You are on page 1of 15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 22 minggu. 1
Walaupun perdarahan sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan tetapi tidak jarang
juga terjadi sebelum kehamilan 22 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.
Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta biasanya lebih banyak,
sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu ke janin. Sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan serviks biasanya
relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu, pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikirkan hal ini bersumber pada kelainan plasenta.
2.2 KLASIFIKASI
Perdarahan antepartum pada umumnya yang disebabkan oleh kelainan plasenta dibagi
sebagai berikut:2 1) Plasenta previa
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya :
a) Pecahnya sinus marginalis
b) Pecahnya vasa previa
I. PLASENTA PREVIA
DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Angka
kejadian

plasenta

previa

adalah

0,4-0,6%

dari

keseluruhan

persalinan.

Dengan

penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran
hidup.2

KLASIFIKASI
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

ETIOLOGI
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai
akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya pada
bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan
dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko
bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua
sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi dua
kali lipat. Hipoksemia akibat mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada

kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya trimester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta
yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan
segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi. Perdarahan di
tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks
tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jka ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lama.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain.
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh
karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri
internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan.2
GEJALA KLINIS
Ciri yang menonjol adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri.
Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas perdarahan pertama
berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu
sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan
terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.

Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,
perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip solusio plasenta. Perdarahan diperhebat
berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim.
Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan bisa juga
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan
mudah mengalami robekan.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak
tegang.
DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi
sampai 96% - 98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal ultrasonografi
untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum.
Tabel. Diagnosis perdarahan antepartum1
Gejala dan tanda utama

Faktor

-Perdarahan tanpa nyeri, usia

Predisposisi
Grande multipara

gestasi > 22 minggu,


-Darah

segar

atau kehitaman

Penyulit lain

Diagnosis

Syok
Perdarahan setelah koitus.
Tidak ada kontraksi uterus.
Bagian terendah janin. tidak

Plasenta previa

masuk pintu atas panggul.


Kondisi janin normal atau

dengan bekuan,
-Perdarahan dapat terjadi setelah

terjadi gawat janin.

miksi atau defekasi, aktivitas


fisik, kontraksi Braxton Hicks
atau koitus.
-Perdarahan

dengan

nyeri

-Hipertensi

intermiten atau menetap,

-Versi luar

-Warna darah kehitaman dan cair,

-Trauma abdomen
-Polihidramnion

solusio relatif baru,

-Gemelli

ostium

terbuka,

terjadi

dan/atau vaginal.

intraabdominal

-Defisiensi gizi

-Riwayat
sesarea.

tidak

sesuai

keluar (tipe tersermbunyi).


Anemia berat.
Melemah atau hilangnya

gerak janin.
Gawat janin aatau hilangnya

denyut jantung janin.


Uterus tegang dan nyeri.

Syok atau takhikardi.


Adanya
cairan

perdarahan berwarna merah segar.


-Perdarahan

yang

Solusio Plasenta

dengan jumlah darah yang

tetapi mungkin ada bekuan jika


-Jika

Syok

seksio

Ruptura uteri
bebas

-Nyeri hebat sebelum perdarahan

-Partus lama atau

dan syok, yang kemudian hilang

kasep.

setelah terjadi regangan hebat

-Disproporsi

pada perut bawah (kondisi ini

kepala/fetopelvik

tidak khas)

-Kelainan

intraabdominal.
Hilangnya gerak dan denyut

jantung janin.
Bentuk uterus abnormal atau

konturnya tidak jelas.


Nyeri raba/tekan dinding

letak/presentasi

perut dan bagian-bagian janin

-Persalinan

mudah dipalpasi.

traumatik.

-Perdarahan

berwarna

merah

segar.
-Uji

Perdarahan gusi.
Gambaran memar

bawah

kulit.
Perdarahan

tempat

-Janin mati dalam


pembekuan

menunjukkan

darah

adanya

tidak
bekuan

darah setelah 7 menit.


fibrinogen

rahim.
-Eklampsia.
-Emboli

-Rendahnya faktor pembekuan


darah,

-Solusio plasenta.

dari

Gangguan
pembekuan darah

suntikan dan jarum infus.


air

ketuban

trombosit,

fragmentasi sel darah merah.

PENATALAKSANAAN
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.

3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap


melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:

Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.


Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
Dilengkapi dengan ketrerangan secukupnya.
Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.

Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:
a. Cuman Willet Gausz.
b. Versi Braxton Hicks.
c. Pemasangan kantong karet Metreurynter.
Perhatian: tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam melakukan pemeriksaan
dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesaria.
Pemeriksaan iskpekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari
kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi, atau trauma).
Meskipun demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan diagnosis plasenta previa.6

Perbaiki kekurangan cairan /darah dengan memberikan infus cairan I.V. (NaCL 0,9%

atau Ringer Laktat).


Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
- Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapkan seksio sesarea tanpa
-

memperhitungkan usis kehamialn/prematuritas.


Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan fase fetus hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan
banyak.

Terapi Ekspertatif6
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.

Syarat terapi ekspertatif:


- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
- Belum ada tanda inpartu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
- Janin masih hidup.1
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

Pemeriksaan USG untuk mnentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil

biofisik, letak, dan presentasi janin.


Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat per oral 60 mg

selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit) dan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi

perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.6

Terapi aktif1

Rencanakan terminasi kehamilan jika:


- Janin matur,
- Janin mati atau menderita anomali atatu keadaan yang mengurangi kelangsungan
-

hidupnya ( misalnya anesefali),


Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang

maturitas janin.
Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangatsedikit,
persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesaria.
Catatan: kasus dengan plasenta previa mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
perdarahan pascapersaliann dan plasenta akreta/inkerta, suatu kelainan yang biasa
ditemui pada lokasi jaringan parut bekas seksio sesarea.

Indikasi Seksio sesaria yaitu;9

plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior),


panggul sempit,
Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan

panggul,
Ruptur uteri mengancam,
partus lama,
partus tak maju,
Distosia serviks,
pre-eklamsi dan hipertensi,
malpresentasi janin (letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka, presentasi
rangkap, bila reposisi tidak berhasil, gemelli, menurut Eatsman seksio sesarea
dianjurkan:

- Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation).
- bila terjadi interlok (locking of the twins)
- Distosia oleh karena tumor
- Gawat janin, dan sebagainya.3
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta:
- Jahit tempat perdarahan dengan benang,
- Pasang infus oksitosin 10 unit in 500 ml cairan I.V. (NaCl atau Ringer Laktat)
dengan kecepatan 60 tetes per menit.
Jika perdarahan terjadi persalinan, segera lakukan penanganan yang sesuai. Hal
tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi.1

Tindakan

apa

yang

kita

pilih

untuk

pengobatanplasenta

previa

dan

kapan

melaksanakannya tergantung pada pada faktor-faktor tersebut dibawah ini:

Perdarahan banyak atau sedikit


Keadaan ibu dan anak
Besarnya pembukaan
Tingkat placenta previa
Paritas4

KOMPLIKASI
Episode perdarahan berat dapat terjadi setiap saat, dan selama perdarahan ini janin
dapat mati karena hipoksia. Setelah lahir, mungkin terjadi pedarahan postpartum karena
trofoblas menginvasi segmen bawah uteri yang kurang didukung oleh jaringan vena. Pada
kebanyakan kasus, perdarahan berhenti setelah pemberian oksitosin, namun kadang-kadang
perdarahan tidak dapatdihentikan sehingga diperlukan histerektomi.5
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000. Mortalitas ibu rendah asalkan kasus ini
ditangani oleh ahli penyakit obstetri yang berpengalaman dan tidak dilakukan pemeriksaan
vagina sebelum masuk rumah sakit.5
PROGNOSIS
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dulu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG disamping
ketersediaan transfusi darah dan infuse cairan telah ada di hamper semua rumah sakit
kabupaten. Penurunan jumlah ibu hamil paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi
program KB menambah penurunan insiden plasenta previa.2

II. SOLUSIO PLASENTA


DEFINISI
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum janin dilahirkan.2
KLASIFIKASI2
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian
akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah
selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui
vagina (revealed hemorrhage). Akan tetapi ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan
tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed hemorrhage) jika :

Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim


Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah

karenanya.
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah
rahim.

Dalam klinis solusio plasenta dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan
luasnya permukaan plasenta yang terlepas yaitu :

Solusio plasenta ringan : luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau kurang
dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250ml. Tumpahan
darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti
menstruasi yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta
previa kecuali warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum

ada.
Solusio plasenta sedang : luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi belum
mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250ml
tetapi belum mencapai 1000ml. Umumnya pertumpahan darah terjadi keluar dan
kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri

pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan

takikardia.
Solusio plasenta berat : luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50% dan jumlah
darah yang keluar telah mencapai 1000ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa keluar
dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas keadaan umum
penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal.
Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya telah
ada.

ETIOLOGI
Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketehui, tetapi terdapat beberapa
keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta
dan dianggap sebagai faktor resiko. Usia ibu dan paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi.
Perbedaan suku kelihatan berpengaruh pada risiko.2
Tabel Faktor Resiko Solusio Plasenta
Faktor resiko
Pernah solusio plasenta
Ketuban pecah preterm/korioamnionitis
Sindroma pre-eklampsia
Hipertensi kronik
Merokok / nikotin
Merokok + hipertensi kronik atau pre-eklampsia
Pecandu kokain
Mioma di belakang plasenta
Gangguan sistema pembekuan darah berupa single-gene
mutation/tombofilia
Acquired antiphospholipid autoantibodies
Trauma abdomen dalam kehamilan
Plasenta sirkumvalata

Risiko relatif
10-25
2,4 3,0
2,1 4,0
1,8 3,0
1,4 1,9
58
13%
8 dari 14
Meningkat s/d 7x
meningkat
Jarang
Jarang
Jarang

PATOFISIOLOGI
Terjadinya solusio plasenta disebabkan oleh hasil akhir dari suatu proses yang
bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofiologinya tergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena
robeknya pembuluh darah di desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dan pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung
pada iskemia dan hipoksia setempat yang dapat menyebabkan kematian sejumlah sel dan
mengakibatkan perdarahan. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas
kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.
Dengan demikian pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan
hematome yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan ada
bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala
kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa
kejadian pembentukan hematom retroplasentadisebabkan oleh putusnya arteri spiralis dalam
desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed
hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak
mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteri spiralis yang terputus. Walaupun jarang,
terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage).
KLASIFIKASI
1. Kalsifikasi solusio plasenta berdasarkan gambaran klinis :
a) Solusio plasenta ringan :
Perdarahan sedikit < 200cc
Uterus tidak tegang
Tanda fetal distress belum tampak
Terdapat perdarahan hitam pervaginam
Belum ada tanda-tanda syok
Janin hidup
Uji bekuan baik, kadar fibrinogen plasma 150mg%
b) Solusio plasenta sedang
Lepasnya plasenta antara - 2.3 bagian
Perdarahan 200-500cc
Uterus mulai tegang, nyeri tekan uterus karena darah telah mengdakan

infiltrasi di antara serabut otot uterus dan janin sulit diraba


Terdapat tanda-tanda pre syok

Gawat janin atau janin mati


Kadar fibrinogen plasma 120-150mg %
c) Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta 2/3 bagian atau seluruhnya
Perdarahan > 500cc
Uterus tegang, nyeri raba, kontraksi tetanik
Terdapat syok berat
Janin mati
Kadar fibrinogen < 100mg %
2. Berdasarkan derajat lepasnya plasenta :
a) Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
b) Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta yang terlepas dari perlekatannya.
3. Berdasarkan jenis perdarahan
a) Perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage)
Perdarahan terperangkap di dalam kavum uetri (hematoma retroplasenter).
b) Perdarahan keluar pervaginam (revealed hemorrhage)
Darah keluar dari ostium uteri.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melalui
vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat
terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Diagnosis definitif
hanya bisa ditegakkan secara retrospektif yaitu setelah partus dengan adanya melihat
hematoma retroplasenta. Pemeriksaan dengan USG berguna untuk membedakannya dengan
plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta pemeriksaan dengan USG tidak memberikan
kepastian berhubung kompleksitas gambaran retroplasenta yang normal mirip dengan
gambaran perdarahan retroplasenta pada solusio plasenta. Kompleksitas gambaran normal
retroplasenta, kompleksitas vaskular rahim sendiri, desidua dan mioma semuanya bisa mirip
dengan solusio plasenta dan memberikan hasil positif palsu. Pemeriksaan ulang pada
perdarahan yang baru sering bisa membantu karena gambaran ultrasonogrfi dari darah yang
telah membeku akan berubah menurut waktu menjadi lebih ekogenik pada 48 jam kemudian
menjadi hipogenik dalam waktu 1 sampai 2 minggu.2
KOMPLIKASI
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus
berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok

hipovolemik, insufiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak,
dan uterus Couvelaire disamping komplikasi sindroma insufisiensi fungsi plasenta pada janin
berupa angka kematian perinatal yang tinggi. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa
penderita yang terhindar dari kematian setelah menderita syok yang berlangsung lama yang
menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta. Kematian
janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi pada solusio plasenta.
TATALAKSANA1
1. Terapi spesifik, terhadap komplikasi
a) Atasi syok
Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500ml dalam 15 menit

pertama dan 2L dalam 2 jam pertama.


Berikan tranfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan

akibat koagulopati.
b) Atasi hipofibrinogenemia
Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya

koagulopati.
Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi

pembekuan darah ( penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen).


Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar

(15ml/kgBB)
Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipitat fibrinogen.
Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi diseminata
intravaskular yang berlanjut dengan pengendapan fibrin, pembendungan
mikrosirkulasi di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula

adrenalis, hipofisis dan otak.


Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trombosit dibawah

20.000 berikan konsetrat trombosit.


c) Atasi anemia
Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena
disamping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur

pembekuan darah.
Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam

kondisi anemia berat, berikan packed cell.


2. Tindakan Obstetrik
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.
a) Seksio sesarea dilakukan apabila :

Janin hidup dan pembukaan belum lengkap


Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat

dilaksanakan dengan segera,


Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan

pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.


Persiapan untuk seksio sesarea cukup dilakukan penanggulangan awal
(stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dengan segera lahirkan bayi karena
operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan

perdarahan.
Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).
b) Partus pervaginam dilakukan apabila :
Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah di dasar

panggul
Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
Pada kasus pertama, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah)
kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5% atau RL,

tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.


Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam
waktu 24 jam, kecuali bila trombosit sengat rendah (perbaikan baru terjadi
dalam 2-4 hari kemudian).

PROGNOSIS
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu hamil dan lebih buruk
lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan masih
mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi disamping
morbiditas ibu, yang lebih berat. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk
baik terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya.2
III. PERDARAHAN ANTEPARTUM YANG BELUM JELAS SEUMBERNYA:
1) Pecahnya sinus marginalis
2) Pecahnya vasa previa
Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada didalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke dalam
insersinya di tali pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang melewati

pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janin itupun ikut terputus.
Perdarahan antepartum pada vasa previa menyebabkan angka kematian janin yang
tinggi (33% - 100%).2

You might also like