasif RPE dan sekresi aktif sitokin imunosupresif seperti
TGF-. Saat terjadi inflamasi, maka RPE menghambat kerja mediator inflamasi.
RPE juga secara aktif mensekresi reseptor Tumor necrosis factor- (TNF-) . Sel
RPE memproduksi faktor yang mensupresi neutrophil superoxide generator yang
membatasi kerusakan jaringan selama terjadi inflamasi.6
RPE juga mengekspresikan Fas-ligand (FasL) yang digunakan untuk
proses apoptosis dalam menginvasi Fas-expressing yang diaktivasi oleh limfosit
atau sel endotelial neovaskular. RPE dianggap sebagai macrophage-like
morphology. Sel RPE secara aktif mengfagositosis dan menghambat reseptor
mediated phagositosis dari komponen matriks ekstraseluler.Proliferasi sel RPE
terjadi setelah stimulasi PDGF, TNF-, IGF dan VEGF. Aktivasi RPE bisa
mengekspresikan molekul yang berhubungan dengan pengikatan dan infiltrasi
lekosit. Terlihat pula ekspresi molekul-molekul adhesi seperti CD45, CD48,
CD54, CD59, CD68 dan ICAM-1. Saat diaktivasi oleh IL-1, TNF, IL-7 atau
glikasi albumin serum, maka sel RPE akan mengaktivasi lekosit dengan
mensekresi kemokin, yaitu monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) dan IL-8,
dimana kemokin ini bisa dihambat oleh dexamethasone dan cyclosporin.
BLOOD RETINAL BARRIER
Terdapat dua komponen pembentuk blood retinal barrier (BRB), yakni
inner blood retinal barrier dan outer blood retinal barrier. Integritas BRB telah
dikenali sebagai komponen penting dalam mempertahankan fungsi visual normal
dan gangguan pada BRB ini dapat memberikan manifestasi pada berbagai
penyakit, seperti macular edema, sebagai akibat kebocoran cairan albumin dan
protein, dengan akibat akumulasi eksudat intraretina.10
Outer blood retinal barrier dibentuk oleh RPE yang mengontrol pertukaran
cairan dan molekul antara koriokapiler yang berfenestra dan permukaan luar
retina. Dua komponen RPE yang berperan dalam fungsi barrier adalah tight
junction antara sel-sel RPE dan distribusi protein seluler yang terpolarisasi. Tight
21
22
Saluran ini mengontrol aliran ion natrium dan kalsium kedalam rod. Dalam
suasana gelap, ion natrium dan kalsium mengalir melalui saluran ini dimana
terbukanya pintu saluran ini dipertahankanoleh cGMP. Keseimbangan ion
dipertahankan oleh pompa Na+, K+-ATPase pada segmen dalam dan Na+/K+- Ca
exchanger pada membran segmen luar, yang mana kedua proses ini membutuhkan
energi. Keadaan depolarisasi rod menyebabkan dilepasnya neurotransmitter
glutamate dari terminal sinaptik dan dimulailah sebuah sinyal neural dari proses
melihat.7
23
24
PENGLIHATAN WARNA
Untuk melihat warna, mamalia harus memiliki sedikitnya 2 kelas spektral
berbeda dari cone. Pada mata manusia normal, ada 3 tipe sel cone dimana
ketiganya merupakan 3 sistem cone-opsin. 3 sistem cone-opsin tersebut adalah
short-wavelength sensitive (S), middle-wavelength-sensitive (M) dan longwavelength-sensitive cone. Ke-3 varian opsin tersebut terdapat pada semua sel
cones. Namun secara garis besar terdapat tiga jenis cones dimana jenisnya
tergantung pada jenis opsin yang dominan, yang menyebabkan sel ini sensitive
terhadap spectrum warna yang berbeda- beda, sebagaimana terlihat pada diagram
dibawah. Cone biru mengandung banyak blue-sensitive opsin, yang mudah
tereksitasi dengan panjang gelombang sekitar 420 nm, cone hijau dengan panjang
gelombang sekitar 530 nm, dan merah dengan panjang gelombang 560 nm.6
Gambar
21. Variasi
sensitivitas
warna
pada
cones
sel
25
I.
VASKULARISASI RETINA
Pembuluh darah retina berasal dari dua sumber, yaitu kapiler koroid dan
arteri dan vena sentralis. Kapiler koroid menyuplai 1/3 bagian luar termasuk sel
rod dan cone, RPE dan lapisan inti luar. Sedangkan arteri dan vena retina sentralis
menyuplai 2/3 bagian dalam sampai dengan tepi dalam lapisan inti dalam. Arteri
retina sentralis merupakan cabang pertama arteri oftalmika dengan diameter 0,3
mm dan berjalan menuju lapisan dura dari saraf optik dan memasuki bagian
inferior dan medial saraf optik sekitar 12 mm di posterior bola mata. Arteri retina
sentralis terbagi menjadi cabang superior dan inferior.
Setelah beberapa
millimeter, cabang ini terbagi menjadi cabang superior dan inferior nasal dan
temporal. Cabang dari arteri dan vena retina sentralis muncul dari bagian tengah
diskus optikus, biasanya kearah nasal. Tidak terdapat overlap dan anastomosis
pada semua pembuluh darah di semua kuadran. Cabang nasal berjalan ke ora
serrata. Sementara cabang temporal melengkung diatas dan didaerah fovea
sentralis.3
Sama halnya dengan pembuluh darah di seluruh tubuh, jika terjadi kondisi
hipoksia pada pembuluh darah retina, maka endotel dari pembuluh darah retina
akan melepaskan faktor- faktor angiogenesis seperti vascular endothelial growth
factors (VEGF), basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), insulin-like Growth
Factor-I (IGF-I) dan berbagai nukleosida seperti adenosine (2,6,7)
AUTOREGULASI RETINA
26
Retinal blood flow pada mata yang normal selalu normal meskipun terdapat
fluktuasi pada tekanan darah sistemik maupun tekanan intraokuler. Dibandingkan
dengan sirkulasi koroid, (high-flow, variable-rate system) sirkulasi retina adalah
lower-flow, constant-rate system yang mensuplai agen-agen metabolik aktif.
Sistem saraf autonom berperan pada regulasi pembuluh darah koroid dan
retrobulbar, tetapi berakhir pada lamina kribrosa. Meskipun pembuluh darah
retina dan nervus optik memiliki reseptor -adrenergik, -adrenergik dan
kolinergik, tetapi peranan reseptor ini terhadap vaskularisasinya belum diketahui
dengan pasti. Retinal blood flow harus terjadi dalam vascular microenvironment
(autoregulation).Pada sirkulasi retina dan nervus optic, control sistemik hanya
merupakan pengaruh minor, sementara
27
mempertahankan suplai nutrien tetap stabil; Hal inilah yang dikatakan sebagai
respon autoregulasi. Karena peningkatan pada tekanan arteri brachialis sejalan
dengan tekanan arteri oftalmika, maka autoregulasi tekanan retina secara primer
dimediasi oleh meningkatnya resistensi vaskuler retina.10
AUTOREGULASI METABOLIK
Kemampuan untuk meningkatkan perfusi sebagai respon terhadap
perubahan kebutuhan jaringan, dianggap sebagai autoregulasi metabolic, yang
juga terlihat pada retina. Ketika flicker memberikan stimulasi yang meningkatkan
kebutuhan matabolik retina pada kucing atau monyet, terlihat adanya peningkatan
aliran darah retina, dengan vasodilatasi local yang dimediasi oleh pelepasan
nitrous oxide. Sebuah penelitian memperlihatkan adanya peningkatan perfusi
retina pada adaptasi gelap.
RESPON TERHADAP OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA
Beberapa penelitian, menyebutkan bahwa aliran darah retina meningkat
dan menurun berlawanan dengan proporsi kandungan oksigen arteri. Pada pasien
diabetes, respon ini berkurang akibat peningkatan kadar glukosa darah. Pada
pasien sehat, sirkulasi retina merupakan cerminan sirkulasi serebral dalam hal
kandungan oksigen arteri. Faktor yang menentukan jaringan otot polos
serebrovaskuler adalah PCO2 arteri.10
Sebuah penelitian mengungkapkan manfaat penggunaan ACE inhibitor
dalam mengurangi progresifitas Retinopati Diabetik. Hal ini didasarkan pada
hipotesis bahwa terdapat sistem Renin Angiotensin yang independen pada mata.
Komponen- komponen mayor seperti reseptor angiotensin I dan II ditemukan
pada jaringan bola mata. Terdapat pula bukti bahwa ACE diproduksi oleh sel- sel
endotel dan memiliki pengaruh buruk pada aliran darah retina dan struktur
vaskuler, dan independen terhadap perubahan tekanan darah sistemik. Aktivasi
reseptor angiotensin tipe 1 pada endotel vaskuler terbukti memberi kontribusi
dalam perkembangan abnormalitas mikrovaskuler.
C. ANATOMI CORPUS VITREUS
28
29
patellaris yaitu sekitar 4-5 mm. Pada fetus dibelakang dari Cloquets canal
berjalan arteri hyaloids, dan arteri ini akan menghilang 6 minggu sebelum lahir
dan hyaloids canal terisi oleh cairan.1
Neurovascularisasi
Korpus vitreus tidak memiliki pembuluh darah dan serabut saraf, sehingga
meskipun pathogen telah berlangsung multipel, tidak akan mengganggu untuk
waktu yang relatif lama sebelum akhirnya muncul suatu respon immune dari
struktur didekatnya.11
30
OA =
31
1. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus.
2. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior bola
mata
3. Berfungsi sebagai buffer metabolic
4. Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)
5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen
1.Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus
vitreus
Pada suatu kondisi normal, korpus vitreus yang intak dapat memproteksi
retina dari berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang intak yang mana
mengisi bagian dalam kavitas korpus vitreus dapat menahan atau mencegah
meluasnya suatu retinal detachment. Diduga bahwa korpus vitreus dapat juga
menyerap kekuatan eksternal yang mengenai bola mata dan juga mengurangi
kerusakan mekanik terhadap bola mata, misalnya saat terjadi trauma. Korpus
vitreus yang intak juga dapat membantu lensa selama trauma terhadap kerusakan
yang lebih parah. Namun demikian mekanisme ini belum sepenuhnya benar,
karena ternyata didapatkan bahwa vitreus yang telah digerakkan melalui
vitrektomi ternyata masih berfungsi normal dan tidak terjadi retinal detachment.1
2.Sebagai barier antara segment anterior dan posterior bola mata
Pemahaman bahwa korpus vitreus adalah berbentuk gel memberikan dugaan
bahwa korpus vitreus adalah merupakan barier untuk pergerakan paling besar
antara substansi-substansi segment posterior dan anterior dari mata.1
Substansi yang berasal dari segment anterior pada mata akan sangat sukar
untuk mencapai konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika korpus
vitreus masih intak sebab difusi melalui korpus vitreus lambat dan pergerakan
alirannya terbatas oleh strukturnya yang berbentuk gel. Suatu vitreus yang intak
juga mencegah pemberian obat topikal untuk mencapai retina dan nervus optik
dengan konsentrasi yang significant. Pemberian antibiotik dari aliran darah ke
pusat korpus vitreus juga dihalangi oleh vitreus normal.
32
33
transporter (SLC23A2) pada lapisan pigmen epitel ciliaris. Peranan fisiologis dari
ascorbate pada vitreus manusia didapatkan dari investigasi dan spekulasi
experimental, tapi hasil yang didapat tidak dapat di jelaskan. Shui dan kawankawan menemukan bahwa metabolisme molekular oksigen vitreus pada suatu
ascorbate-dependent , meregulasi tekanan oksigen intraokuler.11
Sifat gel dari vitreus dengan ukuran yang luas dan berlokasi disentral dari
mata, dan dengan adanya vaskularisasi retina memberikannya oksigenasi yang
tinggi dan dengan oksigenasi yang tinggi tersebut dapat memproteksi jaringan
yang lebih sensitif terhadap oksidatif stress, seperti lensa dan trabekular
meshwork. Molekul oksigen berdifusi ke korpus vitreus dari vaskularisasi retina
akan diikat oleh ascorbat sebelum sampai ke lensa dan segment anterior. 11
Suatu hal yang tidak kalah penting, Shui dan kawan-kawan juga menemukan
bahwa
vitreus
gel
mempunyai
konsentrasi
ascorbat
lebih
tinggi
dan
mengkonsumsi oksigen lebih cepat daripada vitreus cair (misalnya pada gel
vitreus yang mengalami liquefaction atau surgical removal). Dengan demikian
mempertahankan sifat gel dari korpus vitreus adalah sangat penting. Pergerakan
transvitreal dari molekul kecil seperti oksigen tergantung pada beberapa
mekanisme seperti difusi, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik, konveksi dan
transport aktif dari jaringan sekitar.11
Barton dan kawan-kawan baru-baru ini menunjukkan bahwa difusi molekul
kecil yang melewati vitreus gel sama dengan ketika melewati suatu cairan.
Perbedaan kritis antara pergerakan oksigen pada gel dan liquid terletak pada arus
konveksion dan cepatnya aliran dari mata. Saat vitreus dalam keadaan gel statis,
maka difusi oksigen dari retina ke gel vitreus meningkat hanya pada yang dekat
dengan jaringan retina, yang dapat ditunjukkan dengan oksigen mikroelektrode
pada penelitian expremental pada binatang percobaan. Bagaimanapun saat vitreus
mengalami pencairan maka oksigen dari pembuluh darah retina akan
didistribusikan ke mata oleh aliran cairan dan dapat terjadi oleh karena pergerakan
mata atau kepala.11
Baik oksigen maupun ascorbat akan dipakai pada reaksi dalam korpus vitreus
untuk metabolisme bola mata. Jika transport aktif ascorbat ke dalam mata konstan,
34
perubahan
degeneratif
pada
vitreus
(misalnya
pada
retinitis
pigmentosa,wagner disease).1
Korpus vitreus pada postnatal normal adalah gel homogen yang mengalami
perkembangan dan konstruksi biokimia. Sebagai dasar perubahan yang terjadi
sejalan dengan pertambahan umur yaitu adanya suatu disintegrasi dari struktur
gel, yang biasa
35
nyata , berat molekul dari korpus vitreus akan meningkat sejalan dengan
pertambahan umur. Adapun mekanisme yang dapat menyebabkan Liquefaction
adalah: (a) adanya aktifitas enzymatic dan nonenzymatic yang melewati ikatan
kolagen fibers,(b) kerusakan kolagen fibers oleh aktifitas radikal bebas, dan (c)
penurunan densitas jaringan kolagen. Semua hal tersebut menurunkan stabilitas
dari vitreus gel.1,12
Proses liquefaction yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur adalah
merupakan efek kumulatif dari light exposure dan nonenzymatic glycosylation
yang dianggap sebagai penyebab terbanyak. Nonenzymatic glycosylation dapat
dihasilkan dari jaringan lain yang memiliki suatu a slow turnover dari protein
seperti pada lensa. Hyaluronic acid dan kolagen juga dapat mengalami kerusakan
oleh efek radikal bebas yang dilepaskan dari suatu photosensitizer seperti
riboflavin setelah irradiasi dengan white light.1
Dari kepustakaan ada yang berpendapat bahwa meningkatnya konsentrasi
hyaluronic acid, akan meningkatkan stabilitas dari gel, dan dianggap dengan
menurunnya hyaluronic acid akan memicu mekanisme liquefaction. Mekanisme
lain yang dianggap berperanan adalah meningkatnya soluble protein yang
dikarenakan meningkatnya kebocoran dari blood retinal barrier yang merupakan
proses fisiologis normal karena pertambahan umur atau pada suatu kondisi
pathologis seperti retinophaty diabetic.1
Dalam beberapa penelitian dengan menggunakan manipulasi
pharmakologi terhadap vitreus gel menunjukkan bahwa dengan menggunakan
hyaluronidase terjadi suatu liquefaction tanpa menginduksi terjadinya PVD
(Posterior Vitreous Detachment). Plasmin dan microplasmin juga dapat
menyebabkan terjadinya liquefaction dan menginduksi terjadinya PVD pada
beberapa pasien. 11
Dari berbagai keterangan diatas, bagaimanapun masih sulit untuk memahami
mekanisme liquefaction
sulit
36
BAB III
KESIMPULAN
Retina merupakan membrane yang sangat tipis dan transparan, sangat
terorganisasi dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi
penglihatan sebelum ditransmisikan melalui nervus optic ke korteks visual.
Topografi retina bisa digambarkan dengan adanya macula, fovea, parafovea,
perifovea, diskus optic dan ora serata.
Pada potongan melintang dari luar ke dalam retina terdiri atas :
-
37
barrier, fagositosis segmen luar fotoreseptor dan juga sebagai respon imun lokal.
Di kenal pula adanya autoregulasi pada retina.
Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif yaitu ektoderm
permukaan termasuk derivatnya krista neuralis, ektoderm neuralis, dan mesoderm.
korpus vitreus sendiri berasal dari krista neuralis.
Secara anatomi korpus vitreus terbagi dalam dua bagian besar yaitu kortex
dan nukleus. kortex terdiri dari dua bagian yaitu kortex anterior dan kortex
posterior.
Korpus vitreus pada bagian anterior berbatasan dengan lensa, corpus siliaris
dan zonula, dan pada bagian posterior berbatasan dengan retina.
Korpus vitreus melekat kuat pada daerah vitreus base, kapsul posterior lensa
pada ligamentum Wiegerts,sekitar discus optik dan sekitar area fovea.
Fungsi dari korpus vitreus dibagi dalam lima group yaitu :
1. Membantu fungsi dari retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas
korpus vitreus
2. Sebagai barrier difusi antara segment anterior dan segment posterior
bola mata
3. Berfungsi sebagai buffer metabolic
4. Menstabilkan perjalanan cahaya (Media refrakta)
5. Konsumsi dan distribusi dari molekul oksigen
Adapun mekanisme yang dapat menyebabkan Liquefaction adalah: (a)
adanya aktifitas enzymatic dan nonenzymatic yang melewati ikatan kolagen
fibers,(b) kerusakan kolagen fibers oleh aktifitas radikal bebas, dan (c) penurunan
densitas jaringan kolagen yang kesemuanya menurunkan stabilitas dari vitreus
gel.1,12
38